Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH KELOMPOK AGAMA

“KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DALAM BERMASYARAKAT”


Dosen Pengampu: Bona Purba, M.pd.K

Disusun Oleh:

A4

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan tugas kelompok untuk mata kuliah
Pendidikan Agama Kristen ini dengan judul “Kerukunan Umat Beragama dalam
Bermasyarakat”. Kami juga berterimakasih kepada Bapak Bona Purba, M.Pd.K
selakui dosen pengampu mata kuliah Pendidikan Agama Kristen ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dikarenakan keterbatasan pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Tapi, ini
kami buat berdasarkan pendapat kami dan juga para ahli. Oleh karena itu, kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak untuk penyempurnaan dan memperbaiki makalah yang akan
kami buat di masa yang akan datang.

Mengingat tidak ada segala sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun, sekirannya laporan yang disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya dan mendengarnya.

Medan, 14 Juni 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................5
1.3 TUJUAN...............................................................................................6
BAB II................................................................................................................7
ISI.......................................................................................................................7
2.1 Pengertian Toleransi Dan Intoleransi............................................7
2.1.1 Toleransi............................................................................................7
2.2 Problematika Kerukunan Antar Umat Beragama.....................10
2.3 Sikap Toleransi Terhadap Umat Beragama................................13
2.4 Kebersamaan Dalam Kegiatan Sosial Yang Melibatkan
Pelayanan Masyarakat Dan Bantuan Kemanusisaan.................16
BAB III............................................................................................................23
PENUTUP.......................................................................................................23

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Agama merupakan elemen fundamental dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu
kebebasan umat beragama harus dihargai dan dijamin. Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa
yang religius, memiliki 5 agama yang di akui. Dapat dikatakan Indonesia merupakan negara
yang sangat kooperatif dalam menjalankan kehidupan beragama. Disamping itu Indonesia juga
memiliki dinamika dan dialektika dalam kehidupan bernegara di atas pilar Pancasila, UUD 45,
NKRI dan Bhineka Tunggal Ika.

Komitmen terhadap empat pilar tersebut merupakan ikhtiar mewujudkan suasana damai
dan harmonis,namun dalam kenyataannya pada akhir – akhir ini terjadi banyak intoleransi
agama. Disinilah pentingnya pendidikan pancasila sebagai ikhtiar memahami esensi inti sari
pancasila,mencegah konflik dan disintegrasi bangsa.Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang
artinya berbeda – beda tetapi tetap satu, tidak sesuai dengan keadaan masyarakat Indonesia pada
zaman ini.

Dengan banyaknya suku, budaya, dan agama yang berbeda – beda sering kali
menyebabkan konflik dalam masyarakatIndonesia, salah satunya yaitu konflik antar agama yang
saat ini sering terjadi. Dengan perbedaan tersebut apabila tidak terpelihara dengan baik bisa
menimbulkan konflik antar umat beragama yang bertentangan dengan nilai dasar agama itu
sendiri yang mengajarkan kepada kita kedamaian, hidup saling menghormati, dan saling tolong
menolong.Namun sering kali masih banyak masyarakat tidak memahami hal tersebut,
masyarakat lebih mementingkan kebenaran, kekuasaan, dan sebagainya yang akhirnya
berdampak padatimbulnya rasa tidak saling menghargai, menghormati dan rendahnya kesadaran
tolong menolong dan toleransi di antara masyarakat atau tidak ada kerukunan dalam umat
beragama.

Maka dari itu dalam makalah ini kami akan membahas mengenai apa itu toleransi dan
intoleransi, problematika kerukunana antar umat beragama, sikap toleransi terhadap umat

iv
beragama, kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan masyarakt dan
bantuan kemanusiaan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dari latar belakang diatas kami menemukan beberapa rumusan masalah yaitu :

1. Apa itu toleransi dan intoleransi ?

2. Apa problematika kerukunan antar umat beragama?

3. Bagaimana sikap toleransi terhadap umat beragama?

4. Bagaimana kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan masyarakat dan
bantuan kemanusiaan?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui sikap toleransi dan intoleransi

2. Mengetahui problematika kerukunan antar umat beragama

3. Mengetahui sikap toleransi terhadap umat beraganma

4. Mengetahui kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan masyarakat dan
bantuan kemanusiaan

v
BAB II

ISI

2.1 PENGERTIAN TOLERANSI DAN INTOLERANSI


2.1.1 Toleransi
Toleransi atau Toleran secara bahasa kata ini berasal dari bahasa latin tolerare yang
berarti "menanggung", "menerima dengan sabar", atau "membiarkan". Pengertian toleransi
secara luas adalah suatu perilaku atau sikap manusia yang "tidak menyimpang dari hukum
berlaku" disuatu negara, di mana seseorang menghormati atau menghargai setiap tindakan yang
dilakukan orang lain selama masih dalam batasan tertentu.
Sikap toleransi dapat menghindari terjadinya diskriminasi seperti rasisme walaupun
banyak terdapat kelompok atau golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat.
Toleransi terjadi karena adanya keinginan-keinginan untuk sedapat mungkin menghindarkan diri
dari perselisihan yang saling merugikan kedua belah pihak. Contoh sikap toleransi secara umum
antara lain: menghargai pendapat mengenai pemikiran orang lain yang berbeda dengan kita, serta
saling tolong-menolong antar sesama manusia tanpa memandang suku, ras, agama, dan antar
golongan.
Istilah toleransi mencakup banyak bidang. Salah satunya adalah toleransi beragama, yang
merupakan sikap saling menghormati dan menghargai antar penganut agama lain, seperti:
a. Tidak memaksakan orang lain untuk menganut agama kita;
b. Tidak mencela/menghina agama lain dengan alasan apapun; serta
c. Tidak melarang ataupun mengganggu umat agama lain untuk beribadah sesuai
agama/kepercayaan masing-masing.
Toleransi beragama adalah sikap saling menghormati, saling menghargai setiap
keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela ataupun menghina agama
lain dengan alasan apapun. Orang yang toleran juga tidak menganggu aktifitas agama orang lain,
tidak merusak tempat ibadah dan tidak menganggu keyakinan orang beragama. Seperti apa yang
disebutkan dalam kakawin Sutasoma karangan Mpu Tantular “Bhineka Tunggal Ika Tan Hana
Dharma Mangrwa” yang artinya: berbeda-beda tetapi satu, tidak ada kebenaran yang kedua. Kita

