Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yesus atas berkat
dan anugerah-Nya, kami dapat menyelesaikan penulisan makalah dengan tepat
waktu, dimana makalah ini berjudul “Tinjauan Teologis Etis Tentang Toleransi
dalam Keberagaman Masyarakat di Indonesia”.

Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Pendidikan agama Kristen Protestan dan mengajak para
pembaca untuk lebih mengenal tentang toleransi antar umat beragama.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Ance Marintan Damayanti


Sitohang,S.P., M.Div., M.Th. selaku Dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen Protestan yang telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah
ini, serta rekan-rekan yang turut serta membantu dan bekerja sama dalam
menyusun makalah ini.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa penulisan makalah ini masih terbatas


dan jauh dari kata sempurna, hal ini disebabkan keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, dan waktu yang dimiliki. Namun demikian, kami telah berusahaa
dan bekerja keras agar makalah ini bermanfaat bagi kami maupun bagi pembaca
sekalian.

Medan, 30 Oktober 2019

Kelompok 4

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

Daftar Isi.............................................................................................................................. 2

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 3

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 3

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................ 4

BAB II KLIPING ................................................................................................................ 5

2.1 Kumpulan Kliping............................................................................................. 5

BAB III Tinjauan Teologis Etis Tentang Antar Umat Beragama di Indonesia .................. 17

3.1 Bagaimana Gambaran Umum tentang Toleransi Antar Umat Beragama

di Indonesia ............................................................................................................. 17

3.2 Bagaimana Tinjauan Teologis Etis Kristen Tentang Toleransi Antar


Umat Beragama di Indonesia ................................................................................ 19

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 21

4.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 22

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara dengan masyarakat yang majemuk sehingga


memunculkan keanekaragaman dalam berbagai aspek kehidupan, yang juga
menyebabkan adanya lapisan sosial yag beragam. Kemajemukan yang ada tidak
hanya dalam suku, ras, dan dan golongan tetapi juga pada keberanekaragaman
agama. Adapun agama-agama atau keyakinan yang dipercaya warga Negara
Indonesia diantaranya agama Kristen, Katolik, Islam, Buddha, Hindu, dan
Konghucu.
Menyadari kenyataan tersebut, seharusnya masyarakat Indonesia sudah
bisa dan terbiasa menghargai satu sama lain dalam hal apapun termasuk dalam
hubungan antar umat beragama, karena Pancasila dan UUD 1945 menyatakan
bahwa bangsa Indonesia berhak memeluk agama yang diyakininya. Sampai
sekarang kemajemukan di Indonesia dijamin oleh Negara melalui dasar
konstitusional NKRI. Dalam UUD 1945 pasal 29 ayat 1, keberadaan keenam
agama ini diakui oleh Negara. Ini adalah pengakuan secara pasif. Tetapi juga
kebebasan untuk menganut salah satu dari keenam agama tersebut, bahkan di
dalam UUD juga diatur kebebasan untuk bertukar agama. Ini adalah pengakuan
akan kemajemukan secara aktif.
Kenyataan yang terjadi di Indonesia adalah banyak anggota masyarakat
Indonesia yang tidak menyadari arti dasar Negara Indonesia dalam kehidupan
bersama antar umat beragama. Sebagian masyarakat Indonesia dengan label
agama tertentu menganggap agamanya paling besar sehingga beranggapan bahwa
merekalah yang menjadi penentu keputusan Negara Indonesia. Bahkan ada juga
penganut agama tertentu yang secara terang-terangan menjatuhkan agama lain di
depan umum. Permasalahan tersebut diatas menjadi ancaman bagi kesatuan dan
persatuan bahkan kerukunan antar umar beragama yang terjalin selama ini di
Indonesia.

3
Agama memang tetap menjadi basis moral dan benteng spiritual, tetapi
agama juga sering membuat masyarakat hancur, karena religisitas umat beragama
mudah terprovokasi. Karena, Agama tidak bisa dengan dirinya sendiri dan
dianggap dapat memecahkan semua masalah. Agama hanya salah satu faktor dari
kehidupan manusia. Mungkin faktor yang paling penting dan mendasar karena
memberikan sebuah arti dan tujuan hidup. Tetapi sekarang kita mengetahui bahwa
untuk mengerti lebih dalam tentang agama perlu segisegi lainnya, termasuk ilmu
pengetahuan dan juga filsafat. Yang paling mungkin adalah mendapatkan
pengertian yang mendasar dari agama-agama. Jadi, keterbukaan satu agama
terhadap agama lain sangat penting. Kalau kita masih mempunyai pandangan
yang fanatik, bahwa hanya agama kita sendiri saja yang paling benar, maka itu
menjadi penghalang yang paling berat dalam usaha memberikan sesuatu
pandangan yang baik.
Untuk itu sikap toleransi yang baik diperlukan dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap
terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai kalau masing-masing
golongan agama bisa menghormati golongan lain. Pergumulan umat Kristen di
Indonesia adalah bukan hanya menjalankan ajaran agama Kristen tetapi juga
menghadirkan kasih bagi seluruh umat beragama di Indonesia. Tindakan itu
dilakukan dengan menjaga rasa toleransi antar umat beragama di Indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Adapun rumusan masalah yang dapat ditarik dari latar belakang di atas
adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana ganbaran umum tentang toleransi dalam keberagaman


