Anda di halaman 1dari 112

Tata Gereja

Gereja Kristen Sumba


DAFTAR ISI

PEMBUKAAN 10
TATA DASAR GKS 12
BAB I
Nama 12
Pasal 1
Nama 12
BAB II
Hakekat, Wujud Dan Keanggotaan 12
Pasal 2
Hakekat 12
Pasal 3
Wujud 12
Pasal 4
Keanggotaan 12
BAB III
Pengakuan, Pengajaran Dan Asas 12
Pasal 5
Pengakuan 12
Pasal 6
Pengajaran 13
Pasal 7
Asas Bermasyarakat, Berbangsa Dan Bernegara 13
BAB IV
Tujuan,tugas Dan Pembinaan 13
Pasal 8
Tujuan 13
Pasal 9
Tugas Panggilan Dan Pengutusan 14
Pasal 10
Pembinaan 14
BAB V
Jabatan Dan Pengerja Gerejawi 14
Pasal 11
Jabatan Gerejawi 14
Pasal 12
Pengerja Gerejawi 14

Daftar Isi iii


BAB VI
Organisasi 15
Pasal 13
Bentuk Dan Mekanisme 15
BAB VII
Harta Milik 15
Pasal 14
Harta Milik 15
BAB VIII
Tatalaksana 15
Pasal 15
Penjabaran Tata Laksana 15
BAB IX
Perubahan 16
Pasal 16
Perubahan Tata Dasar Dan Tata Laksana 16
BAB X
Ketentuan Penutup 16
Pasal 17
Ketentuan Penutup 16
TATA LAKSANA GKS 17
BAB I
Nama Dan Alamat 17
Pasal 1
Nama 17
Pasal 2
Alamat 17
BAB II
Hakekat Dan Wujud 17
Pasal 3
Jemaat 17
Pasal 4
Klasis 19
Pasal 5
Sinode 20
Pasal 6
Logo Dan Cap 21
BAB III
Keanggotaan 21

iv Daftar Isi
Pasal 7
Status, Hak Dan Kewajiban 21
BAB IV
Pengakuan, Pengajaran Dan Asas 22
Pasal 8
Pengakuan 22
Pasal 9
Pengajaran 22
Pasal 10
Asas 22
BAB V
Tugas Panggilan Dan Pengutusan 23
Pasal 11
Tugas Panggilan 23
Pasal 12
Tugas Pengutusan 23
BAB VI
Pembinaan 24
Pasal 13
Kebaktian 24
Pasal 14
Pemberitaan Firman Tuhan 25
Pasal 15
Sakramen 25
Pasal 16
Sakramen Baptisan Kudus 25
Pasal 17
Sakramen Perjamuan Kudus 29
Pasal 18
Katekisasi 31
Pasal 19
Pengakuan Percaya (Sidi) 32
Pasal 20
Peneguhan Dan Pemberkatan Nikah 33
Pasal 21
Pengembalaan 35
Pasal 22
Pelayanan Diakonal 40
Pasal 23
Pelawatan Gerejawi 42

Daftar Isi v
Pasal 24
Kerjasama Oikumenis 45
Pasal 25
Kerjasama GKS Dengan Lembaga-lembaga Lain 47
BAB VII
Jabatan Gerejawi 48
Pasal 26
Jabatan Gerejawi 48
Pasal 27
Penatua 48
Pasal 28
Diaken 48
Pasal 29
Persyaratan 49
Pasal 30
Pencalonan, Pemilihan Dan Peneguhan 49
Pasal 31
Pendeta 50
BAB VIII
Pengerja Gerejawi Lain 58
Pasal 32
Guru Injil 58
Pasal 33
Vicaris 58
BAB IX
Organisasi 61
Pasal 34
Pengertian 61
BAGIAN A
Jemaat 62
Pasal 35
Susunan Perangkat Organisasi 62
Pasal 36
Garis Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab
Perangkat Organisasi 62
Pasal 37
Persidangan 64
BAGIAN B
Klasis 66

vi Daftar Isi
Pasal 38
Susunan Perangkat Organisasi 66
Pasal 39
Garis Tugas, Wewenang Dan Tanggungjawab
Perangkat Organisasi 67
Pasal 40
Persidangan 68
BAGIAN C
Sinode 71
Pasal 41
Susunan Perangkat Organisasi 71
Pasal 42
Garis Tugas, Wewenang Dan Tanggungjawab
Perangkat Organisasi 71
Pasal 43
Garis Tugas, Wewenang Dan Tanggung Jawab
Anggota BP Majelis Sinode 73
Pasal 44
Persidangan Sinode 76
Pasal 45
Persidangan Majelis Sinode 77
Pasal 46
Persidangan Badan Pelaksana Majelis Sinode 78
BAGIAN D
Masa Tugas, Persyaratan Dan Pemberhentian 79
Pasal 47
Masa Tugas Perangkat Organisasi 79
Pasal 48
Syarat Penetapan Perangkat Organisasi 79
Pasal 49
Berakhirnya Masa Tugas 80
BAB X
Harta Milik 81
Pasal 50
Pengertian 81
Pasal 51
Jenis 81
Pasal 52
Perolehan 81

Daftar Isi vii


Pasal 53
Pengelolaan 81
Pasal 54
Pertanggungjawaban 83
Pasal 55
Pemeriksaan 83
BAB XI
Penjabaran Tata Laksana 84
Pasal 56
Penjabaran 84
BAB XII
Perubahan Tata Laksana GKS 84
Pasal 57
Prosedur 84
BAB XIII
Ketentuan Penutup 84
Pasal 58
Aturan Peralihan 84
PENJELASAN 85
Penjelasan Tentang Pembukaan 85
Penjelasan Tata Dasar Pasal Demi Pasal 88
Penjelasan Tata Laksana Pasal Demi Pasal 89
LAMPIRAN—LAMPIRAN 103
LAMPIRAN I Pengakuan Iman Rasuli 103
LAMPIRAN II Pengakuan Imannicea-konstantinopel 104
LAMPIRAN III Pengakuan Iman Athanasius 105
LAMPIRAN IV
Kutipan Surat Keputusan Direktur JenderalTentang
Pernyataan Gereja Kristen Sumba Selaku
Lembaga Keagamaan Yang Bersifat Gereja 107
LAMPIRAN V
Keputusan Direktur JenderalTentang
Pendaftaran Gereja Kristen Sumba
LAMPIRAN VI
Struktur Organisasi 111
LAMPIRAN VII
Anggota BPMS 112

viii Daftar Isi


PEMBUKAAN
Dalam keyakinan kepada pernyataan Allah sebagaimana disaksikan dalam
Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, Gereja Kristen Sumba percaya bahwa
Allah telah mendatangkan kerajaanNya sebagai pengungkapan kasihNya
yang Agung di dalam dan kepada dunia. Tindakan itu mencapai puncaknya
pada Karya Pembebasan Allah yang membebaskan di dalam Karya Agung
Tuhan Yesus Kristus sebagai Pengemban Kerajaan Allah yang menyela-
matkan dunia ini melalui Kematian dan KebangkitanNya.
Kerajaan yang telah dan sedang datang itu akan mencapai kepenuhan dan
kesempurnaannya ketika Tuhan Yesus datang kembali untuk menghakimi
dunia.
Bahwa melalui pekerjaan Roh Kudus yang menguduskan, Pengemban Kera-
jaan Allah itu mempercayakan karya pembebasan yang membebaskan itu
kepada Gereja, yaitu persekutuan orang-orang percaya.
Kepada Gereja-lah diamanatkan Amanat Kerasulan untuk menampakkan
tanda-tanda Kerajaan Allah di atas ranah sejarah ini. Dalam ketaatan dan
kesetiaan kepada Amanat tersebut, Gereja terus menerus memberitakan
dan mewujudkan kasih karunia Allah itu selama perjalanan sejarah dunia
hingga akhir zaman.
Bahwa sesungguhnya Allah di dalam Yesus Kristus itu tidak pernah beru-
bah dalam Kasih-Nya baik kemarin, hari ini maupun di masa yang akan
datang. Tetapi justru oleh Kasih-Nya yang tidak pernah berubah itu Allah
melakukan perubahan-perubahan demi kebaikan dan kesejahteraan manu-
sia di dalam sejarah manusia. Ia-lah yang memimpin dan mengarahkan pe-
rubahan-perubahan tersebut. Gereja sebagai pelaksana Amanat Kerasulan,
dengan demikian seyogyanyalah menjadi subyek perubahan-perubahan,
bukannya diseret dan dihanyutkan oleh perubahan-perubahan yang terjadi.
Meyakini bahwa Allah di dalam Yesus Kristus itu terus-menerus menyam-
paikan Amanat Kerasulan-Nya kepada Gereja pada setiap waktu dan tem-
pat, Gereja Kristen Sumba percaya bahwa Gereja Kristen Sumba yang ber-

10 Pembukaan
diri sendiri pada tanggal 15 Januari 1947, yang merupakan buah pekabaran
Injil dari Nederlands Gereformeerde Zendings Vereninging (NGZV)
& Zendingvan de Gereformeerde Kerken in Nederland (ZGKN), telah
diberikan Amanat Kerasulan yang sama untuk menampakkan tanda-tanda
Kerajaan Allah itu di dalam masyarakat, bangsa dan negara Indonesia,
secara khusus di pulau Sumba.
Berdasarkan keyakinan itu pula Gereja Kristen Sumba menyadari dan
mengakui bahwa Gereja Kristen Sumba adalah penyataan Tubuh Yesus
Kristus, dalam Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia, dan semua Gereja
yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat dunia.
Dalam perjalanan sejarah di dalam konteks bangsa, masyarakat dan ne-
gara Indonesia itu, Gereja Kristen Sumba akan mengalami perubahan-pe-
rubahan dan perkembangan-perkembangan yang pesat di bidang sosial,
budaya, ekonomi, politik, hukum, sejarah, agama, ilmu pengetahuan dan
teknologi, sebagai akibat dari proses globalisasi yang melanda dunia, lebih-
lebih di dalam memasuki abad ke-21. Menghadapi perubahan-perubahan
tersebut, Gereja Kristen Sumba, pada satu pihak tetap harus menjadi sub-
yek perubahan atas keyakinan bahwa Allah sendirilah yang melakukan pe-
rubahan-perubahan itu, dan pada pihak yang lain harus tetap waspada agar
tidak terseret oleh rupa-rupa roh perubahan yang tidak berasal dari Allah.
Dalam melaksanakan Amanat Kerasulan itu Gereja Kristen Sumba me-
nata diri, kehidupan dan pelayanannya dengan menggaris-bawahi hal-hal
sebagai berikut:
1 Bahwa untuk menjaga kesucian dan kemurnian kehidupan ang-
gota Jemaat, Gereja Kristen Sumba menetapkan orang-orang
berjabatan yaitu: Penatua, Diaken, Pendeta, dengan tugas utama
memelihara, mengawasi dan memperlengkapi anggota-anggota
untuk hidup menurut kehendak-Nya.
2 Bahwa secara organisasional, bentuk dan sistem pemerinta-
han Gereja Kristen Sumba adalah Presbiterial-Sinodal, yang
menekankan pada satu sisi peranan Majelis Jemaat (Presbiter)
dalam Jemaat-jemaat, dan pada sisi yang lain menekankan keber-
samaan (Sinodal) dari Jemaat-jemaat dalam wilayah pelayanan
Gereja Kristen Sumba sebagai satu kesatuan dalam keterikatan
dan ketaatan bersama sebagai tubuh Kristus.
Untuk mengatur diri, kehidupan dan pelayanan Gereja Kristen Sumba itu,
disusunlah Tata Gereja – Gereja Kristen Sumba, yang merupakan penyem-
purnaan dari Aturan Gereja tahun 1949, Tata Gereja tahun 1986 dan Tata
Gereja Tahun 1998, yang terdiri dari Tata Dasar dan Tata Laksana yang
disusun sebagai berikut:

Pembukaan 11
TATA DASAR GKS

BAB I
NAMA

Pasal 1
NAMA
Ayat 1 Persekutuan Jemaat–Jemaat di Sumba disebut Gereja Kristen
Sumba, selanjutnya di singkat GKS.
Ayat 2 Dibelakang nama Gereja Kristen Sumba (GKS) dicantumkan
Anggota Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia.

BAB II
HAKEKAT, WUJUD DAN KEANGGOTAAN

Pasal 2
HAKEKAT
Gereja Kristen Sumba (GKS) adalah persekutuan orang percaya di Sumba
yang oleh Yesus Kristus dipanggil dan dibaptis menjadi satu tubuh dan Tu-
han Yesus Kristus menjadi kepala yang memimpin dan memelihara tubuh
itu dengan Firman dan Roh-Nya.

Pasal 3
WUJUD
Gereja Kristen Sumba (GKS) adalah persekutuan orang-orang percaya
sebagai tubuh Kristus yang terwujud dalam Jemaat-jemaat di lingkungan
pelayanan Gereja Kristen Sumba (GKS).

Pasal 4
KEANGGOTAAN
Anggota Gereja Kristen Sumba (GKS) adalah mereka yang telah menerima
Sakramen Baptisan Kudus.

BAB III
PENGAKUAN, PENGAJARAN DAN ASAS

Pasal 5
PENGAKUAN

12 Tata Dasar
Ayat 1 Gereja Kristen Sumba (GKS) mengaku bahwa Yesus Kristus
adalah Tuhan dan Juruslamat dunia, sumber kebenaran dan
hidup, adalah Kepala Gereja. Karena tidak ada seorangpun yang
dapat meletakkan dasar lain dari pada dasar yang telah diletakkan,
yaitu Yesus Kristus (1 Kor 3: 11), Akulah Jalan,Kebenaran dan
Hidup(Yoh. 14:6).
Ayat 2 Gereja Kristen Sumba (GKS) mengakui bahwa Alkitab Perjan-
jian Lama dan Perjanjian Baru adalah Firman tentang Allah di
dalam Yesus Kristus.
Ayat 3 Bersama dengan Gereja Kristen dari segala abad dan tempat,
Gereja Kristen Sumba (GKS) menerima dan mengakui sebagai
pengakuan imannya yaitu:
1 Pengakuan Iman Rasuli;
2 Pengakuan Nicea Konstantinopel
3 Pengakuan Athanasius
Ayat 4 Bersama-sama dengan Gereja-Gereja Anggota Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) GKS menerima “Pemahaman
Bersama Iman Kristen” (PBIK), dalam Dokumen Keesaan Gereja
(DKG) PGI.
Ayat 5 GKS dapat menyusun Pengakuan Imannya sendiri.
Pasal 6
PENGAJARAN
Ayat 1 Sumber pengajaran GKS adalah Alkitab.
Ayat 2 GKS menerima ajaran gereja Reformasi yang tercantum dalam
Katekismus Heidelberg.
Ayat 3 GKS dapat menyusun pokok-pokok pengajarannya sendiri.
Pasal 7
ASAS BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Dalam terang pengakuan seperti yang tercantum dalam pasal 3 ayat 1 diatas,
GKS menerima Pancasila sebagai asas kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

BAB IV
TUJUAN,TUGAS DAN PEMBINAAN

Pasal 8
TUJUAN
Tujuan GKS adalah menampakkan tanda-tanda Kerajaan Allah ditengah
dunia melalui persekutuan, kesaksian dan pelayanan.

Tata Dasar 13
Pasal 9
TUGAS PANGGILAN DAN PENGUTUSAN
Ayat 1 Memberitakan perbuatan Allah yang besar dalam bidang perse-
kutuan, kesaksian dan pelayanan.
Ayat 2 Setiap anggota gereja bertanggung jawab atas setiap pelaksanaan
tugas seperti pada ayat 1 dalam pasal ini.
Pasal 10
PEMBINAAN
Ayat 1 GKS menyelenggarakan pembinaan sebagai upaya untuk mem-
perlengkapi dan memampukan anggota gereja sesuai karunia yang
ada padanya untuk mewujudkan tugas panggilannya.
Ayat 2 Pembinaan itu dilaksanakan melalui:
1 Kebaktian.
2 Pemberitaan Firman.
3 Sakramen.
4 Katekisasi.
5 Penggembalaan.
6 Pelayanan
7 Pelawatan Gerejawi.
8 Kerjasama (kehidupan) Oikumenis.

BAB V
JABATAN DAN PENGERJA GEREJAWI

Pasal 11
JABATAN GEREJAWI
Ayat 1 Jabatan Gerejawi dalam GKS terdiri dari:
1 Penatua
2 Diaken
3 Pendeta
Ayat 2 Ketiga jabatan seperti pada ayat 1 dalam pasal ini, adalah pencer-
minan dari jabatan Tuhan Yesus Kristus sebagai Raja, Imam dan
Nabi.
Ayat 3 Fungsi ketiga jabatan gerejawi di atas adalah untuk melayani dan
memperlengkapi anggotanya.
Pasal 12
PENGERJA GEREJAWI
Ayat 1 Yang dimaksud dengan Pengerja Gerejawi, antara lain: Pendeta,
Guru Injil dan Vicaris.
Ayat 2 GKS dapat menetapkan pengerja gerejawi lain, dari yang diseb-
utkan pada ayat 1 dalam pasal ini.

14 Tata Dasar
BAB VI
ORGANISASI

Pasal 13
BENTUK DAN MEKANISME
Ayat 1 Bentuk organisasi GKS adalah Presbiterial Sinodal.
Ayat 2 Sesuai dengan bentuk organisasi yang tercantum pada ayat 1
dalam pasal ini, maka struktur organisasi GKS terdiri dari Pen-
entu Kebijakan dan Pengelola Kebijakan pada aras Jemaat, Klasis
dan Sinode.
Ayat 3 Pengambilan keputusan dilakukan dalam Persidangan masing-
masing aras.
Ayat 4 Keputusan suatu Persidangan Gerejawi yang lebih luas mem-
punyai kekuatan mengikat terhadap keputusan Persidangan yang
lebih sempit.
Ayat 5 Pengelola Kebijakan dilakukan oleh perangkat kerja yang diben-
tuk oleh masing-masing aras.
Ayat 6 GKS menjalin kerja sama dengan berbagai pihak pada tingkat
lokal, regional, nasional dan internasional.

BAB VII
HARTA MILIK

Pasal 14
HARTA MILIK
Ayat 1 Harta milik GKS adalah berupa uang, surat berharga, barang
bergerak dan barang tidak bergerak.
Ayat 2 Harta milik GKS diperoleh dari:
1 Persembahan-persembahan.
2 Sumber-sumber lain yang tidak bertentangan dengan Firman
Tuhan.
Ayat 3 Pengelolaan harta milik GKS harus sesuai dengan Firman Tuhan
dan dapat dipertanggung jawabkan.

BAB VIII
TATALAKSANA

Pasal 15
PENJABARAN TATA LAKSANA
Tata Laksana GKS adalah penjabaran dari Tata Dasar GKS.

Tata Dasar 15
BAB IX
PERUBAHAN

Pasal 16
PERUBAHAN TATA DASAR DAN TATA LAKSANA
Perubahan Tata Dasar dan Tata Laksana GKS hanya dapat dilakukan oleh
Persidangan Sinode.

BAB X
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 17
KETENTUAN PENUTUP
Ayat 1 Tata Dasar dan Tata Laksana GKS yang telah disahkan oleh Per-
sidangan Sinode tidak boleh di rubah oleh Jemaat atau Klasis.
Ayat 2 Hal-hal yang belum diatur dalam Tata Dasar dan Tata Laksana
GKS, akan diputuskan dalam Persidangan Gerejawi masing-
masing aras sepanjang tidak bertentangan dengan Tata Dasar dan
Tata Laksana.

16 Tata Dasar
TATA LAKSANA GKS

BAB I
NAMA DAN ALAMAT

Pasal 1
NAMA
Ayat 1 Nama Jemaat ditetapkan oleh Persidangan Majelis Jemaat dengan
memakai nama tempat atau wilayah atau kota.
Ayat 2 Nama Klasis ditetapkan oleh Persidangan Klasis dengan memakai
nama tempat atau wilayah atau kota.
Ayat 3 Nama Sinode ditetapkan oleh Persidangan Sinode.
Ayat 4 Di belakang nama Gereja Kristen Sumba dicantumkan “Anggota
Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia” dan selanjutnya diikuti
oleh nama Klasis dan nama Jemaat.
Pasal 2
ALAMAT
Ayat 1 Alamat adalah pusat administrasi dan pelayanan dari Jemaat atau
Klasis atau Sinode;
Ayat 2 Penetapan alamat:
1 Alamat Jemaat ditetapkan oleh Persidangan Majelis Jemaat.
2 Alamat Klasis ditetapkan oleh Persidangan Majelis Klasis.
3 Alamat Sinode ditetapkan oleh Persidangan Majelis Sinode.

BAB II
HAKEKAT DAN WUJUD

Pasal 3
JEMAAT
Ayat 1 Jemaat adalah persekutuan orang – orang percaya di suatu tem-
pat tertentu sebagai wujud dan bagian integral dari tubuh Kristus
yang diutus untuk bersekutu, bersaksi dan melayani.
Ayat 2 Syarat-syarat berdirinya sebuah Jemaat:
1 Memiliki orang-orang berjabatan gerejawi.
2 Terdapat sedikit-dikitnya 500 orang anggota Jemaat yang di
dalamnya terdapat sekurang-kurangnya 200 orang anggota
sidi.
3 Mampu membiayai kebutuhan pelayanan dalam Jemaat.
4 Memiliki struktur organisasi dan tata kerja yang jelas dan di-
namis.

Tata Laksana 17
5 Memiliki wilayah pelayanan yang jelas.
6 Memiliki tempat Ibadah yang memadai.
7 Memiliki Pastori layak huni.
8 Memiliki tanah dengan status hukum yang jelas
9 Memiliki sarana administrasi yang memadai.
10 Bersedia melaksanakan keputusan Persidangan Klasis dan
Persidangan Sinode
Ayat 3 Sebuah Jemaat karena luas wilayah pelayanan dan padat anggot-
anya dapat mendirikan Jemaat Cabang dan Jemaat Ranting.
Ayat 4 Jemaat Cabang atau Jemaat Ranting adalah bagian yang tak ter-
pisahkan dari Jemaat sebagai satu kesatuan.
Ayat 5 Pemekaran Jemaat:
1 Pemekaran Jemaat adalah suatu upaya pendewasaan sebuah
Jemaat dari Jemaat induknya untuk dapat menjadi Jemaat
yang mandiri dan otonom.
2 Kedewasaan sebagai Jemaat mandiri atau otonomi yang di-
maksud adalah mampu melayani diri sendiri, mampu mem-
biayai diri sendiri, dan mampu memimpin diri sendiri. Namun
hal itu tidak dipahami dalam artian otonomi secara kaku atau
mutlak dan tertutup, tetapi sebaliknya dalam artian otonomi
yang terbuka dan terkait secara erat dengan Jemaat-jemaat
lain dalam kebersamaan secara Sinodal (GKS) sebagai Tubuh
Kristus.
3 Syarat–syarat:
a Memenuhi persyaratan sebagai sebuah Jemaat seperti yang
tercantum pada ayat 2 dalam pasal ini.
b Pemekaran tersebut harus mendapat persetujuan Persidan-
gan Klasis.
4 Prosedur:
a Majelis Jemaat menampung, mempertimbangkan dan
menetapkan semua aspirasi yang berkembang menyangkut
pemekaran Jemaat.
b Persidangan Majelis Jemaat mengajukan permohonan ter-
tulis kepada Persidangan Klasis dengan tembusan kepada
Majelis Sinode Gereja Kristen Sumba (MS-GKS) yang
dilengkapi dengan berbagai data yang dibutuhkan.
c Persidangan Klasis yang dihadiri oleh MS-GKS mem-
bentuk Tim Visitasi yang bertugas mengkaji kelayakan
permohonan tertulis dari Majelis Jemaat dan hasilnya di-
laporkan pada Persidangan Klasis.
d Persidangan Klasis yang dihadiri oleh MS-GKS membahas
dan menimbang laporan tersebut dan memutuskan untuk
menerima atau menolak permohonan Majelis Jemaat.

18 Tata Laksana
5 Status Jemaat yang baru mekar:
a Jemaat yang baru mekar harus sudah mempunyai Pen-
deta.
b Sebelum pemekaran sudah dilaksanakan pemanggilan
Pendeta yang bakal menjadi Pendeta Jemaat yang dime-
karkan.
6 Persiapan dan Pentahbisan Jemaat Baru:
a Bila Persidangan Klasis menerima permohonan Maje-
lis Jemaat mengenai bakal Jemaat, maka dalam waktu 2
(dua) bulan pertama harus dilakukan persiapan-persiapan
menyangkut Majelis Jemaat yang jumlahnya sesuai dengan
kebutuhan pelayanan dan persiapan administrasi.
b Majelis Jemaat mengundang Majelis Jemaat se-Klasis,
MS-GKS, untuk menghadiri kebaktian pentahbisan
Jemaat baru tersebut.
c Dalam Ibadah Pentahbisan, dilakukan pentabisan/
peneguhan Pendeta, Penatua dan Diaken, serah terima
tenaga pelayan, serah terima anggota, harta milik dan
kelengkapan administrasi yang dituangkan dalam sebuah
Berita Acara serah terima.
Ayat 6 Perpindahan Jemaat Cabang atau Jemaat Ranting ke wilayah Kla-
sis atau Jemaat lain:
1 Sebuah Jemaat Cabang atau Jemaat Ranting dapat berpindah
ke Jemaat atau Klasis lain bila:
a Berdekatan dengan wilayah Jemaat di mana Jemaat Cabang
atau Jemaat Ranting tersebut berpindah.
b Kemudahan pelayanan dan komunikasi yang lancar.
2 Permohonan perpindahan diajukan oleh Majelis Jemaat dan
atau Klasis.
3 Pembahasan dan penetapan perpindahan dilakukan oleh:
a Sidang Klasis bila dalam satu wilayah Klasis.
b Sidang MS GKS dan atau Sidang Sinode bila terjadi antar
Klasis.
Pasal 4
KLASIS
Ayat 1 Klasis adalah persekutuan Jemaat-jemaat yang berdekatan dalam
satu wilayah pelayanan.
Ayat 2 Syarat-syarat:
1 Letak Jemaat-jemaat dalam satu wilayah tertentu yang saling
berdekatan.
2 Jumlah Jemaat sedikit-dikitnya 3 (tiga) buah dan sebanyak-
banyaknya 5 (lima) buah.

Tata Laksana 19
3 Memungkinkan terjalinnya efisiensi dan efektivitas pelay-
anan.
4 Pemekaran dan pembentukan Klasis harus mendapat persetu-
juan MS GKS dan atau Sidang Sinode.
5 Mempertimbangkan keseimbangan daya dan dana.
Ayat 3 Prosedur Pemekaran dan Pembentukan Klasis:
1 Persidangan Klasis mengajukan permohonan tertulis pada
MS GKS dan atau Sidang Sinode.
2 MS GKS dapat mengusulkan pembentukan Klasis sesuai
syarat yang diatur pada ayat 2 dalam pasal ini.
3 MS GKS dan atau Sidang Sinode membentuk Tim Visitasi.
4 MS GKS dan atau Sidang Sinode membahas hasil kerja Tim
Visitasi dan memutuskan untuk menerima atau menolak per-
mohonan Klasis.
Ayat 4 Persiapan dan Pentahbisan Klasis Baru:
1 Bila Persidangan MS dan atauSidang Sinode menerima per-
mohonan Klasis mengenai bakal Klasis, maka dalam waktu
2 (dua) bulan pertama harus dilakukan persiapan-persiapan
menyangkut Pembentukan Majelis Klasis (MK) dan persia-
pan administrasi Klasis.
2 MK induk mengundang Majelis Jemaat se-Klasis, MS-GKS,
untuk menghadiri Ibadah pentahbisan Klasis baru tersebut di
salah satu Jemaat yang disepakati sebagai pusat adiministrasi
Klasis baru tersebut.
3 Dalam Ibadah pentahbisan Klasis dilakukan serah terima
harta milik dan kelengkapan administrasi.
4 Ibadah pemekaran Klasis dilakukan dalam Persidangan Kla-
sis Istimewa.
5 Sahnya pemekaran Klasis ketika dilaksanakan Ibadah Peme-
karan.
Pasal 5
SINODE
Ayat 1 Sinode adalah bentuk persekutuan Jemaat-jemaat dan Klasis-kla-
sis se-GKS.
Ayat 2 Badan Hukum:
GKS yang mewujud dalam Jemaat-jemaat dan Klasis-klasis yang
memakai Tata Dasar dan Tata Laksana GKS adalah lembaga
keagamaan yang bersifat Gerejawi berdasarkan Surat Keputu-
san Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (BIMAS) Kristen
Protestan Departemen Agama RI Nomor 192, tanggal 19 No-
vember 1990.
Pasal 6

20 Tata Laksana
LOGO DAN CAP
Ayat 1 Logo dan Cap Gereja Kristen Sumba adalah berbentuk lingkaran
dengan Kuda Putih berserta orang yang menungganginya ber-
mahkota dan memegang sebuah panah (Wahyu 6:2).
Ayat 2 Perubahan Logo dan Cap GKS ditetapkan oleh Sidang Sinode.
Ayat 3 Yayasan–yayasan dapat menetapkan Logo dan Capnya, setelah
mendapat persetujuan MS GKS dan atau Sidang Sinode.

BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 7
STATUS, HAK DAN KEWAJIBAN
Ayat 1 Yang dimaksudkan dengan keanggotaan Gereja Kristen Sumba
adalah seluruh anggota dari persekutuan Jemaat-jemaat dan Kla-
sis-klasis dalam lingkungan pelayanan Gereja Kristen Sumba.
Ayat 2 Status:
1 Anggota Baptis yaitu Anak Anggota Jemaat GKS yang telah
dibaptis tetapi belum sidi.
2 Anggota Sidi yaitu anggota Jemaat GKS yang telah melaku-
kan Pengakuan Iman yang berdiri di depan Tuhan dan di ten-
gah-tengah persekutuan Ibadah Jemaat GKS.
Ayat 3 Hak dan Kewajiban:
1 Setiap anggota mempunyai hak untuk mendapat pelayanan
dan pemeliharaan gerejawi.
2 Setiap anggota sidi mempunyai hak untuk memilih dan dipi-
lih menjadi anggota Majelis Jemaat.
3 Setiap anggota berkewajiban menanggung bersama segala
pembiayaan pelayanan gereja dengan mempersembahkan se-
bahagian harta miliknya sebagai tanda syukur atas anugerah
Tuhan.
4 Setiap anggota berkewajiban mendengar, membaca dan mem-
beritakan Firman Allah dengan kata dan perbuatan serta ikut
dalam pelaksanaan perwujudan imamat orang percaya.
Ayat 4 Perpindahan:
1 Setiap anggota yang pindah dari Jemaat yang satu ke Jemaat
atau Gereja se asas yang lain, perlu meminta surat pindah dari
Majelis Jemaat asalnya;
2 Orang yang pindah dari Gereja yang tidak se asas, harus
melakukan pengakuan iman di depan persekutuan ibadah
Jemaat.

Tata Laksana 21
3 Orang yang pindah dari Gereja lain yang tidak se asas tidak
dibaptis ulang apabila telah dibaptis dalam nama Allah Bapa,
Allah Anak, dan Allah Roh Kudus.
4 Keanggotaan hilang apabila pindah ke gereja lain, murtad atau
dikucilkan.

BAB IV
PENGAKUAN, PENGAJARAN DAN ASAS

Pasal 8
PENGAKUAN
Ayat 1 GKS mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan, Juruslamat
Dunia serta Kepala Gereja.
Ayat 2 GKS mengakui Firman Tuhan dalam Alkitab Perjanjian Lama
dan Perjanjian Baru.
Ayat 3 Bersama Gereja Kristen dari segala abad dan segala tempat
menerima dan mengakui sebagai Pengakuan Iman yaitu:
1 Pengakuan Iman Rasuli;
2 Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel;
3 Pengakuan Iman Athanasius.
Ayat 4 GKS menerima Pemahaman Bersama Iman Kristen (PBIK) yang
tercantum dalam Dokumen Keesaan Gereja Persekutuan Gereja-
gereja di Indonesia (DKG PGI).
Ayat 5 GKS dapat menyusun Pengakuan Imannya sendiri.
Pasal 9
PENGAJARAN
Ayat 1 Sumber pengajaran GKS adalah Alkitab.
Ayat 2 GKS menerima ajaran gereja Reformasi dan Katekismus Heidel-
berg.
Ayat 3 GKS dapat menyusun buku Katekesasinya yang akan disahkan
oleh Persidangan Sinode.
Pasal 10
ASAS
Berdasarkan pengakuan dan pengajaran seperti pada pasal 8 dan pasal 9 di
atas, GKS menerima Pancasila sebagai asas dalam kehidupan bermasyar-
akat, berbangsa dan bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI).

22 Tata Laksana
BAB V
TUGAS PANGGILAN DAN PENGUTUSAN

Pasal 11
TUGAS PANGGILAN
Ayat 1 GKS terpanggil untuk hidup berpedoman pada Injil dan berdiri
teguh dengan:
1 Menampakkan persekutuan/keesaan mereka seperti keesaan
Tubuh Kristus dengan rupa-rupa karunia tetapi satu Roh (1
Korintus 12:4).
2 Memberitakan Injil kepada segala makhluk (Markus 16:15).
3 Menjalankan pelayanan dalam kasih dan usaha menegakkan
keadilan (Markus 10:45; Lukas 4:18; Lukas 10:25-37; Yo-
hanes 15:16).
Pasal 12
TUGAS PENGUTUSAN
Ayat 1 Di bidang persekutuan/keesaan, Gereja diutus untuk melaksana-
kan tugas dan tanggung-jawab di tengah-tengah dunia ini dalam
membangun, mempersatukan, dan membaharui relasi antara
manusia dengan Allah sebagai Pencipta, relasi manusia dengan
sesamanya yang lain serta relasi manusia dengan alam sekitar dan
makluk ciptaan lainnya, baik secara internal dalam persekutuan
orang percaya (Jemaat/Gereja) maupun dalam masyarakat, bangsa
dan negara.
Ayat 2 Di bidang kesaksian, Gereja diutus untuk melaksanakan tugas
dan tanggungjawab, baik berupa pemberitaan Injil Yesus Kris-
tus dalam bentuk kata-kata (verbalistik) tentang penyelamatan,
pengampunan, perdamaian, keadilan dan kebenaran, kesejahter-
aan maupun kesaksian dalam bentuk tindakan atau aksi untuk
menegakkan keadilan dan kebenaran, serta pembelaan hak-hak
asasi manusia sebagai wujud berita Injil yang konkrit, baik dalam
persekutuan orang percaya (Gereja/Jemaat) maupun kepada segala
bangsa dan segala makhluk hingga akhir zaman.
Ayat 3 Di bidang pelayanan, Gereja diutus untuk melaksanakan pelay-
anan kasih dan tanggung-jawab sosial sebagai akta iman dalam
bentuk berbagai upaya pembebasan umat manusia dari berbagai
belenggu dosa yang berwujud dalam masalah-masalah sosial (sep-
erti: memerangi kemiskinan, ketidakadilan, penindasan, pelang-
garan hak-hak asasi manusia, sakit penyakit, dalam masyarakat
dan berusaha memelihara sumber-sumber alam dan lingkungan
hidup dalam syalom Allah.

Tata Laksana 23
BAB VI
PEMBINAAN

Pasal 13
KEBAKTIAN
Ayat 1 Kebaktian adalah wujud pelayanan rohani bagi persekutuan orang
percaya yang dilaksanakan dengan berpedoman Tata Ibadah atau
Liturgi yang telah ditetapkan dengan Pemberitaan Firman Tuhan
sebagai inti utama.
Ayat 2 Jenis-Jenis Kebaktian:
1 Kebaktian Hari Minggu
2 Kebaktian pada Hari-Hari Raya Gerejawi, yaitu: Natal, Jumat
Agung, Paskah, Kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga dan Penta-
kosta.
3 Kebaktian-Kebaktian Khusus, yaitu:
a Kebaktian Tahun Baru;
b Kebaktian Akhir Tahun;
c Kebaktian Pentahbisan Jemaat dan Klasis;
d Kebaktian Pentahbisan Pendeta dan atau Kebaktian
Peneguhan Pendeta;
e Kebaktian Pengutusan Pendeta dan atau Kebaktian Emir-
itasi Pendeta;
f Kebaktian dalam rangka Persidangan Gerejawi;
g Kebaktian Penyegaran Iman (KPI);
h Kebaktian Pemberkatan Nikah;
i Kebaktian Oikumene;
j Kebaktian Pemakaman Orang Mati;
k Kebaktian pada Hari Raya Nasional;
l Kebaktian Hari Ulang Tahun Gerejawi.
m Kebaktian Awal Musim Tanam dan Musim Panen
4 Kebaktian Pemahaman Alkitab Rumah Tangga (PART)
5 Kebaktian-Kebaktian lain yang ditetapkan oleh Majelis
Jemaat, Klasis, dan Sinode GKS.
Ayat 3 Liturgi, Formulir, dan Buku Nyanyian Gerejawi:
1 Liturgi/Tata Ibadah dan Formulir-Formulir yang dipergu-
nakan dalam lingkungan pelayanan GKS adalah yang disah-
kan oleh Sinode GKS.
2 Liturgi/Tata Ibadah Kebaktian lainnya yang hendak diguna-
kan tetap mempedomani yang sudah disahkan oleh Sinode
GKS.
3 Buku nyanyian yang dipergunakan dalam lingkungan pelay-
anan GKS adalah yang telah diterima dan disahkan oleh Sin-
ode GKS.

24 Tata Laksana
Ayat 4 Kebaktian Keluarga:
1 Setiap keluarga Kristen berkewajiban menyelenggarakan ke-
baktian keluarga bagi anggota keluarganya masing-masing;
2 Kebaktian keluarga yang melibatkan orang lain di luar kelu-
arga yang bersangkutan dengan pimpinan atau pengkhotbah
dari luar Jemaat dilaksanakan dengan seijin Majelis Jemaat
setempat.
Pasal 14
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN
Ayat 1 Pemberitaan Firman Tuhan adalah salah satu bentuk kesaksian
pelayanan dan tanggung-jawab dari Tri-tugas panggilan Gereja
yang dilaksanakan, baik di dalam maupun ke luar Jemaat, yang
berisi pernyataan dan pengajaran tentang kehendak Allah di
dalam Yesus Kristus sesuai kesaksian Alkitab.
Ayat 2 Bentuk Penyampaian Firman Tuhan:
1 Khotbah
2 Renungan atau Refleksi
3 Pemahaman Alkitab (PA)
4 Cerita Sekolah Minggu
5 Senitari dan Drama
6 Lagu dan Syair
7 Pemutaran Film
Ayat 3 Majelis Jemaat berkewajiban melaksanakan pelayanan Pekabaran
Injil dalam wilayah pelayanan Jemaat secara serius dan berkesinam-
bungan.
Ayat 4 Kegiatan pelayanan Firman Tuhan yang dilakukan oleh Peng-
khotbah/Penginjil dari luar Jemaat bagi keluarga-keluarga dalam
Jemaat harus dengan seijin dan pengawasan Mejelis Jemaat.
Pasal 15
SAKRAMEN
Ayat 1 Sakramen adalah pelayanan khusus gerejawi sesuai dengan
Amanat Kudus Yesus Kristus sendiri sebagai Tuhan dan Juru Se-
lamat yang wajib dilakukan agar warga Jemaat dapat menghayati
makna pengorbanan dan penderitaanNya demi keselamatan dunia
dan manusia.
Ayat 2 Sakramen yang diakui dan diterima oleh GKS ada 2 (dua) jenis,
yakni Baptisan Kudus dan Perjamuan Kudus.
Pasal 16
SAKRAMEN BAPTISAN KUDUS
Ayat 1 Baptisan Kudus adalah pelayanan sakramen gerejawi bagi orang
percaya sebagai tanda dan meterai bahwa orang tersebut telah ter-
hisap dalam Perjanjian dan Karya Penyelamatan Allah.
Tata Laksana 25
Ayat 2. Sakramen Baptisan Kudus yang dilaksanakan bagi orang dewasa
disebut Baptisan Dewasa, dan bagi anak kecil disebut Baptisan
Anak.
Ayat 3 Baptisan Dewasa:
1 Syarat:
Setiap orang yang ingin menerima Baptisan Dewasa harus
memenuhi persyaratan, sebagai berikut:
a Ia telah selesai mengikuti Katekisasi Sidi.
b Usia pada waktu menerima Baptisan Dewasa sekurang-
kurangnya 16 (enam belas) tahun.
c Harus mengajukan permohonan kepada Majelis Jemaat
secara langsung dan bukan diwakili oleh orang lain se-
bagai wujud kesungguhan hati dan kesadaran iman-
nya secara pribadi, tanpa paksaan dari orang lain, untuk
dibaptis menjadi orang percaya. Keinginan untuk dibaptis
merupakan suatu keputusan iman yang bersifat pribadi
untuk menerima dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai
Tuhan dan Juru Selamatnya.
d Harus mengikuti percakapan gerejawi yang dilaksana-
kan oleh Majelis Jemaat tentang pemahaman, kesadaran,
dan penghayatan imannya serta dinyatakan layak untuk
dibaptis. Seseorang dianggap layak untuk dibaptis jika
ia sungguh-sungguh menerima Tuhan Yesus Kristus se-
bagai Tuhan dan Juru Selamatnya dan akan terus menerus
mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari.
e Bagi orang jompo atau sakit berat dapat dibaptis apabila ia
dengan sadar mengakui imannya. Dalam hal ini ia tidak
perlu memenuhi syarat-syarat yang tercantum dalam butir
a, c, dan d.
2 Pelaksanaan:
a Sebelum nama orang yang akan dibaptis diwartakan ke-
pada Jemaat, maka Majelis Jemaat perlu melakukan per-
cakapan gerejawi dengan orang yang bersangkutan.
b Selama 2 (dua) hari Minggu berturut-turut, Majelis
Jemaat harus mewartakan kepada Jemaat mengenai renca-
na pelaksanaan Baptisan Dewasa dengan menyebut nama
dan alamat orang yang akan dibaptis agar Jemaat dapat
mempertimbangkan dan mendoakannya.
c Bila tidak ada keberatan sah yang masuk dari anggota
Jemaat sesudah warta mimbar yang terakhir, maka orang
itu dapat dibaptis. Pada prinsipnya, suatu keberatan yang
dipandang sah, apabila:

26 Tata Laksana
i Diajukan secara tertulis dengan mencantumkan nama
dan alamat yang jelas serta dibubuhi tanda tangan pe-
nulis atau cap jari orang yang mengajukan keberatan,
atau orang yang mengajukan keberatan dapat langsung
menghadap Majelis Jemaat dan secara lisan menyam-
paikan keberatannya dan dapat dipertanggungjawab-
kannya.
ii Isinya mengenai tidak terpenuhinya salah satu atau
lebih syarat Baptisan Dewasa.
iii Terbukti isinya benar.
d Baptisan dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan dilayani
oleh Pendeta dalam Kebaktian Minggu atau Hari Raya
Gerejawi atau Hari Raya lain yang ditentukan oleh Ma-
jelis Jemaat dengan mempergunakan Formulir Gerejawi
yang ditetapkan Sinode GKS.
e Baptisan dilaksanakan dalam nama Allah Bapa, Allah
Anak, dan Allah Roh Kudus dengan siraman air satu kali
saja.
f Baptisan bagi orang jompo atau sakit berat, atas per-
mintaan orang tersebut dapat dilaksanakan di rumah atau
di rumah sakit pada hari yang ditetapkan Majelis Jemaat.
Hal tersebut diwartakan kepada Jemaat sebelum dan atau
sesudah baptisan dilaksanakan bagi orang yang bersang-
kutan.
g Nama orang dewasa yang telah menerima baptisan dicatat
dalam Buku Induk Jemaat dan kepadanya diberikan Surat
Baptisan Dewasa yang formatnya ditetapkan oleh Sinode
GKS.
3. Baptisan dewasa asal marapu bagi yang telah berumah tangga
dengan sendirinya tidak dilakukan lagi Pemberkatan Nikah.
Ayat 4 Baptisan Anak:
1 Baptisan Anak adalah Baptisan yang dilakukan oleh Gereja/
Jemaat bagi anak-anak, baik anak-anak warga Jemaat mau-
pun anak-anak dari yang belum menjadi warga Jemaat, karena
iman orang tua dan atau walinya.
2 Syarat:
a Anak yang dibaptis adalah:
i Anak dari kedua orang tua yang terkait hubungan
perkawinan yang sah
ii Anak yang sekurang-kurangnya berada di bawah tang-
gung jawab salah satu orang tua yang adalah anggota
Sidi GKS.

Tata Laksana 27
iii Anak angkat yang sah dari orang tua anggota Sidi
GKS.
iv Anak di bawah perwalian yang sah dari orang tua ang-
gota Sidi GKS
b Usia anak itu setinggi-tingginya 15 (lima belas) tahun.
c Kedua atau salah satu orang tua, yang ingin anaknya
dibaptis harus mengajukan permohonan secara langsung,
baik secara tertulis atau lisan, kepada Majelis Jemaat.
d Orangtua yang ingin anaknya dibaptis telah mengikuti
percakapan gerejawi yang dilakukan oleh Majelis Jemaat
agar dapat memahami makna baptisan dan berjanji untuk
mendidik anaknya menurut ajaran Firman Tuhan.
e Kedua atau salah satu orang tua kandung yang ingin ana-
knya dibaptis adalah anggota Sidi GKS dan tidak berada
di bawah disiplin gerejawi (penggembalaan khusus).
f Jika kedua orang tua anak itu telah meninggal dunia, atau
masih menganut faham/aliran kepercayaan lain atau ter-
pidana atau sakit ingatan, maka kedudukan mereka dapat
diganti oleh wali anak itu yang adalah anggota sidi GKS
atau pasangan suami-istri yang sah dan tidak berada di ba-
wah disiplin gerejawi (penggembalaan khusus). Selanjut-
nya wali dari anak atau anak-anak yang dilayani baptisan
harus berdomisili dekat anak yang bersangkutan, karena
terkait dengan pelaksanaan tugas dan tanggung-jawab
iman untuk membina dan mendidik anak atau anak-anak
tersebut.
3 Pelaksanaan:
a Percakapan gerejawi telah dilaksanakan dengan orang tua
atau walinya sebelum nama anak yang akan dibaptis di-
wartakan kepada Jemaat.
b Selama 2 (dua) hari Minggu berturut-turut, Majelis Jemaat
mewartakan kepada Jemaat mengenai rencana baptisan
anak dengan menyebut nama anak yang akan dibaptis,
serta nama dan alamat orang tua atau walinya.
c Baptisan dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan dilayani
oleh Pendeta dalam kebaktian hari Minggu atau Hari Raya
Gerejawi atau hari raya lain yang ditentukan oleh Majelis
Jemaat dengan mempergunakan Formulir Gerejawi yang
ditetapkan Sinode GKS.
d Baptisan dilaksanakan dalam nama Allah Tritunggal: Al-
lah Bapa, Allah Anak, dan Allah Roh Kudus dengan sira-
man air sekali saja.

28 Tata Laksana
e Baptisan anak yang sakit berat, atas permintaan orang tua
atau walinya, dapat dilaksanakan di rumah atau rumah
sakit, pada hari yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat. Hal
tersebut diwartakan kepada Jemaat sebelum atau sesudah
baptisan dilaksanakan.
f Nama anak yang telah menerima baptisan dicatat dalam
Buku Induk keanggotaan Jemaat dan kepadanya diberikan
Surat Baptisan Anak yang formatnya ditetapkan oleh Sin-
ode GKS.
Ayat 5 Pelaksanaan Baptisan Titipan:
1 Berdasarkan Surat Keterangan atau Rekomendasi dari Jemaat
lain dalam GKS atau Gereja lain yang seasas yang dibawa oleh
orang tua/walinya untuk Baptisan Anak dan atau yang dibawa
oleh orang yang berkeinginan menerima Baptisan Dewasa,
maka Majelis Jemaat dapat melaksanakan baptisan titipan.
2 Pewartaan kepada Jemaat dilakukan oleh Majelis Jemaat
pelaksana dan Majelis Jemaat penitip sesuai dengan syarat
yang ada.
3 Surat Baptisan diberikan oleh Majelis Jemaat pelaksana.
4 Majelis Jemaat pelaksana melalui Surat Keterangan, member-
itahukan kepada Mejelis Jemaat penitip tentang pelaksanaan
baptisan tersebut untuk dicatat dalam Buku Induk Jemaat
penitip.
Pasal 17
SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS
Ayat 1 Perjamuan Kudus adalah pelayanan Sakramen yang dilaksanakan
sesuai dengan amanat Yesus Kristus dan dirayakan sebagai Pesta
Iman bagi anggota sidi atau berhak dalam Jemaat untuk meng-
enang dan memberitakan kematian dan pengorbananNya bagi
keselamatan manusia dan dunia.
Ayat 2 Perjamuan Kudus harus dirayakan/dilaksanakan di Jemaat
sekurang-kurangnya 4 kali dalam setahun.
Ayat 3 Syarat dan pelaksanaan Perjamuan Kudus:
1 Syarat:
Orang yang diperkenankan ikut ambil bagian dalam Perja-
muan Kudus adalah:
a Anggota Sidi atau berhak GKS yang tidak berada di ba-
wah disiplin gerejawi.
b Anggota Sidi dari Jemaat GKS lain atau Gereja lain yang
seasas, dan yang tidak berada di bawah disiplin gerejawi.
2 Pelaksanaan:
a Dalam tiga hari Minggu berturut-turut, Majelis Jemaat
mewartakan kepada anggota Jemaat mengenai rencana

Tata Laksana 29
perayaan Perjamuan Kudus agar mereka dapat mempersi-
apkan diri.
b Sebelum Perjamuan Kudus dilaksanakan, Majelis Jemaat
harus melaksanakan pemeriksaan kelayakan diri sendiri
untuk ikut dan melayani Perjamuan Kudus yang disebut
Sensura Morum.
c Sebelum Perjamuan Kudus dilaksanakan, Majelis Jemaat
perlu melakukan perkun-jungan kepada setiap rumah ang-
gota Jemaat dengan tujuan:
i Menyampaikan undangan dan sekaligus melakukan
percakapan untuk mempersi-apkan mereka agar layak
dan tulus hati mengikuti pelayanan Perjamuan Kudus.
ii Mendengar dan melihat keberadaan, pergumulan, dan
juga permasalahan yang dialami anggota Jemaat agar
mendapat perhatian dalam pelayanan Majelis Jemaat.
iii Masalah-masalah pribadi hasil perkunjungan dijaga
kerahasiaannya.
d Anggota Jemaat yang dianggap layak untuk mengikuti
Perjamuan Kudus, apabila ia bersedia dengan rendah hati
membaharui cara hidupnya secara konkrit sesuai dengan
Firman Tuhan.
e Sesudah perkunjungan, Majelis Jemaat mengadakan rapat
untuk membahas hasil perkunjungan tentang kesiapan
anggota Jemaat untuk mengikuti Perjamuan Kudus dari,
dan sekaligus mencari jalan keluar bagi angota Jemaat
yang bermasalah.
f Hari Minggu sebelum Perjamuan Kudus dirayakan, di-
adakan ibadah persiapan Perjamuan Kudus dengan men-
erangkan makna ibadah Perjamuan Kudus.
g Perjamuan Kudus dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan
dilayani oleh Pendeta dalam kebaktian Minggu atau Ju-
mat Agung atau kesempatan-kesempatan khusus lainnya
dengan menggunakan formulir gerejawi yang ditetapkan
Sinode GKS.
h Perjamuan Kudus dilaksanakan dengan menggunakan roti
dan anggur sebagai simbol daging/tubuh dan darah Kris-
tus. Dalam kondisi yang luar biasa, dapat saja digunakan
bahan lain, tanpa mengurangi arti dan makna Perjamuan
Kudus.
i Perjamuan Kudus bagi orang jompo atau sakit menahun,
selama orang yang bersangkutan dalam keadaan sadar,
dapat dilaksanakan di rumah atau rumah sakit pada hari
yang ditetapkan Majelis Jemaat. Hal tersebut diwartakan

30 Tata Laksana
kepada anggota Jemaat dan juga diberitahukan kepada
orang yang bersangkutan dan keluarganya.
3 Bertamu di Jemaat GKS lain atau Gereja lain yang seasas:
a Anggota Sidi dari Jemaat GKS lain atau dari Gereja yang
seasas dan tidak berada di bawah disiplin gerejawi dapat
mengikuti Perjamuan Kudus yang dilaksanakan dalam
Jemaat-jemaat GKS dengan terlebih dahulu melapor diri
kepada Majelis Jemaat GKS setempat.
b Anggota Sidi GKS dapat mengikuti Perjamuan Kudus
di Gereja lain yang seasas atau paham pengajarannya
tidak bertentangan dengan paham pengajaran GKS dan
kepadanya diberikan Surat Keterangan Bertamu atau
melaporkan diri di Jemaat tempat ia bertamu.
Pasal 18
KATEKISASI
Ayat 1 Katekisasi adalah bentuk pengajaran dan penggembalaan bagi
anggota Jemaat dan calon anggota Jemaat tentang pokok-pokok
Iman Kristen serta tanggung-jawab dan kewajiban yang dihayati
dan dilakukan dalam seluruh segi kehidupannya.
Ayat 2 Jenis Katekisasi yang perlu dilaksanakan di Jemaat-jemaat adalah
Katekisasi Sidi dan Kateki-sasi Pra Nikah.
Ayat 3 Bahan Pengajaran Katekisasi:
1 Bahan katekisasi yang dipakai sebagai acuan adalah Katekis-
mus Heidelberg dan bahan katekisasi dari Gereja yang seasas.
2 Buku Pedoman Katekisasi yang disusun oleh Sinode GKS.
Ayat 4 Katekisasi Sidi:
1 Katekisasi Sidi dilaksanakan untuk mempersiapkan seseorang
yang ingin menerima Baptisan Dewasa dan Pengakuan Per-
caya.
2 Katekisasi Sidi dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan dilayani
oleh Pendeta atau orang yang ditunjuk oleh Majelis Jemaat.
3 Katekisasi Sidi berlangsung dengan ketentuan bahan katek-
isasi harus dapat diselesaikan selama kurun waktu 1 (satu)
tahun dan minimal diadakan sekali dalam setiap minggu.
Dalam hal-hal tertentu yang dapat dipertanggung-jawabkan,
lamanya katekisasi ditentukan sendiri oleh Majelis Jemaat
dengan ketentuan bahwa bahan katekisasi harus dapat disele-
saikan.
4 Lamanya waktu dan bahan katekisasi bagi orang jompo
ditetapkan sendiri oleh Majelis Jemaat.
Ayat 5 Katekisasi Pra Nikah:

Tata Laksana 31
1 Katekisasi Pra Nikah diadakan bagi anggota sidi dan mereka
yang telah memasuki jenjang pertunanganan yang sah menu-
rut hukum adat.
2 Katekisasi Pra Nikah dimaksudkan untuk mempersiapkan
anggota Jemaat memasuki hidup pernikahannya.
3 Katekisasi Pra Nikah dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan
dilayani oleh Pendeta atau orang yang mempunyai karunia
khusus dan ditunjuk oleh Majelis Jemaat.
4 Katekisasi Pra Nikah berlangsung antara 1 (satu) sampai 3
(tiga) bulan, sedikit-dikitnya diadakan sekali dalam seminggu.
Dalam hal-hal tertentu yang dapat dipertanggung-jawabkan,
lamanya Katekisasi Pra Nikah ditentukan sendiri oleh Majelis
Jemaat dengan ketentuan bahwa bahan katekisasi harus dapat
diselesaikan.
5 Dalam hal-hal tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka lamanya katekisasi harus dapat diselesaikan
6 Dalam keadaan khusus, misalnya salah seorang dari satu
pasangan berdomisili di tempat yang jauh, maka pelaksanaan
Katekisasi Pra Nikah diserahkan kepada kebijakan Majelis
Jemaat dengan ketentuan bahwa sedapat mungkin orang yang
bersangkutan mempelajari bahan katekisasi Pra Nikah sampai
selesai dan Majelis Jemaat hanya melaksanakan percakapan
pastoral menjelang pernikahan.
Pasal 19
PENGAKUAN PERCAYA (SIDI)
Ayat 1 Pengakuan percaya (Sidi) adalah pernyataan sikap iman seseorang
dihadapan Tuhan dan Jemaat untuk menjadi anggota yang ber-
tanggungjawab penuh dalam Jemaat sebagai wujud pengambil-
alihan pengakuan dan janji orang tua pada waktu ia menerima
Baptisan ketika masih kecil.
Ayat 2 Syarat-syarat bagi seseorang yang ingin mengaku percaya (Sidi):
1 Telah menerima Baptisan Anak (yang dibuktikan dengan Su-
rat Baptisan Anak);
2 Berusia sekurang-kurangnya 16 (enam belas) tahun;
3 Telah menyelesaikan katekisasi sidi di Jemaat dalam lingkun-
gan GKS;
4 Orang yang ingin mengaku percaya harus mengajukan per-
mohonan (tertulis atau lisan) secara langsung kepada Majelis
Jemaat;
5 Jika orang itu telah menerima Baptisan Anak dari Jemaat atau
Gereja lain, ia harus mem-peroleh dan menyerahkan Surat
Atestasi atau surat pindah dari Jemaat atau Gereja asalnya.
Jika tidak berhasil memperoleh Surat Atestasi tersebut, ia

