Anda di halaman 1dari 9

Makalah Agama Kristen Protestan

Menciptakan Kerukunan Antar Umat Beragama

Oleh Kelompok

Francus Mahatma Liven Siringi- ringo 6223210035

Rojo Prayoga Saragih 6223210037

Sautma Parulian 6223210039

Johannes Alexander Sipahutar 6223210050

Yosevanto Parsaulian Silaban 6223210051

Romiando Pangaribuan 6223210054

ILMU KEOLAHRAGAAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat rahmat
dan karunia-Nya lah tugas ini dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan penulisan tugas ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Kristen.
Dalam makalah ini kami membahas menciptakan kerukunan antar umat beragama.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Agama yaitu
Ibu Dr. Chandra Manik, M.Th dan juga kepada rekan-rekan yang banyak memberikan
masukan untuk makalah ini.
Kami sadar, sebagai mahasiswa yang masih dalam proses pembelajaran, dalam
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami mengharapkan
adanya kritik dan saran yang bersifat membangun, agar tugas ini menjadi lebih baik lagi di
masa yang akan datang.
Akhir kata kami mengharapkan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang
membaca makalah kelompok kami ini.

Medan 18 April 2024

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................2
2.1 Sikap Ekslusivisme......................................................................................................2

2.2 Sikap Inkluvisme.........................................................................................................2

2.3 Pluralisme .................................................................................................................. 2

3.1 Kerukunan Hidup Beragama.......................................................................................3

3.2 Toleransi Hidup Beragama..........................................................................................3


3.3 Beberapa Faktor Yang Mengganggu Kerukunan Hidup Beragama………………….4
3.4 Umat Kristen Dan Dialog Atau Musyawarah………………………………………..4
3.5 Sikap Kristen Yang Benar Terhadap Yang Beragama Lain………………………….4

BAB III......................................................................................................................................5
KESIMPULAN.........................................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................6

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tingi
antar umat beragama dalam masyarakat multikultural sehingga umat beragama dapat
hidup rukun, damai dan berdampingan. Untuk memahami istilah kerukunan ini
baiklah dipahami juga upaya pemerintah dalam kerukunan.
Multikulturalisme mengandung dua pengertian yang sangat kompleks yaitu
mult yang berasal dari plural dan kulturalisme berisi pengertian kultur atas budaya.
Dengan demikian pluralisme bukan sekedar pengertian akan adan hal-hal yang
berjenis-jenis tetapi juga pengakuan itu mempunyai implikasi politik, sosial dan
ekonomi. Oleh karena itu pluralisme juga berkenaa dengan hak hidup kelompok
masyarakat dalam suatu komunitas dan komunitas itu mempunyai budaya (HA.R
Tilaar, 82).
Dengan adanya masyarakat yang majemuk ini sangatlah berbahaya, karena
mudah terpancing untuk menonjolkan keberbedaan yang mengarah kepada
perpecahan. Terutama di bidang agama sangat mudah dipicu persoalan menuju kepada
pertentangan, sehingga memang harus benar-benar dijaga kerawanannya. Itulah
sebabnya Bung Karno Presiden RI pertama mengatakan bukan agama tertentu yang
menjadi dasar dari NKRI, tetapi prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa.
Itulah yang menjadi dasar pemersatu dari semua kelompok agama yang
berbeda yaitu: dalam tubuh Pancasila. Dan semboyan Bhineka Tunggal Ika (Berbeda-
beda Tetapi Tetap Satu) terbukti mampu menjembatani semua kelompok yang berbeda
tersebut.