masyarakat di Indonesia?
2. Bagaimana tinjauan teologis etis Kristen tentang toleransi?
3. Apa kesimpulan dan saran?

4
BAB II

KLIPING

2.1 Kliping dari internet:

1. Persekusi terhadap Biksu di Tangerang

IDN TIMES, ISTIMEWA - Kasus kekerasan agama pertama sepanjang


2018 yakni persekusi terhadap Biksu Mulyanto Nurhalim dan pengikutnya di
Desa Caringin Kecamatan Legok, Kabupaten Tangerang, Banten, pada Rabu (7/2)
dan baru viral di media sosial pada 9-10 Februari lalu. Sekelompok orang tiba-tiba
menggerebek kediaman Mulyanto. Mereka menuding sang biksu sering
mengadakan kegiatan ibadah agama Buddha di rumahnya. Yang lebih ekstrem
lagi, orang-orang itu menuding ada upaya dari Mulyanto untuk mengajak warga
sekitar berpindah agama. Dari video yang beredar hingga viral itu, Mulyanto
kemudian diminta membuat surat pernyataan dan meninggalkan rumahnya pada 4
hingga 10 Februari 2018. Di bagian akhir video, ia mengaku siap diproses secara
hukum jika terbukti melanggar surat pernyataan tersebut. Romo Kartika yang
mewakili pemuka agama Buddha membantah akan dilakukan kegiatan ibadah di
Desa Babat. Ia juga membantah akan dibangun Vihara di area tersebut. Ia
menjelaskan setiap Minggu Biksu Mulyanto mendapat kunjungan dari warga dari
luar Desa Babat, karena ingin memberikan bekal makanan. Mulyanto pun
membalasnya dengan mendoakan orang-orang yang telah memberikan bekal
makanan itu. Romo Kartika mengakui ada kekeliruan, sehingga terdapat

5
mispersepsi terhadap kegiatan Biksu Mulyanto. Sedangkan, petinggi di desa
tersebut mengklaim mereka tidak anti terhadap warga dari agama lain. Bahkan,
mereka menyebut sejak dulu selalu bersikap toleran terhadap pemeluk agama lain
baik itu Nasrani, Buddha atau Khonghucu.

2. Serangan Gereja Santa Lidwina Sleman

IDN TIMES, YOGIE FADILA - Kasus kekerasan agama terjadi di


Yogyakarta. Seorang pemuda bersenjata pedang menyerang jemaat di Gereja
Santa Lidwina, Desa Trihanggo, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman,
Yogyakarta pada Minggu (11/2). Peristiwa ini menyebabkan Romo Prier dan dua
jemaatnya serta seorang polisi mengalami luka berat akibat sabetan senjata tajam.
Pelajar berinisial S asal Banyuwangi, Jawa Timur itu akhirnya dilumpuhkan polisi
dengan senjata api di bagian kaki dan perut. Kapolri Jenderal Tito Karnavian
menyebutkan, S diduga terpengaruh radikalisme hingga melakukan aksi
penyerangan ke tempat ibadah. Dia pernah tinggal di Poso dan Magelang. Dia
juga pernah membuat paspor untuk pergi ke Suriah, tapi gagal. Kepolisian masih
menyelidiki kemungkinan S bekerja sendiri (lone wolf) atau terlibat jaringan
teroris lain. Kondisi S saat ini belum dapat dimintai keterangan karena mengalami
luka tembak yang cukup parah.