32 Tata Laksana
dapat menunjukkan Surat Batisan Anak atau keterangan lain
yang dapat dipertanggungjawabkan;
6 Telah mengikuti percakapan gerejawi (bersama orang tua/
wali) yang dilaksanakan oleh Majelis Jemaat tentang pemaha-
man, kesadaran, dan penghayatan iman serta dinyatakan layak
menjadi anggota Sidi GKS.
Ayat 3 Pelaksanaan:
1 Selama 2 (dua) hari Minggu berturut-turut, Majelis Jemaat
mewartakan kepada anggota Jemaat mengenai rencana pen-
gakuan percaya dengan menyebut nama dan alamat orang
yang akan mengaku percaya agar anggota Jemaat ikut men-
doakan dan mempertimbangkan.
2 Bila tidak ada keberatan sah yang masuk dari anggota Jemaat
sesudah warta terakhir, orang itu dapat mengaku percaya.
Pada pokoknya, keberatan dianggap sah apabila:
a Diajukan secara tertulis dengan mencantumkan nama dan
alamat yang jelas serta dibubuhi tanda tangan penulis atau
cap jari jempol orang yang mengajukan keberatan tersebut,
atau orang yang akan mengajukan keberatan dapat lang-
sung menghadap Majelis Jemaat dan secara lisan menyam-
paikan keberatannya serta dapat dipertanggungjawabkan;
b Isinya mengenai tidak terpenuhinya salah satu atau lebih
dari syarat-syarat Pengakuan Percaya;
c Terbukti bahwa isinya benar.
3 Pengakuan Percaya dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan di-
layani oleh Pendeta dalam kebaktian Minggu atau Hari Raya
Gerejawi atau Hari Raya lain yang ditetapkan oleh Majelis
Jemaat dengan mempergunakan formulir yang ditetapkan Si-
node GKS;
4 Nama orang yang telah mengaku percaya dicatat oleh Majelis
Jemaat dalam Buku Induk Jemaat dan kepadanya diberikan
Surat Pengakuan Percaya yang formatnya ditentukan oleh Si-
node GKS.
Pasal 20
PENEGUHAN DAN PEMBERKATAN NIKAH
Ayat 1 Pengertian
1 Peneguhan dan Pemberkatan Nikah adalah pelayanan yang
dilakukan Gereja untuk mengesahkan kesepakatan, dan cinta
kasih antara seorang saja laki-laki dan seorang saja perempuan
menjadi suami-istri Kristen.
2 Pada hakekatnya bentuk rumah tangga Kristiani adalah
pencerminan hubungan antara Kristus dan Jemaat-Nya.
Ayat 2 Syarat-syarat:

Tata Laksana 33
Peneguhan dan pemberkatan nikah hanya berlaku bagi orang
yang memenuhi ketentuan, sebagai berikut:
1 Salah seorang atau dua orang yang akan menikah adalah ang-
gota Sidi GKS yang tidak berada di bawah Disiplin Gere-
jawi;
2 Bagi anggota Sidi yang berada di bawah Disiplin Gerejawi,
terlebih dahulu harus melakukan Pengakuan Dosa;
3 Bila salah seorang adalah anggota Sidi dari Jemaat atau gereja
lain, maka ia terlebih dahulu harus meminta surat pengantar/
rekomendasi dari Gereja asalnya. Jika yang bersangkutan tidak
memperoleh surat pengantar/rekomendasi maka ia dapat men-
unjukkan Surat Baptis atau Surat Pengakuan Percaya atau su-
rat keterangan lainnya yang dapat dipertanggung-jawabkan;
4 Telah menyelesaikan Katekisasi Pra Nikah;
5 Kedua calon mempelai harus mengajukan surat permohonan
secara tertulis yang diketahui dan disetujui oleh orang tua atau
wali kedua belah pihak keluarga.
6 Jika salah seorang calon mempelai dari golongan agama lain,
maka ia harus terlebih dahulu membuat surat pernyataan se-
cara tertulis untuk beralih agama karena keinginan sendiri
tanpa paksaan pihak mana pun serta menerima pengajaran
Iman Kristen, dan selanjutnya setelah dibaptis, maka nikah-
nya dapat diberkati;
Ayat 3 Pelaksanaan:
1 Selama 2 (dua) hari Minggu berturut-turut, Majelis Jemaat
mewartakan kepada anggota Jemaat mengenai rencana
peneguhan dan pemberkatan nikah dengan menyebut nama
dan alamat orang yang akan menikah agar anggota Jemaat
ikut mendoakan dan mempertimbangkannya;
2 Bila tidak ada keberatan sah yang masuk dari anggota Jemaat
sesudah warta terakhir, maka pernikahan mereka dapat
diteguhkan dan diberkati. Pada dasarnya keberatan dianggap
sah, apabila:
a Diajukan secara tertulis dengan mencantumkan nama
dan alamat yang jelas serta dibubuhi tanda tangan penu-
lis atau cap jari jempol orang yang mengajukan keberatan
tersebut, atau orang yang akan mengajukan keberatan da-
pat langsung menghadap Majelis Jemaat dan secara lisan
menyampaikan keberatannya serta dapat dipertang-gung-
jawabkan;
b Isinya mengenai tidak terpenuhinya salah satu atau lebih
dari syarat-syarat Pengakuan Percaya;
c Terbukti bahwa isinya benar.

34 Tata Laksana
3 Pemberkatan Nikah dilaksanakan oleh Majelis Jemaat dan
dilayani oleh Pendeta dalam sebuah kebaktian Jemaat dengan
menggunakan formulir yang ditetapkan Sinode GKS;
4 Majelis Jemaat memberikan kepada pasangan yang menikah
Surat Nikah Gerejawi yang formatnya ditetapkan oleh Sinode
GKS.
Ayat 4 Pemberkatan Nikah Titipan:
1 Sebuah Jemaat GKS dapat melaksanakan peneguhan dan
pemberkatan nikah titipan bagi pasangan mempelai yang ber-
asal dari Jemaat GKS lain atau dari Gereja lain yang se-asas.
2 Ketentuan tambahan untuk pemberkatan nikah titipan:
a Majelis Jemaat pelaksana mendapat surat permohonan/
pengantar secara tertulis (rekomendasi) dari Jemaat Pen-
itip yang dibawa oleh pasangan calon mempelai yang akan
menikah;
b Percakapan gerejawi dilaksanakan sesuai dengan kesepa-
katan antara Majelis Jemaat Pelaksana dan Majelis Jemaat
Penitip;
c Jika pasangan yang menikah berasal dari Jemaat-jemaat
dalam lingkungan GKS, maka pewartaan dilaksanakan,
baik oleh Majelis Jemaat Pelaksana maupun Majelis Jemaat
Penitip. Jika salah satu atau kedua orang yang menikah itu
berasal dari Gereja lain yang se-asas, maka pewartaan ha-
rus dilaksanakan oleh Majelis Jemaat Pelaksana, sedang-
kan Jemaat Penitip melaksanakan pewartaan sesuai aturan
gerejanya.
d Setelah pelaksanaan peneguhan dan pemberkatan nikah
titipan, maka Majelis Jemaat Pelaksana wajib memberikan
surat pemberitahuan kepada Majelis Jemaat atau Gereja
penitip.
e Majelis Jemaat Pelaksana wajib memberikan Surat Nikah
Gerejawi kepada pasangan mempelai tersebut.
Pasal 21
PENGEMBALAAN
Ayat 1. Penggembalaan adalah tugas gereja yang dilakukan dalam kasih
untuk saling memimpin, memelihara, membimbing, menghibur,
menguatkan, mengingatkan, menegur dan menasihati anggota-
anggotanya agar mereka sebagai orang beriman dapat mewujud-
kan kehidupan yang sesuai dengan Firman Tuhan.
Ayat 2 Jenis Penggembalaan:
Tugas Penggembalaan Gereja yang dilaksanakan oleh Majelis
Jemaat terdiri dari 2 (dua) jenis, yakni: Penggembalaan Umum
dan Penggembalaan Khusus.

Tata Laksana 35
Ayat 3 Penggembalaan Umum:
1 Penggembalaan umum dilakukan agar anggota Jemaat dan
Majelis Jemaat terus menerus mewujudkan kehidupan yang
sesuai dengan Firman Tuhan;
2 Penggembalaan umum dilakukan melalui khotbah, kebaktian
keluarga, perkunjungan/pelawatan, percakapan penggem-
balaan, surat penggembalaan, rapat-rapat gerejawi dan per-
temuan-pertemuan lainnya;
3 Penggembalaan umum dilaksanakan oleh dan antar anggota
Jemaat, oleh dan antar Majelis Jemaat, oleh Majelis Jemaat
kepada anggota Jemaat, oleh dan antar Majelis Klasis (MK),
dan Majelis Sinode GKS.
Ayat 4 Pengembalaan Khusus bagi anggota sidi:
1 Penggembalaan khusus ditujukan kepada anggota Sidi yang
kelakuan dan atau pahamnya bertentangan dengan Firman
Tuhan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain agar men-
yadari, menyesali dan memohon pengampunan Tuhan.
2 Bila teguran yang dilakukan beberapa kali oleh Majelis Jemaat
tidak membawa hasil, apalagi dosanya telah diketahui banyak
orang, maka ia tidak diperkenankan mengikuti Perjamuan
Kudus, tidak dapat dipilih untuk Jabatan Gerejawi atau Pen-
gurus Organisasi Gerejawi dan tidak diperkenankan meneri-
ma baptisan bagi anaknya;
3 Bila pada tahap ini, orang itu bertobat, Majelis Jemaat akan
mengadakan percakapan gerejawi dengannya. Bila dianggap
layak ia diperkenankan kembali untuk ikut dalam Perjamuan
Kudus, untuk dipilih menjadi Pejabat Gerejawi dan untuk
membaptis anaknya.
4 Tetapi bila sampai pada tahap yang dianggap cukup, orang
itu belum juga bertobat, nama dan dosanya diwartakan agar
anggota Jemaat lain ikut mendoakannya. Sebelum pewar-
taan, orang itu harus terlebih dahulu dihubungi oleh Majelis
Jemaat.
5 Bila sampai pada tahap ini, orang itu bertobat, butir 3 (tiga)
diberlakukan ditambah pewartaan yang menyebut nama orang
itu, dosa yang telah disesalinya dan pertobatannya.
6 Bila segala usaha peneguran tidak membawa hasil, Majelis
Jemaat dengan persetujuan Klasis mengucilkan orang itu,
yaitu mengeluarkan dari persekutuan Gereja Tuhan. Selama 3
(tiga) hari Minggu berturut-turut, hal itu diwartakan kepada
anggota Jemaat. Namun setelah pengucilan, orang itu tetap
didoakan;

36 Tata Laksana
7 Bila anggota yang dikucilkan itu pada suatu saat menyatakan
penyesalan dan pertobatan-nya, maka butir 3 (tiga) di atas
diberlakukan ditambah dengan penerimaan kembali yang
dilakukan dalam kebaktian Minggu dengan menggunakan
formulir yang ditetapkan Sinode GKS. Selama 3 (tiga) hari
Minggu berturut-turut, Majelis Jemaat mewartakan kepada
anggota Jemaat mengenai rencana penerimaan kembali deng-
an menyebut nama dan alamat orang tersebut agar didoakan
dan dipertimbangkan;
8 Bila tidak ada keberatan sah yang masuk dari anggota Jemaat
sesudah pewartaan terakhir, orang itu dapat diterima kembali
dalam persekutuan Jemaat.
9 Syarat keberatan sah yang dimaksud adalah:
a Diajukan secara tertulis dengan mencantumkan nama dan
alamat yang jelas serta tanda tangan orang yang mengaju-
kan keberatan tersebut;
b Isinya menyatakan bahwa kehidupan orang itu bertentan-
gan dengan Firman Tuhan dan masih menjadi batu sand-
ungan bagi orang lain;
c Terbukti isinya benar.
Ayat 5 Penggembalaan Khusus bagi Anggota Baptisan:
1 Dilakukan bagi anggota baptisan yang kehidupannya, yaitu
kelakuan dan atau paham pengajarannya bertentangan dengan
Firman Tuhan dan menjadi batu sandungan bagi orang lain,
agar ia sadar dan menyesali, serta memohon pengampunan
Tuhan. Ia harus mengakui dalam imannya akan baptisan yang
diterimanya ketika ia masih kecil, dan pada saatnya ia akan
mengaku percaya (sidi). Penggembalaan khusus (termasuk
pengajaran katekisasi) dilakukan bagi anggota baptisan bila
yang bersangkutan berkeinginan tetap menjadi anggota.
2 Pelaksanaan:
a Setelah mendengar laporan (termasuk orang tua/wali dan
keluarga) yang tidak berhasil dalam menegur anggota bap-
tisan yang jatuh dalam dosa, Majelis Jemaat melakukan
teguran terhadap anggota yang jatuh dalam dosa itu;
b Juga Majelis Jemaat melakukan pengembalaan khusus ter-
hadap orang tua/wali untuk mengetahui sejauhmana telah
melaksanakan janji dan tanggung-jawab ketika melak-
sanakan baptisan bagi anaknya ketika masih kecil;
c Apabila dosa anggota baptisan (anak) itu disebabkan oleh
orang tua/wali, baik langsung maupun tidak langsung,
maka orang tua/wali dikenakan disiplin gerejawi sampai
masalah anggota baptisan (anak) itu diselesaikan;

Tata Laksana 37
d Orangtua/wali hendaknya meneruskan tanggung-jawab-
nya, yaitu membimbing anggota baptisan (anak) itu un-
tuk menyesali, bertobat dengan menerima teguran serta
penggembalaan (pengajaran katekisasi) dari Majelis Jemaat
sampai pada saatnya mengaku percaya (sidi).
Ayat 6 Penggembalaan Khusus bagi Pejabat Gerejawi:
1 Dilakukan bagi mereka yang kelakuan dan atau paham peng-
ajarannya bertentangan dengan Firman Tuhan, termasuk
penyalahgunaan jabatan dan tindakan yang menimbulkan
kekacauan serta perpecahan dalam Jemaat, dan yang menjadi
batu sandungan bagi orang lain, agar ia sadar dan menyesali,
serta memohon pengampunan Tuhan.
2 Pelaksanaan penggembalaan khusus bagi Penatua dan Dia-
ken:
a Setelah mendengar laporan dari anggota Jemaat yang
tidak berhasil menegur Penatua atau Diaken yang jatuh
dalam dosa, Majelis Jemaat melakukan peneguran terha-
dap Penatua atau Diaken yang jatuh dalam dosa itu, sesuai
tahap penggembalaan pada ayat 4 (empat) dalam pasal
ini;
b Selama masa peneguran berlangsung Majelis Jemaat mem-
bekukan Jabatan gerejawi orang yang bersangkutan;
c Bila ia menyesal dan bertobat setelah dipandang layak
oleh Majelis Jemaat maka ia diperkenankan kembali aktif
dalam jabatannya. Tetapi bila ia tidak menyesali dan tidak
bertobat, maka jabatan gerejawinya ditanggalkan dan ke-
padanya dikenakan disiplin gerejawi.
Ayat 7 Penggembalaan Khusus bagi Pendeta:
1 Seorang Pendeta yang perilakunya atau pengajarannya berten-
tangan dengan Firman Allah (menyesatkan) dan menjadi batu
sandungan bagi anggota Majelis Jemaat dan warga Jemaat,
perlu mendapat penggembalaan khusus atau teguran dari ang-
gota Majelis Jemaat dan atau warga Jemaat yang mengetahui
kesalahan atau dosanya;
2 Bila teguran tersebut tidak berhasil, maka masalahnya disam-
paikan kepada Majelis Jemaat dan selanjutnya Majelis Jemaat
melakukan teguran dengan doa dan nasihat. Bila Pendeta
menyesal dan bertobat, maka ia terus melayani sesuai tugas
panggilannya. Bila Pendeta tidak menyesal dan bertobat,
maka Majelis Jemaat meminta Klasis untuk melakukan te-
guran. Pada tahap ini, Pendeta untuk sementara dihentikan
dari pelayanan jabatannya, tidak diperkenankan mengikuti

38 Tata Laksana
Perjamuan Kudus dan membaptis anaknya. Jaminan hidupnya
atau pemeliharaannya tetap dijamin oleh Jemaat;
3 Bila peneguran Majelis Jemaat bersama Klasis tidak berhasil,
maka Majelis Jemaat mewartakan dosanya kepada Jemaat, se-
dangkan masalahnya disampaikan kepada MS GKS agar Ma-
jelis Jemaat bersama Klasis dan MS GKS melakukan teguran.
Bila berhasil, maka pemulihan jabatan dilaksanakan dalam
ibadah Jemaat dan Pendeta dapat melayani sebagaimana bias-
anya;
4 Bila peneguran Majelis Jemaat, MK, dan MS tidak berhasil,
maka masalah Pendeta disampaikan kepada Persidangan Si-
node dan atas persetujuan Persidangan Sinode, penanggalan
jabatan dilaksanakan oleh Majelis Jemaat. Sesudah penang-
galan jabatan, maka jaminan hidupnya (pemeliharaan) dihen-
tikan;
5 Bila pada suatu saat orang tersebut menyatakan penyesalan-
nya dan bertobat, maka Majelis Jemaat dapat melaksanakan
percakapan gerejawi untuk dapat lagi mengikuti Perjamuan
Kudus dan baptisan anak. Bila orang tersebut berniat untuk
menjadi pelayan Jemaat, maka Mejelis Jemaat atas persetujuan
Klasis dan MS-GKS dapat mengukuhkannya sebagai Vicaris,
dan seterusnya dapat dipanggil menjadi Pendeta.
6 Pendeta yang meninggalkan tugas atau Jemaat tempat melay-
ani, tanpa persetujuan Majelis Jemaat, maka hubungannya
dengan Jemaat diputuskan berdasarkan keputusan Sinode
GKS.
7 Hal meninggalkan Jemaat dapat saja terjadi karena pertentan-
gan atau pertikaian antara Pendeta dan Jemaat atau Majelis
Jemaat tidak dapat dipulihkan. Bila Pendeta berada pada pihak
yang benar, maka Majelis Jemaat harus digembalakan khusus.
Kalau sikap Majelis Jemaat menimbulkan kekacauan dalam
Jemaat, maka hak Majelis Jemaat dibatasi oleh MK dan MS
GKS. Bila Majelis Jemaat tidak mendengar teguran MK dan
MS, maka Persidangan Sinode membubarkan Majelis Jemaat
tersebut dan memilih Majelis Jemaat yang baru, sedangkan
Pendeta dapat dipanggil oleh Jemaat lain atau dialihtugaskan
ke bidang pelayanan lain di dalam lingkungan GKS;
8 Pelaksanaan penggembalaan khusus bagi Pendeta Emiritus
secara umum sama dengan terhadap Pendeta aktif, hanya
dalam hubungan dengan tugas pelayanan sebagai Pendeta ak-
tif yang berbeda.

Tata Laksana 39
Ayat 8 Disiplin Gerejawi:
1 Disiplin gerejawi adalah tindakan yang dijalankan terhadap
anggota Jemaat, anggota Majelis Jemaat atau orang-orang
berjabatan gerejawi, para pengerja Jemaat dan pejabat Sinode
GKS;
2 Disiplin gerejawi dilaksanakan secara rohani atas dasar kasih;
3 Tujuan disiplin gerejawi ialah memelihara kekudusan hidup
berJemaat dan bergereja, demi keselamatan orang yang
melakukan kesalahan atau dosa, dan menjadi peringatan dan
pengajaran bagi banyak orang;
4 Disiplin gerejawi dapat dikenakan kepada anggota Jemaat,
anggota Majelis Jemaat, orang berjabatan gerejawi, pengerja
Jemaat dan pejabat Sinode GKS:
a Perilaku hidupnya bertentangan dengan Firman Tuhan
serta mengingkari pengakuan dan ajaran gereja;
b Tidak mau bertobat dan menjadi batu sandungan dalam
Jemaat dan masyarakat.
5 Pelaksanaan disiplin gerejawi adalah dengan cara mengikuti
prosedur atau tahapan penggembalaan seperti pada ayat 4
sampai dengan 7 dalam pasal ini.
Ayat 9 Pengakuan Dosa:
1 Apabila orang yang jatuh dalam dosa bertobat dan ingin kem-
bali ikut dalam Perjamuan Kudus dan menerima hak-haknya,
ia harus mengaku dosanya terlebih dahulu;
2 Sebelum pelaksanaan Pengakuan Dosa, Majelis Jemaat me-
wartakannya kepada warga Jemaat 2 (dua) hari minggu bertu-
rut-turut.
3 Pengakuan dosa dilakukan di hadapan Tuhan dalam kebak-
tian Jemaat atau karena pertimbangan tertentu, maka dapat
pula dilakukan di ruang konsistori menurut kebijakan Majelis
Jemaat;
4 Penerimaan pengakuan dosa dilakukan dengan menggunakan
formulir yang ditetapkan Sinode GKS.
Pasal 22
PELAYANAN DIAKONAL
Ayat 1 Pelayanan diakonal adalah salah satu dari Tritugas Panggilan
Gereja yang dilaksanakan oleh seluruh perangkat kerja pada se-
mua aras pelayanan (Sinode, Klasis, dan Jemaat) sebagai perwu-
judan pelayanan kasih (diakonia) dari berbagai bentuk pelayanan
dalam berbagai aspek kehidupan secara holistik dari Allah bagi
dunia dan manusia;
Ayat 2 Pelayanan diakonal dibedakan atas pelayanan ke dalam dan ke
luar persekutuan Jemaat/Gereja.

40 Tata Laksana
Ayat 3 Pelayanan diakonal ke dalam:
1 Pelayanan diakonal ke dalam dimaksudkan sebagai tugas
pelayanan kasih yang dilakukan dalam persekutuan orang
percaya (Gereja) pada semua aras pelayanan GKS:
a Pada aras Jemaat diatur dan dilaksanakan dalam koordi-
nasi BPMJ;
b Pada aras Klasis diatur dan dilaksanakan dalam koordi-
nasi BPMK;
c Pada aras Sinodal diatur dan dilaksanakan dalam koordi-
nasi BPMS.
2 Tujuan adalah menampakkan dan mewujudkan persekutuan
sebagai Tubuh Kristus yang bersaksi dan melayani dengan
berbagai karunia yang berasal dari satu Roh;
3 Bentuk ialah pemberian bantuan material dan spiritual,
perkunjungan, pelaksanaaan latihan ketrampilan dan se-
bagainya di berbagai bidang pelayanan;
4 Pelaksana adalah anggota Jemaat, Majelis Jemaat dan MK se-
GKS, dan MS-GKS.
Ayat 4 Pelayanan diakonal keluar:
1 Pelayanan diakonal ke luar dimaksudkan sebagai tugas pelay-
anan kasih yang dilakukan oleh berbagai perangkat kerja GKS
pada semua aras pelayanan GKS bagi masyarakat umum dan
lingkungan hidup di luar persekutuan orang percaya (Jemaat/
Gereja):
2 Tujuan adalah menghadirkan damai sejahtera dan keprihatin-
an Allah secara konkrit/nyata bagi dunia dan manusia dan
lingkungan hidup di luar persekutuan orang percaya (Gereja/
Jemaat) agar dunia tahu dan mengenal bahwa Allah di dalam
Yesus Kristus sungguh mengasihi, melayani, dan berkarya
bagi keselamatan dunia dan umat manusia;
3 Pelayanan diakonal ke luar dapat dilakukan dalam bentuk:
pelayanan di bidang pendidikan, kesehatan, sosial, politik,
ekonomi, hukum, ekologi, dan lain-lain dalam upaya mening-
katkan harkat dan martabat manusia, serta lingkungan hidup
sebagai ciptaan Allah.
4 Pelaksana adalah:
a Anggota Jemaat dan Majelis Jemaat pada aras Jemaat;
b MK se-GKS pada aras Klasikal;
c BPMS-GKS dan BP Yayasan-Yayasan GKS pada aras Sin-
odal.

Tata Laksana 41
Pasal 23
PELAWATAN GEREJAWI
Ayat 1 Pelawatan Gerejawi adalah perwujudan persekutuan orang-orang
percaya yang saling memperhatikan dan saling membangun di
dalam kasih agar bertumbuh bersama ke arah Kristus sebagai
Kepala Gereja/Jemaat.
Ayat 2 Pelawatan Gerejawi dilakukan dalam bentuk kegiatan perkunjung-
an ke aras Jemaat dan aras Klasis.
Ayat 3 Jenis Pelawatan Gerejawi:
1 Pelawatan Jemaat yang terdiri dari:
a Pelawatan Umum;
b Pelawatan Khusus.
2 Pelawatan Klasis.
Ayat 4 Pelawatan Jemaat
1 Pelawatan Umum:
a Pelawatan umum adalah pelawatan yang dilakukan oleh Kla-
sis secara teratur/terjadwal kepada Jemaat-jemaat dalam Klasis
secara bergiliran.
b Tujuan:
i Mengenal kehidupan, pertumbuhan dan kedewasaan
Jemaat.
ii Mendorong, menghibur dan menasihati.
iii Membantu menyelesaikan masalah yang ditemukan se-
lama masa pelaksanaan pelawatan.
iv Meningkatkan kehidupan bersama Jemaat-jemaat dalam
Klasisnya.
c Pelawat:
i Pelawatan dilakukan oleh Klasis yang melalui Persidang-
annya menetapkan dan mengutus Team Pelawat sedikit-
dikitnya 3 (tiga) orang yang bukan dari unsur Jemaat yang
dilawat.
ii Hak Pelawat:
a) Meminta laporan pertumbuhan dan perkembangan
pelayanan Jemaat.
b) Mengingatkan, menasihati dan memberi teguran ka-
lau diperlukan.
c) Mengadakan pembicaraan dengan siapapun atas perse-
pakatan Majelis Jemaat
iii Tanggung Jawab:
a) Memegang rahasia jabatan.
b) Membuat laporan tertulis hasil pelawatan kepada Per-
sidangan Klasis serta memberikan tembusannya ke-
pada Majelis Jemaat yang dilawat.

42 Tata Laksana
iv Masa kerja:
Tim Pelawat bekerja selama masa antar Persidangan
dan dibubarkan oleh Persidangan Klasis setelah Tim
Pelawat mempertanggung-jawabkan hasil kerjanya.
d Yang Dilawat:
i Yang dilawat adalah Majelis Jemaat dan Perangkat Kerja.
ii Hak yang dilawat:
a) Meminta surat penugasan pelawatan dari Klasis.
b) Menanyakan bahan pelawatan sebelum suatu pelawa-
tan dilakukan.
c) Memeriksa dan memberikan koreksi yang diperlukan
terhadap laporan Tim Pelawat kepada Persidangan
Klasis.
iii Tanggung jawab yang dilawat:
a) Memberikan laporan mengenai keberadaan dan ke-
hidupan Jemaatnya.
b) Memberikan informasi secara jujur dan obyektif.
e Bahan:
Bahan pelawatan mengacu pada buku pedoman pelawatan
yang disusun dan ditetapkan oleh Sinode GKS.
f Pelaksanaan:
i Pelawatan dilakukan sedikit-dikitnya 1 (satu) kali selama
masa antar Persidangan Klasis.
ii Selambat-lambatnya 2 (dua) bulan sebelum pelawatan di-
lakukan, Majelis Jemaat telah menerima pemberitaan dan
bahan pelawatan dari Klasis.
iii Sekurang-kurangnya 1½ (satu setengah) bulan sebelum
pelawatan dilakukan, Majelis Jemaat mewartakan dalam 3
(tiga) hari Minggu berturut-turut kepada anggota Jemaat
mengenai rencana pelawatan tersebut supaya didoakan.
iv Majelis Jemaat membahas pelawatan dalam Persidangan
Majelis Jemaat.
v Pelawatan dilakukan dalam Persidangan Majelis Jemaat.
vi Bila ada anggota Jemaat yang memiliki masalah yang be-
lum mendapat penyelesaian tuntas oleh Majelis Jemaatnya,
maka Majelis Jemaat dapat menyampaikan masalah terse-
but kepada pelawat.
vii Hasil pelawatan Jemaat-jemaat dibicarakan dalam Persi-
dangan Klasis.
2 Pelawatan Khusus
a Pengertian:
Pelawatan khusus adalah pelawatan yang dilakukan untuk
menangani dan menyelesaikan masalah-masalah khusus atau
hal-hal tertentu pada Jemaat-jemaat dalam Klasisnya.
Tata Laksana 43
b Tujuan:
i Membantu menangani dan menyelesaikan masalah-masa-
lah khusus yang membahaya-kan kesaksian dan kehidupan
Jemaat, baik diminta atau tidak diminta dan hal-hal ter-
tentu yang berkaitan dengan kehidupan Jemaat.
ii Memeriksa hal-hal tertentu antara lain calon bakal Jemaat
yang akan didewasa-kan.
c Pelawatan dilakukan oleh Klasis yang melalui Persidangannya
menetapkan dan mengutus Team Pelawat sedikit-dikitnya 3
(tiga) orang yang bukan dari unsur Jemaat yang dilawat ditam-
bah unsur Sinode atas permintaan Klasis.
d Yang dilawat berhak meminta surat penugasan dari Klasis.
e Pelaksanaan:
i Klasis memberitahukan kepada Majelis Jemaat yang akan
dilawat mengenai rencana pelawatan khususnya dan harus
diterima oleh Majelis Jemaat tersebut.
ii Dalam hal-hal tertentu, pelawat dapat meminta keterang-
an-keterangan mengenai masalah-masalah khusus itu ke-
pada pihak-pihak yang dianggap perlu.
iii Hasil pelawatan dilaporkan secara tertulis kepada Persi-
dangan Klasis dengan memberikan tembusan kepada Ma-
jelis Jemaat yang dilawatinya.
iv Bila dianggap perlu, hasil pelawatan khusus dapat dibahas
dalam Sidang tertutup Persidangan Klasis.
Ayat 5 Pelawatan Klasis
1 Tujuan:
a Mengenai kehidupan, pertumbuhan dan kedewasaan Kla-
sis.
b Mendorong, menghibur dan menasihati.
c Membantu menyelesaikan masalah yang tidak dapat di-
selesaikan oleh Klasis.
d Meningkatkan kehidupan bersama Klasis-klasis dalam
Sinode.
2 Pelawat:
a Pelawatan dilakukan oleh Sinode yang melalui Persidang-
an Sinode/MS-GKS menetapkan dan mengutus Team
Pelawat sedikit-dikitnya 3 (tiga) orang yang bukan dari
unsur Klasis yang dilawat.
b Hak Pelawat:
i Minta keterangan dan laporan kehidupan serta pelay-
anan Klasis.
ii Mengingatkan, menasihati dan memberikan teguran
kalau diperlukan.