vi
adalah bangsa Indonesia yang bernaung di bawah negara kesatuan Repulblik Indonesia. Jangan
karena suatu perbedaan, kita menjadi terpecah belah, kita adalah satu bangsa Indonesia.

Dari suku manapun asal kita, dari keturunan apapun kita, dari agama apapun kita, kita
adalah satu, bangsa Indonesia. Demikian pula di agama Hindu, kita banyak mengenal sebutan
atau nama Tuhan, apakah disebut Iswara, Brahma, Wisnu, Siwa, dan lainnya. Sesungguhnya, itu
hanya sebutan dari manifestasi Tuhan di dalam fungsi dan tugasnya. Dalam sila pertama
Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, memberikan kebebasan kepada setiap individu untuk
meyakini kepercayaannya masing-masing, menjalankan ajaran agamanya, dan menjunjung tinggi
keyakinan dari umat lain.
Tujuan toleransi beragama adalah meningkatkan iman dan ketakwaan masing-masing
penganut agama dengan kenyataan ada agama lain. Dengan demikian, kita sebagai umat yang
menganut ajaran agama, semakin menghayati dan memperdalam ajaran agama dan berusaha
untuk mengamalkannya, mencegah terjadinya perpecahan antara umat beragama akibat
perbedaan.
Agama bukan alat untuk pemecah belah. Agama adalah alat untuk mempersatukan umat.
Ketika terjadi perpecahan siapa yang rugi? Perpecahan dapat merugikan masing-masing invidu
di dalam melakukan aktivitasnya. Dengan terciptanya toleransi beragama, kita dapat saling
melengkapi antara yang satu dengan yang lain dan menyatukan perbedaan. Jangan karena
berbeda keyakinan dijadikan suatu permusuhan.
Toleransi beragama bisa kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, bergaul
dengan semua orang tanpa membedakan kepercayaan masing-masing; menghargai dan
memberikan kesempatan kepada teman yang berbeda agama tanpa ada diskriminasi. Jadi,
toleransi beragama berarti bahwa setiap orang memiiki persamaan hak dan harus diperlakukan
sama dalam hidupnya demi kedamaian, kenyamanan, dan kesejahtraan bersama.
Hidup di tengah-tengah masyarakat yang beragam membuat kita belajar untuk memahami bahwa
pola pikir setiap orang berbeda-beda karena terbentuk dari latar belakang yang berbeda pula.
Perbedaan tidaklah menjadi penghalang bagi kita untuk menjalin persahabatan yang saling
membangun.
Ayat Alkitab yang bisa menjadi pedoman untuk menjalani kehidupan yang toleransi adalah
Matius 22:37-39, yaitu tentang kasih.

vii
Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan
segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang
pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia
seperti dirimu sendiri.
Ayat ini mengingatkan kita bahwa mengasihi sesama manusia sama nilainya dengan mengasihi
Tuhan Allah. Mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi yang akan
memampukan kita untuk mengasihi sesama. Jika kita mengasihi Tuhan, kita pasti ingin
menyenangkan hati Tuhan dengan melakukan kehendak-Nya dan meneladani kebaikan-Nya.
Sama seperti Allah yang tidak memandang bulu (Roma 2:11 berkata "Sebab Allah tidak
memandang bulu. Sebab, Allah tidak pilih kasih. Sebab Allah tiada menilik atas rupa
orang." Dan Ulangan 10:17 bunyinya "Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan
Tuhan segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu
ataupun menerima suap"), bersikap toleransi sudah sepatutnya kita lakukan sebagai anak-
anak-Nya.

2.1.2 Pengertian Intoleransi


Intoleransi adalah sikap abai atau rasa ketidakpedulian terhadap eksistensi orang lain,
sebagaimana dijelaskan dalam buku bertajuk Bagaimana Menghancurkan Pikiran-pikiran Negatif
dan Menjadi Pribadi Positif + Bahagia karya Danieda Fanun.
(Ibrani 12.15 “Pastikan supaya jangan ada seorangpun yang kehilangan Anugerah Allah;
pastikan juga supaya jangan ada akar pahit yang tumbuh dan menimbulkan masalah
sehingga mencemari banyak orang.”)
Sikap intoleransi seringkali tidak manusiawi sehingga memicu konflik dan kebencian atas
sebuah perbedaan.
Orang intoleransi akan dengan mudahnya tidak menghargai dan merendahkan orang lain.
(Kisah Para Rasul 15:39 Maka, terjadilah perselisihan yang tajam sehingga mereka
berpisah satu sama lain.)