3. Ancaman bom di kelenteng Kwan Tee Koen Karawang

6
IDN TIMES, ISTIMEWA - Selain penyerangan gereja, pada hari yang
sama juga terjadi ancaman ledakan bom di Kelenteng Kwan Tee Koen, Karawang,
Jawa Barat. Tersangka bernama Dadang Purnama alias Daeng alias Dawer Bin
Adang Rahmat. Kapolres Karawang AKBP Hendy F Kurniawan mengatakan
ancaman bom bermula dari kedatangan Dawer ke kelenteng, untuk memberikan
Alquran kecil kepada pengurus kelenteng pada Minggu 11 Februari 2018, sekitar
pukul 05.15 WIB. Setelah membuka Alquran, Handy mengatakan, pengurus
menemukan selembar kertas berisi ancaman bom dan permintaan puluhan juta
rupiah. Kertas tersebut bertuliskan, "Rp63.000.000, Sejarah Pembodohan Uang.
Sudah terungkap sekarang mending loe TF : ke Rek gua 1091620125 (BCA) atau
GUA BOM ini tempat loe'." Setelah menyelidiki kasus ini, Senin (12/2), sekitar
pukul 01.00 WIB polisi menangkap Dawer di rumah orang tuanya di Babakan
Sananga Timur, RT 001 RW 004, Kelurahan Adiarsa Timur, Kecamatan
Karawang Timur, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Polisi menyita sejumlah
barang bukti dari penangkapan pelaku yang kelahiran Cirebon, 1 September 1993
itu, di antaranya satu Alquran kecil sampul warna merah yang ditemukan di
kelenteng), uang selembar pecahan Rp10 ribu, satu lembar kertas berisi ancaman,
dan satu buku berjudul Aku Cinta Islam.

4. Perusakan Masjid di Tuban

7
HELOPANTURA.COM - Belum usai kasus perusakan gereja di Yogya
dan pengusiran Bikhsu di Tangerang, penyerangan tempat ibadah kembali terjadi.
Kali ini, masjid Baiturrahim di Tuban, Jawa Timur diserang sekolompok orang.
Kepala Bidang Humas Polda Jawa Timur Kombes Pol Frans Barung Mangera
mengatakan, perusakan masjid terjadi pada Selasa (13/2) pukul 01.00 WIB. Pada
pukul 03.00 WIB, Polres Tuban langsung mengamankan para pelaku yang
berjumlah dua orang. Satu pelaku bernama M Zaenudin (40) warga Desa
Karangharjo RT 02 RW 01, Kecamatan Kragan, Rembang, Jawa Tengah.
Zaenudin diamankan di Polda Jatim karena indikasi gangguan jiwa, satu lain
masih dalam penangangan Polres Tuban. Sebelum kejadian, pelaku Zaenudin
pada malam hari mencari-cari seorang Kiai Pondok Al Ishlahiyah, Gus Mad.
Seorang warga, Muhammad, sempat menanyakan tujuan pelaku mencari-cari
hingga ke belakang masjid. Namun, pelaku malah marah dan memukul
Muhammad. Pelaku kemudian pemecahan kaca masjid, hingga masyarakat sekitar
menangkapnya. Pelaku kemudian diserahkan kepada kepolisian setempat. Dalam
proses pemeriksaan, kepolisian menemukan buku-buku ilmu sufi dan buku
makrifat. Namun dugaan ilmu menyimpang dan lain-lain masih dikembangkan
Polda Jatim.

5. Pura di Lumajang Dirusak Orang Tak Dikenal

8
IDN TIMES, ARDIANSYAH FAJAR - Tak hanya Lamongan, di hari
yang sama, masyarakat Lumajang juga digegerkan dengan perusakan sebuah Pura
di daerah Senduro. Para pelaku menghancurkan setidaknya tiga arca. "Pelaku ini
sepertinya memanfaatkan kasus yang ada sekarang ini. Makanya harus diusut
mulai sekarang. Jangan sampai meluas," tegas Kabid Humas Polda Jatim, Kombes
Pol Frans Barung Mangera saat melakukan konferensi pers, Senin (19/2). Tak
hanya Polda Jawa Timur, Frans mengatakan bahwa kasus ini juga mendapat
perhatian dari Mabes Polri. Wakapolri, Komjen Syafruddin langsung turun ke
lapangan untuk memeriksa kejadian tersebut.

6. Toleransi Beragama di Kampung PKI

Liputan6.com, Kutai Kertanegara - Argosari, begitu namanya. Kampung


terpencil di Kalimantan Timur itu menjadi tempat penampungan tahanan politik
yang terlibat Partai Komunis Indonesia (PKI). Kasarnya, mereka dibuang ke desa
itu hanya untuk dilupakan. Kini ada sekitar 167 KK di Argosari yang hampir
semuanya tertutup terhadap wartawan dan pemberitaan. Cerita masa lalu langsung
mereka tolak. Namun Liputan6.com berkesempatan bertemu dengan Maman
Sudana (76), saksi hidup dan pelaku sejarah keberadaan Argosari. Sejak awal