44 Tata Laksana
c Tanggung Jawab Pelawat:
i Memegang rahasia jabatan.
ii Membuat laporan tertulis hasil pelawatan kepada Per-
sidangan Sinode/MS-GKS serta memberikan tembu-
sannya kepada MK yang dilawat.
d Masa Kerja:
Tim Pelawat bekerja selama masa antar Persidangan Sin-
ode/MS-GKS dan dibubarkan oleh Persidangan Sinode/
MS-GKS setelah Tim Pelawat mempertanggung jawab-
kan hasil kerjanya.
3 Yang Dilawat:
a Yang dilawat adalah Klasis bersama perangkat kerjanya.
b Hak yang dilawat:
i Meminta surat penugasan pelawatan dari Sinode/MS
GKS.
ii Menanyakan bahan pelawatan sebelum suatu pelawat-
an dilakukan.
iii Memeriksa dan memberikan koreksi yang diperlukan
terhadap laporan pelawat kepada Persidangan Sinode/
MS-GKS.
c Tanggung jawab yang dilawat:
i Memberikan laporan mengenai keberadaan dan ke-
hidupan Klasisnya.
ii Memberikan informasi secara jujur dan obyektif.
d Bahan pelawatan mengacu pada buku pedoman pelawatan
yang disusun dan ditetapkan oleh Sinode.
e Pelaksanaan:
i Pelawatan dilaksanakan dalam Persidangan Klasis
bersama perangkat kerjanya.
ii Sinode/MS GKS menyampaikan bahan pelawatan
kepada Klasis dengan memberikan tembusan kepada
seluruh Jemaat sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan se-
belum Persidangan Klasis dilaksanakan.
iii Hasil pelawatan dilaporkan kepada Sinode/MS GKS
secara tertulis dengan memberikan tembusan kepada
Klasis yang dilawatnya.
Pasal 24
KERJASAMA OIKUMENIS
Ayat 1 Kerjasama oikumenis merupakan kerjasama antar GKS dengan
Gereja-Gereja dan atau lembaga-lembaga gerejawi di luar GKS.
Kerjasama oikumenis adalah sebagai ungkapan dari Gereja yang
esa, kudus, am dan rasuli dan bahwa semua Gereja di segala za-

Tata Laksana 45
man dan tempat terpanggil untuk melaksanakan tugas panggilan
yang sama dan satu, yaitu bersekutu, bersaksi dan melayani.
Ayat 2 Syarat
1 Dengan Gereja-Gereja dan atau lembaga yang bernaung di
bawah PGI dapat dilakukan bila:
a Sama-sama menerima dan menempatkan DKG sebagai
kerangka dasar kerjasama oikumenis.
b Tidak bertentangan dengan Tata Gereja GKS.
c Tidak bertentangan dengan doktrin/ajaran GKS.
2 Dengan Gereja-Gereja dan atau lembaga di luar PGI dapat
dilakukan bila memenuhi kriteria-kriteria dasar antara lain:
a Sudah ada saling memahami visi dan misi pelayanan.
b Dengan Gereja dan atau lembaga gerejawi yang muatan
kerjasamanya tidak bertentangan dengan Tata Gereja
GKS atau peraturan-peraturan/keputusan-keputusan yang
sedang berlaku di GKS.
c Sejauh tidak mengganggu pelaksanaan kesaksian, perse-
kutuan dan pelayanan dalam GKS.
d Sejauh tidak ada upaya Gereja dan atau lembaga-lembaga
gerejawi tersebut bermaksud mendirikan Gereja yang baru
di lingkungan pelayanan GKS.
e Sejauh hubungan tersebut diletakkan dalam kemitraan
yang sejajar, saling menghormati dan menghargai ke-
beradaan masing-masing.
f Sejauh Gereja dan atau lembaga gerejawi tersebut tidak
menolak Pancasila sebagai satu-satunya asas berbangsa,
bernegara dan bermasyarakat.
Ayat 3 Bentuk
1 Kerjasama formal yaitu kerjasama yang dilakukan mela-
lui penandatanganan naskah/perjanjian kerjasama dan dalam
jangka waktu yang disepakati bersama.
2 Kerjasama informal yaitu kerjasama yang dilakukan melalui
persepakatan untuk program atau kegiatan-kegiatan insiden-
til.
3 Keanggotaan GKS dalam suatu wadah oikumenis (atas dasar
ikatan historis, kesamaan asas, kesamaan peran dan geogra-
fis).
Ayat 4 Aras
1 Sinodal yaitu Sidang Sinode melalui MS-GKS melakukan ker-
jasama oikumenis dengan Gereja-Gereja lain dan atau Lem-
baga-lembaga Oikumenis Nasional maupun Internasional.
2 Klasikal yaitu Persidangan Klasis melalui MK melakukan
kerjasama oikumenis dengan Gereja dan atau lembaga oiku-

46 Tata Laksana
menis di wilayah Klasis dan atau di luar wilayah Klasisnya se-
suai syarat kerjasama oikumenis GKS, dengan sepengetahuan
BPMS GKS.
3 Jemaat, yaitu Persidangan Majelis Jemaat melalui BPMJ
melakukan kerja sama oikumenis dengan Gereja dan atau
lembaga oikumenis di wilayah Jemaat atau di luar wilayah
Jemaatnya sesuai syarat kerjasama oikumenis GKS dengan
sepengetahuan BPMK dan BPMS.
Ayat 5 Prosedur
1 Kerjasama Oikumenis Sinodal:
a Untuk kerjasama formal atau menjadi keanggotaan dalam
sebuah wadah oikumenis, sudah dibahas dan ditetapkan
oleh Persidangan Sinode/Persidangan MS-GKS.
b Penandatanganan dilakukan oleh BPMS yang bertindak
untuk dan atas nama GKS.
c Untuk kerjasama informal, dapat dilakukan oleh BPMS
dan dilaporkan pada Sidang MS-GKS dan atau pada Si-
dang Sinode.
2 Kerjasama Oikumenis Klasikal:
a Setelah dibahas dan disetujui oleh Persidangan Klasis/
MK.
b Ditandatangani oleh BPMK yang bertindak untuk dan
atas nama Persidangan Klasis.
3 Kerjasama Oikumenis Jemaat:
a Sudah dibahas dan ditetapkan dalam Persidangan Mejelis
Jemaat.
b Ditandatangani oleh BPMJ untuk dan atas nama Persi-
dangan Majelis Jemaat.
Pasal 25
KERJASAMA GKS DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA LAIN
Ayat 1 GKS dapat menjalin kerjasama dengan Pemerintah dan lembaga-
lembaga non pemerintah.
Ayat 2 Bentuk kerjasama disesuaikan dengan persepakatan antara kedua
pihak yang bekerjasama.

Tata Laksana 47
BAB VII
JABATAN GEREJAWI

Pasal 26
JABATAN GEREJAWI
Ayat 1 Jabatan gerejawi adalah wujud dari jabatan Tuhan Yesus Kristus
sebagai Raja, Imam dan Nabi yang dianugerahkan-Nya kepada
Gereja/Jemaat-Nya.
Ayat 2 Jabatan Gerejawi terdiri dari Penatua, Diaken dan Pendeta yang
tergabung dalam satu Lembaga yang disebut Majelis Jemaat.
Pasal 27
PENATUA
Ayat 1 Pengertian
Penatua adalah jabatan khusus yang mewujudkan jabatan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Raja.
Ayat 2 Tugas dan Tanggungjawab
1 Membangun dan membina persekutuan Jemaat.
2 Memelihara, mengunjungi anggota Jemaat serta menegur
mereka yang sesat.
3 Mengawasi ajaran gereja agar sesuai dengan Firman Allah
dan Ajaran GKS.
4 Melaksanakan perkunjungan dan penggembalaan secara ter-
encana terhadap para pelayan khusus (Pendeta, Vicaris, Peng-
injil)
5 Bersama-sama Pendeta dan Diaken membuat program/kegia-
tan pelayanan yang berguna bagi pertumbuhan iman Jemaat.
6 Bersama Pendeta dan Diaken melaksanakan disiplin gere-
jawi.
7 Wajib menjaga rahasia jabatan selama masa jabatan dan sesu-
dah tidak berjabatan lagi.
Pasal 28
DIAKEN
Ayat 1 Pengertian
Diaken adalah jabatan khusus yang mewujudkan Jabatan Tuhan
Yesus Kristus sebagai Imam.
Ayat 2 Tugas dan tanggungjawab
1 Memberikan bantuan rohani dan jasmani kepada anggota
Jemaat yang membutuhkan.
2 Mengunjungi, menggembalakan anggota Jemaat yang sesat
yang sakit, menghibur yang berduka.

48 Tata Laksana
3 Mempersiapkan sarana pelayanan Baptisan Kudus dan Perja-
muan Kudus.
4 Bersama-sama Pendeta dan Penatua menggerakkan dan men-
dorong warga Jemaat untuk menyadari tanggung jawab dalam
bidang ekonomi dan keuangan untuk kepentingan Jemaat,
Klasis dan Sinode.
5 Bersama-sama Pendeta dan Penatua merencanakan dan
melaksanakan pelayanan material bagi anggota Jemaat dan
anggota masyarakat.
6 Wajib menjaga rahasia jabatan selama masa jabatan dan sesu-
dah masa jabatan berakhir.
Pasal 29
PERSYARATAN
Ayat 1 Anggota Jemaat pria dan wanita yang sudah Sidi sekurang-
kurangnya 3 (tiga) tahun.
Ayat 2 Mempunyai pemahaman dan wawasan serta ketaatan terhadap
Alkitab, ajaran dan tata gereja GKS.
Ayat 3 Bukan poligami atau poliandri.
Ayat 4 Bukan pemabuk, bukan pamarah dan bukan hamba uang.
Pasal 30
PENCALONAN, PEMILIHAN DAN PENEGUHAN
Ayat 1 Pencalonan
1 Persidangan Majelis Jemaat mempertimbangkan dan menetap-
kan calon-calon Penatua dan Diaken.
2 Jumlah calon sebanyak-banyaknya 2 (dua) kali lipat dari jum-
lah yang dibutuhkan.
3 Nama-nama calon-calon diumumkan selama 3 (tiga) hari
minggu berturut-turut.
4 Majelis Jemaat mengunjungi calon-calon tersebut untuk di-
mintakan kesediaan dan mempersiapkan mereka.
Ayat 2 Pemilihan
1 Pemilihan dipimpin oleh Panitia dari unsur Majelis Jemaat
yang ditetapkan oleh Persidangan Majelis Jemaat.
2 Pemilihan dilakukan dalam pertemuan Jemaat sesudah ke-
baktian hari minggu.
3 Yang berhak memilih adalah anggota sidi yang tidak berada di
bawah disiplin gerejawi.
4 Pemilihan dilakukan secara langsung, umum, bebas dan raha-
sia.
5 Calon terpilih berdasarkan suara terbanyak.

Tata Laksana 49
Ayat 3 Peneguhan
1 Sebelum peneguhan terlebih dahulu dilaksanakan percakapan
gerejawi untuk mempersiapkan calon-calon dalam menerima
tugas jabatan.
2 Peneguhan dilaksanakan dalam salah satu kebaktian hari
Minggu atau hari lain yang dikhususkan, disertai dengan Su-
rat Keputusan Pentahbisan oleh Majelis Jemaat serta penanda-
tanganan Akta Pentahbisan.
3 Kebaktian Peneguhan dilayani oleh Pendeta Jemaat atau Pen-
deta Konsulen atau Pendeta dari Jemaat lain atas permintaan
Majelis Jemaat dengan menggunakan Formulir Peneguhan
yang ditetapkan oleh Sinode GKS.
Ayat 4 Masa Jabatan
1 Masa Pelayanan Jabatan Penatua dan Diaken adalah 4 (empat)
tahun.
2 Penatua dan Diaken dapat dicalonkan dan dipilih kembali un-
tuk 4 (empat) tahun lagi, kecuali dalam hal-hal khusus sesuai
dengan kondisi dan situasi Jemaat.
Ayat 5 Penanggalan Jabatan
1 Alasan
a Masa pelayanan jabatan sudah berakhir;
b Berpindah ke Jemaat lain/tempat lain;
c Sesuai permohonan karena alasan-alasan yang dapat
dipertanggungjawabkan;
d Berada di bawah disiplin gerejawi;
e Meninggal dunia.
2 Penanggalan jabatan berdasarkan keputusan Persidangan
Majelis Jemaat dengan Surat Keputusan Penanggalan Jabatan
oleh Majelis Jemaat.
3 Penanggalan jabatan diwartakan kepada anggota Jemaat.
Pasal 31
PENDETA
Ayat 1 Pendeta adalah suatu jabatan gerejawi yang merepresentasikan
jabatan Yesus Kristus sebagai Nabi dan dapat disebut gembala
Jemaat.
Ayat 2 Tugas Pendeta:
1 Memberitakan Firman Allah dalam ibadah Jemaat, pelayanan
katekisasi, pelayanan sakramen, pembinaan warga Jemaat,
penggembalaan dan pergaulan hidup;
2 Melayani ibadah pemberkatan nikah, peneguhan pejabat
gerejawi, pengakuan percaya, pengakuan dosa, penerimaan
kembali orang yang telah dikucilkan dan pemakaman orang
mati;

50 Tata Laksana
3 Mengawasi dan menjaga pengajaran dalam Jemaat agar tidak
bertentangan dengan Firman Allah dan Tata Gereja GKS;
4 Bersama-sama dengan Penatua dan Diaken menegakkan disi-
plin gerejawi;
5 Bersama-sama dengan Penatua dan Diaken, mendorong dan
menggerakkan warga Jemaat agar menyadari tanggungjawab
di bidang ekonomi dan keuangan, baik untuk kepentingan
Jemaat ke dalam maupun untuk kepentingan bersama seluruh
gereja;
6 Menyampaikan berkat dengan penumpangan tangan.
Ayat 3 Syarat:
1 Seseorang yang sudah menyelesaikan Pendidikan Teologia
pada Perguruan Tinggi Kristen yang didirikan dan didukung
oleh GKS;
2 Telah menjalani masa Vicariat dengan baik dan benar
sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun dan telah diumum-
kan oleh BPMS-GKS tentang kelayakannya untuk dipang-
gil;
3 Pengumuman kelayakan untuk dipanggil harus dibuktikan
dengan rekomendasi Majelis Jemaat tempat menjalani masa
vicariat tentang kemampuan, kesetiaan, pengabdian, dan ke-
jujuran untuk melayani pekerjaan Tuhan.
4 Memahami dan mempercayai kesaksian Alkitab sebagai Fir-
man Allah;
5 Menerima Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Atha-
nasius, dan Pengakuan Iman Nicea Konstantinopel sebagai
pengakuan iman yang benar;
6 Menerima dan mengakui Katekismus Heidelberg sebagai ba-
han pengajaran tentang Iman Kristen.
7 Mentaati Tata Gereja GKS;
8 Wajib dan mampu menjaga rahasia jabatan;
Ayat 4 Status Kependetaan: Status kependetaan dalam GKS adalah Pen-
deta yang ditahbis, diteguhkan dan atau diutus oleh Jemaat.
Ayat 5 Masa Jabatan Kependetaan: Jabatan Pendeta berlaku seumur
hidup.
Ayat 6 Proses Pemanggilan Pendeta:
1 Tahap Pencalonan dan Pemilihan:
a Persidangan Majelis Jemaat menetapkan calon-calon yang
memenuhi persyaratan seperti pada ayat 3 (tiga) dalam
pasal ini dan setelah penetapan calon, Majelis Jemaat wajib
melakukan pendekatan kepada calon tersebut.
b Lewat mekanisme uji kepatutan dan kelayakan dalam
Persidangan Majelis Jemaat, dan menetapkan sekurang-

Tata Laksana 51
kurangnya 3 (tiga) orang calon dan sebanyak-banyaknya
5 (lima) orang calon. Pengajuan calon tunggal tidak diper-
kenankan.
c Setelah mendapat persetujuan Klasis dan MS GKS cq
BPMS, calon-calon tersebut diumumkan kepada warga
Jemaat 3 (tiga) hari minggu berturut-turut.
d Bila tidak ada keberatan sah yang masuk, pemilihan di-
lakukan pada hari minggu ketiga setelah acara kebaktian.
e Yang berhak memilih adalah anggota sidi yang tidak be-
rada di bawah disiplin gerejawi.
f Jumlah pemilih yang hadir sekurang-kurangnya 2/3 (dua
pertiga) dari jumlah anggota sidi yang berhak memilih.
Bila tidak mencapai 2/3 (dua pertiga), maka pemilihan
tersebut ditunda.
g Yang terpilih adalah calon yang memperoleh lebih dari
50% dari jumlah suara yang dipungut.
h Hasil pemilihan diumumkan selama 3 (tiga) hari Minggu
berturut-turut.
i Seorang Pendeta dari suatu Jemaat dapat dicalonkan oleh
Jemaat lain apabila telah melayani selama 4 (empat) tahun
berturut-turut.
2 Pemanggilan
a Kepada calon terpilih, Majelis Jemaat menyampaikan
surat panggilan yang bentuknya telah ditetapkan Sidang
Sinode. Jika Jemaat pemanggil tidak mempunyai Pendeta,
maka surat panggilan ditandatangani serta oleh Pendeta
Konsulen.
b Calon terpilih harus memberi jawaban terhadap panggilan
selambat-lambatnya 4 (empat) minggu sejak tanggal peng-
iriman surat.
c Setelah menerima panggilan, calon terpilih sudah harus
berada di tengah-tengah Jemaat yang memanggilnya dan
jaminan hidupnya menjadi beban Jemaat pemanggil.
3 Percakapan Pemeriksaan:
a Setelah calon menerima dan menyetujui panggilan, di-
lakukan percakapan pemeriksaan dalam Persidangan Kla-
sis yang sifatnya tertutup.
b Isi percakapan pemeriksaan meliputi:
i Khotbah
ii Pengajaran Iman Kristen.
iii Tata Gereja GKS.

52 Tata Laksana
c Bila hasil percakapan belum mendapat persetujuan Persi-
dangan Klasis, maka akan dilakukan percakapan pemerik-
saan ulang yang waktunya ditentukan oleh Sidang Klasis.
d Setelah Persidangan Klasis menyatakan persetujuan atas
hasil percakapan pemeriksaan, nama calon diumumkan
dalam kebaktian Jemaat selama 3 (tiga) hari minggu ber-
turut-turut sebelum ditahbiskan.
4 Pentahbisan:
a Pentahbisan dilaksanakan dalam ibadah Jemaat dengan
menggunakan formulir yang telah ditetapkan Sidang Si-
node.
b Kuasa jabatan Pendeta diperoleh melalui penumpangan
tangan para Pendeta yang hadir.
c Majelis Jemaat menyerahkan Surat Keputusan Penegu-
han/Pentahbisan Jabatan Pendeta dan penandatanganan
Akta Peneguhan/Pentahbisan.
5 Mutasi:
a Yang dimaksudkan dengan mutasi adalah perpindahan
Pendeta antar Jemaat melalui proses pemanggilan sesuai
Tata Gereja GKS.
b Syarat:
i Telah melayani dalam salah satu Jemaat sekurang-
kurangnya 4 (empat) tahun berturut-turut.
ii Adanya persetujuan Majelis Jemaat, Majelis Klasis dan
Majelis Sinode GKS.
c Prosedur:
Prosedur mutasi melalui tahap-tahap pencalonan, pemi-
lihan, pemanggilan dan peneguhan tanpa percakapan
pemeriksaan dan pentahbisan.
6 Jaminan Hidup:
a Jemaat yang memanggil bertanggung jawab penuh atas
biaya perpindahan dan jaminan hidup Pendeta dan keluar-
ganya.
b Jaminan hidup tersebut diatur menurut ketentuan yang
ditetapkan Sidang Sinode.
c Selain jaminan hidup di atas, Jemaat juga bertanggung
jawab atas kesejahteraan sosial antara lain: perumahan,
buku-buku perpustakaan, premi pensiun, biaya kesehatan,
libur, alat transportasi, peningkatan pengetahuan dan ke-
trampilan, dan lain-lain yang ditetapkan sesuai kebijakan
Majelis Jemaat setempat.

Tata Laksana 53
d Pada masa emiritat, Pendeta mendapat:
i Jaminan hidup.
ii Bantuan perumahan.
iii Bantuan biaya pengobatan.
e Bagi yang tidak menjadi anggota Dana Pensiun Perseku-
tuan Gereja–Gereja di Indonesia (DP PGI), maka jaminan
pensiunnya ditanggung oleh Jemaat atau Lembaga di mana
ia terakhir bekerja dengan mempedomani peraturan DP
PGI.
7 Emiritat
a Pendeta emiritus adalah Pendeta yang tidak lagi bekerja
secara penuh pada Jemaat atau pada bidang pelayanan
khusus.
b Seorang Pendeta memasuki masa emiritat bila:
i Telah berusia 60 tahun sebagai umur wajib pensiun
ii Bagi tenaga Pendeta yang ditetapkan oleh keputusan
Sidang gerejawi untuk menjadi tenaga penuh waktu,
maka ketentuan ini disesuaikan dengan periodisasi.
iii Bagi tenaga Dosen usia pensiun disesuaikan dengan
statuta atau peraturan pada Perguruan Tinggi masing-
masing.
c Pelaksanaan Emiritat:
i Pada masa 1 (satu) tahun sebelum memasuki masa
pensiun, ia harus mengajukan permohonan pensiun se-
cara tertulis kepada Majelis Jemaat dan atau Lembaga
dimana ia bekerja dengan tembusan kepada Klasis dan
MS-GKS. Waktu 1 (satu) tahun ini tidak berlaku lagi
bagi permohonan pensiun Pendeta yang disebabkan
karena alasan sakit sesuai Surat Keterangan Dokter.
ii Setelah permohonan disetujui, maka MS-GKS
melaporkan kepada DP PGI untuk mendapatkan
jaminan pensiun.
iii Status emiritat berlaku sejak dikeluarkannya keputu-
san Majelis Jemaat dan atau lembaga yang mempeker-
jakannya dan dilaksanakan dalam suasana ibadah khu-
sus emiritat.
iv Masa Persiapan Pensiun (MPP) berlangsung selama 1
(satu) tahun sebelum pensiun berlaku. Selama MPP,
Pendeta yang bersangkutan dapat saja dibebastugaskan
dan pemeliharaannya tetap dibayar penuh.
v Pendeta emiritus berfungsi sebagai penasihat dalam
Persidangan Majelis Jemaat, Klasis dan Sinode.

54 Tata Laksana
8 Penanggalan Jabatan:
a Jabatan Pendeta ditanggalkan apabila:
i Atas permintaan sendiri dengan mengajukan permo-
honan tertulis dengan alasan-alasan yang dapat diper-
tanggungjawabkan.
ii Meninggalkan tugas pelayanan tanpa persetujuan Ma-
jelis Jemaat, Klasis, Sinode dan telah melalui Prosedur
penggembalaan seperti pada pasal 21 ayat 7.
iii Berada di bawah penggembalaan khusus.
b Penanggalan jabatan Pendeta dapat dilakukan oleh Maje-
lis Jemaat dengan surat keputusan setelah mendapat perse-
tujuan Persidangan Klasis, Sidang Sinode atau MS-GKS.
9 Kerjasama antara Pendeta dengan Penatua dan Diaken:
a Kerjasama antara Pendeta dengan Penatua dan Diaken
diciptakan dan dibina oleh kedua belah pihak.
b Bila kerjasama tidak tercapai bahkan terjadi perselisi-
han antara Pendeta dan Penatua dan Diaken di mana ia
melayani, Pendeta maupun Penatua dan Diaken itu dapat
mengajukan persoalannya kepada Klasis dalam hal ini MK
dengan tembusan kepada Sinode/MS GKS.
c Klasis dalam hal ini MK akan mengadakan pelawatan
khusus kepada Pendeta, Penatua dan Diaken guna men-
cari penyelesaian bagi masalah yang dihadapi oleh kedua
belah pihak.
d Bila masalah Pendeta dengan Penatua dan Diaken tidak
dapat diselesaikan setelah dilakukan beberapa kali pela-
watan, maka Klasis dapat mengajukan persoalannya ke-
pada Sinode.
e Sinode, dalam hal ini MS-GKS mengadakan pelawatan
khusus kepada Pendeta, Penatua dan Diaken didampingi
Klasis dalam hal ini MK.
f Bila masalah tetap tidak terselesaikan, maka Pendeta yang
bersangkutan dibebaskan dari tugas pelayanan di Jemaat
tersebut dan MS-GKS mengupayakan agar dapat dipang-
gil oleh Jemaat lain.
g Bila Pendeta yang bersangkutan belum mendapat pang-
gilan dari Jemaat lain, biaya hidupnya ditanggung oleh
Jemaat yang bersangkutan.
h Bila selama 1 (satu) tahun tidak ada Jemaat yang meman-
ggilnya, Pendeta yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan emiritat.
i Bila pada masa “dapat dipanggil” terjadi pemulihan hubung-
an kerja dengan Penatua dan Diaken, maka status “dapat

Tata Laksana 55
dipanggil” dapat dicabut kembali dan yang bersangkutan
dapat meneruskan pelayanannya seperti semula.
10 Pendeta untuk Pelayanan Umum:
a Yang dimaksud dengan Pendeta untuk pelayanan umum
adalah Pendeta yang diutus untuk melakukan pelayanan
umum di luar Jemaat.
b Yang dimaksud dengan pelayanan umum di luar Jemaat
adalah bidang-bidang organisasi gerejawi, pendidikan teo-
logia, sosial dan TNI/POLRI.
c Pengaturan bagi Pendeta umum untuk tugas umum
adalah:
i Telah melayani di Jemaat tempat bekerja sekurang-
kurangnya 4 tahun atau 1 periode.
ii Sinode mencari dan menetapkan Pendeta yang akan
menangani bidang-bidang pelayanan umum.
iii Sinode menetapkan Jemaat yang akan melaksanakan
pemanggilan, pentahbisan/peneguhan dan pengutu-
san.
iv Biaya hidup Pendeta umum merupakan tanggung ja-
wab lembaga di mana ia bekerja dan melayani.
d Masa Bakti:
i Masa bakti Pendeta umum yang bekerja di luar or-
ganisasi Gereja Kristen Sumba akan diatur tersendiri
dalam naskah ikatan kerjasama dengan lembaga terse-
but.
ii Masa bakti Pendeta untuk pelayanan umum yang lang-
sung berada di dalam struktur kerja GKS diatur dalam
Bab IX pasal 47 yang mengatur mengenai Organisasi
GKS.
iii Pada masa emiritat, Pendeta dalam pelayanan umum
mendapat jaminan hidup sesuai kemampuan lembaga
di mana ia bekerja, berupa:
a) Jaminan pensiun.
b) Bantuan perumahan.
c) Bantuan biaya pengobatan.
iv Antara Jemaat pengutus dan Pendeta yang diutus tetap
membina hubungan yang baik yang bentuknya dapat
diatur bersama.
11 Pendeta Konsulen:
a Jemaat yang belum memiliki Pendeta sendiri atau yang
karena sesuatu hal Pendetanya tidak dapat menjalankan
tugasnya, harus memiliki Pendeta Konsulen yang berasal
dari Jemaat se Klasis.

56 Tata Laksana
b Majelis Jemaat mengusulkan Pendeta Konsulen pada Per-
sidangan Klasis. Setelah Pendeta yang bersangkutan men-
yatakan kesediaannya untuk menjadi Pendeta Konsulen,
maka Klasis setelah mempertimbangkan matang dapat
menetapkannya.
c Jika dalam Klasis tersebut ada beberapa Jemaat yang low-
ong Pendeta, maka Klasis dapat meminta Pendeta Konsu-
len dari Klasis terdekat.
d Tugas Pendeta Konsulen adalah:
i Memberikan nasihat kepada Majelis Jemaat.
ii Membantu melakukan tugas-tugas kependetaan.
iii Mendampingi Majelis Jemaat untuk mempersiapkan
Jemaat dalam proses pencalonan, pemilihan dan pe-
manggilan Pendeta.
e Masa bakti Pendeta Konsulen selama masa antar waktu
Persidangan Klasis.
f Selama melakukan tugas pelayanan sebagai Pendeta Kon-
sulen, ia mendapatkan tunjangan dari Majelis Jemaat yang
memanggilnya sebagai Pendeta Konsulen yang besarnya
disepakati bersama dengan mempertimbangkan kemam-
puan Jemaat.
12 Pakaian Jabatan:
a Pakaian jabatan Pendeta berupa Toga Putih, Toga Hitam
dan Toga Ungu dengan pemakaian stola.
b Warna pakaian jabatan disesuaikan dengan Tahun Gere-
jawi dan dapat memanfaatkan motif-motif lokal.
c Jas dan kemeja yang menggunakan clerical collar.
d Pakaian jabatan dapat juga mempertimbangkan budaya
setempat.
e Pakaian jabatan disediakan oleh Jemaat atau Lembaga
tempat ia melayani dan diperhitungkan sebagai inventaris
Jemaat atau lembaga tersebut
13 Pekerjaan Lain:
a Yang dimaksud dengan pekerjaan lain adalah pekerjaan-
pekerjaan yang mengikat secara kelembagaan di luar or-
ganisasi gerejawi.
b Apabila Pendeta ingin terlibat pada pekerjaan lain, harus
mendapat persetujuan dari Majelis Jemaat dan Majelis Si-
node GKS dan yang bersangkutan dibebastugaskan dari
pelayanannya.

