Anda di halaman 1dari 12

KONSEP ISLAM TENTANG PLURALITAS, TOLERANSI DAN

MULTIKULTURALISME

MAKALAH

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Religion


Yang Diampu oleh Bapak Dr Taufikurrahman, S.Ag., M.A

Disusun oleh:
Dini Irzalina (2302110117)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BAHAUDIN MUDHARY MADURA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena Rahmat dan Hidayahnya,
kami dapat menuntaskan makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam bertema “KONSEP
ISLAM TENTANG PLURALITAS, TOLERANSI DAN MULTIKULTURALISME”. Semoga
makalah ini dapat dibaca dan dipergunakan dengan baik oleh para pembacanya. Kami
menyampaikan banyak ucapan terima kasih untuk segala dukungan bagi setiap pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun pembuatan makalah ini. Kami haturkan
segala permintaan maaf jika masih terdapat kekurangan dalam pembuatan maupun
hasil dari makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami
harapkan adanya. Demikian, semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Dan,
bisa menambah wawasan yang lebih luas kepada para pembaca. Diharapkan dengan adanya
makalah ini, pembaca juga bisa lebih mengerti dan paham tentang Konsep Islam tentang
pluralitas, toleransi dan multikulturalisme

Sumenep, 24 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................1
C. Tujuan...............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2

A. Konsep Islam Tentang Pluralitas, Toleransi dan Multikulturalisme........................2

BAB III PENUTUP...........................................................................................................6

A. Kesimpulan .............................................................................................................6
B. Saran........................................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pluralisme merupakan sebuah fenomena yang tidak mungkin dapat dihindari
oleh manusia. Tuhan telah menciptakan manusia dalam pluralisme dan manusia
telah menjadi bagian dari pluralisme itu sendiri, begitu pula dalam hal keagamaan.
Setiap agama muncul dalam lingkungan yang plural dan membentuk dirinya
sebagai tanggapan terhadap pluralisme tersebut. Jika pluralisme agama tidak
dipahami secara benar oleh pemeluk agama, agama akan menimbulkan dampak
negatif berupa konflik antar umat beragama dan disintegrasi bangsa(Coward, 1989)
Berbagai macam konflik dan kerusuhan yang disebabkan sentimen-sentimen
keagamaan di Indonesia, menunjukkan bahwa secara umum masyarakat
memangkurang memahami tentang makna pluralisme agama dan hidup secara
Bersama dengan rukun antar pemeluk agama.
Oleh karena itu, pemahaman secara benar terhadap makna pluralisme agama sangat
diperlukan sehingga masyarakat Indonesia akan mampu bersikap arif dengan
kenyatan keragaman agama yang ada.
Pemahaman secara benar terhadap pluralisme agama akan mewujudkan sikap
inklusivitas dalam beragama yang bermuara pada tumbuhnya kepekaan terhadap
berbagai keragaman dan keunikan yang bisa memperkaya usaha manusia dalam
mencari kesejahteraan spritual dan moral. Jika pengertian dari pluralisme yang
dimaksud mau dipelajari dan dipahami, pastilah pluralitas akan secara arif dapat
diterima. Jika merujuk kepada kitab suci umat Islam yaitu al-Qur’an, akan
didapatkan
penjelasan dalam kitab tersebut bahwa pluralitas adalah salah satu kenyataan
objektif yang dikehendaki oleh Allah SWT dan menjadi ketetapan-Nya
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Pluralitas, toleransi, dan multikulturalisme dan konsepnya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Pluralitas, toleransi, dan multikulturalisme beserta
konsepnya.

1
2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pluralisme, Toleransi, dan Multi-kulturalisme