Contoh Sikap dan Perilaku Intoleransi:

viii
Indonesia adalah negara yang kaya akan perbedaan. Rakyat Indonesia sendiri adalah
rakyat yang beraneka ragam. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya suku yang ada di Indonesia,
Setiap daerah memiliki agama hingga ras yang berbeda-beda. Hal ini tentunya harus menjadi
kebanggaan bagi rakyat Indonesia. Rakyat Indonesia dapat hidup berdampingan dengan tenteram
dan damai di atas perbedaan.

Akan tetapi masih ada oknum-oknum yang bersikap intoleran akan perbedaan di Indonesia.
Adapun beberapa contoh sikap dan perilaku intoleransi sebagai berikut:

 Mengejek agama lain


 Mengolok-olok teman yang memiliki perbedaan warna kulit
 Hanya ingin berteman dengan orang yang seagama
 Tidak menghormati dan menghargai orang lain karena perbedaan suku
 Mengganggu orang yang sedang beribadah
Matius 5:44 tertulis “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah
bagi mereka yang menganiaya kamu.”

2.2 PROBLEMATIKA KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA


Kerukunan dapat diartikan sebagai kondisi hidup dan kehidupan yang mencerminkan
suasana damai, tertib, tentram, sejahtera, hormat menghormati, harga menghargai, tenggang rasa,
gotong royong sesuai dengan ajaran agama dan kepribadian pancasila

Dalam kerukunan hubungan antar umat beragama sangat penting dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara, agar tidak terjadi konflik-konflik antar masyarakat yang sering
mengataas namakan agama, semua itu harus diperhatikan terutama hubungan antar-antar agama.
Hubungan antar agama dapat diartikan sebagai bentuk solidaritas sesama manusia yang
ditunjukan dalam kehidupan yang harmonis, menghormati semua agama yang ada serta
terjalinnya hubungan sosial yang baik antar umat beragama dalam segala bidang, sehingga
tercipta kerukunan dalam umat beragama.

ix
Tetapi , masa kini dapat kita lihat banyak terjadi problematika kerukunan antar umat
beragama. Adanya problematika tentu karena dipicu oleh beberapa hal. Berikut penyebab
adanya problematika :

1. Intoleransi dan Diskriminasi

Intoleransi agama adalah salah satu masalah utama yang menghalangi kerukunan antar umat
beragama. Diskriminasi berbasis agama terjadi ketika individu atau kelompok mengalami
perlakuan yang tidak adil atau terbatas dalam hal hak-hak, pekerjaan, pendidikan, atau akses ke
fasilitas umum hanya karena keyakinan agama mereka.

2. Konflik Agama

Konflik antar agama sering kali berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan dan
bahkan berdarah. Ketegangan etnis dan agama yang saling berlawanan, sering kali dipicu
oleh perbedaan keyakinan agama, interpretasi yang berbeda terhadap doktrin agama, atau
persaingan politik yang memanfaatkan perbedaan agama untuk menciptakan ketegangan.

3. Ekstremisme Agama

Ekstremisme agama merujuk pada pandangan yang radikal dan terdistorsi dari agama
tertentu. Kelompok-kelompok ekstremis dapat menggunakan kekerasan atau propaganda
untuk memperjuangkan agenda agama mereka, yang seringkali bertentangan dengan prinsip-
prinsip kerukunan dan toleransi.

4. Kurangnya Pengetahuan dan Pendidikan Agama

x
Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang agama-agama yang berbeda dapat
menjadi hambatan dalam mencapai kerukunan. Ketidakfahaman atau stereotip yang salah
sering kali menjadi pemicu ketegangan antar umat beragama.

5. Politik Identitas

Penggunaan agama untuk tujuan politik dapat memicu konflik antar umat beragama.
Politik identitas mencoba memperkuat kesetiaan agama sebagai landasan utama dalam
mengorganisir masyarakat, yang pada gilirannya dapat memperdalam perpecahan dan
memperkuat ketegangan antar umat beragama.

6. Pengaruh Media dan Propaganda

Media massa dan media sosial dapat memainkan peran penting dalam membentuk
persepsi dan opini tentang agama. Informasi yang salah atau propaganda yang berpusat pada
agama tertentu dapat memicu kebencian dan mengancam kerukunan antar umat beragama.

Contoh Studi Kasus: pembakaran gereja pada awal Ramadhan di Kepulauan Riau

Ritual bakar gereja kembali terjadi di Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau. Di
hari pertama umat Muslim menjalankan ibadah puasa, tiga gereja di kabupaten tersebut
dibakar. Yaitu, Gereja Pentakosta di Indonesia (GPI), Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
dan Gereja Methodist Indonesia (GMI). Motifnya relatif sama. ratusan massa mendatangi
gereja, menyiramnya dengan bensin lalu membakar rumah peribadatan umat Kristen itu.
Berdasarkan informasi, pembakaran yang dilakukan oleh ratusan massa tersebut diduga
karena bangunan belum mengantongi izin dan aktivitasnya mengganggu ibadah puasa.

Pembakaran gereja mengatasnamakan rakyat bukan pertamakalinya terjadi di kabupaten


ini. Pada bulan April 2011 lalu, satu bangunan gereja juga hangus di lalap si jago merah.
Pelakunya adalah massa pendukung salah satu calon Bupati yang kecewa karena "jago-nya"
kalah. Atas dasar kekesalan itu, gereja yang dimanfaatkan umat Katolik Kuantan Singingi

xi
itupun dimusnahkan. Lebih parahnya lagi, protes dan aksi anarkis tersebut datang dari
sekelompok warga yang pongah dengan kemayoritasannya di negeri ini. Padahal, satu nilai
yang menunjukkan besarnya sebuah negara adalah kemampuan masyarakatnya untuk saling
menghargai. Masalah izin ini juga menimbulkan hambatan besar bagi umat Kristen di
Indonesia untuk memiliki rumah ibadah. Karena, fakta di lapangan, sangat sulit bagi umat
Kristen untuk mendapatkan izin tersebut. Kalaupun pemerintah setuju, warga sekitar kerap
enggan memberi izin dengan alasan mengganggu ketentraman. Seakan- akan, keberadaan
gereja di lingkungan itu ditujukan sebagai markas penjahat Sebaliknya, ketika masyarakat
menunjukkan sikap baik dilandasi toleransi yang tinggi, giliran aparatur pemerintah yang
pongah dengan fanatisme berlebihannya.