Tata Laksana 57
BAB VIII
PENGERJA GEREJAWI LAIN

Pasal 32
GURU INJIL
Ayat 1 Guru Injil adalah pelayan gereja penuh waktu yang ditetapkan
dengan Surat Keputusan Majelis Jemaat atas persetujuan Klasis
dan Sinode/MS GKS.
Ayat 2 Syarat-syarat bagi Guru Injil:
1 Pria dan wanita anggota sidi yang tidak berada di bawah disi-
plin gerejawi;
2 Telah memperoleh Pendidikan Teologia melalui sekolah Teo-
logia, sekolah Guru Injil atau kursus-kursus Teologia.
3 Wajib memegang rahasia jabatan.
4 Mentaati Firman Allah dan Tata Gereja GKS.
Ayat 3 Tugas pokok adalah:
1 Memberitakan Injil.
2 Tugas-tugas lain dalam Jemaat yang ditetapkan oleh Majelis
Jemaat.
Ayat 4 Guru Injil diteguhkan dalam jabatan Penatua tanpa melalui pe-
milihan.
Ayat 5 Biaya hidup Guru Injil dan keluarganya ditanggung oleh Majelis
Jemaat sesuai ketetapan Sinode.
Ayat 6 Seorang Guru Injil mamasuki masa pensiun:
1 Telah berusia 60 tahun sebagai umur wajib pensiun.
2 Berada dalam keadaan sakit yang dibuktikan dengan surat
keterangan dokter.
Ayat 7 Jaminan pensiun ditanggung oleh Majelis Jemaat atau jika men-
jadi anggota DP PGI, pensiun ditanggung oleh DP PGI.
Pasal 33
VICARIS
Ayat 1 Pengertian:
1 Vicaris adalah seseorang pelayan gereja yang dipersiapkan un-
tuk menjadi Pendeta GKS.
2 Masa vicariat adalah masa yang dijalani oleh seseorang vicaris
di tengah Jemaat untuk pengenalan dan persiapan jabatan
Pendeta, tugas dan panggilan gereja.
3 Mentor adalah Pendeta yang bertugas untuk mendampingi,
membina dan mengarahkan seorang vicaris selama masa vi-
cariatnya.
4 Majelis Sinode GKS adalah pihak yang mengatur dan menem-
patkan tenaga vicaris di Jemaat-jemaat GKS.

58 Tata Laksana
Ayat 2 Persyaratan:
1 Berijasah Sekolah Tinggi Teologia atau Fakultas Teologia
yang didirikan dan didukung oleh GKS.
2 Mengajukan surat lamaran kepada Majelis Sinode GKS den-
gan melampirkan:
a Fotocopy Ijasah pendidikan teologia.
b Surat keterangan kesehatan lengkap dari dokter
c Fotocopy Akta Baptisan Kudus dan Sidi.
d Bagi yang telah menikah, melampirkan Surat Keterangan
Nikah.
3 Tidak di bawah disiplin gerejawi.
4 Usia maksimal 35 tahun
Ayat 3 Prosedur Pengangkatan:
1 Pengangkatan Vicaris harus dilaksanakan oleh BP Majelis
Sinode GKS dan ditempatkan di Jemaat-jemaat GKS.
2 Sebelum melaksanakan tugas, vicaris dikukuhkan dalam
kebaktian Jemaat dengan menggunakan formulir yang telah
ditetapkan oleh Sinode GKS.
Ayat 4 Masa Vicariat:
1 Masa vicariat diatur sebagai berikut:
a Tahap I: 1 (satu) tahun di Jemaat pertama
b Tahap II: 1 (satu) tahun di Jemaat yang lain
c Tahap III: dan seterusnya adalah masa persiapan masing-
masing 1 (satu) tahun ditempatkan di Jemaat-jemaat secara
bergilir.
2 Pada tahap III dan seterusnya adalah masa persiapan untuk
dipanggil menjadi calon Pendeta, sesudah dinyatakan layak
oleh BP Majelis Sinode GKS.
Ayat 5 Kewajiban dan Hak:
1 Kewajiban:
a Mentaati Tata Gereja GKS, keputusan-keputusan Persi-
dangan pada semua aras.
b Melaksanakan semua kegiatan pelayanan dalam Jemaat
yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat, kecuali pelayanan
Sakramen, Pemberkatan Nikah, Peneguhan Sidi, Pentah-
bisan Penatua, Diaken dan Pendeta.
c Menghadiri Persidangan-Persidangan Majelis Jemaat,
Klasis dan Sinode.
d Membuat laporan pelaksanaan tugas kepada BP Majelis
Jemaat dan BP Majelis Sinode GKS. Laporan tersebut ha-
rus diketahui oleh Mentor.
e Setiap kali mutasi/perpindahan harus membawa surat pin-
dah dari Majelis Jemaat.

Tata Laksana 59
f Bersedia ditempatkan di mana saja dalam wilayah pelay-
anan GKS
2 Hak:
Vicaris berhak menerima pemeliharaan, pemondokan, biaya
perjalanan untuk mengikuti Persidangan-Persidangan gere-
jawi.
Ayat 6 Mentor:
1 Pendeta Jemaat atau Pendeta Konsulen.
2 Memberikan pembinaan, pendampingan dan pengarahan ke-
pada Vicaris sebagai persiapan menjadi calon Pendeta.
3 Memberikan laporan tentang pelaksanaan tugas Vicaris ke-
pada Majelis Jemaat dan Majelis Sinode GKS.
4 Mengusulkan pemutasian/perpindahan atau pemberhentian
Vicaris yang bermasalah kepada BP Majelis Sinode GKS.
Ayat 7 BP Majelis Jemaat:
1 Bersama mentor mengatur tugas pelayanan Vicaris dalam
Jemaat dengan mengacu pada Pedoman Tugas yang ditetap-
kan oleh BP Majelis Sinode GKS.
2 Memberikan pelayanan penggembalaan kepada Vicaris.
3 Memberikan jaminan pemeliharaan dan pemondokan kepada
Vicaris.
Ayat 8 BP Majelis Sinode GKS:
1 Mengatur penempatan dan perpindahan Vicaris.
2 Membuat pedoman tugas.
3 Memberikan pembinaan dan pengarahan kepada Vicaris men-
genai tugas pelayanan dalam Jemaat-jemaat GKS.
4 Menerima dan membahas laporan pelayanan Vicaris dan lapo-
ran Mentor.
5 Menetapkan layak tidaknya seorang Vicaris untuk menjadi
calon Pendeta.
6 Memberikan teguran kepada Vicaris yang menolak mutasi/
perpindahan ke Jemaat yang ditetapkan oleh BP Majelis Sin-
ode GKS.

60 Tata Laksana
BAB IX
ORGANISASI

Pasal 34
PENGERTIAN
Ayat. 1 Bentuk organisasi GKS adalah presbiterial sinodal, disatu sisi
menekankan peran Jemaat dan disisi lain peran Sinode, yang
dalam pelaksanaannya diatur secara seimbang dan sejalan.
Ayat 2 Pola pelayanan dan kepemimpinan dalam organisasi GKS di
bangun diatas asas ke-Majelis-an dengan penekanan pada prin-
sip kebersamaan antar Jemaat serta pola kepemimpinan kolegial
(kolektif).
Ayat 3 Persidangan adalah wadah untuk bermusyawarah dalam rangka
pengambilan keputusan mengenai tugas pelayanan di semua
aras.
Ayat 4 Garis tugas adalah pedoman pelaksanaan tugas baik bagi organ-
isasi maupun bagi Perangkatnya pada semua aras
Ayat 5 Badan adalah Perangkat Organisasi di masing-masing aras,al.
Badan Pelaksana Majelis Jemaat/Klasis/Sinode sebagai pelak-
sana dari Jemaat/Klasis/Sinode; Badan Pertimbangan (BP) untuk
memberikan pertimbangan/nasehat; Badan Pemeriksa Perbenda-
haraan (BPP) untuk melakukan pemeriksaan dan pengawasan di
masing-masing aras; Status dan kedudukannya sejajar dan saling
melengkapi.
Ayat 6 Yayasan adalah perangkat organisasi dan alat pelayanan gereja un-
tuk menangani bidang pelayanan khusus, berbadan hukum sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam negara RI.
Sebagai pelaksana dari Yayasan, maka statusnya berada dibawah
koordinasi BP Majelis masing-masing aras.
Ayat 7 Bidang adalah Perangkat Organisasi yang menangani program
sesuai pembidangan dalam GBKU GKS. Status dan kedudukan-
nya adalah sebagai pembantu BP Majelis di semua aras.
Ayat 8 Komisi adalah Perangkat Organisasi untuk melayani kelompok
warga gereja menurut kategorial al.: Anak dan Remaja; Pemuda;
Perempuan; Bapak. Status dan kedudukannya adalah pembantu
BP Majelis di semua aras.
Ayat 9 LPTK GKS adalah lembaga pendidikan/pengkaderan yang ber-
tugas untuk penyiapan tenaga pelayan melalui Pendidikan Teolo-
gi Tepat Guna. Statusnya berada dibawah koordinasi BP Majelis
Sinode.
Ayat 10 Unit Usaha adalah Perangkat Organisasi yang diangkat oleh BP
Majelis masing-masing aras sesuai tuntutan kebutuhan.

Tata Laksana 61
Ayat 11 Setiap Persidangan gerejawi pada semua aras, perlu menetapkan
Tata Tertib Persidangan, yang diatur oleh masing-masing aras

BAGIAN A
JEMAAT

Pasal 35
SUSUNAN PERANGKAT ORGANISASI
Susunan Perangkat Organisasi di aras Jemaat:
Ayat 1 Majelis Jemaat yaitu orang yang berjabatan gerejawi yang terdiri
dari para Pendeta; Penatua dan Diaken
Ayat 2 Badan Pelaksana Majelis Jemaat – orang berjabatan gerejawi yang
dipilih dan ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat; dan dikukuh-
kan dalam ibadah Jemaat. Susunannya terdiri dari:
1 Ketua, Wakil Ketua; Sekretaris, Wakil Sekretaris, Benda-
hara dan Wakil Bendahara (sesuai kebutuhan). Ketua BP MJ
adalah Pendeta
2 BP Majelis Jemaat dibantu oleh Perangkatnya: Bidang; Ko-
misi; ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat berdasarkan
usul BP Majelis Jemaat; dikukuhkan dalam ibadah Jemaat.
Ayat 3 Badan Pertimbangan Jemaat: 5 orang, dipilih dan ditetapkan
dalam Sidang Majelis Jemaat, serta dikukuhkan dalam ibadah
Jemaat.
Ayat 4 Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat: 5 orang; dipilih dan
ditetapkan dalam Sidang Majelis Jemaat, serta dikukuhkan dalam
ibadah Jemaat.
Ayat 5 Badan Pengurus Yayasan Jemaat, dipilih dan ditetapkan oleh
Badan Pelaksana Majelis Jemaat, dan ditetapkan dalam Sidang
Majelis Jemaat. Pengurusnya dikukuhkan dalam ibadah Jemaat.
Pasal 36
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANG-
GUNG JAWAB PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1 Majelis Jemaat (Pendeta, Penatua dan Diaken):
1 Melaksanakan tugas sesuai ketentuan yang diatur dalam Bab
VII pasal 27 ayat. 2, dan pasal 28 ayat 2, pasal 31 ayat 2.
2 Menjabarkan kebijakan dan program umum Jemaat, termasuk
program yang ditetapkan oleh Sidang Klasis dan Sidang Sin-
ode GKS
3 Menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Jemaat setiap
tahun.

62 Tata Laksana
4 Membentuk dan menetapkan Perangkat Organisasi dalam
Jemaat, termasuk Perangkat yang mewakili Jemaat diaras Kla-
sis dan Sinode.
5 Menerima laporan pertanggungjawaban dari Perangkat Or-
ganisasi Jemaat
6 Membahas dan menetapkan usul/pernyataan untuk disam-
paikan ke Sidang Klasis dan Sidang Sinode.
7 Menyelesaikan masalah yang timbul dalam BP Majelis
Jemaat
Ayat 2 Badan Pelaksana (BP) Majelis Jemaat
1 Melaksanakan tugas yang telah ditetapkan oleh Majelis
Jemaat
2 Garis tugas setiap anggota BP Majelis Jemaat ditetapkan oleh
Majelis Jemaat.
3 Mengatur serta mengawasi tugas pelayanan Pendeta, Penatua
dan Diaken, serta Perangkat Organisasi dalam Jemaat.
4 Mengelola statistik Jemaat, admisnistrasi, keuangan dan harta
milik Jemaat.
5 Melakukan konsultasi dengan BP Majelis Klasis dan BP
Majelis Sinode berkaitan dengan pelaksanaan tugas dalam
Jemaat.
6 Berwewenang untuk menyelesaikan masalah yang terjadi
dalam Jemaat.
7 Melakukan hubungan kerjasama dengan gereja (denomi-
nasi), golongan agama dan Pemerintah dalam ruang lingkup
Jemaat.
8 Bertanggungjawab kedalam dan keluar Jemaat atas nama Ma-
jelis Jemaat
9 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Jemaat
Ayat 3 Badan Pertimbangan Jemaat
1 Memberikan pertimbangan dan nasehat kepada Majelis
Jemaat dan BP Majelis Jemaat berkaitan dengan pelaksanaan
tugas dalam Jemaat.
2 Menghadiri setiap Persidangan gerejawi di aras Jemaat
3 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Jemaat
Ayat 4 Badan Pemeriksa Perbendaharaan Jemaat
1 Melakukan pemeriksaan dan pengawasan atas pengelolaan
keuangan dan harta milik Jemaat
2 Melaporkan hasil kegiatannya dalam setiap Sidang Majelis
Jemaat dan Sidang BP Majelis Jemaat.

Tata Laksana 63
3 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Jemaat.
Ayat 5 Badan Pengurus Yayasan Jemaat
1 Melaksanakan tugas sesuai bidang pelayanan sebagaimana
tercantum dalam AD/ART Yayasan
2 Melakukan koordinasi dan konsultasi dan melaporkan kegia-
tan tugasnya kepada Majelis Jemaat
3 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Majelis Jemaat
melalui BP Majelis Jemaat
Ayat 6 Bidang
1 Melaksanakan tugas sesuai rencana dan program bidang.
2 Melakukan kooordinasi dan konsultasi dengan Bidang Klasis
dan Bidang Sinode dalam kerangka program Klasis dan Sin-
ode.
3 Menerima penugasan dari BP Majelis Jemaat
4 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada BP Majelis
Jemaat
Ayat 7 Komisi
1 Melaksanakan tugas sesuai rencana dan program kerja Komi-
si
2 Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Komisi Klasis
dan Komisi Sinode dalam kerangka pelaksanaan program
Klasis dan Sinode.
3 Menerima penugasan dari BP Majelis Jemaat.
4 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada BP Majelis
Jemaat
Pasal 37
PERSIDANGAN
Ayat 1 Persidangan dalam Jemaat adalah wadah musyawarah untuk pen-
gambilan keputusan dari semua komponen dalam Jemaat.
Ayat 2 Jenis Persidangan adalah
1 Persidangan Jemaat sekali dalam 1 tahun
2 Persidangan Majelis Jemaat sekali dalam 3 bulan dan atau ses-
uai kebutuhan
3 Persidangan BP Majelis Jemaat sekali dalam 1 bulan, dan atau
sesuai kebutuhan
Ayat 3 Quorum Persidangan adalah ½ tambah satu dari jumlah peserta
yang mempunyai hak suara
Ayat 4 Persidangan Jemaat:
1 Peserta Persidangan Jemaat yaitu:
a Semua yang berjabatan gerejawi yaitu Pendeta; Penatua
dan Diaken, dengan hak suara

64 Tata Laksana
b Warga Jemaat dengan sistem perwakilan dari setiap
Cabang/Ranting/Pos PI/Lingkungan, dengan hak suara;
c Perangkat organisasi yaitu: BP Majelis Jemaat; Badan/Ya-
yasan/Bidang/Komisi, dengan hak suara
d Undangan/Tamu dan Peninjau, dengan hak bicara
2 Tugas dan wewenang Persidangan Jemaat
a Menetapkan kebijakan umum dalam Jemaat.
b Menetapkan aturan-aturan dalam Jemaat sepanjang tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GKS
c Menerima dan membahas laporan pertanggungjawaban
BPMJ.
3 Persidangan dipimpin oleh Majelis Ketua (2 orang) yang di-
pilih dari unsur orang berjabatan gerejawi, didampingi oleh
Ketua BP Majelis Jemaat sebagai nara sumber dan Sekretaris
BP Majelis Jemaat sebagai Sekretaris Persidangan.
Ayat 5 Persidangan Majelis Jemaat
1 Peserta Persidangan Majelis Jemaat
a Semua orang berjabatan gerejawi yaitu Pendeta; Penatua
dan Diaken, BPMJ dengan hak suara
b BP Jemaat; BPP Jemaat;Yayasan/Bidang/Komis, dengan
hak bicara
c Undangan/Tamu/Peninjau dengan hak bicara
2 Tugas dan wewenang Persidangan Majelis Jemaat.
a Menetapkan penjabaran kebijakan umum Jemaat kedalam
program kerja.
b Menetapkan RAPB Jemaat
c Menetapkan BP Majelis Jemaat dan perangkat organi-
sasinya
d Menetapkan anggota Majelis Klasis
e Menerima dan membahas laporan Perangkat Organisasi
Jemaat
f Menetapkan usul/saran dan pernyataan serta perutusan ke
Sidang Klasis.
3 Persidangan Majelis Jemaat dipimpin oleh Majelis Ketua (2
orang) yang dipilih dari unsur orang yang berjabatan gere-
jawi, didampingi oleh Ketua BP Majelis Jemaat sebagai nara
sumber dan Sekretaris BP Majelis Jemaat sebagai Sekretaris
Persidangan.
Ayat 6 Persidangan BP MJ
1 Peserta Persidangan BP MJ
a Semua anggota BP Majelis Jemaat
b Perangkat Organisasi Jemaat al. BP; BPP; Yayasan; Bi-
dang/Komisi.

Tata Laksana 65
2 Tugas dan wewenang Persidangan BPMJ
a Menjabarkan keputusan Persidangan Jemaat dan Persi-
dangan Majelis Jemaat
b Menetapkan rencana dan program pelayanan dalam
Jemaat misalnya roster pelayanan ibadah minggu dan
PKS, Perkunjungan; Visitasi ke cabang dll.
c Membahas surat-surat masuk, masalah–masalah yang ter-
jadi selama masa antar Persidangan Majelis Jemaat
3 Persidangan BP MJ dipimpin oleh Ketua dan para Wakil
Ketua secara bergantian.
Ayat 7 Pengambilan keputusan dilaksanakan dengan musyawarah untuk
mufakat, dan dalam hal-hal tertentu dapat dipergunakan cara
pemungutan suara
Ayat 8 Sifat Persidangan adalah terbuka, dan bila dibutuhkan dapat di-
lakukan tertutup.
Ayat 9 Notulen Persidangan disusun oleh Sekretaris Persidangan, dan
disahkan dalam Persidangan yang berlangsung.
Ayat 10 Semua keputusan Persidangan, dikirimkan kepada Majelis Jemaat
dan Perangkat Organisasi Jemaat, selambat-lambatnya 1 bulan
sesudah Persidangan.

BAGIAN B
KLASIS

Pasal 38
SUSUNAN PERANGKAT ORGANISASI
Susunan Perangkat Organisasi di aras Klasis:
Ayat 1 Majelis Klasis terdiri dari unsur Majelis Jemaat se Klasis, yaitu se-
mua Pendeta se Klasis, seorang Penatua dan seorang Diaken dari
setiap Jemaat. Ditetapkan dan dikukuhkan dalam Sidang Klasis.
Ayat 2 Badan Pelaksana Majelis Klasis; dipilih dan ditetapkan dalam Si-
dang Klasis, serta dikukuhkan dalam Sidang Klasis. Susunannya
terdiri dari: Ketua; Wakil Ketua; Sekretaris; Wakil Sekretaris;
Bendahara (Sesuai kebutuhan). Ketua BP MK adalah Pendeta
BP Majelis Klasis dibantu oleh Perangkatnya: Bidang; Komisi;
ditetapkan dalam Sidang Klasis berdasarkan usul BP Majelis Kla-
sis; serta dikukuhkan dalam Sidang Klasis.
Ayat 3 Badan Pertimbangan Klasis: 5 orang; dipilih, ditetapkan dan
dikukuhkan dalam Sidang Klasis
Ayat 4 Badan Pemeriksa Perbendaharaan Klasis: 5 orang; dipilih,
ditetapkan dan dikukuhkan dalam Sidang Klasis

66 Tata Laksana
Ayat 5 Badan Pengurus Yayasan Klasis: dipilih dan ditetapkan dalam
Sidang Klasis berdasarkan usul dari BP Majelis Klasis; dan Peng-
urusnya dikukuhkan dalam Sidang Klasis
Pasal 39
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANG-
GUNGJAWAB PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1 Majelis Klasis
1 Menjabarkan GBKU Klasis
2 Menetapkan APB Klasis
3 Menetapkan perangkat dari BP Majelis Klasis
4 Menerima laporan dari Perangkat Organisasi Klasis dan lapo-
ran dari Jemaat-jemaat se Klasis.
5 Menetapkan usul/saran untuk disampaikan ke Sidang Majelis
Sinode dan Sidang Sinode.
6 Membahas hal-hal bagi kepentingan pelayanan dalam wilayah
Klasis.
7 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Klasis
Ayat 2 BP Majelis Klasis
1 Melaksanakan kebijakan umum Klasis dalam program kerja.
2 Mengkoordinir pelaksanaan program kerja yang dilaksanakan
oleh Perangkat organisasi Klasis (Bidang, Komisi,Yayasan dan
lembaga lain)
3 Memantau pelaksanaan program di Jemaat berkenaan dengan
kebijakan Klasis dan Sinode
4 Mengelola administrasi, keuangan dan harta milik Klasis
5 Mengatur tugas pelayanan dalam wilayah Klasis, misalnya
tukar mimbar, visitasi, sesuai program Klasis, dll.
6 Membahas surat-surat masuk, masalah-masalah yang terjadi
dalam masa antar Sidang Klasis.
7 Bertanggungjawab kedalam dan keluar wilayah Klasis.
8 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Klasis dan Sidang Klasis.
Ayat 3 Badan Pertimbangan Klasis
1 Memberikan pertimbangan dan nasehat kepada Majelis Kla-
sis dan BP Majelis Klasis berkaitan dengan pelaksanaan tugas
dalam Klasis.
2 Menghadiri setiap Persidangan gerejawi di aras Klasis
3 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Klasis dan Sidang Klasis
Ayat 4 Badan Pemeriksa Perbendaharaan Klasis
1 Melakukan pemeriksaan dan pengawasan atas pengelolaan
keuangan dan harta milik Klasis

Tata Laksana 67
2 Melaporkan hasil kegiatannya kepada Sidang Majelis Klasis
dan Sidang Klasis
3 Mempertanggungjawabkan tugasnya dalam Sidang Klasis
dan Sidang Majelis Klasis.
Ayat 5 Badan Pengurus Yayasan Klasis
1 Melaksanakan tugas sesuai bidang pelayanan sebagaimana
tercantum dalam AD/ART Yayasan
2 Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan BP Majelis Kla-
sis mengenai pelaksanaan tugasnya
3 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Klasis
dan Sidang Majelis Klasis
Ayat 6 Bidang Klasis
1 Melaksanakan tugas sesuai rencana dan program bidang.
2 Melakukan koordinasi dengan Bidang Jemaat dan Bidang Si-
node dalam kerangka pelaksanaan program Bidang.
3 Menerima penugasan dari BP Majelis Klasis
4 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada BP Majelis Kla-
sis
Ayat 7 Komisi Klasis
1 Melaksanakan tugas sesuai rencana dan program kerja Komi-
si
2 Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan Komisi Jemaat
dan Komisi Sinode dalam kerangka pelaksanaan program
Komisi
3 Menerima penugasan dari BP Majelis Klasis.
4 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada BP Majelis Kla-
sis
Pasal 40
PERSIDANGAN
Ayat 1 Persidangan diaras Klasis terdiri dari:
1 Persidangan Klasis – yaitu Persidangan antar Majelis Jemaat
se Klasis, dilaksanakan sekali dalam 1 tahun. Pemanggil Per-
sidangan Klasis adalah Jemaat se Klasis secara bergilir.
2 Persidangan Majelis Klasis yaitu Persidangan perangkat Or-
ganisasi Klasis, dilaksanakan sekali dalam 6 bulan dan atau
sesuai kebutuhan, dilaksanakan secara bergilir di setiap Jemaat
se Klasis, dan atau sesuai kebutuhan.
3 Persidangan BP Majelis Klasis adalah Persidangan yang di-
laksanakan oleh BP Majelis Klasis dan dilaksanakan sekali
dalam 3 bulan dan atau sesuai kebutuhan.
Ayat 2 Persidangan Klasis Istimewa/Kontrakta dapat dilaksanakan atas
permintaan Jemaat atau 2/3 dari Jemaat, mengajukan permohonan
secara tertulis dengan alasan-alasannya

68 Tata Laksana
Ayat 3 Quorum Persidangan adalah setengah tambah satu dari jumlah
peserta yang mempunyai hak suara.
Ayat 4 Persidangan Klasis
1 Peserta Persidangan Klasis
a Perutusan Jemaat berjumlah 6 orang (Pendeta, Penatua dan
Diaken) dengan hak suara.
b Perangkat Organisasi Klasis al. BP Majelis Klasis; BPKlasis,
BPPKlasis, Yayasan, Bidang,Komisi, dengan hak bicara
c Peninjau dari Jemaat yang terdiri dari unsur Badan, Bidang
dan Komisi, dengan hak bicara
d Undangan,Tamu dan Peninjau dari luar Jemaat dengan hak
bicara.
2 Tugas dan wewenang Persidangan Klasis
a Menetapkan GBKU Klasis sebagai penjabaran dari GBKU
GKS
b Menetapkan aturan-aturan dalam Klasis sepanjang tidak
bertentangan dengan Tata Gereja GKS
c Menerima dan mambahas laporan Jemaat-jemaat
d Menerima dan membahas laporan pertanggungjawaban
Perangkat Organisasi Klasis
e Memilih dan menetapkan BP Majelis Klasis, BP Klasis
dan BPP Klasis
f Menetapkan anggota Majelis Sinode dan perutusan ke
Persidangan Sinode GKS
g Menetapkan usul/saran ke Sidang Sinode.
3 Persidangan Klasis dipimpin oleh Majelis Ketua (2 orang)
yang dipilih dari peserta yang mempunyai hak suara, didamp-
ingi oleh Ketua BP Majelis Klasis sebagai nara sumber dan
Sekretaris BP Majelis Klasis sebagai Sekretaris Persidangan.
Ayat 5 Persidangan Majelis Klasis
1 Peserta Persidangan MK
a Unsur Majelis Jemaat (semua Pendeta, 1 orang Penatua dan
1 orang Diaken) dengan catatan hak suara setiap Jemaat 3
orang.
b Unsur Badan, Bidang, Komisi Jemaat – masing-masing 2
orang dan seluruh Pendeta lain se-Klasis, dengan hak bic-
ara.
c Perangkat Organisasi Klasis al. BP Majelis Klasis; BP
Klasis, BPP Klasis; Yayasan Klasis, Bidang/Komisi Klasis,
dengan hak bicara.
d Undangan, Tamu dan Peninjau, dengan hak bicara.
2 Tugas dan wewenang Persidangan MK
a Menjabarkan GBKU Klasis

Tata Laksana 69
b Menetapkan APB Klasis
c Menetapkan perangkat dari BP Majelis Klasis
d Menerima dan membahas laporan dari Perangkat Organ-
isasi Klasis dan laporan dari Jemaat-jemaat se Klasis.
e Menetapkan usul/saran untuk disampaikan ke Sidang
Majelis Sinode dan Sidang Sinode.
f Membahas hal-hal bagi kepentingan pelayanan dalam
wilayah Klasis.
3 Persidangan Majelis Klasis dipimpin oleh Majelis Ketua (2
orang) yang dipilih dari peserta yang mempunyai hak suara,
didampingi oleh Ketua BP Majelis Klasis sebagai nara sumber
dan Sekretaris BP Majelis Klasis sebagai Sekretaris Persidan-
gan.
Ayat 6 Persidangan BP MK
1 Peserta Persidangan BP MK
a Semua anggota BP Majelis Klasis
b Perangkat Organisasi dalam Klasis, al. BP, BPP, Yayasan,
Bidang, Komisi.
2 Tugas dan wewenang Persidangan BPMK
a Membahas pelaksanakan kebijakan umum Klasis dalam
program kerja.
b Menerima dan membahas laporan Perangkat Organisasi
Klasis
d Membahas pengaturan tugas pelayanan dalam wilayah
Klasis
e Membahas surat-surat masuk serta masalah-masalah yang
terjadi dalam masa antar Sidang Majelis Klasis.
3 Persidangan BPMK dipimpin oleh Ketua BP MK
Ayat 7 Pengambilan keputusan dilaksanakan dengan musyawarah untuk
mufakat, dan dalam hal-hal tertentu dapat dipergunakan cara
pemungutan suara
Ayat 8 Sifat Persidangan adalah terbuka, dan bila dibutuhkan dapat di-
lakukan tertutup.
Ayat 9 Notulen Persidangan disusun oleh Sekretaris Persidangan, dan
disahkan dalam Persidangan yang berlangsung.
Ayat 10 Semua keputusan Persidangan, dikirimkan kepada Majelis Jemaat
se Klasis dan Perangkat Organisasi Klasis, selambat-lambatnya 1
bulan sesudah Persidangan.