9
bertemu saat sedang beribadah di Masjid An Naas Argosari, dirinya sudah
mewanti-wanti untuk tidak membicarakan cerita kelam masa lalu. "Saya tidak
mau bicara politik, sudah bosan. Lebih baik bicara soal keagamaan saja," kata
Maman kepada Liputan6.com, Jumat (10/5/2019). Maman merupakan salah
seorang eks tapol Argosari yang jumlahnya kian menyusut. Faktor usia yang
membuat mereka satu per satu berpulang sejak Argosari beridir pada 1970.
"Sudah banyak yang meninggal dunia. Mungkin tersisa enam orang saja dari
dulunya mungkin ratusan orang," ungkap Maman. Maman yang asli Sunda
merupakan korban konflik masa lalu. Tanpa persidangan dirinya langsung ditahan
dan diasingkan ke Kalimantan, hingga akhirnya terdampar di Argosari. "Biasanya
yang sering cerita masa lalu itu Untung Suyanto, Sugito Kasirin, M Kapli. Kalau
saya sudah malas mengingat lagi," katanya. Maman mulai bisa 'move on',
hidupnya kini fokus sepenuhnya untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, dan
mengurus Masjid An Naas Argosari. "Kalau sudah seumuran saya ini, apa lagi
yang mau dicari? Mencari ketenangan jiwa dengan menekuni kegiatan keagamaan
lebih bermakna," ujarnya. Maman mengatakan, suasana perkampungan sangat
mendukung keinginannya menyingkir dari keramaian duniawi. Argosari sendiri
dihuni oleh orang-orang yang senasib sepenanggungan dengannya. Rata-rata
mereka hanya ingin menghabiskan masa tuanya dengan tenang. Argosari bisa
diibaratkan Indonesia kecil dengan beragam suku bangsa dan kepercayaan.

7. Menag Fachrul Razi: Saya Bukan Hanya Menteri Agama Islam


Saja

Jakarta, CNN Indonesia - Menteri Agama (Menag) Fachrul Razi yang baru
saja dilantik Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa dirinya bukanlah menteri

10
yang hanya mengurusi agama Islam saja. Sebab ada lima agama yang diakui di
Indonesia. "Saya kan bukan menteri agama Islam, saya menteri agama Republik
Indonesia yang di dalamnya ada lima agama," kata Fachrul seusai dilantik di
Istana Negara, Jakarta, Rabu (23/10) dikutip dari Antara. Fachrul mengakui meski
ia tidak berlatar belakang pendidikan agama Islam, namun ia pun kerap menjadi
khatib dalam ibadah. "Kedua, saya memang suka ibadah, dan memberikan
ceramah, jadi khatib meski saya bukan kiai-kiai, tapi setiap ceramah saya temanya
tidak lain Islam yang damai, kedua toleransi, ketiga bagaimana memperkokoh
persatuan dan kesatuan bangsa. Itu saja tema-tema saya," tambah Fachrul. Fachrul
pun menilai bahwa Presiden Jokowi berharap dengan tema-tema khotbah yang ia
sampaikan dapat membantu untuk menangkal radikalisme. Apalagi ia sudah
malang melintang di dunia militer. "Termasuk juga karena latar belakang ada
banyak pengalaman saya. Saya sebagai bintelkam saat saya di Kodam, Kodim,
saya banyak berhubungan dengan ini. Setiap ada benturan saya selesaikan dari
aspek agama," mantan Wakil Panglima TNI ini. Atas dasar itu, dengan jabatannya
sebagai Menag kini, Fachrul bertekad untuk menjaga komunikasi dengan para kiai
maupun pemuka agama lainnya. Tak terkecuali dengan ormas-ormas Islam seperti
MUI, NU, maupun Muhammadiyah. "Pasti kita komunikasi yang baik dengan
semua, memang kita superman bisa selesaikan semuanya? Kita komunikasi
dengan organisasi, dengan NU, Muhammadiyah, majelis ulama dan saya dibantu
banyak dengan teman-teman di kementerian," tutur Fachrul.