Dari Studi Kasus tersebut cara yang tepat untuk mengatasi masalah kerukunan antar umat
beragama membutuhkan upaya kolektif dari pemerintah, kelompok agama, masyarakat sipil,
dan individu. Beberapa solusi yang mungkin meliputi: meningkatkan pendidikan agama yang
inklusif dan pemahaman antaragama, mempromosikan dialog dan kerjasama antaragama,
mendorong toleransi dan menghormati hak asasi manusia untuk semua, dan memerangi
diskriminasi agama melalui kebijakan dan perlindungan hukum yang kuat.

2.3 SIKAP TOLERANSI TERHADAP UMAT BERAGAMA


Toleransi merujuk pada sikap saling menghargai antar sesama. Sikap menghargai
ini penting untuk lingkungan yang damai dan beragam. Toleransi termasuk sikap positif
yang baik untuk menjaga kerukuranan, serta mencegah konflik dari masyarakat.
Indonesia terdiri dari beragam suku, budaya, dan agama yang bisa memicu diskriminasi.
Banyak kasus intoleransi akibat perbedaan suku dan keyakinan. Sikap toleransi perlu
disiapkan sejak kecil, untuk menjaga perbedaan yang ada di masyarakat. Toleransi
berkaitan dengan pendidikan kewarganegaraan, untuk menumbuhkan toleransi, tanggung
jawab, disiplin, dan berpikir kritis. Nilai-nilai toleransi ini menjadi bekal, untuk
menghargai perbedaan dan pendapat sesama warga negara.

xii
Toleransi adalah cara menghargai, membolehkan, membiarkan pendirian pendapat,
pandangan, kepercayaan, kebiasaan yang bertentangan dengan pendirinya. Sikap
toleransi menjaga kedamaian dan kerukunan di dalam masyarakat.

 Toleransi dalam Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia, tertulis di lambang


Garuda Pancasila. Kata tersebut berada di pita yang dicengkeram di kaki burung Garuda.
Mengutip dari buku Pendidikan Toleransi Berbasis Kearifan Lokal, semboyan negara
diatur dalam pasal 36A UUD 1945. Arti kata Bhinneka Tunggal Ika yakni “Berbeda-beda
tetapi tetap satu”.

Kata Bhinneka ini menjelaskan keberagaman suku, bahasa, agama, ras, dan
budaya di Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika menjelaskan meski berbeda, namun tetap
satu yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Semboyan ini menghubungkan
toleransi dari bangsa yang majemuk. Sikap dan perilaku toleran perlu diciptakan, caranya
menghormati dan menghargai perbedaan yang ada. Perilaku toleransi terwujud dari
keberagaman suku, agama, ras, dan budaya. Penjelasannya sebagai berikut:

 Toleransi Toleransi Beragama

Sila pertama Pancasila, berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Artinya Indonesia
adalah negara Ketuhanan, menghendaki warganya untuk menganut satu agama atau
kepercayaan. Di Indonesia, ada 6 agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu,
Budha, dan Konghucu. Tanpa adanya toleransi umat beragama akan terjadi diskriminasi,
kekerasan, dan konflik antar masyarakat berbeda keyakinan. Pasal 29 Ayat 2 UUD 1945,
mengatur setiap warga negara untuk memeluk agama dan menjamin perlindungan. Pasal
29 Ayat 2 berbunyi “Negara menjamin tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama
masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya.

Pasal tersebut menjelaskan setiap orang berhak memeluk agama, serta negara
melindungi warganya untuk beribadah.

Contoh Toleransi Beragama

xiii
1. Menghargai perbedaan: Menghargai perbedaan keyakinan atau agama orang lain sebagai
hal yang wajar dan normal, serta menghindari tindakan yang merendahkan atau melecehkan
keyakinan orang lain.

2. Bertoleransi dalam berkomunikasi: Dalam berkomunikasi dengan orang lain, hendaknya


selalu menghindari pembicaraan yang menyudutkan atau merendahkan keyakinan orang lain.
Bicaralah dengan sopan, jangan menyerang keyakinan atau pandangan orang lain secara
langsung.

3. Menghindari prasangka buruk: Hindari prasangka buruk terhadap seseorang hanya karena
agama atau keyakinannya. Terkadang prasangka buruk ini muncul karena ketidaktahuan atau
kurangnya pengalaman terhadap agama atau keyakinan yang berbeda.

4. Menciptakan lingkungan yang inklusif: Selalu menciptakan lingkungan yang inklusif dan
ramah terhadap semua agama. Tidak hanya memberikan dukungan pada agama yang kita
anut saja.

5. Meningkatkan kegiatan interfaith: Mengambil bagian dalam kegiatan interfaith seperti


dialog antaragama, seminar atau workshop dapat membantu mempererat hubungan dengan
orang-orang dari berbagai agama dan meningkatkan pemahaman terhadap budaya dan
keyakinan mereka.