70 Tata Laksana
BAGIAN C
SINODE

Pasal 41
SUSUNAN PERANGKAT ORGANISASI
Susunan Perangkat Organisasi di aras Sinode:
Ayat 1 Majelis Sinode terdiri dari unsur Majelis Klasis masing – masing
3 orang (unsur Pendeta, Penatua dan Diaken) ditetapkan dalam
Sidang Sinode berdasarkan usul Klasis, serta dikukuhkan dalam
Sidang Sinode.
Ayat 2 Badan Pelaksana Majelis Sinode (BPMS), dipilih dan ditetap-
kan dalam Persidangan Sinode, serta dikukuhkan dalam Sidang
Sinode.Bendahara yang akan diusulkan oleh BP Majelis Sinode
untuk ditetapkan dalam Sidang I Majelis Sinode.
Susunannya terdiri dari:
1 Ketua Umum – penuh waktu
2 Para Ketua – paruh waktu – (2 orang)
3 Sekretaris Umum – penuh waktu
4 Bendahara – penuh waktu
Ayat 3 BP Majelis Sinode dibantu oleh Sekretaris Bidang dan Sekretaris
Komisi, dipilih dan ditetapkan dalam Sidang I Majelis Sinode,
berdasarkan usul dan pertimbangan BP Majelis Sinode. Jumlah
Sekretaris Bidang dan Sekretaris Komisi disesuaikan dengan ke-
butuhan program menurut Bidang dan Komisi.
Ayat 4 Badan Pertimbangan Sinode (BPS): 5 orang, dipilih, ditetapkan
dan dikukuhkan dalam Sidang Sinode.
Ayat 5 Badan Pemeriksa Perbendaharaan Sinode (BPPS): 7 orang; dipi-
lih, ditetapkan dan dikukuhkan dalam Sidang Sinode.
Ayat 6 Badan Pengurus Yayasan Sinode; diusulkan oleh BPMS, ditetap-
kan dan dikukuhkan dalam Sidang Majelis Sinode.
Pasal 42
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANG-
GUNGJAWAB PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1 Majelis Sinode
1 Menjabarkan GBKU GKS kedalam program tahunan
2 Menetapkan APB GKS setiap tahun
3 Menetapkan perangkat Organisasi Sinode (Bidang, Komisi,
Unit Usaha; LPTK dan lembaga lain yang dibentuk);
4 Menerima dan membahas laporan kerja tahunan dari BPMS,
BPS; BPPS dan Perangkat Organisasi Sinode

Tata Laksana 71
5 Menerima dan membahas laporan kegiatan pelayanan dari
Klasis-klasis
6 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Sinode
GKS
Ayat 2 BP Majelis Sinode
1 Melaksanakan GBKU GKS.
2 Memperlengkapi Perangkat Organisasi Sinode, Klasis dan
Jemaat dalam rangka mengembangkan tugas pelayanan sesuai
GBKU GKS.
3 Mengelola Kantor Sinode GKS sebagai pusat kegiatan admin-
istrasi dan pusat kegiatan pelayanan GKS.
4 Mengawasi pelaksanaan program Perangkat Organisasi Sin-
ode, khususnya Bidang; Komisi; LPTK dan Unit Usaha Sin-
ode.
5 Melakukan konsultasi secara berkala dengan BPS; BPPS; BP
Yayasan
6 Melakukan koordinasi dan pengawasan pelaksanaan GBKU
GKS di aras Klasis dan Jemaat dan Yayasan-Yayasan
7 Menangani masalah yang terjadi selama masa antar Sidang
Majelis Sinode
8 Bertanggungjawab ke dalam dan ke luar Sinode GKS
9 Mengambil langkah-langkah kebijakan yang dipandang ur-
gen dan mendesak sepanjang tidak bertentangan dengan Tata
Gereja GKS
10 Melakukan hubungan kerjasama dengan Gereja Mitra, Lem-
baga Oikumenis, golongan agama dan pemerintah
11 Melaporkan pelaksanaan tugasnya ke Sidang Majelis Sinode
dan Sidang Sinode
Ayat 3 Badan Pertimbangan Sinode
1 Memberikan pertimbangan dan nasehat kepada Majelis Si-
node dan BP Majelis Sinode berkaitan dengan pelaksanaan
tugas dalam Sinode
2 Menghadiri setiap Persidangan gerejawi di aras Sinode.
3 Setiap penambahan dan atau pergantian anggota BPS, harus
dilaporkan kepada Majelis Sinode untuk ditetapkan.
4 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Sinode dan Sidang Sinode
Ayat 4 Badan Pemeriksa Perbendaharaan Sinode
1 Melakukan pemeriksaan dan pengawasan atas pengelolaan
keuangan dan harta milik Sinode dan Yayasan-Yayasan baik
diminta maupun tidak diminta.
2 Menghadiri setiap Persidangan gerejawi di aras Sinode.
3 Melaporkan hasil kegiatannya kepada Sidang Majelis Sinode

72 Tata Laksana
4 Setiap penambahan dan atau pergantian anggota BPPS, harus
dilaporkan kepada Majelis Sinode untuk ditetapkan.
5 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Sinode dan Sidang Sinode
Ayat 5 Yayasan Sinode
1 Melaksanakan tugas sesuai bidang pelayanan sebagaimana
tercantum dalam AD/ART Yayasan
2 Melakukan koordinasi dan konsultasi dengan BP Majelis Sin-
ode mengenai pelaksanaan tugasnya
3 Setiap penambahan dan atau pergantian anggota Pengurus,
harus dilaporkan kepada Majelis Sinode untuk ditetapkan.
4 Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Sidang Majelis
Sinode
Pasal 43
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB ANGGOTA BP MAJELIS SINODE
Ayat 1 Ketua Umum:
1 Memotivasi, mengkoordinasi dan mengawasi kegiatan Per-
angkat Organisasi diaras Sinode, Klasis dan Jemaat sesuai visi
dan misi GKS.
2 Melakukan perkunjungan pastoral dan pelawatan (visitasi) ke
Jemaat, Klasis dan Yayasan
3 Menangani dan mengawasi program pemekaran Jemaat dan
pemekaran Klasis.
4 Melaksanakan konven para Pendeta untuk membahas masa-
lah-masalah teologis.
5 Melakukan dan mengawasi hubungan kerjasama oikumenis
dan kemitraan.
6 Memimpin Sidang-Sidang BP Majelis Sinode serta berfungsi
sebagai nara sumber dalam Persidangan Majelis Sinode dan
Persidangan Sinode.
7 Bersama Sekretaris Umum bertindak sebagai penanggung ja-
wab kedalam dan keluar GKS.
8 Bersama Sekretaris Umum, menandatangani surat-surat ke-
luar, Surat Keputusan, Surat Perjanjian (MoU).
9 Bersama Sekretaris Umum dan Bendahara, menandatangani
Buku Kas Keuangan Sinode GKS.
10 Mewakili GKS sebagai anggota MPL PGI
11 Bersama para anggota BPMS, mengambil kebijakan yang ur-
gen, mendadak dan mendesak sepanjang tidak bertentangan
dengan Tata Gereja GKS.

Tata Laksana 73
Ayat 2 Para Ketua
1 Melakukan koordinasi, pendampingan, pembinaan dan moti-
vasi terhadap pelaksanaan kegiatan Bidang dan Komisi, baik
di aras Sinode maupun di aras Klasis dan Jemaat
2 Membantu dan mewakili Ketua Umum dalam pelaksanaan
tugasnya.
Ayat 3 Sekretaris Umum
1 Memfasilitasi kelancaran pelaksanaan program Sekretaris Bi-
dang dan Sekretaris Komisi
2 Merencanakan dan melaksanakan program ketenagaan GKS,
al. proses pencalonan/pemanggilan Pendeta Jemaat dan Pen-
deta Umum; pengembangan Staff (magang dan penataran);
pengangkatan/mutasi tenaga Vicaris; pemberian beasiswa S1
s/d S3;
3 Mengelola administrasi perkantoran, dan bertindak sebagai
Kepala Kantor Sinode (termasuk Kantor Pusbinlat GKS di
Lewa dan Kantor Perwakilan GKS di Waikabubak).
4 Berwewenang untuk mengangkat, mutasi/rotasi dan member-
hentikan karyawan (pegawai) Kantor Sinode setelah menda-
pat persetujuan dalam Sidang BP Majelis Sinode.
5 Berfungsi sebagai Sekretaris Persidangan BP Majelis Sinode;
Persidangan Majelis Sinode dan Persidangan Sinode.
6 Bersama Ketua Umum, menandatangani Surat-surat keluar,
Surat Keputusan, Surat Perjanjian (MoU).
7 Bersama Ketua Umum bertindak sebagai penanggung jawab
kedalam dan keluar GKS.
8 Bersama Bendahara, menginventarisir, mengamankan, men-
gawasi pemanfaatan harta milik Sinode GKS, serta menertib-
kan semua dokumennya.
9 Bersama Ketua Umum dan Bendahara, menandatangani Buku
Kas Keuangan Sinode GKS.
10 Memberikan persetujuan setiap pemasukan dan pengeluaran
keuangan yang dilakukan oleh Bendahara.
11 Mewakili Ketua Umum dalam kegiatan menurut bidang tu-
gasnya.
12 Bersama para Sekretaris Bidang dan Sekretaris Komisi meny-
usun laporan pertanggungjawaban ke Sidang Majelis Sinode
dan Sidang Sinode.
Ayat 4 Bendahara
1 Menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sin-
ode GKS.
2 Berupaya menggali sumber untuk peningkatan penerimaan
keuangan.

74 Tata Laksana
3 Melakukan pengumpulan/penagihan keuangan dari Jemaat
berupa PUS; Sadar 1000; DBMB; persembahan dll.
4 Mengatur pengelolaan administrasi serta transaksi keuangan
sesuai manual keuangan Sinode GKS.
5 Bersama Sekretaris Umum, menginventarisir, mengamankan
dan mengawasi pemanfaatan harta milik Sinode GKS, serta
menertibkan semua dokumennya.
6 Setiap pengeluaran keuangan untuk kegiatan/pelaksanaan
program dari Perangkat Organisasi diaras Sinode harus men-
dapat persetujuan dari Ketua Umum dan Sekretaris Umum.
7 Bersama Ketua Umum dan Sekretaris Umum, menandatanga-
ni Buku Kas Keuangan Sinode GKS pada setiap awal bulan.
8 Menerima BPP Sinode untuk melakukan pemeriksaan dan
pengawasan keuangan dan harta milik Sinode GKS.
9 Melakukan monitoring dan pengawasan keuangan di aras
Klasis dan Jemaat yang berkaitan dengan keuangan di aras
Sinode.
10 Membuat laporan berkala keadaan keuangan Sinode GKS,
serta menyusun laporan pertanggungjawaban keuangan Sin-
ode ke Sidang Majelis Sinode dan Sidang Sinode.
Ayat 5 Unsur Pembantu BP Majelis Sinode yang dipilih dan ditetapkan
oleh Sidang Majelis Sinode adalah:
1 Para Sekretaris Bidang – penuh waktu – jumlahnya sesuai ke-
butuhan program:
a Merancang penjabaran GBKU GKS kedalam program
kerja tahunan setiap bidang, dengan memperhatikan aspek
sinkronisasi, integrasi, dan skala prioritas.
b Membantu BPMS untuk pelaksanaan program bidang,
serta menjadi pelaksana harian dari bidang masing-mas-
ing.
c Dibawah pimpinan BP Majelis Sinode, melakukan rapat
koordinasi dengan para Sekretaris Bidang, para Sekretaris
Komisi, mempersiapkan agenda Sidang gerejawi, menyu-
sun laporan kegiatan dan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas.
d Mendukung upaya penggalangan dana yang dilakukan
BPMS bagi pelaksanaan program Bidang
e Setiap kebutuhan dana/keuangan untuk pelaksanaan pro-
gram harus mendapat persetujuan dari Ketua Umum dan
Sekretaris Umum.
f Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Majelis Sin-
ode melalui BP Majelis Sinode.

Tata Laksana 75
2 Para Sekretaris Komisi – penuh waktu – jumlahnya sesuai ke-
butuhan
a Merancang penjabaran GBKU GKS kedalam program
kerja tahunan setiap Komisi, dengan memperhatikan as-
pek sinkronisasi, integrasi, dan skala prioritas.
b Membantu BP Majelis Sinode dalam melaksanakan pro-
gram pembinaan ketegorial
c Dibawah pimpinan BP Majelis Sinode, melakukan rapat
koordinasi dengan para Sekretaris Bidang, Sekretaris
Komisi, mempersiapkan agenda Sidang gerejawi, menyu-
sun laporan kegiatan dan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas
d Mendukung upaya penggalangan dana yang dilakukan
BPMS bagi pelaksanaan program Komisi
e Setiap kebutuhan dana/keuangan untuk pelaksanaan pro-
gram harus mendapat persetujuan dari Ketua Umum dan
Sekretaris Umum.
f Mempertanggungjawabkan tugasnya kepada Majelis Sin-
ode melalui BP Majelis Sinode.
Pasal 44
PERSIDANGAN SINODE
Ayat 1 Persidangan Sinode adalah Persidangan gerejawi yang lebih luas
dari Sidang Klasis dan Sidang Jemaat, yang keputusannya mem-
punyai kekuatan mengikat diaras Klasis dan Jemaat.
Ayat 2 Persidangan Sinode dilaksanakan sekali dalam 4 tahun dan dilak-
sanakan secara bergilir disetiap Jemaat/Klasis
Ayat 3 Persidangan Sinode istimewa dapat dilaksanakan apabila 2/3 dari
Klasis se GKS mengajukan permohonan secara tertulis dengan
alasan-alasannya.
Ayat 4 Pemanggil Persidangan Sinode adalah Jemaat dalam koordinasi
Klasis
Ayat 5 Quorum Persidangan adalah setengah tambah satu dari jumlah
peserta yang mempunyai hak suara.
Ayat 6 Persidangan Sinode dipimpin oleh Majelis Ketua sebanyak 4
orang dari peserta yang mempunyai hak suara, didampingi oleh
Ketua Umum sebagai nara sumber dan Sekretaris Umum sebagai
Sekretaris Persidangan.
Ayat 7 Pengambilan keputusan dilaksanakan dengan musyawarah untuk
mufakat, dan dalam hal-hal tertentu dapat dipergunakan cara
pemungutan suara
Ayat 8 Sifat Persidangan Sinode adalah terbuka, dan bila dibutuhkan
dapat dilakukan tertutup.

76 Tata Laksana
Ayat 9 Notulen Persidangan disusun oleh Sekretaris Persidangan, diaju-
kan dalam Persidangan Sinode yang berlangsung.
Ayat 10 Keputusan Persidangan Sinode dikirimkan kepada Jemaat, Klasis
dan Perangkat Organisasi se GKS selambat-lambatnya 3 bulan
sesudah Persidangan Sinode.
Ayat 11 Peserta Persidangan Sinode
1 Utusan Klasis sebanyak 6 orang terdiri dari Pendeta: 2 orang;
Penatua: 2 orang; Diaken: 2 orang; dengan hak suara
2 BP Majelis Sinode dan Perangkatnya dengan hak bicara
3 BP GKS; BPP GKS; dengan hak bicara
4 BP Yayasan dengan hak bicara
5 Undangan, Tamu, Peninjau dan Panitia dengan hak bicara.
Ayat 12 Tugas dan wewenang Persidangan Sinode:
1 Menetapkan doktrin GKS
2 Menetapkan Tata Gereja GKS
3 Menetapkan GBKU GKS
4 Menerima, membahas dan mengevaluasi laporan pertang-
gungjawaban BP Majelis Sinode
5 Memilih dan menetapkan personalia Perangkat Organisasi
GKS periode 4 tahun.
6 Menyelesaikan masalah dalam semangat musyawarah un-
tuk mufakat diatas landasan persekutuan sebagai satu tubuh
dalam wadah GKS.
7 Melaksanakan ibadah/PA dan Perjamuan Kudus, sebagai
sumber inspirasi dalam proses Persidangan
Pasal 45
PERSIDANGAN MAJELIS SINODE
Ayat 1 Persidangan Majelis Sinode adalah Persidangan Perangkat Or-
ganisasi aras Sinode yang keputusannya mempunyai kekuatan
mengikat bagi Perangkat Organisasi di semua aras.
Ayat 2 Persidangan Majelis Sinode dilaksanakan sekali dalam 1 tahun.
Ayat 3 Persidangan Istimewa Majelis Sinode dapat dilaksanakan apabila
2/3 dari peserta (anggota Majelis Sinode) menyampaikan permo-
honan tertulis dengan alasan-alasannya.
Ayat 4 Quorum Persidangan adalah setengah tambah satu dari jumlah
peserta yang mempunyai hak suara.
Ayat 5 Persidangan Majelis Sinode dipimpin oleh Majelis Ketua seban-
yak 3 orang dari peserta yang mempunyai hak suara, didampingi
oleh Ketua Umum sebagai nara sumber dan Sekretaris Umum
sebagai Sekretaris Persidangan.
Ayat 6 Pengambilan keputusan dilaksanakan dengan musyawarah untuk
mufakat, dan dalam hal-hal tertentu dapat dipergunakan cara
pemungutan suara

Tata Laksana 77
Ayat 7 Sifat Persidangan Majelis Sinode adalah terbuka, dan bila dibu-
tuhkan dapat dilakukan tertutup.
Ayat 8 Notulen Persidangan disusun oleh Sekretaris Persidangan, diaju-
kan dalam Persidangan Majelis Sinode yang sementara berlang-
sung.
Ayat 9 Keputusan Persidangan Majelis Sinode dikirimkan kepada Ang-
gota Majelis Sinode dan Jemaat/Klasis se GKS selambat-lambat-
nya 2 bulan sesudah Persidangan Majelis Sinode.
Ayat 10 Peserta Persidangan Majelis Sinode:
1 Anggota Majelis Sinode dari unsur Klasis 3 orang (unsur Pen-
deta, Penatua dan Diaken)–dengan hak suara
2 BP Majelis Sinode – dengan hak suara
3 BP GKS dan BPP GKS – dengan hak bicara
4 BP Yayasan masing-masing 3 orang – dengan hak bicara
5 Ketua Bidang/Ketua Komisi/Direktur PTTG GKS–dengan
hak bicara
6 Undangan, Tamu dan Peninjau dengan hak bicara
Ayat 11 Tugas, wewenang Persidangan Majelis Sinode
1 Melaksanakan keputusan Persidangan Sinode
2 Memilih dan menetapkan para Sekretaris Bidang dan para
Sekretaris Komisi
3 Menerima, membahas dan mengevaluasi laporan kerja dari
Perangkat Organisasi Sinode al. BP Majelis Sinode, BP; BPP;
BP Yayasan
4 Menerima dan membahas laporan dari Klasis-klasis
5 Menetapkan rencana dan program kerja tahunan termasuk
APB GKS
6 Menetapkan Perangkat Organisasi yang membantu BP Maje-
lis Sinode, al.anggota Bidang; Anggota Komisi; dll
7 Menetapkan peraturan sebagai penjabaran dari Tata Gereja
GKS
8 Membahas masalah yang terjadi selama masa antar Sidang
Sinode.
Pasal 46
PERSIDANGAN BADAN PELAKSANA MAJELIS SINODE
Ayat 1 Persidangan BP Majelis Sinode adalah Persidangan dari Perang-
kat Organisasi di aras Sinode yang berfungsi baik secara penuh
waktu maupun yang paroh waktu..
Ayat 2 Persidangan BP Majelis Sinode dilaksanakan sekali dalam 3 bu-
lan dan atau sesuai kebutuhan.
Ayat 3 Persidangan BP Majelis Sinode dipimpin oleh Ketua Umum dan
Para Ketua
Ayat 4 Peserta Persidangan adalah

78 Tata Laksana
1 Anggota BP Majelis Sinode
2 Para Sekretaris Bidang dan Sekretaris Komisi
3 Ketua BP Sinode
4 Ketua BPP Sinode
5 Para Ketua BP Yayasan
6 LPTK dan Badan lainnya
Ayat 5 Tugas dan wewenang Persidangan BP Majelis Sinode adalah
1 Melaksanakan keputusan Persidangan Sinode dan keputusan
Persidangan Majelis Sinode.
2 Menerima, membahas dan mengevaluasi laporan kerja dari
Perangkat Organisasi Sinode al. anggota BP Majelis Sinode,
Sekretaris Bidang, Sekretaris Komisi, BP Yayasan
3 Membahas masalah yang terjadi selama masa antar Sidang
Majelis Sinode

BAGIAN D
MASA TUGAS, PERSYARATAN DAN PEMBERHENTIAN

Pasal 47
MASA TUGAS PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1 Masa tugas Perangkat Organisasi pada semua aras, baik tenaga
penuh waktu maupun tenaga paruh waktu, adalah 4 (empat) ta-
hun (sesuai jangka waktu Sidang Sinode) dan dapat dipilih kem-
bali (diperpanjang) untuk 1 (satu) periode lagi.
Ayat 2 Status Pendeta GKS yang dipilih dan ditetapkan sebagai tenaga
umum, adalah Pendeta Jemaat, diutus oleh Jemaat, terikat deng-
an Jemaat pengutus dan sejak pengutusan dibuatkan surat ikatan
perjanjian.
Ayat 3 Bagi Pendeta Jemaat yang ditetapkan menjadi tenaga penuh waktu
di lingkungan Sinode GKS, bila selesai masa tugasnya, dikukuh-
kan kembali oleh Jemaat yang mengutusnya.
Ayat 4 Bagi Pendeta yang bekerja dan melayani di lembaga Perguruan
Tinggi Kristen, maka yang bersangkutan terikat dengan ketentu-
an yang berlaku dalam lembaga tersebut. Bila oleh sebab tertentu,
yang bersangkutan menyelesaikan tugasnya, maka berlaku keten-
tuan sebagaimana diatur dalam pasal 47 ayat 2 dan 3 diatas.
Pasal 48
SYARAT PENETAPAN PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1 Syarat penetapan perangkat organisasi pada semua aras.
1 Warga Jemaat GKS dan tidak berada di bawah disiplin gere-
jawi
2 Bersedia mentaati Tata Gereja GKS

Tata Laksana 79
3 Sehat jasmani dan mental
4 Memiliki kemampuan, kesetiaan, dan kejujuran untuk melay-
ani pekerjaan Tuhan
5 Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan pada bidang yang
dibutuhkan
6 Sudah memiliki pengalaman dalam bidang pelayanan gereja
dan masyarakat
7 Mempunyai wawasan oikumenis
Ayat 2 Syarat penetapan anggota BP Majelis Sinode; para Sekretaris Bi-
dang Sinode dan Sekretaris Komisi Sinode:
1 Ketentuan sama dengan pasal 48 ayat 1 di atas
2 Merupakan jabatan periodik
3 Jabatan Ketua Umum dan Sekretaris Umum penuh waktu ha-
rus Pendeta
4 Jabatan para Ketua, harus berjabatan gerejawi.
5 Jabatan Bendahara, sesuai keahlian bidang keuangan
6 Para Sekretaris Bidang dan Sekretaris Komisi sesuai kompe-
tensi Bidang dan Komisi.
7 Usia dicalonkan minimal 30 tahun dan maksimal 60 tahun
8 Pendidikan minimal S1 atau sudah mempunyai pengalaman
melayani sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun.
Pasal 49
BERAKHIRNYA MASA TUGAS
Ayat 1 Berakhirnya masa tugas apabila:
1 Terkena disiplin gerejawi
2 Berakhir masa jabatannya
3 Permintaan sendiri dengan alasan-alasannya
4 Meninggal dunia
Ayat 2 Bagi tenaga umum yang berakhir masa jabatannya, maka kepada
yang bersangkutan diberikan pesangon sebanyak 6 kali gaji sebu-
lan kecuali tunjangan struktural. Sistem pembayarannya diatur
sesuai kesepakatan, dengan dua pilihan yaitu dibayarkan sekali-
gus atau dibayarkan setiap bulan selama 6 bulan.
Ayat 3 Bagi Tenaga umum yang meninggal dunia dalam masa tugas-
nya, maka kepada keluarga yang ditinggalkan diberikan bantuan
kedukaan sebanyak 6 kali gaji sebulan dan dibayarkan sekaligus.
Ayat 4 Pengangkatan/penetapan pengganti, atau penambahan tenaga,
tetap mengikuti ketentuan masa jabatan antar waktu.

80 Tata Laksana
BAB X
HARTA MILIK

Pasal 50
PENGERTIAN
Harta milik GKS pada hakekatnya adalah milik Tuhan yang dipercayakan
kepada GKS untuk dikelola dalam rangka mewujudkan persekutuan dan
dalam rangka untuk melaksanakan tugas pengutusannya.

Pasal 51
JENIS
Harta milik GKS terdiri dari:
Ayat 1 Uang dan surat-surat berharga.
Ayat 2 Barang-barang bergerak yaitu kendaraan, mesin-mesin, inventaris
kantor, meja, kursi, mimbar, alat-alat musik dan peralatan lain-
nya, hewan/ternak.
Ayat 3 Barang-barang tidak bergerak yaitu tanah, gedung gereja, pastori
(rumah Pendeta), balai pertemuan, kantor tata usaha, bangunan-
bangunan lainnya, dan tanaman gereja.
Pasal 52
PEROLEHAN
Harta milik GKS diperoleh dari:
Ayat 1 Persembahan syukur dari anggota Jemaat dan simpatisan melalui
kantong (saku) persembahan, sampul persembahan, kotak perse-
mbahan-persembahan lainnya.
Ayat 2 Jasa giro, bunga deposito, hasil usaha dan sumbangan lain yang
tidak bertentangan dengan hakekat gereja dan Firman Tuhan.
Pasal 53
PENGELOLAAN
Ayat 1 Tugas dan Wewenang:
1 Tugas dan wewenang dalam mengelola harta milik GKS be-
rada pada:
a Majelis Jemaat untuk harta milik Jemaat setempat.
b MK untuk harta Klasis.
c MS GKS untuk harta milik Sinode.
d Pengurus Yayasan untuk harta milik yayasan.
2 Tugas dan wewenang untuk mengelola harta milik GKS di-
laksanakan dengan cara mengadakan, memelihara, mengem-
bangkan dan mempergunakannya.

Tata Laksana 81
3 Majelis Jemaat, MK, MS dan Pengurus Yayasan tidak diperk-
enankan untuk bertindak sebagai penjamin hutang orang/
badan lain.
4 Keuangan Jemaat, Klasis, Sinode dan Yayasan tidak diperk-
enankan untuk dipinjam.
5 Pengelolaan harta milik harus sesuai dengan Firman Tuhan.
Ayat 2 Perwakilan jual beli dan peralihan hak barang-barang tidak
bergerak dan bergerak:
1 Jemaat Setempat:
a BP Majelis Jemaat dengan diketahui oleh Majelis Si-
node dalam hal yang berhubungan dengan jual beli dan
peralihan hak barang-barang bergerak dan tidak bergerak
mewakili Majelis Jemaat di dalam dan di luar pengadilan
setelah memperoleh persetujuan dari Persidangan Majelis
Jemaat yang dihadiri oleh 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
anggota Majelis Jemaat dan disetujui oleh paling sedikit ¾
(tiga perempat) dari anggota Majelis Jemaat yang hadir.
b Majelis Jemaat mewartakan/mengumumkan hal itu ke-
pada anggota selama 3 (tiga) hari Minggu berturut-turut
sebelum Persidangan Majelis Jemaat yang akan membahas
hal jual beli dan peralihan hak barang-barang bergerak
dan tidak bergerak itu dilaksanakan.
c Seandainya salah seorang dari mereka berhalangan, maka
Majelis Jemaat menunjuk salah seorang dari anggota Ma-
jelis Jemaat itu menggantinya.
2 Klasis:
a BP Majelis Klasis bersama Bendahara Klasis dengan dike-
tahui oleh Majelis Sinode dalam hal yang berhubungan
dengan jual beli dan peralihan hak barang-barang tidak
bergerak mewakili Majelis Klasis di dalam dan di luar
pengadilan, setelah memperoleh persetujuan dari Majelis
Klasis.
b Seandainya salah seorang dari mereka berhalangan, maka
Majelis Klasis menunjuk salah seorang dari anggota BP.
Majelis Klasis untuk menggantikannya dengan memberi-
kan surat kuasa yang bermeterai cukup.
3 Sinode:
a BP Majelis Sinode GKS dalam hal yang berhubungan
dengan jual beli dan peralihan hak atas barang-barang
tidak bergerak mewakili Majelis Sinode di dalam dan di
luar pengadilan, setelah memperoleh persetujuan dari Per-
sidangan Sinode/Sidang Majelis Sinode.