Orang Kristen yang ditempatkan di tengah masyarakat yang majemuk hams


menggarami dan menerangi dunia, seperti yang diajarkan oleh Yesus kepada kita
dalam Matius 5:14-15. Dijelaskan bahwa orang Kristen terutama Mahasiswa harus
mampu menciptakan toleransi, persaudaraan, persahabatan, antar umat beragama,
antar suku, antar ras didorong oleh kasih dari Tuhan Yesus Kristus dalam masyarakat
yang berbeda tersebut

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sikap Eksklusivisme


Eksklusivisme adalah sikap yang hanya mengakui agamanya sebagai aganı paling benar
dan baik Ini adalah sikap famatisme yang akan melahirkan berbagai akibat buruk antara lain
timbulnya perpecahan, perseteruan antara tumat beraguna dan berbagai konflik lainnya.

Bentuk eksklusiviame pola unum yang sudah ada pada abad pertengahan dan makin
menipis seiring dengan perkembangan paradigma dalain masyarakat Matman meski demikian
sikap tenebut masih mendominasi kekrigok kecil paneh agama. Sikap eksklusivisme sempit
brenda kalangu warga Kristen dan secara khusus, di kalangan mahasiswa yang menganggap
scempit terhadap makna keselamatan yang dibawakan oleh Yesus Kristus.

2.2 Sikap Inklusivisme


sikap yang dapat memahami dan menghargai agama-agana laim dengan segala
eksistensinya. Tetapi orang yang inklusivisme ini tetap memandang agamanya sendirilah
sebagai agama satu-satunya jalan menuju keselamatan. Maka posisi kita di sini, kita
memandang agama-agama di haar Kristen dalam segala eksistensi itu adalah baik dan sangat
menghargai dan wajib menghormatinya. Di dalam semua agama pasti ada kebenaran, namun
kita tidak boleh mengatakan bahwa semus agama benar, sebab ukuran kebenaran itu satu
yakni Kebenaran itu sendiri. Menurut Yohanes 14:6 kebenaran itu adalah Yesus Kristus atau
Pribadi Allah sendiri. Bukan agama Kristen yang mengukur agama-agama di luar Kristen,
hanya kebenaranlah yakni Allah sendiri yang dapat mengukur kebenaran agama lain. Oleh
karena itu kita tidak dapat menghakimi agama lain benar atau salah. Kebenaran agama kita
sendirilah yang berhak kita ukur dan tentukan berdasarkan keyakinan daa pernyataan Allah
kepada kita sendiri. Oleh karena itu kita harus memandang agama kita sendirilah agama
paling benar dan membawa kita kepada keselamatan sejati.

2.3 Pluralisme

2
Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai dan memandang agama lain
sebagaimana yang baik dan benar serta memiliki jalan keselamatan. Dalam perspektif
pandangan seperti ini, maka tiap urmat beragama akan terpanggil untuk menerima hubungan
solidaritas, dialog dan kerjasama dalam rangka mewujudkan kehidupan yang lebih baik dan
lebih berpengharapan.

Oleh sebab itu kita harus berhati-hati terhadap pandangan pluralisme seperti ini.
Memang dari segi toleransi umat beragama tampaknya sedemikian baik dan cocok buat kita
di negeri yang pluralis atau majemuk ini. Tetapi dari segi kepercayaan dan dogma iman
kristiani, pandangan pluralisme agama seperti ini membuka pintu yang lebar terhadap
pandangan yang mengatakan bahwa semua agama benar dan sedan berjalan menuju sorga,
tetapi cara, bentuk dari institusi agamanya yang berbeda. Dengan perkataan lain, pandangan
ini memungkinkan orang dengan mudah berpindah-pindah agama, karena berpikir toh
tujuannya sama.

3.1 Kerukunan Hidup Beragama


Kerukunan hidup umat beragama adalah suatu kondisi sosial dimana semua polongan
agama dapat hidup bersama-sama tanpa mengurangi hak dasar masing-masing untuk
melaksanakan kewajiban agamanya sehingga masing-masing pemeluk agama dapat hidup
dalam keadaan rukun dan damai.