Menunjukkan sikap toleransi terhadap umat beragama akan membantu menciptakan


lingkungan yang harmonis dan damai, di mana setiap orang merasa aman dan nyaman untuk
menjalankan keyakinan dan agamanya tanpa takut atau dianiaya.Unsur-Unsur Toleransi

 Memberi Kebebasan dan Kemerdekaan

Kebebasan adalah kemampuan individu untuk bertindak sesuai keinginannya. Pada


dasarnya setiap manusia punya hak untuk memperoleh kebebasan berpendapat dan bertindak.
Hak kebebasan ini telah disepakati oleh Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.

 Mengakui Hak Setiap Orang

xiv
Dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia yang diadopsi oleh Persatuan Bangsa-
Bangsa (PBB), setiap orang yang lahir punya hak sama. Hak asasi ini termasuk diakui,
dihormati, dijunjung tinggi. Tanpa adanya hak asasi, akan terjadi penindasan pada individu.

Pengertian Tanggung Jawab dan Contohnya dalam Masyarakat

Menghormati Keyakinan Orang Lain

Setiap orang memiliki hak untuk memeluk agama tanpa paksaan dari orang lain. Hak
kebebasan dalam beragama ini termasuk beribadah dan taat pada agama yang dianut. Di
Indonesia, toleransi beragama diatur dalam UUD 1945. Toleransi diperlukan untuk
menghargai seseorang yang ada di lingkungan maupun organisasi, berhak meyakini
agama yang berbeda. Selain itu, toleransi diperlukan untuk tidak membeda-bedakan
teman yang berbeda keyakinan

2.4 KEBERSAMAAN DALAM KEGIATAN SOSIAL YANG MELIBATKAN


PELAYANAN MASYARAKAT DAN BANTUAN KEMANUSISAAN
Bagi orang Kristen, kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan
masyarakat atau bantuan kemanusiaan memiliki landasan yang kuat dalam ajaran dan
nilai-nilai iman mereka. Dalam Kekristenan, kebersamaan dipandang sebagai salah satu
aspek penting dari hidup bersama sebagai komunitas yang melayani dan mengasihi
sesama. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan kebersamaan dalam konteks
kegiatan sosial bagi orang Kristen:

 Teladan Yesus Kristus: Orang Kristen mengambil teladan dari Yesus Kristus,
yang dengan rendah hati dan kasih-Nya, melayani dan membantu orang lain.
Kebersamaan dalam kegiatan sosial mencerminkan sikap belas kasih dan
pelayanan Kristus kepada sesama manusia.
 Tanggung Jawab Sosial: Bagi orang Kristen, pelayanan masyarakat dan bantuan
kemanusiaan adalah panggilan untuk memenuhi tanggung jawab sosial mereka

xv
sebagai orang percaya. Mereka diilhami oleh ajaran Alkitab yang menekankan
pentingnya melayani orang lain, khususnya yang membutuhkan.
 Perhatian terhadap Kemiskinan dan Kesengsaraan: Orang Kristen dipanggil
untuk peduli terhadap mereka yang menderita kemiskinan, kesengsaraan, atau
kesulitan. Kebersamaan dalam kegiatan sosial memungkinkan mereka untuk
bersama-sama bekerja dalam mengatasi masalah sosial dan memberikan bantuan
yang diperlukan.
 Kehidupan dalam Komunitas: Kegiatan sosial dan bantuan kemanusiaan
biasanya dilakukan dalam konteks komunitas gereja atau kelompok Kristen. Ini
menciptakan ikatan yang erat antara anggota komunitas, menguatkan
kebersamaan mereka, dan mendorong kerjasama dalam melayani orang lain.
 Pelayanan Sebagai Wujud Iman: Bagi orang Kristen, pelayanan masyarakat
dan bantuan kemanusiaan bukan hanya tindakan sosial semata, tetapi juga
merupakan wujud konkret dari iman mereka. Kebersamaan dalam kegiatan
semacam itu menjadi kesaksian hidup bagi iman mereka dan dapat menginspirasi
orang lain untuk ikut serta dalam tindakan belas kasih.
 Doa Bersama: Kebersamaan dalam kegiatan sosial orang Kristen juga mencakup
doa bersama. Mereka memohon kepada Allah untuk memberkati upaya mereka,
memberikan kekuatan, hikmat, dan kemampuan untuk melayani dengan baik. Doa
bersama juga memperkuat ikatan spiritual dan saling dukung dalam komunitas.

Dalam keseluruhan, kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan


masyarakat atau bantuan kemanusiaan bagi orang Kristen melibatkan iman, belas kasih,
dan tanggung jawab sosial mereka. Dalam ikatan komunitas, mereka saling mendorong,
saling menguatkan, dan bersama-sama berkomitmen untuk memperbaiki keadaan orang
lain dan mencerminkan kasih Kristus di dunia ini. Kebersamaan dalam kegiatan sosial
yang melibatkan pelayanan masyarakat atau bantuan kemanusiaan sangat penting untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Berikut adalah beberapa cara di mana kebersamaan
dapat diperkuat dalam kegiatan semacam itu:

xvi
 Kolaborasi Tim: Membentuk tim yang solid dan terkoordinasi adalah langkah
pertama dalam membangun kebersamaan. Setiap anggota tim harus memiliki
peran yang jelas dan saling mendukung satu sama lain dalam mencapai tujuan
yang ditetapkan.
 Komunikasi Efektif: Komunikasi yang terbuka, jelas, dan berkesinambungan
sangat penting dalam memperkuat kebersamaan. Anggota tim harus merasa
nyaman untuk berbagi gagasan, masalah, dan solusi secara terbuka. Komunikasi
yang baik juga membantu menghindari kesalahpahaman dan meningkatkan
efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan.
 Saling Menghargai: Setiap individu dalam kegiatan sosial atau bantuan
kemanusiaan memiliki pengalaman, keahlian, dan perspektif yang berbeda.
Menghargai kontribusi dan perbedaan tersebut sangat penting dalam membangun
kebersamaan. Semua anggota tim harus diperlakukan dengan rasa hormat dan
saling mendukung.
 Pemecahan Masalah Bersama: Dalam situasi yang kompleks atau sulit, penting
untuk mencari solusi bersama sebagai tim. Melibatkan seluruh anggota tim dalam
proses pengambilan keputusan dan pemecahan masalah dapat memperkuat
kebersamaan dan menghasilkan solusi yang lebih baik.
 Berbagi Pengetahuan dan Keterampilan: Dalam kegiatan sosial atau bantuan
kemanusiaan, setiap anggota tim membawa pengetahuan dan keterampilan yang
berbeda. Membuka diri untuk saling berbagi pengetahuan dan keterampilan tidak
hanya meningkatkan efektivitas tim, tetapi juga memperkuat kebersamaan melalui
pembelajaran dan pertumbuhan bersama.
 Menghormati Peran dan Kontribusi Setiap Anggota: Setiap peran dalam
kegiatan tersebut memiliki nilai dan kontribusinya sendiri. Mengakui dan
menghormati peran masing-masing anggota tim adalah bagian penting dari
kebersamaan. Tidak ada peran yang lebih atau kurang penting, dan setiap
kontribusi harus dihargai.
 Merayakan Keberhasilan Bersama: Ketika mencapai tujuan atau mengatasi
tantangan, penting untuk merayakan keberhasilan bersama sebagai tim. Ini dapat

xvii
meningkatkan semangat, memupuk kebersamaan, dan memperkuat ikatan antar
anggota tim.

Dengan memperkuat kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan


masyarakat atau bantuan kemanusiaan, tim akan mampu bekerja secara efektif, mencapai
hasil yang lebih baik, dan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat yang
membutuhkan bantuan.

Contoh Kasus: Kebersamaan dalam kegiatan sosial yang melibatkan pelayanan


masyarakat Kristen adalah sebagai berikut:

Kasus: Pelayanan Kemanusiaan bagi Korban Bencana Alam

Deskripsi : Komunitas gereja Kristen di sebuah kota terkena dampak bencana alam yang
mengakibatkan kerusakan yang luas. Banyak rumah hancur, infrastruktur rusak, dan
masyarakat mengalami kesulitan mendapatkan kebutuhan dasar seperti makanan, air
bersih, dan perlindungan. Dalam situasi ini, gereja-gereja di wilayah tersebut bersatu
dalam upaya memberikan pelayanan kemanusiaan bagi para korban bencana alam.

Tindakan dan Kebersamaan:

 Mobilisasi Tim Bantuan: Setiap gereja membentuk tim bantuan yang terdiri dari
sukarelawan yang siap membantu dalam pelayanan kemanusiaan. Tim ini terdiri
dari berbagai latar belakang, mulai dari petugas medis, relawan penanganan
darurat, hingga anggota gereja yang memiliki keterampilan khusus seperti
konstruksi dan perawatan.
 Pengumpulan Bantuan: Gereja-gereja mengkoordinasikan upaya pengumpulan
bantuan dari jemaat mereka, seperti makanan, air bersih, pakaian, selimut, dan
obat-obatan. Mereka juga bekerja sama dengan organisasi non-pemerintah lokal
dan lembaga amal untuk memperluas jangkauan bantuan. (Lukas 12:33) Juallah

xviii
segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak
dapat menjadi tua, suatu harta di surga yang tidak akan habis, yang tidak dapat
didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat.
 Pusat Pelayanan Darurat: Sebuah gereja besar yang tidak terlalu terdampak
bencana dialihfungsikan menjadi pusat pelayanan darurat. Di sana, korban
bencana dapat mencari perlindungan sementara, mendapatkan makanan, dan
layanan medis dasar. Tim bantuan dari gereja lain bergabung di pusat ini untuk
memberikan dukungan.
 Pemulihan dan Rekonstruksi: Setelah situasi darurat mereda, gereja-gereja terus
bekerja sama untuk membantu masyarakat dalam proses pemulihan dan
rekonstruksi. Mereka membentuk kelompok kerja untuk memperbaiki rumah-
rumah yang rusak, membangun kembali infrastruktur yang hancur, dan
memberikan bantuan untuk memulai usaha kembali. (Roma 12:13) Bantulah
dalam kekurangan orang-orang kudus dan usahakanlah dirimu untuk selalu
memberikan tumpangan!
 Pendampingan dan Penguatan: Kebersamaan dalam kegiatan sosial ini juga
melibatkan pendampingan jangka panjang bagi korban bencana. Gereja-gereja
mengorganisir program pemulihan emosional, pelatihan keterampilan, dan
pembentukan kelompok dukungan untuk membantu korban mengatasi trauma dan
membangun kembali kehidupan mereka.
 Berdoa: Doa adalah langkah pertama yang dapat kita ambil. Berdoa untuk
keselamatan, perlindungan, dan kekuatan bagi mereka yang terkena dampak
kebakaran, termasuk korban, keluarga, dan petugas pemadam kebakaran. Berdoa
juga untuk memberikan hikmat kepada mereka yang terlibat dalam upaya
pemulihan.
 Bantuan Evakuasi: Jika aman dan memungkinkan, kita dapat membantu dalam
proses evakuasi penduduk yang terancam oleh kebakaran. Mengingatkan dan
membantu mereka yang mungkin memerlukan bantuan ekstra, seperti anak-anak,
orang tua, atau orang dengan mobilitas terbatas. (Galatia 6: 9 )Janganlah kita
jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan
menuai, jika kita tidak menjadi lemah