82 Tata Laksana
b Seandainya salah seorang dari mereka berhalangan, maka
yang berhalangan itu menunjuk salah seorang dari ang-
gota BP. Majelis Sinode untuk menggantikannya dengan
memberikan surat kuasa yang bermeterai cukup.
4 Yayasan dalam GKS:
Hal perwakilan dari Pengurus Yayasan yang telah berbadan
hukum tersendiri, telah diatur dalam Anggaran Dasar/Ang-
garan Rumah Tangga.
Pasal 54
PERTANGGUNGJAWABAN
Ayat 1 Dalam rangka mempertanggungjawabkan tugasnya, maka BP
Majelis Jemaat, BP MK, BP Majelis Sinode dan Pengurus Ya-
yasan wajib untuk membuat laporan tentang pengelolaan harta
milik yang menjadi tugas dan wewenangnya.
Ayat 2 Laporan pertanggungjawaban tersebut dibuat sekurang-kurang-
nya sekali setahun yaitu pada akhir tahun anggaran.
Ayat 3 Laporan pertanggungjawaban tersebut harus dapat mencakupi
seluruh rencana kerja dan pelaksanaannya, rencana anggaran be-
lanja dan realisasi pendapatannya.
Ayat 4 Laporan pertanggungjawaban tersebut sudah dapat dibuat dan
disebarkan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelum rapat di-
adakan untuk dipelajari seperlunya.
Pasal 55
PEMERIKSAAN
Ayat 1 Pengelolaan harta milik diperiksa oleh Badan Pemeriksa Perben-
daharaan (BPP) GKS
Ayat 2 Jikalau BPP menemukan hal-hal yang tidak benar, penyimpangan
dan kekurangan, maka laporan pertanggungjawaban tersebut
dikembalikan kepada perangkat kerja masing-masing aras dan
atau pengurus Yayasan untuk diperbaiki dan diperlengkapi se-
bagaimana mestinya.
Ayat 3 Apabila laporan pertanggungjawaban itu diterima dengan baik
oleh BPP, maka laporan pertanggungjawaban tersebut diteruskan
kepada Persidangan masing-masing aras yang bersangkutan un-
tuk dibahas dan disahkan.
Ayat 4 Pengesahan atas laporan pertanggungjawaban terdahulu perlu
membebaskan Majelis/Pengurus yang menyusunnya dari tang-
gung jawab mengenai pengelolaan/periode yang dilaporkan.
Ayat 5 Dalam hubungan dengan hukum, laporan pertanggungjawaban
tentang pengelolaan harta milik perlu diperiksa oleh akuntan yang
ditunjuk/diangkat oleh Persidangan masing-masing aras dan atau
Yayasan.

Tata Laksana 83
BAB XI
PENJABARAN TATA LAKSANA

Pasal 56
PENJABARAN
Penjabaran Tata Laksana GKS akan diatur dalam peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan tersendiri.

BAB XII
PERUBAHAN TATA LAKSANA GKS

Pasal 57
PROSEDUR
Ayat 1 Perubahan Tata Laksana GKS hanya dapat dilakukan oleh Persi-
dangan Sinode.
Ayat 2 Usul perubahan Tata Laksana GKS harus berasal dari Persidan-
gan Klasis dan atau MS – GKS dengan mengajukan alasan-alasan
yang jelas dan terperinci.

BAB XIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 58
ATURAN PERALIHAN
Ayat 1 Tata Dasar dan Tata Laksana GKS yang telah disahkan oleh Persi-
dangan Sinode tidak boleh dirubah, ditambah dan atau dikurangi
oleh Jemaat atau oleh Klasis.
Ayat 2 Dengan pengesahan Tata Gereja ini, maka Tata Gereja Tahun
1998 yang berlaku selama ini dinyatakan tidak berlaku lagi.
Ayat 3 Tata Gereja ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

Oleh: Persidangan Sinode ke39 GKS


Pada Tanggal: 4-14 Juli 2006

Majelis Ketua Sekretaris Persidangan


1. Pdt. Naftali Djoru, SSi Pdt. D. Umbu Dingu, STh
2. Pdt. Melkianus R. Suruk STh MSi
3. Pdt. Marlin Lomi, STh
4. Pdt. Abner S.D. Raga Lay, STh

84 Tata Laksana
PENJELASAN
PENJELASAN TENTANG PEMBUKAAN
1. Istilah “Pembukaan”, berarti inilah kata-kata pembuka yang tentu
saja tidak sekedar membuka, tetapi didalamnya sudah tercermin pemahaman
tentang visi, misi dan arah perjalanan GKS di masa-masa yang akan da-
tang.
2. “Kredo”
Sedikit banyaknya “pembukaan” sebuah Tata Gereja adalah sebuah pen-
gakuan iman (status confessionis). Ia adalah suatu keyakinan mengenai apa
yang dilakukan Allah terhadap dunia ini dan bagaimana gereja dipercayakan
untuk mengemban tugas kesaksian dan pelayanan terhadap dunia. Karena
itu kita mulai “pembukaan” ini dengan keyakinan kepada pernyataan Allah
sebagaimana yang disaksikan oleh Alkitab.
3. Kerajaan Allah sebagai visi gereja.
Tata Gereja ini, kerajaan Allah dijadikan titik-tolak, sebab kedatangan Yesus
Kristus untuk mewujudkan misi pembebasan Allah adalah tidak lain dari
pengemban tugas kerajaan Allah yang oleh Allah sendiri dihadirkan diatas
ranah sejarah. Kerajaan itu telah datang, tetapi masih akan datang di mana
segala sesuatu akan disempurnakan. Dalam dialektika “telah” dan “belum”
ini, sejarah bergerak. Ini berarti bahwa perkembangan sejarah adalah hal
yang tidak mungkin ditolak, tetapi pada saat yang sama, sejarah itupun tetap
harus diletakkan dibawah ukuran-ukuran kerajaan Allah. Dengan kata lain,
sikap kritis terhadap sejarah tetap harus diberlakukan. Yesus Kristus disini
adalah pengemban Kerajaan Allah sebab Dialah yang menggenapi apa yang
merupakan isi dari Kerajaan Allah yaitu keadilan, kebenaran, perdamaian,
persaudaraan, kesejahteraan, pembebasan, dan keselamatan dalam lingkun-
gan alam yang lestari, di mana Allah diyakini sebagai pusat sejarah. Sejarah
itu akan terus bergerak sampai kepada eskatologi.
4. Gereja sebagai pelaksana Amanat Kerasulan
Inilah misi Gereja. Pengemban kerajaan Allah itu yaitu Yesus Kristus
mempercayakan misi itu kepada gereja. Kalau disebut Amanat Kerasulan,
ini mengingatkan kita kepada tugas para Rasul yang mau tidak mau ha-
rus meneruskan amanat itu kepada segala makhluk. Tetapi gereja baru da-
pat memahami misi itu kalau Roh Kudus bekerja di dalam gereja. Seperti
diketahui, pernah memahami Roh Kudus sebagai penolong dan penghibur
(parakletos) yang akan meneruskan pekerjaan Yesus Kristus melalui gereja,
ketika Yesus Kristus meninggalkan dunia ini Rasul Paulus melihat Roh

Penjelasan 85
Kudus sebagai Roh Kristus sendiri. Roh inilah yang membentuk Gereja se-
bagai persekutuan orang-orang percaya, dan terus menerus menguduskan-
nya. Hanya dengan pengudusan yang terus meneruslah Gereja tetap sadar
akan misinya sebagai yang memperlihatkan tanda-tanda kerajaan Allah.
Misi Gereja itu disebut juga karya pembebasan yang membebas kan, sebab
ia (misi itu) harus sungguh-sungguh memperlihatkan bahwa manusia bukan
saja dibebaskan dari dosa, tetapi juga dari berbagai-bagai belenggu sebagai
akibat dosa (Band. Luk 4: 18-19). Pekerjaan pembebasan itu akan diemban
oleh Gereja sampai pada akhir zaman, sebab beban-beban yang menindas
akan tetap ada, hanya bentuk-bentuknya yang berubah-ubah.
5. Allah sebagai Penyebab perubahan-perubahan.
Kasih Allah memang tidak pernah berubah baik dulu, sekarang dan di-
masa yang akan datang. Tetapi perwujudan kasih itu diatas ranah sejarah
tentu berubah-ubah. Ada perubahan-perubahan (boleh dibaca perkemban-
gan-perkembangan) di dalam perjalanan manusia. Kita melihat bahwa ke-
budayaan manusia misalnya tidak mandek. Ia terus berkembang. Menurut
keyakinan gereja perubahan-perubahan itu justru disebabkan oleh Allah
sendiri oleh karena kasihNya kepada manusia. Setiap zaman dan tempat
mempunyai tantangan sendiri, tetapi manusia diberi kemampuan oleh Al-
lah untuk menjawab tantangan-tantangan itu secara tepat. Itulah yang
menyebabkan terjadinya perkembangan kebudayaan. Dengan kata-kata
lain, perubahan-perubahan tidak dapat dianggap sebagai yang berjalan se-
cara otomatis. Perubahan-perubahan itu tetap diarahkan bagi pemenuhan
Amanat Kerajaan Allah ketika semuanya disempurnakan. Tetapi memang
dapat saja terjadi ada perubahan-perubahan yang berasal dari “roh-roh” lain.
Ciri-ciri yang menonjol dari perubahan-perubahan seperti itu adalah bahwa
ia tidak mengemban kesejahteraan umat manusia. Malah ia (perubahan-pe-
rubahan itu) menghantar umat manusia kepada kebinasaannya. Disini kita
harus waspada dan bersikap kritis, positif, dan realistis.
6. Gereja sebagai subyek perubahan/pembaruan.
Karena gereja telah diamanatkan untuk terus meneruskan amanat kerasu-
lan itu, dan juga keyakinan bahwa Allah adalah penyebab perubahan/pem-
baruan, maka sudah sepantasnyalah gereja menjadi subyek perubahan dan
pembaruan.
Dengan kata-kata lain, gereja harus pro aktif mempelopori perubahan dan
pembaruan yang terjadi didalam gereja (ecclesia semper reformanda), dan
dalam masyarakat. Tidak patut gereja hanya diam dan statis bahkan anti
perubahan. Tentu saja perubahan yang dimaksud bukan sekedar peruba-

86 Penjelasan
han, tetapi yang mengemban kepentingan umat manusia untuk memperoleh
kesejahteraan, keadilan dstnya.
7. Gereja Kristen Sumba sebagai Tubuh Kristus.
Gerja tentu saja tidak abstrak. Gereja sungguh-sungguh nyata dalam sejarah
(boleh dibaca: konteks). Metafora “Tubuh Kristus” sangat terkenal dalam
Perjanjian Baru, khususnya dalam surat-surat Paulus. Tubuh Kristus itu-
lah yang menyejarah dalam konteks Indonesia dan Sumba sebagai Gereja
Kristen Sumba, sebagai buah pekabaran Injil dari Zending van de Gere-
formeerde Kerken in Nederland, tetapi sekaligus juga sebagai bahagian dari
“Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia” (PGI) dan semua gereja-gereja
yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruslamat dunia.
8. Gereja Kristen Sumba menghadapi perubahan-perubahan.
Perubahan-perubahan seperti telah disinggung diatas tidak dapat dicegah.
Perubahan-perubahan (boleh dibaca: perkembangan-perkembangan) akan
terjadi disegala bidang (Ipo-leksosbud/IPTEK). Gereja Kristen Sumba yang
percaya kepada kesetiaan Allah yang mengadakan perubahan-perubahan
di dalam sejarah dunia tidak dapat membiarkan perubahan-perubahan itu
berlalu begitu saja. Gereja Kristen Sumba mesti mempelopori perubahan-
perubahan itu. Tetapi untuk melakukan itu Gereja Kristen Sumba harus
mampu pula membaca tanda-tanda zaman. Supaya dapat membaca tanda-
tanda zaman Gereja Kristen Sumba harus tetap berada dalam pergumulan
rangkap dua yang terus-menerus, yaitu pada satu pihak bergumul dengan
firman Allah, artinya mencari tahu apakah kehendak Allah bagi dunia kita
dewasa ini (Indonesia, NTT, Sumba) dan pihak yang lain bergumul dengan
konteks kita sendiri (Ipoleksosbud/IPTEK).
Dalam dialektika pergumulan rangkap itu, mudah-mudahan kita dapat
membaca tanda-tanda zaman sehingga dapat mempelopori perubahan-pe-
rubahan.
9. Bagaimana Gereja Kristen Sumba hidup dan bertindak melak-
sanakan amanat kerasulan. Bagaimanapun kehidupan pelaksanaan amanat
kerasulan itu harus ditata untuk mencapai kesempurnaan. Tentu saja harus
disadari bahwa Tata Gereja itu bersifat terbatas sehingga banyak hal yang
merupakan akibat dari dinamika Roh Kudus dan dinamika Jemaat tidak
akan tertampung di dalam Tata Gereja ini. Kenyataan ini tidak mengurangi
makna Tata Gereja yang di susun ini. Sebab bagaimanapun segala ses-
uatu harus juga berlangsung secara tertib dan teratur. Ekspresi kasih yang
merupakan ciri-ciri jemaat Tuhan tidak perlu bertentangan dengan keter-
tiban dan keteraturan

Penjelasan 87
Sesuai dengan asas Presbiterial Sinodal yang dianut oleh Gereja Kristen
Sumba, maka basis pelayanan adalah jemaat. Disanalah prakarsa dimulai,
tetapi tidak berarti bahwa jemaat melaksanakan otonominya semutlak-mut-
laknya. Jemaat-jemaat itu tetap berada dalam Sinode yang berarti berjalan
bersama. Dengan demikian, otonomi jemaat dipahami sebagai otonomi
yang terikat dalam kebersamaan yang saling terikat dan saling bergantung.
Berdasarkan kesepakatan, maka istilah Tata Gereja diterapkan baik kepada
Tata Dasar maupun kepada Tata Laksana.

PENJELASAN TATA DASAR PASAL DEMI PASAL


Pasal 1: Cukup Jelas
Pasal 2: Cukup Jelas
Pasal 3: Cukup Jelas
Pasal 4: Cukup Jelas
Pasal 5: Cukup Jelas
Pasal 6: Cukup Jelas
Pasal 7: Cukup Jelas
Pasal 8: Cukup Jelas
Pasal 9: Cukup Jelas
Pasal 10: Cukup Jelas
Pasal 11: Cukup Jelas
Pasal 12: Yang dimaksud dengan pengerja gerejawi lain adalah: tenaga
pengerja penuh waktu yang diangkat dan ditetapkan oleh Ma-
jelis Jemaat, antara lain: Guru Injil dan Vicaris. Hal ini akan
mejadi jelas dalam Tata Laksana.
Pasal 13: Cukup Jelas
Pasal 14: Cukup Jelas
Pasal 15: Cukup Jelas
Pasal 16: Cukup Jelas
Pasal 17: Cukup Jelas

88 Penjelasan
PENJELASAN TATA LAKSANA PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
CONTOH NAMA
a. Untuk Nama Jemaat
Gereja Kristen Sumba
(Anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
Jemaat Payeti
b. Untuk Nama Klasis
Gereja Kristen Sumba
(Anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
Klasis Waingapu
c. Untuk nama Sinode
Gereja Kristen Sumba
(Anggota Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia)
Pasal 2
ALAMAT
a. Alamat kantor Jemaat ditetapkan oleh Majelis Jemaat
b. Alamat Kantor Klasis ditetapkan oleh Sidang Klasis
c. Alamat Kantor Sinode GKS, yang berlaku selama ini adalah:
Jl. R. Suprapto No. 23
Waingapu 87113
Sumba – NTT
Indonesia
Telp. (0387) 61342 Fax. (0387) - 62279
Pasal 3
JEMAAT
Ayat 1. Keputusan persidangan Majelis Jemaat atau Klasis tentang
pemekaran jemaat tetap dalam kerangka proses, sedangkan
sahnya pemekaran apabila dilaksanakan dalam suatu ibadah
pemekaran.
Pengertian tentang Gereja dan Jemaat:
“Jemaat dipahami sebagai persekutuan orang-orang percaya di
suatu tempat tertentu sebagai wujud Tubuh Kristus yang diu-
tus untuk bersekutu, bersaksi dan melayani”. Terlihat di sini
bahwa jemaat “penuh di dalam dirinya sendiri” sebagaimana
tubuh Kristus itu penuh di dalam diriNya. Sedangkan menu-
rut pasal 1 Tata Dasar GKS mengesankan bahwa “Gereja”
adalah persekutuan Jemaat-Jemaat, dalam hal ini Jemaat-
Jemaat di pulau Sumba.

Penjelasan 89
Hal ini menimbulkan pertanyaan yaitu bagaimana hubungan
antara “Jemaat” dan “Gereja”.
Apakah Gereja hanyalah sekedar gabungan Jemaat-Jemaat
dan/atau pada pihak lain, Jemaat belum dapat disebut Gereja,
apabila tidak bergabung dengan Jemaat-Jemaat lainnya?.
Kata Yunani yang dari padanya kata “Gereja” dan “Jemaat”
diterjemahkan adalah ekklesia (tunggal) atau ekklesiai (ja-
mak). Dalam surat-surat Paulus, kedua kata ini dipakai secara
bersama-sama untuk memperlihatkan baik Jemaat-Jemaat
yang berada pada satu tempat maupun “gabungan” dari Jemaat-
Jemaat pada suatu wilayah tertentu. Namun tidak pernah
dikesankan bahwa “Ekklesia” pada satu tempat tertentu itu
hanyalah bagian dari “Ekklesia” yang meliputi satu wilayah.
Pada pihak yang lain “Ekklesia” yang bersifat lokal itu tidak
pernah dilihat sebagai yang tidak mempunyai hubungan den-
gan “Ekklesia” yang lain.
Kenyataan-kenyataan ini menghantar kita untuk memahami
“Jemaat” dan “Gereja” secara dialektika. Artinya “Jemaat” pada
satu tempat tertentu dapat juga disebut “Gereja” tetapi yang
selalu mempunyai hubungan dengan “Jemaat” atau “Gereja” di
tempat lain. Pada saat yang sama “Jemaat” atau ”Gereja” pada
satu tempat itu tidak membawahi “Jemaat” atau “Gereja” di
tempat lain tetapi merupakan mitra di dalam pelayanan.
Ayat 2.1 Mempunyai Pendeta, Penatua dan Diaken.
Ayat 2.2 Cukup jelas
Ayat 2.3 Kebutuhan pelayanan jemaat yang dimaksud mencakup pem-
biayaan rutin dan program.
Ayat 2.4 Struktur Organisasi yang sesuai dengan Tata Gereja GKS
yang ditetapkan paling akhir.
Ayat 2.5 Cukup jelas.
Ayat 2.6 Sekurang-kurangnya dalam kondisi semi permanen.
Ayat 2.7 Pastori bila belum ada pada saat akan berdiri sendiri, akan
dijadikan prioritas untuk segera dibangun.
Ayat 2.8 Status hukum yang dimaksud dapat berupa sertifikat atau sekurang-
kurangnya Gambar Situasi (GS) dan atau surat penyerahan dari
pemilik tanah
Ayat 2.9 Cukup jelas
Ayat 2.10 Cukup jelas
Ayat 3-4 Pos Pekabaran Injil (PI) dapat dibentuk bila ada orang-orang yang
sudah dan sementara diinjili yang sudah atau siap dibaptis untuk
memungkinkan terjadinya pelayanan rutin. Pada Pos PI dapat ter-
jadi jika sudah ada pelayan tetap berstatus kaum awam, maupun atas

90 Penjelasan
kebijakan Majelis Jemaat menugaskan Majelis Jemaat atau pelayan
lain melakukan pelayanan di Pos PI tersebut.
Jemaat Ranting terbentuk sebagai peningkatan dari Pos
PI atau pengembangan dari cabang akibat luasnya wilayah
pelayanan. Dalam Ranting, sudah ada orang yang berjabatan,
pelayan tetap dan rumah ibadah (parmanen atau darurat).
Jemaat Cabang merupakan peningkatan dari Jemaat Ranting
atau pengembangan dari Jemaat Pusat akibat luas wilayah dan
kepadatan warga jemaat. Dalam Jemaat Cabang, sudah ada
Orang Berjabatan, Pelayan Tetap dan Gedung Ibadah. Jemaat
Cabang menjadi bakal jemaat yang dapat berdiri sendiri.
Ayat 5-6 Cukup jelas.
Pasal 4
KLASIS
Ayat 1 Cukup jelas
Ayat 2.1 Cukup jelas
Ayat 2.2 Cukup jelas
Ayat 2.3 Cukup jelas
Ayat 2.4 Pemekaran Klasis, tidak selalu ditetapkan dalam Sidang Sin-
ode, tetapi dapat juga ditetapkan oleh Sidang Majelis Sinode
GKS, sesuai kewenangan yang diberikan oleh Sidang Sinode.
Ayat 3.1 Cukup jelas
Ayat 3.2 Majelis Sinode dapat mengusulkan pembentukan klasis bila
dalam pengamatan terdapat beberapa Klasis yang wilayah
pelayanannya perlu ditinjau dan atau penggabungan kembali
beberapa Klasis kemudian menetapkan wilayah Klasis baru
sesuai dengan syarat pada ayat 2.
Ayat 3.3 Cukup jelas
Ayat 3.4 Cukup jelas
Ayat 4 Cukup jelas
Pasal 5
SINODE
Ayat 1 Cukup jelas
Ayat 2 Status badan hukum tidak saja berupa surat keputusan dari
Dirjen Bimas Kristen Protestan Departemen Agama RI,
tetapi juga akan diperjuangkan agar diaktenotariskan.
Pasal 6
LOGO DAN CAP
Logo dan Cap yang dipakai selama ini masih tetap dipandang layak untuk
dipakai.

Penjelasan 91
Pasal 7
KEANGGOTAAN
Ayat 1-3 Cukup jelas
Ayat 4.1 Gereja yang seasas adalah gereja yang sealiran berdasarkan
ajaran reformasi atau sering disebut penganut ajaran Calvinis.
Ayat 4.2 Sedangkan Gereja yang bersifat Evangelikal, Pentakostal
antara lain GBI, GKSI, Gereja Pentakosta, tidak termasuk
Gereja yang seasas, walau mereka telah menjadi anggota
PGI.
Ayat 4.3 Anggota yang pindah dari Gereja lain yang tidak seasas, adalah
dari Gereja Katolik, karena pada Gereja ini telah melaksana-
kan Baptisan, dalam nama Allah Tri Tunggantara lain.
Ayat 4.4 Cukup jelas.
Pasal 8
PENGAKUAN
Cukup jelas.
Pasal 9
PENGAJARAN
Ayat 1-2 Cukup jelas.
Ayat 3 GKS dapat membentuk Panitia khusus dalam menyusun buku
Katekisasinya dengan tetap berpedoman pada Katekisimus
Heidelberg.
Pasal 10
ASAS
Cukup jelas.
Pasal 11
TUGAS PANGGILAN
Cukup jelas.
Pasal 12
TUGAS PENGUTUSAN
Cukup jelas.
Pasal 13
KEBAKTIAN
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2.1-2.4 Cukup jelas
Ayat 2.5 Kebaktian lain yang dimaksud misalnya pentahbisan Gedung
Ibadah atau gedung pertemuan gerejawi

92 Penjelasan
Ayat 3 Yang dimaksudkan Buku Nyanyian yang telah diterima atau
disyahkan antara lain Kidung Jemaat, Dua Sahabat Lama,
Mazmur dan Nyanyian Rohani, Ludu Hali dan Ludu Pama-
langungu, Ndondo Deika, Terjemahan Nyanyian-nyanyian
tersebut dalam Bahasa Daerah. Sedangkan Nyanyian-nyanyian
lainnya (misalnya buku/diklat lagu), dapat digunakan secara
selektif.
Ayat 4 Kebaktian keluarga yang dimaksud adalah yang diluar pen-
gaturan Majelis Jemaat, misalnya Kebaktian Syukur Hari
Ulang Tahun, Anak Lulus Ujian, Jabatan Baru dan lain-lain.
Pasal 14
PEMBERITAAN FIRMAN TUHAN
Cukup jelas.
Pasal 15
SAKRAMEN
Cukup jelas.
Pasal 16
SAKRAMEN BAPTISAN KUDUS
Ayat 1 Baptisan Kudus berasal dari kata Yunani “Baptizo” yang be-
rarti “Menyelam”. Namun pengertian tersebut tidak harus
dipahami secara harafiah dalam arti “Menyelam dalam Air”,
namun pada hakekatnya “Menyelam adalah Masuk dalam
Kematian Kristus dan Bangkit dalam Kuasa Kebangkitan-
Nya” (Roma 6 : 1–11). Selanjutnya “Air” melambangkan “Da-
rah Penebusan Yesus Kristus” yang berkuasa menyelamatkan
manusia dari kuasa dosa dan maut.
Ayat 2-3 Cukup jelas.
Ayat 4.1 Cukup jelas
Ayat 4.2.a.3 Yang dimaksud dengan anak angkat yang sah, adalah anak
yang diangkat/diadopsi dan mempunyai kekuatan hukum
baik menurut perundangan maupun ketentuan hukum adat
setempat.
Ayat 4.2.a.4 Yang dimaksud dengan Anak di bawah Perwalian yang sah,
adalah yang dikategorikan seperti anak Yatim Piatu, atau be-
rasal dari keluarga yang tidak mampu, tetapi diasuh dan di-
bina oleh keluarga Kristen.
Pasal 17
SAKRAMEN PERJAMUAN KUDUS
Ayat 1 Cukup jelas

Penjelasan 93
Ayat 2 Jenis-jenis Perjamuan Kudus antara lain Perjamuan Kudus Tri
Wulan, Perjamuan Kudus Oikumene, Perjamuan Kudus Se-
dunia dan Perjamuan Kudus dalam Persidangan Gerejawi dan
Perjamuan Kudus lain yang ditetapkan oleh Majelis Jemaat.
Ayat2.c Perjamuan Kudus bagi orang sakit atau jompo harus dilak-
sanakan oleh Pendeta bersama Majelis Jemaat
Ayat 3 Cukup jelas.
Pasal 18
KATEKISASI
Ayat 1-2 Cukup jelas
Ayat 3 GKS dapat membentuk Panitia khusus untuk menyusun buku
Katekisasi Pernikahan.
Ayat 4 Cukup jelas.
Ayat 5 Karunia Khusus yang dimaksudkan adalah seseorang yang
mempunyai pemahaman teologis yang baik dan kehidupan
pribadinya dapat menjadi contoh dan teladan bagi yang diberi-
kan katekisasi
Pasal 19
PENGAKUAN PERCAYA (SIDI)
Cukup jelas.

Pasal 20
PENEGUHAN DAN PEMBERKATAN NIKAH
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2.1-2.2 Cukup jelas.
Ayat 2.3 Jemaat atau Gereja lain yang dimaksud adalah gereja di dalam
dan di luar negeri yang seasas dengan GKS.
Ayat 2.4-2.6 Cukup jelas
Ayat 3-4 Cukup jelas.
Pasal 21
PENGGEMBALAAN
Cukup jelas.

Pasal 22
PELAYANAN DIAKONAL
Cukup jelas.

Pasal 23
PELAWATAN GEREJAWI
Cukup jelas
94 Penjelasan
Pasal 24
KERJASAMA OIKUMENIS
Cukup jelas.

Pasal 25
KERJASAMA GKS DENGAN LEMBAGA-LEMBAGA LAIN
Cukup jelas.

Pasal 26
JABATAN GEREJAWI
Cukup jelas.

Pasal 27
PENATUA
Ayat 1 Bahan rujukan dari 1 Petrus 5: 1-5; 1 Timotius 3:1-6; Titus
1:5-16.
Ayat 2.1-2.2 Cukup jelas.
Ayat 2.3 Yang dimaksud ajaran GKS adalah Pokok-pokok Pengajaran
Iman Kristen yang termuat dalam Katekismus Hiedelberg dan
Pengakuan Iman yang diterima dan diakui oleh GKS.
Ayat 2.4-2.7 Cukup jelas.
Pasal 28
DIAKEN
Ayat 1 Bahan rujukan dari 1 Timotius 3:8-13; Kisah Para Rasul 6:1-
7.
Pasal 29
PERSYARATAN PENATUA DAN DIAKEN
Cukup jelas.