3.2 Toleransi Umat Beragama

Toleransi beragama bukan berarti toleransi beriman. Artinya setiap agama tidak
berarti harus menyetujui kepercayaan orang lain. Setiap agama harus teza dan teguh pada
ajaran kepercayaannya. Agama Kristen sendiri mengajarkan agar setiap murid Yesus tidak
takut mengakui nama Yesus Kistas. Orang Kristen tidak boleh ragu-ragu akan kepastian
imannya. Orang Kristen jaga údak boleh munafik di dalam pergaulannya Orang Kristen harus
memperhatikan bagaimana cara bergaul yang baik dalam pergaulan sehari-had orang Kristen
harus menjadi pribadi pribadi yang simpatik dan kreat Ketegasan dan keteguhan imannya
tidak menjadi sikap yang fanatik das ekstrim. Dan di pihak lain kehuwesan dan keramah-
tamahan dalam pergaulas tidak menjadi sikap yang munafik dan tidak ada pendirian.

3.3 Beberapa Faktor Yang Mengganggu Kerukunan Hidup Beragama

3
- Sikap Mental Negatif. Sikap mental negatif ini nampak dalam kesombongan religius,
prasangka dan intoleransi, misalnya umat beragama tertentu nampunyai keskus baliwa
agamanya memiliki sjaran yang paling benat Alihatnya mark sondong dan merasa khih tingi
dari pada pemeluk aganna lain

- Faktor SARA (Suku Agama Kas dan Antar Golongno) Seasa moniologis dapat dipahami
bahwa suki, sama, tas dan star gan adalah merupakan nilai pemersatu bagi yang bersantan
setapi pa sering menjadi laktor peayebali perpecahan 1. Piksor Perbedaan Tingkat
Kebudayaan,

3.4 Umat Kristen Dan Dialog Atau Musyawarah

Sejalan dengan peranan umat Kristen dalam kehidupan bersama sebagai sakai Kristus
dan teman serta pelayan bagi sesama umat beragams lain, maka salah satu perilaku yang
harus diperlihatkan dan ditunjukkan nich orang Kristen adalah kemampuan berdialog dan
bermasyawarah. Dialog dan numyrwarah dapat terjadi Jika ada kesadaran untuk mengadakan
pecakapan pergaulan dan pertukaran nilai yang dimiliki oleh masing-masing dan kemudian
berusaha memberi diri untuk dikenal serta mengenal orang pihak lain.

3.5 Sikap Kristen Yang Benar Terhadap Yang Beragama Lain

Dari pembahasan terdahulu telah dicoba mengemukakan pemahaman Kristen


terhadap agama-agama lain. Pemahaman-pemahaman ita akan mendasari sikap dan perilaku
Kristen terhadap orang-orang bukan Kristen. Ternyata dalam agama-agama bukan Kristen
dapat ditemukan nilai-nilai paralel dengan iman Kristen. Menurut iman Kristen bahwa orang-
orang bukan Kristen adalah juga Mereka juga adalah ciptaan Tuhan, Allah hadir tengah-
tengah kehidupan mereka. Allah bebas menggerakkan hati mereka.

Demikian juga Kristus, tidak hanya terbatas dalam dunia Kristen, L Neuner berkata
bahwa: Kristen adalah hidup Kristus. Dia sanggup menemani setiap manusia dalam keadaan
hidup dan keadaan hati masing-masing.

4
BAB III

KESIMPULAN

Kerukunan adalah sikap saling mengakui, menghargai, toleransi yang tinggi antar
umat beragama dalam Masyarakat multicultural sehingga umat beragama dapat hidup rukun,
daman dan berdampingan. Kita sebagai umat Kristen harus mampu menjadi garam dan terang
dunia. Diantara Masyarakat yang majemuk dengan menciptakan toleransi, persaudaraan,
persahabatan antar umat beragama, antar suku, antar ras didorong oleh kasih dari Tuhan
Yesus Kristus dalam Masyarakat yang berbeda beda.

5
DAFTAR PUSTAKA

Buku Pendidikan Agama Kristen, Penerbit Partama Mitra Sari

Anda mungkin juga menyukai