xix
 Mendukung Korban: Setelah kebakaran, banyak orang akan kehilangan tempat
tinggal, barang-barang mereka, dan mungkin mengalami trauma. Kita dapat
memberikan dukungan emosional dan praktis kepada korban, seperti memberikan
makanan, air, pakaian, selimut, atau tempat penampungan sementara. Melalui
gereja atau kelompok Kristen setempat, kita bisa mengorganisir upaya
pengumpulan dan distribusi bantuan ini.
 Menyediakan Bantuan Medis: Jika ada korban luka akibat kebakaran, kita bisa
membantu menyediakan pertolongan pertama dan, jika diperlukan, membantu
mereka mencari fasilitas medis terdekat. Menghubungi layanan darurat atau
menghubungkan mereka dengan petugas medis adalah langkah yang penting.
 Menggalang Dana: Mengorganisir kampanye penggalangan dana melalui gereja
atau kelompok Kristen untuk membantu korban kebakaran adalah cara praktis
untuk memberikan bantuan finansial. Dana yang terkumpul dapat digunakan
untuk membantu mereka memulihkan kehidupan mereka, memperoleh
perlengkapan penting, atau membangun kembali rumah mereka.
 Menyediakan Dukungan Spiritual: Selain bantuan materi, menyediakan
dukungan rohani sangat penting. Kita bisa memberikan dukungan melalui doa,
mendengarkan cerita mereka, memberikan nasihat atau nasehat rohani yang
sesuai, atau mengorganisir sesi doa dan pertemuan kebaktian khusus untuk korban
dan keluarga mereka.
 Membantu dalam Pemulihan Jangka Panjang: Proses pemulihan setelah
kebakaran dapat memakan waktu lama. Kita bisa membantu dalam upaya
pemulihan jangka panjang, seperti memobilisasi relawan untuk membantu
membersihkan dan memulihkan daerah yang terkena dampak kebakaran, serta
mendukung program-program rekonstruksi dan rehabilitasi.

Ayat Pendukung teori tersebut

Ibrani 13:16 Dan janganlah kamu lupa berbuat baik dan memberi bantuan, sebab
korban-korban yang demikianlah yang berkenan kepada Allah.

Efesus 4:28 Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia
bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri,

xx
supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan.

Yohanes 15:13 Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang
memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.

Yesaya 61:1 Roh Tuhan ALLAH ada padaku, oleh karena TUHAN telah
mengurapi aku; Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar baik kepada
orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk
memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan kepada orang-orang
yang terkurung kelepasan dari penjara.

Yakobus 1:27 Ibadah yang murni dan yang tak bercacat di hadapan Allah, Bapa
kita, ialah mengunjungi yatim piatu dan janda-janda dalam kesusahan mereka,
dan menjaga supaya dirinya sendiri tidak dicemarkan oleh dunia.

Dalam kasus ini, kebersamaan dalam kegiatan sosial membawa gereja-gereja


Kristen bersatu dalam memberikan pelayanan kemanusiaan bagi korban bencana alam.
Mereka saling mendukung, berbagi sumber daya, dan bekerja sama untuk memperbaiki
kondisi masyarakat yang terdampak. Kebersamaan ini menggambarkan nilai-nilai Kristen
seperti kasih, belas kasihan, penting untuk bekerja sama dengan otoritas setempat,
lembaga amal, dan organisasi bantuan yang sudah berpengalaman. Melalui upaya
bersama, kita dapat memberikan dukungan dan kasih kepada mereka yang terkena
dampak kebakaran, serta menjadi saksi nyata dari kasih dan pelayanan Kristus di dunia
ini.

xxi
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam hal potensi mewujudkan kerukunan dan potensi konfliksecara umun dapat
disimpulkan bahwa faktor pendukung pemeliharaan kerukunan yaitu: Pertama, Nilai-nilai
keuniversalan yang terkandung dalam agama itu sendiri.Artinya, tiap-tiap umat beragama
menjalin kehidupan didasari dengan aturan Tuhan yang memerintahkan umatnya agar
hidup rukun dan damai memiliki cinta kasih dan saling tolong menolong, memandang
baik orang yang tidak memusuhi kita. Seperti Kalam Tuhan: “Berbahagialah orang yang
membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah (Matius 5:9)”. Kedua,
Adanya prinsip-prinsip kemanusiaan. Artinya, tiap-tiap masyarakat memiliki aturan
tersendiri tentang bagaimana menjalinhubungan pertemanan, hubungan pertetanggaan
dan hubungan kekerabatan itu sendiri, yang dipandang baik oleh masyarakat.Ketiga,
Kesetiaan pada Falsafah Negara Pancasila dan kepatuhan menjalankan Undang-Undang
Dasar 1945.Artinya, masyarakat memahami betul nilai dan lima prinsip bimbingan etika

xxii
bagi penguasa dan rakyat agar tidak melakukan kekerasan dan agar dapat bekerja sama
serta saling tolong menolong.Sementara potensi konflik yaitu:berawal dari “prasangka”
yang merupakan hasil proses interaksi antar individu dan kelompok berbentuk sikap,
persepsi, cara berfikir dan merasa terhadap orang lain atau kelompok tertentu.