8. Kejutan Mengharukan untuk Umat Nasrani Kebumen di Jumat


Berkah

11
Liputan6.com, Kebumen - Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah dikenal
dengan slogannya, ‘Beriman’. Pastinya tagline Kebumen ini punya hubungan
khusus pula dengan julukan Kebumen lainnya, kota santri. Kebumen memang
dikenal sebagai salah satu pusat penyebaran agama Islam pada masa silam.
Pesantren-pesantren berusia ratusan tahun adalah jejak sejarah yang tak lekang
oleh zaman. Ada pula yang khas di Kebumen, toleransi dijunjung tinggi.
Peradaban keagamaan yang tua membuat masyarakat Kebumen dewasa dalam hal
keagamaan. Tak ada ceritanya konflik berlatar belakang agama di wilayah pesisir
selatan Jawa ini. Tentu saja, harmoni, keselarasan dan toleransi itu mesti dijaga.
Dan itu, menjadi tugas seluruh elemen masyarakat, termasuk kepolisian. Soal
toleransi, sekelumit cerita ini barangkali bisa menggambarkan betapa masyarakat
di Kebumen sangat menunjung kebersamaan dan keberagaman. Perbedaan itu
pasti, tinggal bagaimana penyikapannya. Muslim meyakini bahwa Jumat adalah
hari penuh keberkahan. Itu makanya, ada istilah Jumat berkah untuk menunjukkan
betapa mulianya hari ini. Jumat adalah hari besar per pekan. Biasanya, umat
muslim membersihkan rumah ibadah pada Jumat pagi. Siang harinya, masjid akan
digunakan untuk ibadah Jumat. Pun dengan personel Polres Kebumen yang tiap
jumat terbiasa bekerja bakti membersihkan masjid dan lingkungan. Tetapi, ada
yang berbeda pada Jumat, 15 Oktober 2019. Selain membersihkan lingkungan
masjid, personel Polres Kebumen juga membersihkan lingkungan rumah ibadah
umat Nasrani, gereja. Ada pesan toleransi dalam kegiatan ini.

9. . Kejutan dari Pegiat NU Cilacap Saat Uskup Murid Gus Dur


Pimpin Misa

12
Liputan6.com, Cilacap - Selasa, 1 Oktober 2019, adalah hari ulang tahun
ke-9 Gereja Katolik Paroki Santa Theresia, Majenang, Cilacap, Jawa Tengah.
Misa syukur dipimpin oleh Bapa Uskup Purwokerto, Mgr Tri Harsono, yang
diketahui adalah sahabat Gus Dur. Pada hari istimewa itu, Bapa Uskup Tri
ditemani oleh Pastor Paroki Majenang Romo Boni Abas dan Romo Ontong
Kusuma. Warga NU sudah lama mengetahui Uskup Tri dekat dengan Gus Dur
alias KH Abdurahman Wahid, tokoh legendaris NU sekaligus Presiden ke-4
Republik Indonesia. Murtadlo, pegiat Gusdurian mengatakan, Romo Tri sendiri
mengaku sebagai murid Gus Dur. Ia juga lulusan Kairo, Mesir, dan sangat dekat
dengan Gus Dur. Semangatnya pun sama, inklusi dan toleransi. Semasa Gus Dur
menjadi presiden, Romo Tri ini lah yang menemani sang Presiden dalam lawatan
kenegaraan ke Italia dan Vatikan. Di sana, Gus Dur dan Romo Tri bertemu
dengan Paus Yohanes Paulus II. Kembali ke misa, perayaan dimulai sekitar pukul
17.00 WIB. Hal yang luar biasa terjadi saat Perayaan Ekaristi hampir sampai pada
liturgi penutup. Mendadak, rombongan pegiat NU dari berbagai organisasi dan
badan otonomnya tiba di Gereja Santa Theresia. Di antara mereka, ada pengurus
NU, pegiat Gusdurian, Banser, Ansor, dan Lesbumi. Para pegiat NU ini ke gereja
dengan membawa sembilan tumpeng dengan niat ikut mangayubagyo ultah Paroki
Majenang. Kasatkorcab alias Komandan Banser Cilacap, Jamaludin Albab
mengatakan pegiat NU turut bergembira bisa turut merayakan ultah Paroki.
Kunjungan itu dilakukan untuk memupuk persaudaraan dalam keragaman.
"Dengan niat yang tulus membawakan sejumlah sembilan tumpeng ini sebagai
tanda ikut bergembira dan harapan akan persaudaraan sejati antara umat Muslim
dan jemaat Katolik," ucap dia. Dia mengemukakan, Muslim dan Katolik terus
menjaga komitmen kerukunan dan keberagaman. Terbukti, sejak puluhan tahun
silam, toleransi di kota ini selalu terjaga dengan baik. Pengiriman tumpeng
berjumlah sembilan juga menyimbolkan komitmen yang lebih kuat antara NU
dengan Paroki untuk terus menjaga kerukunan antarumat beragama. Angka
sembilan adalah angka dengan nilai tertinggi. Dan NU, juga memiliki logo dengan
bintang berjumlah sembilan buah.