Pluralisme merupakan suatu sistem nilai atau pandangan yang mengakui
keragaman di dalam suatu bangsa. Keragaman atau kemajemukan dalam suatu bangsa
itu haruslah senantiasa dipandang positif dan optimis sebagai kenyataan oleh semua
anggota lapisan masyarakat dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.
pluralisme sering dianggap sama, padahal keduanya sangat berbeda. Pluralitas adalah
kondisi keberagaman. Sementara pluralisme berasal dari akar kata plural yang
bermakna jamak atau lebih dari satu. Maka, pluralisme bisa diartikan sebagai hal yang
mengatakan jamak atau lebih dari satu. Sementara itu, kata pluralitas memiliki makna
banyak macam, perbedaan, dan keanekaragaman. Pluralitas mengungkapkan fakta
bahwa ada banyak sekali keberagaman. Pluralitas keagamaan menegaskan fakta
bahwa ada aneka agama dan orientasi keagamaan. (Baca: Kajian Tafsir Tematik:
Pluralisme Agama dalam Al-Qur’an) Nurcholis Madjid dalam Kebebasan Beragama
dan Pluralisme Dalam Islam (1998) menerangkan bahwa kata “pluralisme” berasal
dari bahasa Inggris, pluralism. Konon, kata tersebut berasal dari bahasa Latin yakni
plures yang berarti beberapa dengan implikasi perbedaan.
Pluralisme merupakan pandangan fiolosofi yang tidak mereduksi segala
sesuatu pada satu prinsip, tapi menerima adanya keragaman. Pluralitas bermakna
keberagaman. Asal-usul kata keduy pluralisme agama tidak menghendaki
keseragaman bentuk agama.Saat keseragaman sudah terjadi, maka tidak ada lagi
pluralitas agama atau religious plurality. Keseragaman adalah sesuatu yang mustahil.
Allah Swt. menjelaskan bahwa sekiranya Tuhanmu berkehendak, niscaya kalian akan
dijadikan dalam satu umat.
Allah Swt. berfirman dalam Qur’an Surat Al-Mumtahanah Ayat 8:

‫اَّل َيْنَهٰى ُك ُم ٱُهَّلل َع ِن ٱَّلِذ يَن َلْم ُيَٰق ِتُلوُك ْم ِفى ٱلِّديِن َو َلْم ُيْخ ِر ُجوُك م ِّم ن ِد َٰي ِر ُك ْم َأن َتَبُّر وُهْم َو ُتْقِس‬
‫ ُطٓو ۟ا ِإَلْيِهْم ۚ ِإَّن ٱَهَّلل ُيِح ُّب ٱْلُم ْقِس ِط ين‬Lā yan-hākumullāhu ‘anillażīna lam yuqātilụkum
fid-dīni wa lam yukhrijụkum min diyārikum an tabarrụhum wa tuqsiṭū ilaihim,
innallāha yuḥibbul-muqsiṭīn

3
4

Artinya: “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.”
Pluralisme dibangun dalam basis dialog. Bahasa pluralisme adalah bahasa
dialog dan perjumpaan, saling menerima dan memberi, serta mau melakukan kritik
diri. Dialog berarti berbicara sekaligus bersedia mendengarkan orang dan umat lain.
Proses dialog itu harus berusaha menciptakan pemahaman bersama atas fakta-fakta
perbedaan dengan sikap hormat dan saling menghargai. Perlu juga dicatat bahwa
dialog berbeda dengan debat. Dalam dialog target yang hendak dicapai adalah saling
memahami bukan saling mengalahkan seperti dalam debat. Tidak ada kalah-menang
dalam dialog.
Inilah makna saat Al-Qur’an menegaskan “bahwa diciptakannya manusia
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku adalah untuk saling mengenal” (Q.S. 49:13).
Kalimat “berbangsa-bangsa” dan “bersuku-suku” dalam Al-Qur’an adalah fakta
pluralitas, sementara “untuk saling mengenal” atau ta’aruf adalah pemahaman tentang
pluralisme.
Sampai di sini kita bisa menyimpulkan bahwa pluralisme setingkat lebih tinggi
ketimbang toleransi. Dalam toleransi, tidak dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman
atas “yang lain”. Sedangkan pluralisme mesti mensyaratkan keduanya. Toleransi
sangat diperlukan dalam hubungan antar-agama. Tapi, toleransi tidak cukup kuat
dijadikan sebagai landasan dialog antar dan intra-agama. Sebab, budaya toleransi
masih rawan dan rapuh untuk disusupi dan diprovokasi pihak-pihak tertentu yang
mempunyai kepentingan agama dan politik. Pluralitas dan pluralism adalah dua hal
yang berbeda. Pluralitas sebagai pemberian atau anugerah Tuhan dan pluralisme bisa
diartikan sebagai sebuah prestasi bersama dari kelompok agama, etnis, dan budaya
yang berbeda untuk menciptakan sebuah masyarakat bersama. Pluralitas baru bisa
menjadi pluralisme apabila masing-masing umat bersedia membuka ruang-ruang
dialog yang sehat dalam perbedaan dan pergumulan yang intensif.
Toleransi adalah sikap saling menghargai, menghormati, dan menerima
perbedaan antara individu atau kelompok dalam hal keyakinan, pendapat, atau
kepercayaan. Secara etimologi, kata “toleransi” berasal dari bahasa Latin “tolerare”
yang berarti sabar dan menahan diri. Secara terminologi , toleransi mengacu pada
sikap yang tidak memaksakan kehendak, tidak mencela, dan tidak merendahkan orang
5