Untuk mengembangkan dan memelihara eksistensi masing-masing agamadan


keharmonisan antarumat beragama dalam komunitas mayoritas dan minoritas di Desa
Bandar Setia maka setiap agama memiliki tokoh agama yang seharusnya berperan aktif
melakukan berbagai kegiatan yang mendorong kearah terciptanya kerukunan antar umat
beragama

Mengelola perbedaan dengan sikap toleransi bisa jadi merupakan sebuah tantangan.
Setidaknya ada tiga hal yang dapat diterapkan untuk hidup di tengah keberagaman.

1. Menerima Perbedaan

Diangkat pengalaman pribadi, seseorang ini mempunyai sahabat yang


berasal dari Jayapura. Berhasil memperoleh beasiswa, ia berkuliah di tempat yang
sama denganku. Ia banyak bercerita tentang betapa berbedanya kehidupan di
Jayapura dan kebiasaan - kebiasaan yang ia lakukan di sana dengan dunia
perkuliahan di Bandung. Bukan hanya budaya, bahasa, dan pergaulan saja yang
harus ia terima, sistem pendidikan yang baru pun harus ia jalankan. Namun, ia
tidak pernah mengeluh. Ia belajar untuk menerima keadaan yang baru secara
positif dan percaya bahwa Tuhan akan menolongnya sampai akhir. "Dengan
demikian tiap-tiap manusia kepunyaan Allah diperlengkapi untuk setiap perbuatan
baik." (2 Timotius 3:17)

Tuhan menciptakan setiap manusia secara unik, dengan segala


karakteristik, potensi, dan bakat masing-masing. Toleransi tidak hanya
bersinggungan dengan agama dan budaya, tetapi juga perihal menghargai
keunikan setiap individu! Kita perlu memaknai maksud Allah yang mulia dalam
menghadirkan perbedaan, yaitu agar kita semua dapat saling melengkapi dalam
melakukan pekerjaan Tuhan di dunia sesuai dengan panggilan masing-masing.

xxiii
2. Menyesuaikan Diri

Sikap toleransi bukan hanya soal menerima perbedaan, melainkan juga


soal bagaimana kita mampu menyesuaikan diri. Seperti kata pepatah “di mana
tanah dipijak, di situ langit dijunjung”, kita harus bisa beradaptasi dengan budaya
di mana kita berada. Setiap budaya tentunya memiliki perbedaan norma. Jika kita
yang lahir dan besar di Sumatera Utara yang sudah terbiasa berbicara dengan
suara yang keras, belajar menyesuaikan diri dengan budaya Sunda yang ketika
berbicara dengan cenderung menggunakan suara yang pelan dan halus agar
suasana lebih kondusif dan dapat diterima.

Dalam 3 Yohanes 1:5, Tuhan mengingatkan kita untuk senantiasa


mencerminkan diri sebagai orang percaya terhadap siapapun dengan latar
belakang apapun, “…sekalipun mereka adalah orang-orang asing”. Dengan
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada, kita dapat diterima dimanapun
Tuhan menempatkan kita.

3. Menjadi Berkat

Di manapun, kapanpun, dan terhadap siapapun, hendaklah motivasi kita


dalam bertindak adalah untuk membagikan kasih Yesus yang sudah kita nikmati
setiap hari sehingga dapat menjadi berkat bagi sesama. Sikap toleransi membuat
kita dapat membantu dan mendukung sesama kita ketika mereka sedang dalam
kesusahan, tanpa memandang perbedaan yang ada. Hidup di tengah masyarakat
yang majemuk tidak lagi menjadi kendala ketika hidup kita dipimpin oleh Tuhan,
yang adalah kasih itu sendiri. Kita semua dianugerahi kesempatan berharga
menjadi Warga Negara Indonesia untuk menjadi garam dan terang bagi bangsa ini
tanpa terkecuali.

Dalam Kolose 4:6 "Biarlah perkataanmu selalu penuh kasih, dibumbui


dengan garam, supaya kamu tahu bagaimana seharusnya menjawab setiap orang."
Sebab perkataan dapat menjadi hal yang paling utama terjadinya perpecahan baik,
ras (suku, budaya, adat-istiadat, agama), serta sesama antar manusia.

xxiv
3.2 SARAN

DAFTAR PUSTAKA

Toleransi .(2020). Diakses pada 14 juni 2023 pukul 21.31 dari


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Toleransi

WarungSaTeKaMu.org.(2019). Menjaga Toleransi di Tengah - Tengah Masyarakat yang


Majemuk . Diakses pada 14 juni 2023 pukul 22.01 dari
https://www.warungsatekamu.org/2019/08/menjaga-toleransi-di-tengah-tengah-masyarakat-yang-
majemuk/

AO, Wahyu. (2022).13 Ayat Alkitab tentang Toleransi untuk Menjaga Kerukunan Umat
Beragama saat Natal 2022 . Diakses pada 14 juni 2023 pukul 22.31 dari
https://kabartrenggalek.com/2022/12/13-ayat-alkitab-tentang-toleransi-untuk-menjaga-
kerukunan-umat-beragama-saat-natal-2022.html/amp

Basmatulhana, Hanindita.(2022). Pengertian Intoleransi dan Contoh Sikapnya . Diakses


pada 14 juni 2023 pukul 21.28 dari https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6252541/pengertian-
intoleransi-dan-contoh-sikapnya

Problematika Keragaman Agama.(2016). Diakses pada 14 Juni 2023 pukul 21.30 dari
https://id.scribd.com/document/327532552/Problematika-Keragaman-Agama

xxv

Anda mungkin juga menyukai