10. Relasi Mesra Antar Umat Beragama di Kaki Gunung Lawu

13
Liputan6.com, Karanganyar - Puluhan umat Hindu melakukan
sembahyang untuk memperingati Hari Raya Nyepi di Pura Jonggol Shanti Loka
yang terletak di Dusun Jlono, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso,
Karanganyar. Dalam keheningan melakukan ritual sembahyang, warga dusun
yang beragama Islam dan Nasrani menjunjung semangat toleransi dengan
berpatroli menjaga keamanan dusun agar umat Hindu lancar dalam melaksanakan
ritual catur brata. Caranya dengan patroli keliling untuk menjaga rumah milik
umat Hindu yang sedang ditinggal sembahyang di Pura. Bahkan, mereka juga
berjaga di jalan masuk menuju dusun tersebut untuk menghalau warga luar yang
akan masuk. Tujuannya supaya tidak mengganggu kekhusyukan umat Hindu
menggelar sembahyang pada Hari Besar Nyepi. Kehidupan warga yang penuh
toleransi di Dusun Jlono memang sudah terjadi sejak turun temurun. Saking rukun
dan harmonisnya kehidupan antar umar beragama di dusun tersebut sehingga
ditetapkan sebagai ‘Kampung Toleransi’ sejak tujuh tahun silam. Sebagai
penandanya, sebuah spanduk dengan tulisan 'Jlono Kampung Adat dan Budaya,
Berbeda Itu Indah' terpasang di salah satu sudut jalan masuk menuju dusun
tersebut. Salah satu tokoh masyarakat Dusun Jlono, Andi Sutarto mengatakan
toleransi antar umat beragama di Dusun Jlono telah menjadi tradisi secara turun
temurun. Selain umat Hindu, warga yang tingggal di dusun itu juga terdiri dari
umat Islam dan Nasrani. Alhasil kampung ini penuh dengan kemajemukan dan
keberagaman antar umat beragama. "Sekali pun kami dari umat non Hindu, tapi
kami juga ikut menjaga ketenteraman agar warga Hindu di sini merasa khidmat
dan nyaman saat merayakan Nyepi," kata dia.

14
Rangkuman Kliping:

Berdasarkan berita-berita yang terdapat dalam kliping tersebut, dapat


disimpulkan bahwa masih ada orang-orang ataupun lembaga-lembaga yang masih
mementingan rasa toleransi antar umat beragama, misalnya dengan mengadakan
bakti sosial, gotong-royong, dan pejabat-pejabat seperti menteri dan presiden yang
menginginkan kerukunan, integritas, inovasi, saling melindungi, saling
menghargai, dan saling menghormati adalah harapan unsur-unsur yang
dibutuhkan agar dapat tercapai kedamaian dan kerukunan ditengah-tengah adanya
perbedaan.

Perbedaan yang terdapat ditengah-tengah masyarakat tidak terlepas dari


berbagai konflik, terutama masyarakat Indonesia sangatlah majemuk, baik dalam
hal suku, ras, agama, dan golongan-golongan tertentu yang masing-masing
memiliki latar belakang sosial budaya tertentu. Kemajemukan tersebutlah,
terutama dalam hal agama yang menjadi tantangan terbesar bagi kesatuan bangsa
dan negara.

Sikap agama yang fundamentalis, sikap picik, sikap fanatik yang


menjadikan sebagian orang keliru untuk menerima perbedaan agama,
menganggap hanya agamanya yang paling benar, sehingga dengan terang-
terangan bahkan secara kasar merendahkan agama lain. Kurangnya pemahaman
penganut agama akan agamanya sendiri dan agama lain, kecurigaan terhadap umat
beragama, serta pandangan radikal merupakan pemicu timbulnya konflik antar
umat beragama. Apalagi konflik diperparah lagi dengan adanya kesenjangan
status sosial, ekonomi, dan pendidikan penganut agama yang satu dengan yang
lainnya, khususnya untuk kepentingan tertentu yang memafaatkan konflik antar
umat beragama demi tujuan politik, ekonomi, perluasan kekuasaan dan
sebagainya.

Rasa toleransi anatar umat beragama adalah suatu kondisi sosial ketika
semua golongan agama bisa hidup bersama tanpa mengurangi hak dasar masing-
masing untuk melaksanakan kewajiban agamanya. Masing-masing pemeluk
agama yang baik haruslah hidup rukun, damai, dan tidak saling membedakan.
Karena itu rasa toleransi antar umat beragama tidak mungkin akan lahir dari sikap

15
fanatisme buta dan sikap tidak peduli atas hak keberagaman dan perasaan orang
lain. Untuk itu toleransi antar umat beragama harus kita jaga agar tidak terjadi
konflik-konflik anatar umat beragama terutama di masyarakat Indonesia yang
multikultural dalam hal agama, kita harus bisa hidup dalam kedamaian, saling
tolong menolog, dan tidak saling bermusuhan agar agama bisa menjadi pemersatu
bangsa Indonesia.