lain karena perbedaan yang ada.Secara filosofis, pluralisme bermakna sebagai doktrin
bahwa subtansi atau hakiki satu atau monoisme, tidak dua atau dualisme, akan tetapi
Secara doktrinal, toleransi sepenuhnya diharuskan oleh islam. Islam secara definisi
adalah agama yang damai, selamat dan menyerahkan diri. Definisi islam yang seperti
demikian seringkali dirumuskan dengan istilah «islam adalah agama yang rahmatal lil
‘alamin. Artinya islam selalu menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati bukan memaksa. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia
dalam beragama adalah kehendak Allah Swt. Dalam islam, toleransi berlaku bagi
semua orang, baik itu sesama muslim maupun non-muslim. Adanya perbedaan bahwa
manusia dalam agama dan keyakikan merupakan realitas yang dikehendaki Allah Swt
yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman dan kufur. Hanya Allah
swt yang akan menghakiminya nanti di akhirat. Keyakinan bahwa Allah swt
memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak kepada budi pekerti yang baik
meskipun kepada orang musyrik sekalipun. Terhadap mereka yang berbeda agama
dan keyakinan, Al-Qur’an telah menetapkan prinsip tidak ada paksaan dalam
beragama . Sebab kebebasan beragama merupakan bagian dari penghormatan
terhadap hak-hak manusia yang sangat mendasa. Islam menyadari bahwa keragaman
umat manusia dalam beragama adalah kehendak Allah Swt. Dalam islam, toleransi
berlaku bagi semua orang, baik itu sesama muslim maupun non-muslim. Adanya
perbedaan bahwa manusia dalam agama dan keyakikan merupakan realitas yang
dikehendaki Allah Swt yang telah memberi mereka kebebasan untuk memilih iman
dan kufur. Hanya Allah swt yang akan menghakiminya nanti di akhirat.
Keyakinan bahwa Allah swt memerintahkan untuk berbuat adil dan mengajak
kepada budi pekerti yang baik meskipun kepada orang musyrik sekalipun. Terhadap
mereka yang berbeda agama dan keyakinan, Al-Qur’an telah menetapkan prinsip
tidak ada paksaan dalam beragama . Sebab kebebasan beragama merupakan bagian
dari penghormatan terhadap hak-hak manusia yang sangat mendasar.
Multikulturalisme adalah istilah yang digunakan untuk menjelaskan
pandangan tentang ragam kehidupan di dunia, atau kebijakan kebudayaan yang
menekankan penerimaan tentang adanya keragaman, kebhinekaan, pluralitas, sebagai
realitas utama dalam kehidupan masyarakat menyangkut nilai-nilai, sistem sosial-
budaya, dan politik yang mereka anut (Roald, 2009). Di sisi lain, pluralisme berasal
dari kata plural dan isme, ‘plural’ yang berarti banyak atau jamak, sedangkan ‘isme’
berarti paham. Sehingga, definisi dari pluralisme adalah suatu paham atau teori yang
6