Pasal 30
PENCALONAN, PEMILIHAN DAN PENTAH-
BISAN PENATUA DAN DIAKEN
Cukup jelas.

Pasal 31
PENDETA
Ayat 1.g Sebelum pemilihan dilaksanakan Majelis Jemaat menetapkan
sistem pemilihan dan menjelaskannya kepada warga Jemaat.
Apabila tidak tercapai 50% tambah 1 suara dari tiap calon

Penjelasan 95
maka berdasarkan rapat Majelis Jemaat dilaksanakan pemili-
han tahap berikutnya antara 2 (dua) calon yang mendapatkan
jumlah suara tertinggi.
Ayat 2-5 Cukup jelas.
Ayat 6.1 Cukup jelas.
Ayat 6.2.a-b Cukup jelas.
Ayat 6.2.c. Calon terpilih setelah menerima panggilan, maka Majelis
Jemaat menjemputnya bila berada di jemaat lain.
Ayat 6.3.a Sidang Klasis yang sifatnya tertutup dimaksudkan hanya
dihadiri oleh perutusan jemaat (sesuai kredensi) dan panitia
pemeriksa calon Pendeta. Hal ini dimaksudkan agar percaka-
pan yang dilakukan tetap dalam suatu Persidangan Klasis yang
sifatnya tetap tertutup. Hal ini untuk menjaga baik kewiba-
waan keputusan/hasil Klasis, maupun kewibawaan dari calon
Pendeta itu sendiri.
Ayat 6.3.b Isi Percakapan Pemeriksaan:
Khotbah yang mana sudah termasuk di dalamnya unsur
Tafsiran serta Ilmu Berkhotbah (Homiletika).
Pengajaran Iman Kristen yang merupakan isi dari buku
Katekismus Heidelberg dan Katekismus yang akan dihasilkan
oleh GKS sendiri. Didalamnya sudah termasuk unsur Dog-
matika dan Etika.
Tata Gereja GKS meliputi Tata Dasar dan Tata Laksana
GKS yang di dalamnya sudah termasuk unsur Hukum Gereja,
Penggembalaan, Sejarah Gereja, Missiologi, Oikumene, dan
hal-hal praktis lainnya.
Dengan demikian percakapan tidak berkesan seperti pengujian
untuk mendapat gelar sarjana atau untuk mempertahankan
makalah. Bobot dari ketiga materi di atas sangat dalam dan
justru amat menentukan dalam tugas pelayanan di GKS.
Ayat 6.3.c Cukup jelas.
Ayat 6.4.a-b Cukup jelas.
Ayat 6.4.c Surat Keputusan Peneguhan/Pentahbisan Jabatan Pendeta
serta format Akte Peneguhan/Pentahbisan, akan disiapkan
oleh Majelis Sinode c.q. BPMS.
Ayat 6.5 Cukup jelas.
Ayat 6.6.a-d Cukup jelas
Ayat 6.6.e Hingga sekarang masih banyak pengerja GKS yang tidak
masuk Dana Pensiun PGI. Apabila mereka pensiun maka
jaminannya akan ditanggung penuh oleh Jemaat/lembaga
yang mempekerjakan. Cara perhitungan pensiun tetap
mempedomani cara perhitungan DP PGI.
Ayat 6.7 Cukup jelas.

96 Penjelasan
Ayat 6.8-6.11 Cukup jelas.
Ayat 6.12.a Warna putih dipakai pada saat Natal, Tahun Baru, Paskah,
Kenaikan, Pentakosta; Warna ungu dipakai pada Masa Ad-
vent dan Masa Sengsara; Warna hitam dapat dipakai pada
setiap jenis kebaktian.
Ayat 6.12.b-e Cukup jelas.
Ayat 6.13.a Pekerjaan lain yang dimaksud adalah pekerjaan yang mengikat
untuk bekerja penuh waktu di luar organisasi GKS sep-
erti anggota dalam jabatan politik (DPR, Bupati dan Wakil
Bupati, Kepala Desa), Dosen di Perguruan Tinggi yang tidak
didukung, Pelaksana Eksekutif pada lembaga swasta.
Ayat 6.13.b Dapat saja dibebas tugaskan dimaksudkan untuk terlepas dari
tugas-tugas rutin, tetapi tugas-tugas yang langsung berkaitan
dengan jabatannya seperti Pelayanan Sakramen dan lain-lain
masih tetap diharapkan dari yang bersangkutan.
Pasal 32
GURU INJIL
Cukup jelas.

Pasal 33
VICARIS
Cukup jelas.

Pasal 34
PENGERTIAN ORGANISASI
Cukup jelas.

Pasal 35
SUSUNAN PERANGKAT ORGANISASI JEMAAT
Ayat 1 Cukup jelas
Ayat 2.1 Jumlah perangkat BPMJ dapat kurang atau lebih sesuai ke-
butuhan. Ketua BPMJ adalah Pendeta, kecuali jika tidak ada
Pendeta dalam jemaat tersebut; maka Ketua BPMJ dapat di-
jabat oleh Penatua.
Ayat 2.2 Cukup jelas.
Ayat 3-5 Cukup jelas.
Pasal 36
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB PERANGKAT ORGANISASI JEMAAT
Cukup jelas.

Penjelasan 97
Pasal 37
PERSIDANGAN ARAS JEMAAT
Cukup jelas.

Pasal 38
SUSUNAN PERANGKAT ORGANISASI KLASIS
Cukup jelas.

Pasal 39
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG
JAWAB PERANGKAT ORGANISASI KLASIS
Cukup jelas.

Pasal 40
PERSIDANGAN ARAS KLASIS
Ayat 1-3 Cukup jelas.
Ayat 4.1.1. Komposisi Pendeta, Penatua dan Diaken disesuaikan dengan
keadaan jemaat. Bila suatu jemaat memiliki 2 (dua) orang
Pendeta atau lebih, maka perutusan yang mempunyai hak
suara terdiri dari 2 (dua) Pendeta, 2 (dua) Penatua dan 2 (dua)
Diaken.
Ayat 4.1.2-4 Cukup jelas.
Ayat 4.2 Cukup jelas.
Ayat 4.3 Majelis Ketua dipilih dalam setiap terjadinya Persidangan
Klasis.
Ayat 5.1.1 Walaupun semua Pendeta dari suatu jemaat se Klasis sebagai
Majelis Klasis, tetapi yang mempunyai hak suara hanya 1
(satu) orang. Jemaat yang memiliki lebih dari 1 (satu) Pendeta,
harus menetapkan Pendeta yang mempunyai hak suara dalam
Majelis Klasis. Sedangkan bila tidak ada Pendeta dalam suatu
jemaat, maka dapat ditentukan Penatua sebagai pengganti se-
mentara untuk duduk dalam Majelis Klasis dan segera diganti
bila kemudian jemaat tersebut sudah mempunyai Pendeta.
Ayat 5.1.2-4 Cukup jelas.
Ayat 5.2-5.3 Cukup jelas.
Ayat 6-10 Cukup jelas.
Pasal 41
SUSUNAN PERANGKAT ORGANISASI SINODE
Ayat 1 Cukup jelas

98 Penjelasan
Ayat 2 Bendahara diusulkan oleh BPMS untuk menjamin diperoleh
Bendahara yang mempunyai kemampuan yang profesional
dalam tugasnya.
Yang dimaksud perangkat penuh waktu adalah Perangkat Or-
ganisasi Sinode yang mengalokasikan seluruh waktu kerja un-
tuk tugas pada aras sinodal dan dibayar penuh sesuai Aturan
Penggajian/Pemeliharaan. Sedangkan yang dimaksud per-
angkat paruh waktu adalah tidak seluruh waktu dialokasikan
untuk tugas pada aras sinodal dan penggajian/pemeliharaan
menjadi beban bersama antara Sinode dan lembaga/jemaat
pengutusnya.
Ayat 3 Jumlah serta nama Bidang dan Komisi tidak bersifat per-
manen/tetap, tetapi disesuaikan dengan kebutuhan dan arah
kebijakan GKS dalam suatu periode tertentu. Bila ada Garis-
garis Besar Kebijakan Umum GKS, maka jumlah serta nama
Bidang/Komisi dalam periode tertentu sesuai dengan yang
tertuang dalam GBKU dalam periode tersebut.
Ayat 4-6 Cukup jelas.
Pasal 42
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANG-
GUNG JAWAB PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1.1-2 Cukup jelas.
Ayat 1.3 LPTK merupakan singkatan dari Lembaga Pendidikan
Tinggi Kristen. Pendidikan Teologia Tepat Guna (PTTG)
termasuk dalam kategori ini. Lembaga lain yang dibentuk di-
maksudkan untuk membuka kemungkinan bagi dibentuknya
Badan/Lembaga lain oleh Persidangan Sinode/Sidang Maje-
lis Sinode, misalnya Perguruan Tinggi, Biro Hukum, Pusat
Studi, Badan Usaha dan sebagainya.
Ayat 1.4-6 Cukup jelas.
Ayat 2-5 Cukup jelas.
Pasal 43
GARIS TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNG-
JAWAB ANGGOTA BP MAJELIS SINODE
Ayat 1-5 Cukup Jelas
Pasal 44
PERSIDANGAN SINODE
Ayat 1-10 Cukup jelas.
Ayat 11.1-2 Cukup jelas.
Ayat 11.3 Seluruh anggota Badan Pertimbangan GKS menjadi peserta,
sedangkan peserta dari unsur Badan Pemeriksa Perbendaha-

Penjelasan 99
raan GKS adalah Ketua dan Sekretaris yaitu sebanyak 2 (dua)
orang.
Ayat 11.4 Peserta dari setiap Yayasan sebanyak 3 orang dengan memper-
timbangkan unsur penentu kebijakan Yayasan dan pelaksana.
Ayat 11.5 Cukup jelas.
Ayat 12.1-4 Cukup jelas.
Ayat 12.5 Perangkat organisasi yang dimaksudkan antara lain perangkat
BPMS (selain Bendahara), Anggota Badan Pertimbangan dan
Anggota Badan Pemeriksa Perbendaharaan
Ayat 12.6-7 Cukup jelas
Pasal 45
PERSIDANGAN MAJELIS SINODE
Ayat 1-9 Cukup jelas
Ayat 10.1 Cukup jelas.
Ayat 10.2 Termasuk perangkat penuh waktu yang membantu (Sekretaris
Bidang, Sekretaris Komisi, Direktur PTTG, dan perangkat
penuh waktu lain yang berada di bawah BPMS).
Ayat 10.3 Peserta dari BP GKS adalah seluruh anggota, sedangkan dari
BPP GKS adalah Ketua dan Sekretaris yaitu sebanyak 2 (dua)
orang.
Ayat 10.4 Peserta dari setiap Yayasan sebanyak 3 orang dengan memper-
timbangkan unsur penentu kebijakan Yayasan dan pelaksana.
Ayat 10.5-6 Cukup jelas.
Ayat 11.1-5 Cukup jelas
Ayat 11.6 Perangkat Organisasi yang ditetapkan mencakup Sekretaris
Bidang, Sekretaris Komisi, Anggota Badan Pengurus Yayas-
an-yayasan, PTTG dan perangkat lembaga/badan lain yang
terbentuk.
Ayat 11.7-8 Cukup jelas.
Pasal 46
PERSIDANGAN BADAN PELAKSANA MAJELIS SINODE
Cukup jelas

Pasal 47
MASA TUGAS PERANGKAT ORGANISASI
Ayat 1 Dua periode berturut-turut yang dimaksud adalah pada jabat-
an yang sama, misalnya jabatan yang sama sebagai Ketua
Umum, Ketua I, Ketua II, Sekretaris Umum, Bendahara,
Sekretaris Bidang tertentu, Sekretaris Komisi tertentu dan
sebagainya.

100 Penjelasan
Ayat 2 Surat ikatan perjanjian harus ditandatangani oleh Pendeta
yang diutus dan Majelis Jemaat
Ayat 3-4 Cukup jelas.
Pasal 48
SYARAT PENETAPAN PERANGKAT ORGANISASI
Cukup jelas.

Pasal 49
BERAKHIRNYA MASA TUGAS
Ayat 1 Cukup jelas.
Ayat 2 Pesangon 6 (enam) bulan dimaksud terhitung mulai tang-
gal yang bersangkutan menjalankan tugas dalam suatu jabat-
an (sesuai SK yang diterbitkan) dan menerima gaji pertama
dalam jabatan tersebut.
Ayat 3-4 Cukup jelas.
Pasal 50
PENGERTIAN HARTA MILIK
Cukup jelas.

Pasal 51
JENIS HARTA MILIK
Cukup jelas

Pasal 52
PEROLEHAN HARTA MILIK
Cukup jelas

Pasal 53
PENGELOLAAN
Ayat 1.1 Harta Milik Yaysan dikelola oleh Badan Pengurus Yayasan
sesuai Anggaran Dasar Yayasan dan Undang-Undang yang
berlaku
Ayat 1.2-1.3 Cukup jelas
Ayat 1.4 Pengertian dari “tidak diperkenankan untuk dipinjam” adalah
agar tidak menjadikan Bendahara Jemaat/Klasis/Sinode se-
bagai lembaga keuangan yang terbuka untuk sarana pinjam
meminjam, terutama dari pihak luar. Dalam hal tertentu ada
pengecualian yaitu dari pihak pengerja dalam Jemaat atau
lembaga yang diakibatkan oleh desakan kebutuhan yang di

Penjelasan 101
luar kemampuannya, dan ini dapat dipandang sebagai pan-
jaran pemeliharaan.
Ayat 1.5 Cukup jelas
Ayat 2 Cukup jelas
Pasal 54
PERTANGGUNGJAWABAN HARTA MILIK
Cukup jelas.

Pasal 55
PEMERIKSAAN
Cukup jelas.

Pasal 56
PENJABARAN TATA LAKSANA
Cukup jelas.

Pasal 57
PROSEDUR PERUBAHAN TATA LAKSANA
Cukup jelas.

Pasal 58
ATURAN PERALIHAN
Cukup jelas.

102 Penjelasan
LAMPIRAN—LAMPIRAN

LAMPIRAN I
PENGAKUAN IMAN RASULI
Aku percaya kepada Allah,
Bapa yang mahakuasa, Khalik langit dan bumi.
Dan kepada Yesus Kristus,
AnakNya yang tunggal, Tuhan kita,
yang dikandung daripada Roh Kudus,
lahir dari anakdara Maria,
yang menderita dibawah pemerintahan Pontius Pilatus,
disalibkan mati dan dikuburkan,
turun ke dalam kerajaan maut,
pada hari yang ketiga bangkit pula dari
antara orang mati,
naik ke sorga,
duduk disebelah kanan Allah, Bapa yang Maha Kuasa,
dan akan datang dari sana
untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.
Aku percaya kepada Roh Kudus;
gereja yang kudus dan am;
persekutuan orang kudus;
pengampunan dosa;
kebangkitan daging;
dan hidup yang kekal.
Amin.

Lampiran 103
LAMPIRAN II
PENGAKUAN IMANNICEA-KONSTANTINOPEL
Aku Percaya kepada satu Allah,Bapa yang Maha Kuasa,
Pencipta langit dan bumi,segala yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.
Dan kepada satu Tuhan, Yesus Kristus,Anak Allah yang Tunggal,
yang lahir dari Sang Bapa sebelum ada segala zaman,
Allah dari Allah, Terang dari Terang,Allah yang sejatai dari Allah yang sejati,
diperanakkan, bukan dibuat,sehakekat dengan Sang Bapa,
yang dengan perantaraanNya segala sesuatu dibuat;
yang telah turun dari sorga untuk kita manusia dan untuk keselamatan kita,
dan menjadi daging oleh Roh Kudus dari anakdara Maria,
dan menjadi manusia; yang disalibkan bagi kita,
dibawah pemerintahan Pontius Pilatus, menderiota dan dikuburkan;
yang bangkit pada hari ketiga, sesuai dengan isi Kitab-kitab,
dan naik ke sorga; yang duduk disebelah kanan Sang Bapa
dan akan datang kembali dengan kemuliaan untuk menghakimi orang yang
hidup
dan yang mati; yang kerajaanNya takkan berakhir Aku percaya kepada Roh
Kudus,
yang jadi Tuhan dan yang menghidupkan, yang keluar dari Sang bapa dan Sang
Anak,
yang bersama-sama dengan Sang Bapa dan Sang Anak disembah dan
dimuliakan,
yang telah berfirman dengan perantaraan para nabi.
Aku percaya satu gereja yang kudus dan am dan rasuli.
Aku mengaku satu baptisan untuk pengampunan dosa.
Aku menantikan kebangkitan orang mati dan kehidupan di zaman yang akan
datang.
Amin.

104 Lampiran
LAMPIRAN III
PENGAKUAN IMAN ATHANASIUS
Barangsiapa yang ingin diselamatkan haruslah (ia) berpegang pada (asas)
kepercayaan Gereja yang am. Barangsiapa tidak memelihara (asas) keper-
cayaan itu secara murni (maka ia) sesungguhnya akan binasa. Dan inilah
(asas) kepercayaan kita itu.
Kita menyembah Allah yang Maha Esa (itu) dalam ketritunggalan-Nya,
dengan tidak mencampurbaurkan kepribadian-kepribadianNya dan tidak
memisah-misahkan hakekat-Nya; sebab ada satu kepribadian yang adalah
Bapa, satu kepribadian yang adalah Anak, dan satu kepribadian yang adalah
Roh Kudus, namun ke-Allah-an-Nya terdiri dari Sang Bapa, Sang Anak
dan Sang Roh Kudus yang adalah esa dengan kemuliaan yang sama dan
berkerajaan yang sama kekalnya. Seperti Sang Bapa ada, demikian pula
Sang Anak ada dan Sang Roh Kudus ada; Sang Bapa tidak diciptakan, Sang
Anak tidak diciptakan, dan Sang Roh Kudus tidak diciptakan. Sang Bapa
melebihi segala akal manusia, Sang Anak melebihi segala akal manusia dan
Sang Roh Kudus melebihi segala akal manusia. Sang Bapa adalah kekal,
Sang Anak adalah kekal dan Sang Roh Kudus adalah kekal; namun tidak
ada tiga Allah yang kekal, melainkan (hanya ada) satu Allah yang kekal.
Demikian pula tidak ada tiga Allah yang melebihi segala akal manusia, atau
tiga Allah yang diciptakan, melainkan (hanya ada) satu Allah yang tidak
diciptakan, yaitu satu Allah yang melebihi segala akal manusia. Dan demi-
kianlah (juga) ada Bapa yang Maha Kuasa, Anak yang Maha Kuasa dan
Roh Kudus yang Maha Kuasa, namun tidak ada tiga yang Maha Kuasa,
melainkan (hanya ada) satu yang Maha Kuasa. Sang Bapa adalah Allah,
Sang Anak adalah Allah dan Sang Roh Kudus adalah Allah; namun tidak
ada tiga Allah, melainkan (hanya ada) satu Allah. Demikianlah (pula) Sang
Bapa adalah Tuhan, Sang Anak adalah Tuhan dan Sang Roh Kudus adalah
Tuhan, namun tidak ada tiga Tuhan, melainkan (hanya ada) satu Tuhan.
Maka menurut kebenaran (asas) kepercayaan Gereja yang am kita harus
mengakui (bahwa) setiap kepribadian masing-masing adalah Allah dan Tu-
han, dan kita dilarang untuk menyatakan bahwa ada tiga Allah atau tiga
Tuhan.
Bapa tidak (berasal) dari siapapun, tidak diciptakan dan tidak diperanakan;
Anak berasal dari Bapa saja, tidak dijadikan atau diciptakan melainkan
diperanakan; Roh Kudus berasal dari Bapa dan dari Anak, tidak dijadikan
atau diciptakan melainkan dipancarkan. Maka (karena itu) ada satu Bapa,
bukan tiga Bapa; satu Anak bukan tiga Anak, satu Roh Kudus bukan tiga
Roh Kudus.

Lampiran 105
Dalam ketritunggalan ini tidak ada yang lebih dulu, atau yang lebih kemudi-
an; tidak ada yang lebih tinggi, atau yang lebih rendah; sebab ketiga keprib-
adian itu adalah esa dalam kekekalan-Nya dan sama dalam kedudukan-Nya.
Maka (karena itu) kita sesuai dengan hal-hal tersebut di atas menyembah
keesaan-Nya dalam ketritunggalan-Nya dalam keesaan-Nya. Maka (oleh
sebab itu) barang siapa ingin diselamatkan (ia) haruslah menerima pen-
gakuan mengenai Allah tritunggal ini. Dan (ia) haruslah pula percaya akan
kedatangan Tuhan kita Yesus Kristus sebagai manusia ke dalam dunia ini,
sesuai dengan ajaran yang benar. Menurut kepercayaan yang benar – yang
kita akui dan miliki – kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus
Kristus Anak Allah, adalah Allah dan manusia, sebagai Allah hakikat-Nya
sama dengan Allah Bapa, Dia diperanakan sebelum dunia dijadikan; se-
bagai manusia hakikat-Nya sama dengan ibu-Nya (yaitu Maria), Dia dila-
hirkan di dalam dunia; Ia adalah Allah yang sempurna dan manusia yang
sempurna dengan akal budi dan tubuh manusia dalam satu kepribadian. Ia
sama derajatnya dengan Allah Bapa di dalam ke-Allah-an-Nya, tetapi lebih
rendah dari Bapa-Nya. Walaupun ia adalah Allah dan manusia, (tetapi) ia
bukan dua kepribadian, melainkan satu Kristus: ia adalah satu (bukan den-
gan perubahan) ke-Allah-an-Nya menjadi manusia tetapi dengan perubahan
kemanusiaan-Nya (dipersatukan) dengan ke-Allah-an-Nya. Ia adalah esa
bukan dengan mencampurbaurkan hakikat-hakikat-Nya, tetapi satu dalam
kesatuan di dalam satu kepribadian. Sebagaimana seseorang berakal budi
dan bertubuh yang merupakan satu kesatuan demikianlah Kristus yang satu
(itu); adalah Allah dan Manusia. Kristus menderita demi keselamatan kita;
ia turun ke neraka, lalu pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati,
naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Bapa Allah yang Maha Kuasa,
dan dari sana ia akan datang (kembali) untuk menghakimi orang yang hidup
dan yang mati. Ia akan datang (kembali) untuk menghakimi orang yang
hidup dan yang mati. Ia akan datang kembali dan pada waktu itu umat
manusia akan bangkit dalam tubuhnya masing-masing untuk memberikan
pertanggungjawaban atas perbuatannya. Barangsiapa yang berbuat baik, (ia)
akan masuk hidup yang kekal; (dan) barangsiapa yang berbuat jahat, (ia)
akan masuk api yang kekal.
Inilah (asas) kepercayaan Gereja yang am itu, yang harus diterima dan di-
akui dengan sungguh-sungguh oleh anak – anak manusia yang ingin dis-
elamatkan.
Kemuliaan bagi Bapa, Anak dan Roh Kudus, seperti pada permulaannya,
sekarang ini dan selama-lamanya. Amin

106 Lampiran
LAMPIRAN IV
KUTIPAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN/PROTESTAN
NOMOR: 12 TAHUN 1973

TENTANG
PERNYATAAN GEREJA KRISTEN SUMBA
SELAKU LEMBAGA KEAGAMAAN YANG BERSIFAT GEREJA

DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT KRISTEN/PROTESTAN
MEMBACA : dsb
MENIMBANG : dsb
MENGINGAT : dsb
MENGINGAT PULA : dsb
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
MENYATAKAN :

Pertama: Gereja Kristen Sumba sebagai lembaga keagamaan yang bersifat gereja
menurut
Ketentuan dalam Staatsblad tahun 1927 no. 156, 532
Kedua: Setiap perubahan dalam Tata Gereja diberitahukan kepada Departemen
Agama cq.
Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Kristen/Protestan.
Ketiga: Keputusan ini berlaku mulai ditetapkannya.
Tembusan:dsb.
KUTIPAN surat keputusan ini disampaikan kepada yang berkepentingan
untuk diketahui dan diindahkan.
Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 15 September 1973

A.N.MENTERI AGAMA RI
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT
KRISTEN PROTESTAN
(M. ABEDNEGO)

Lampiran 107
LAMPIRAN V
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT (KRISTEN) PROTESTAN
DEPARTEMEN AGAMA
NOMOR: 192 TAHUN 1990
TENTANG
PENDAFTARAN GEREJA KRISTEN SUMBA
DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT (KRISTEN) PROTESTAN

Membaca:
1. Surat permohonan dari Pimpinan Gereja Kristen Sumba Nomor:
647/IX-1/90, tanggal 4 Agustus 1990;
2. Tata Gereja Kristen Sumba ditetapkan di Waikarara tanggal 15
Juli 1988;
3. Surat dari Kanwil Departemen Agama Propinsi Nusa Tenggara
Timur Nomor: WY/5-b/BA.05/622/1990 tanggal 2 Juli 1990.

Menimbang:
a. Bahwa untuk perkembangan yang sehat dan teratur perlu diad-
akan penertiban status hukum Lembaga Keagamaan Kristen di
Indonesia;
b. Bahwa penertiban dimaksud dilakukan agar jelas fungsi dan bi-
dang tugasnya masing masing;
c. Bahwa Gereja Kristen Sumba telah memiliki Tata Gereja yang
sudah disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor: 8 tahun 1985
dan Surat Pernyataan Departemen Agama Nomor: 12 tanggal 15
September 1973.

108 Lampiran
Mengingat:
1. Undang-Undang Dasar 1945;
2. Staatsblad Tahun 1927 Nomor: 155, 156, 157 dan 532 tentang
Regeling van de Rechtpositie der Kerk/Kerkgenootschappen;
3. Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1985 tentang Organisasi Ke-
masyarakatan;
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 18 tahun 1986 tentang Pelak-
sanaan Undang – Undang Nomor: 8 tahun 1985 tentang Organ-
isasi Kemasyarakatan;
5. Keputusan Presiden RI Nomor: 44 tahun 1974 tentang Pokok-
Pokok Organisasi Departemen;
6. Keputusan Presiden RI Nomor: 15 tahun 1984 tentang Struk-
tur Organisasi Departemen dengan segala perubahan terkahir
Nomor: 4 tahun 1990;
7. Keputusan Menteri Agama RI

MEMUTUSKAN
Menetapkan: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL BIMBIN-
GAN MASYARAKAT (KRISTEN) PROTESTAN TEN-
TANG PENDAFTARAN GEREJA KRISTEN SUMBA.
Pertama: Mencabut Surat Pernyataan Nomor: 12 tanggal 15 September
1973.
Kedua: Mendaftarkan Gereja Kristen Sumba yang berkedudukan/berpu-
sat di Jln. R. Suprap-to No. 23 Waingapu, Sumba, Nusa Tenggara
Timur sebagai Lembaga Keagamaan Kristen Protestan yang ber-
sifat Gereja.
Ketiga: Pendaftaran ini diberikan untuk menjadi pegangan dalam usaha
melaksana-kan tugasnya sesuai dengan Tata Gereja yang telah
disesuaikan dengan Undang-Undang Nomor: 8 Tahun 1985.
Keempat: Setiap akhir tahun Gereja Kristen Sumba diwajibkan memberikan
informasi tentang perkembangannya kepada Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat (Kristen) Protestan Departemen Agama
di Jakarta.
Kelima: Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dengan ket-
entuan apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan akan
diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Lampiran 109
Ditetapkan di: Jakarta
Pada tanggal: 19 Nopember 1990

DIREKTUR JENDERAL
BIMBINGAN MASYARAKAT
(KRISTEN) PROSTESTAN
DR. SOENARTO MARTOWIRJONO
NIP 150 107 804

Tembusan Kepada Yth.:


1. Menteri Agama di Jakarta; (sebagai laporan);
2. Menteri Kehakiman RI di Jakarta;
3. Menteri Dalam Negeri RI di Jakarta;
4. Sekjen, Irjen, Para Dirjen dan Kabalitbang Agama di lingkungan
Departemen Agama;
5. Gubernur/Kepala Daerah Tingkat I Propinsi seluruh Indonesia
6. Kakanwil Departemen Agama Propinsi c.q. Kepala Bidang/Pem-
bimas (Kristen) Protestan di seluruh Indonesia;
7. Yang bersangkutan untuk diketahui dan dipergunakan sebagaim-
ana mestinya.

110 Lampiran
LAMPIRAN VI
Gereja Kristen Sumba STRUKTUR ORGANISASI
Struktur Organisasi

������������������ ������������������ ������������������

�������������� �������������� ��������������

��� ������������������������������ �� ��� ������������������������������ �� ��� ������������������������������ ��


���������� ������� �������� ����� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ��������� ����� ����������� ���������� ��������� ���������

������ ������ ���������� ������� ������� ������ ������ ���������� ������� �������
������ ������ ���������� ������� ���� ���� ����
LAMPIRAN VII
Gereja Kristen Sumba ANGGOTA BPMS
Badan Pelaksana Majelis Sinode

������
������ �����������������
���������
������������ ��������������
�����
� �


�������
����

�����
����

����������

��������

��

��
� �� � ��
�� � ��

Anda mungkin juga menyukai