16
BAB III

TEOLOGIS ETIS KRISTEN TENTANG TOLERANSI ANTAR UMAT


BERAGAMA DI INDONESIA

3.1 Bagaimana gambaran umum tentang toleransi antar umat beragama


di Indonesia
Secara etimologi berasal dari kata tolerance (dalam bahasa Inggris) yang
berarti sikap membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa
memerlukan persetujuan. Secara bahasa berasal dari bahasa Latin yaitu tolerare,
yang berarti suatu sikap saling menghormati dan menghargai antar kelompok atau
antarindividu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Sikap toleransi dapat
menghindari terjadinya diskriminasi, walaupun banyak terdapat kelompok atau
golongan yang berbeda dalam suatu kelompok masyarakat.
Pada umumnya, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada
sesama manusia atau kepada sesama warga masyarakat untuk menjalankan
keyakinannya atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya masing-masing,
selama di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak bertentangan
dengan syarat-syarat atas terciptanya ketertiban dan perdamaian dalam
masyarakat. Berikut adalah beberapa pengertian dari arti toleransi menurut
beberapa tokoh:

1. W.J.S Poerwadarminto
Toleransi adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta
membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang
lainnya yang berbeda dengan pendirian sendiri.
2. Dewan Ensiklopedia Indonesia
Toleransi dalam aspek sosial, politik, merupakan suatu sikap membiarkan orang
untuk mempunyai suatu keyakinan yang berbeda. Selain itu menerima pernyataan
ini karena sebagai pengakuan dan menghormati hak asasi manusia.

17
Selain itu toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan dalam
mengekspresikannya terhadap orang lain. Unsur-unsur tersebut adalah:
1. Memberikan Kebebasan atau Kemerdekaan
Setiap manusia diberikan kebebasan untuk berbuat, bergerak maupun
berkehendak menurut dirinya sendiri dan juga di dalam memilih suatu agama atau
kepercayaan. Kebebasan ini diberikan sejak manusia lahir sampai nanti ia
meninggal dan kebebasan atau kemerdekaan yang manusia miliki tidak dapat
digantikan atau direbut oleh orang lain dengan cara apapun. Karena kebebasan itu
adalah datangnya dari Tuhan YME yang harus dijaga dan dilindungi. Di setiap
negara melindungi kebebasankebebasan setiap manusia baik dalam Undang-
Undang maupun dalam peraturan yang ada. Begitu pula di dalam memilih satu
agama atau kepercayaan yang diyakini, manusia berhak dan bebas dalam
memilihnya tanpa ada paksaan dari siapapun.

2. Mengakui Hak Setiap Orang


Suatu sikap mental yang mengakui hak setiap orang di dalam menentukan
sikap perilaku dan nasibnya masing-masing. Tentu saja sikap atau perilaku yang
dijalankan itu tidak melanggar hak orang lain, karena kalau demikian, kehidupan
di dalam masyarakat akan kacau.

3. Menghormati Keyakinan Orang Lain


Landasan keyakinan di atas adalah berdasarkan kepercayaan, bahwa tidak
benar ada orang atau golongan yang memaksakan kehendaknya sendiri kepada
orang atau golongan lain. Tidak ada orang atau golongan yang memonopoli
kebenaran dan landasan ini disertai catatan bahwa soal keyakinan adalah urusan
pribadi masing-masing orang.

4. Saling Mengerti
Tidak akan terjadi, saling menghormati antara sesama manusia jika
mereka tidak ada saling mengerti. Saling anti dan saling membenci, saling berebut
pengaruh adalah salah satu akibat dari tidak adanya saling mengerti dan saling
menghargai antara satu dengan yang lain.

18
3.2 Bagaimana Tinjauan Teologis Etis Kristen Tentang Toleransi
Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah dunia yang pluralistik /
penuh dengan keberagaman ini, orang Kristen mau tidak mau harus berjumpa,
berinteraksi, berurusan, berkaitan dengan orang-orang yang tidak seiman baik
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara maupun bermasyarakat. Di negara
Indonesia misalnya, mau tidak mau, suka tidak suka, orang Kristen hidup
berdampingan dengan orang-orang dari berbagai agama dan kepercayaan. Dalam
kondisi semacam ini adalah penting bagi orang Kristen untuk memikirkan
bagaimana relasinya dengan orang-orang berkepercayan lain. Jika tidak maka
semua itu berpotensi untuk mengakibatkan banyak bentrokan, kekacauan, bahkan
kerusakan yang akan mengganggu ketentraman dan kedamaian hidup bersama.

Dalam Alkitab sudah jelas bahwa rasa toleransi tersebut sudah ada dan
bahkan Yesuslah yang mengatakan hal demikian terlebih dahulu. Dalam Ulangan
10:18-19 tertulis (17) “Sebab TUHAN, Allahmulah Allah segala allah dan Tuhan
segala tuhan, Allah yang besar, kuat dan dahsyat, yang tidak memandang bulu
ataupun menerima suap; (18) yang membela hak anak yatim dan janda dan
menunjukkan kasih-Nya kepada orang asing dengan memberikan kepadanya
makanan dan pakaian. (19) Sebab itu haruslah kamu menunjukkan kasihmu
kepada orang asing, sebab kamu pun dahulu adalah orang asing di tanah Mesir.”