menganggap bahwa realitas itu terdiri dari banyak substansi. Dalam perspektif ilmu
sosial, pluralisme yang mengindikasikan adanya diversitas dalam masyarakat
memiliki dua wajah yakni: konsesus dan konflik (Roald, 2009). Konsensus dalam hal
ini mengandaikan bahwa masyarakat yang memiliki latar belakang yang berbeda-beda
itu akan mampu bertahan hidup karena para anggotanya menyepakati hal-hal tertentu
sebagai aturan bersama yang harus ditaati, sedangkan teori konflik justru memandang
sebaliknya bahwa masyarakat yang berbeda-beda itu akan bertahan hidup karena
adanya konflik. Konsep pluralitas mengandaikan adanya hal-hal yag lebih dari satu,
keragaman menunjukkan bahwa keberadaan yang lebih dari satu itu berbeda-beda,
heterogen, dan bahkan tidak dapat disamakan. Berbeda dengan konsep
mutikulturisme yang memiliki pandangan dunia – yang pada akhirnya
diimplementasikan dalam kebijakan- tentang kesediaan menerima kelompok lain
secara sama sebagai kesatuan, tanpa memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender,
bahasa, ataupun agama (Roald, 2009).
Multi-kulturalisme mengisyaratkan pengakuan terhadap realitas keragaman
kultural, yang berarti mencakup baik keberagaman tradisional seperti keberagaman
suku, ras, ataupun agama, maupun keberagaman bentuk-bentuk kehidupan yang terus
bermunculan di setiap tahap sejarah kehidupan masyarakat. Istilah multikulturalisme
secara umum diterima secara positif oleh masyarakat Indonesia. Ini tentu ada
kaitannya dengan realitas masyarakat Indonesia yang majemuk. Dalam konteks ini,
multikulturalisme adalah konsep yang melegitimasi keanekaragaman budaya. Kita
melihat kuatnya prinsip kesetaraan dan prinsip pengakuan pada berbagai definisi
multikulturalisme. Menurut ST. Nugroho deskriptif multikulturalisme dibedakan
menjadi lima model penting yaitu: Pertama, multikulturalisme isolasionis, yaitu
masyarakat yang berbagai kelompok kulturalnya menjalankan hidup secara otonom
dan terlibat dalam interaksi minimal satu sama lain. Kedua, multikulturalisme
akomodatif, yaitu masyarakat yang memiliki kultur dominan yang membuat
penyesuaian dan akomodasi-akomodasi tertentu bagi kebutuhan kultur kaum
minoritas. Kelima, multikulturalisme kosmopolitan, yaitu masyarakat plural yang
berusaha menghapus batas-batas kultural sama sekali untuk menciptakan sebuah
masyarakat tempat setiap individu tidak lagi terikat kepada budaya tertentu,
sebaliknya secara bebas terlibat dalam percobaan-percobaan interkultural dan
sekaligus mengembangkan kehidupan kultural masing-masing Secara tradisional, kita
7

menyadari kebutuhan untuk mengakui berbagai ragam budaya sebagai sederajat demi
kesatuan bangsa Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberagaman merupakan variasi dari berbagai macam kombinasi
elemendemokrafis sumber daya manusia, organisasional, komunitas, masyarakat, dan
budaya. Sedangkan keberagamaan yaitu berasal dari kata agama. Dalam pengertian
agama terdapat 3 unsur, ialah manusia, penghambaan dan Tuhan. Makasuatu paham
atau ajaran yang mengandung ketiga unsur pokok pengertian tersebutdapat disebut
agama.Agama Islam menanamkan konsep bahwa Pluralitas, Toleransi
danMultikulturalisme merupakan keadaan yang harus dihormati dalam kehidupan
bermasyarakat. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, salah
satucontoh nyata di sekitar kita adalah perbedaan agama. Sebagai umat muslim yang
baik dan taat, dalam bermasyarakat kita harus saling tolong menolong dalamkebaikan.
Namun, tentunya kita harus mampu menyikapi arah tindakan kita dalam kehidupan
sehari-hari
B. Saran
Penulisan makalah mempunyai banyak kekurangan, kami mengharap adanya
kritik dan saran yang membangun agar bisa lebih baik lagi dalam penulisan makalah
selanjutnya. Dan kami berharap agar makalah kami yan berjudul Arti Tangis Konsep
Islam tentang pluralitas, toleransi dan multikulturalisme ini menjadi pedoman dan
bermanfaat bagi para pembaca.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mujiburrahman. 2008. Mengindonesiakan Islam: Representasi dan


ideologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Nasikun. 1989. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Rajawali Press.
Nuhaiz, Ahmad Zaki. ”Sejarah Pluralisme”. Dalam
http://ilmu.filsafat.ugm.ac.id/download/pec/PEC
2010_Ahmad_Dzaki_Nuhaiz_A.pdf, diakses pada tanggal 24 Juli 2010
Azyumardi Azra, Identitas dan Krisis Budaya, Membangun Multikulturalisme Indonesia,
(Jakarta: PPIM, 2007
Modood, Tariq. 1997. The Politics of Multiculturalism in the New Europe: Racism, Identity,
and Community.London: Palgrave Macmillan.

Anda mungkin juga menyukai