Dan pada Matius 5:43-44 tertulis “Kamu telah mendengar firman:


Kasihlah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi aku berkata
kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya
kamu.” Sedangkan pada Galatia 6:10 dikatakan, “Karena itu, selama masih ada
kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi
terutama kepada kawan-kawan kita seiman.” Sudah dapat disimpulkan bahwa
pada ayat-ayat tersebut kita dituntut untuk berbuat baik bukan hanya kepada
kawan-kawan seiman, melainkan kepada orang-orang asing bahkan musuh kita.

Selama hidup-Nya, Yesus hidup bersama orang-orang yang dikucilkan


dalam masyarakat pada saat itu, orang yang dianggap berdosa dan rendah dan Ia
mengajarkan mereka tentang kasihi sesama manusia dan mendoakan musuh.

19
Dengan demikian, sangat jelas bahwa Yesus Kristus tidak pernah membedakan
agama, suku, atau golongan dalam memberitakan dan melakukan kabar baik
selama hidup-Nya. Apa yang dilakukan Yesus merupakan suatu ajaran bagi umat
Kristen agar dapat melakukan hal serupa sebagaimana yang pernah dilakukan
Yesus. Oleh sebab itu, menciptakan rasa toleransi antar umat beragama
merupakan panggilan iman bagi umat Kristen.

Yesus juga menginginkan kita agar menjadi garam dan terang dunia
dimana tertulis di Matius 5:13-16. Kita tidak perlu harus menunggu kebaikan
seseorang lalu membalasnya, tetapi kita harus menjadi contoh bagi lingkungan
sekitar agar orang-orang disekeliling kita merasakan dampak positif tersebut
sehingga menimbulkan rasa toleransi terhadap sesama tanpa membeda-bedakan
golongan.

20
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Indonesia merupakan negara majemuk, dimana terdapat keberagaman


etnis maupun agama. Sehingga tidak heran lagi akan adanya konflik yang terjadi
di masyarakat. Untuk itu sikap toleransi yang baik diperlukan dalam menyikapi
perbedaan-perbedaan tersebut agar kerukunan antar umat beragama dapat tetap
terjaga, sebab perdamaian nasional hanya bisa dicapai kalau masing-masing
golongan agama bisa menghormati golongan lain.

Toleransi antar umat beragama dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk
dapat hidup bersama masyarakat yang menganut agama lain dengan memiliki
kebebasan untk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan masing-masing, tanpa
adanya paksaan dan tekanan dari pihak manapun.

Toleransi mempunyai unsur-unsur yang harus ditekankan dalam


mengekspresikannya terhadap orang lain, yaitu:

1. Memberikan kebebasan atau kemerdekaan


2. Mengakui hak setiap orang
3. Menghormati keyakinan orang lain
4. Saling mengerti

4.2. Saran
Dari kesimpulan diatas kita dapat mengetahui bahwa harmonisasi antar
umat beragama itu sangat penting. Masyarakat harus menjalin komunikasi yang
lebih baik lagi dan saling tolong-menolong apabila ada kesusahan agar tercipta
suasana yang harmonis ditengah-tengah masyarakat. Dan kita juga harus saling
menghargai satu sama lain agar tidak terjadi konflik-konflik yang dapat
merugikan berbagai pihak dan membuat kita menjadi terpecah-belah.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sumber buku:

 Sinulingga, Risnawaty. 2019. Buku Ajar Agama Kristen Protestan.


Medan: USU Press
 Nazmudin. 2017. Kerukunan dan Toleransi Umat Beragama dalam
Membangun Keutuhan NKRI. Jakarta: STISIP Banten Raya
 M. Djafar, Alamsyah. 2018. (in)toleransi!. Jakarta: Kompas Gramedia
Building

Sumber Koran:

Sumber Internet:

 Abrobi, Fajar. https://liputan6.com, diakses pada 27 Oktober 2019


 Ridlo, Muhamad. https://liputan6.com, diakses pada 27 Oktober 2019
 Alfred Soru, Esra. https://facebook.com, diakses pada 27 Oktober 2019
 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Toleransi, diakses pada 27 Oktober 2019
 Agus Setyawan, Feri. 2019. https://m.cnnindoneisa.com, diakses pada 26
Oktober 2019
 Anonim. https://remaja.sabda.org, diakses pada 27 Oktober 2019

22

Anda mungkin juga menyukai