Anda di halaman 1dari 44

BAB I

Defenisi Pertumbuhan Gereja

Banyak jemaat dan gereja yang berpendapat bahwa suatu gereja dikatakan
bertumbuh apabila orang yang menghadiri ibadah di hari Minggu bertambah.  Ada
juga yang berpendapat bahwa pertumbuhan gereja ditandai dengan Banyaknya
misionaris yang dihasilkan oleh sebuah gereja.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, Pertumbuhan adalah: hal (keadaan) tumbuh;


perkembangan (kemajuan dsb): suasana rumah tangga yg serba harmonis sangat
penting bagi ~ jiwa anak; ~ kebudayaan bangsa.

Kata ‘Gereja’ berasal dari bahasa Portugis “Igreya” dan dalam bahasa Junani
“ekklesia” yang berarti Jemaat yang dipanggil keluar dari dunia menjadi milik Tuhan.
Kata “ekklesia” diambil dari kebudayaan Junani waktu itu yang berarti suatu sidang
warga kota untuk membicarakan dan mengambil keputusan selaku “Sidang Rakyat
yang syah” (Kis. Ras. 19 : 39).

Pengertian Gereja secara theologis Alkitabiah ialah bahwa Gereja (ekklesia) itu
adalah tubuh Kristus (Ep. 1:22-23) dimana Kristus adalah kepala. Kristus yang
memanggil, maka Gereja berasal dari Kristus sendiri.
Gereja bukanlah kelompok manusia yang berdiri atas inisitif sendiri, tetapi Kristuslah
yang dengan perantara Firman dan Roh mengumpulkan bagiNya Jemaat itu. gereja
adalah bait Roh Kudus.

Sebagai bait Roh Kudus, gereja yang menghadirkan karunia-karunia Roh Kudus.
Hal ini jangan disalahmengerti. Gereja yang menghadirkan karunia-karunia Roh
Kudus tidak berarti gereja itu memutlakkannya seperti yang terjadi pada banyak
gereja Karismatik/Pentakosta. Gereja yang menghadirkan karunia-karunia Roh
Kudus adalah gereja yang masing-masing anggotanya melayani Tuhan sesuai
dengan karunia-karunia Roh Kudus yang dipercayakan kepada mereka. Daftar
karunia-karunia Roh Kudus dapat dilihat di dalam 1 Korintus 12:8-11.

1
Meskipun demikian gereja memiliki cakupan yang lebih luas. Sering disebut dengan
gereja lokal(setempat). Gereja setempat bisa didefinisikan (local) sebagai kelompok
dari orang-orang percaya yang telah dibaptiskan, yang bergabung bersama-sama
secara sukarela, diatur berdasarkan pola Perjanjian Baru, dan hidup dalam ketaatan
kepada Kristus.
Gereja adalah persekutuan orang percaya yang dikumpulkan oleh Kristus. Hari
Pentakosta, ketika Roh Kudus dicurahkan menjadi hari lahirnya Gereja (Kis. Ras.
2).  Gereja juga sering dikategorikan dengan gereja kelihatan dan gereja yang tidak
kelihatan. Gereja yang kelihatan (visible-church), yaitu gereja yang kita lihat secara
organisasi dimana gereja itu memiliki anggota, gedung, dan pengurus layaknya
gereja GKI, GPIB, GPdI, Methodist, HKBP, GSRI, Katholik, dan lain sebagainya. 

Gereja yang tidak kelihatan (invisible-church), yaitu mencakup semua umat Allah, di
segala bangsa dan di segala waktu, termasuk yang sudah meninggal pada masa
lampau dari antara segala suku dan bangsa dan juga termasuk orang-orang percaya
dimasa yang akan datang, yang saat ini masih belum dilahirkan. Secara umum
gereja sering diartikan sebagai keluarga Allah, rumah ibadah, mashab atau aliran.

Jadi Pengertian Pertumbuhan gereja adalah orang orang percaya kepada Yesus
Kristus secara pribadi dan juga orang percaya yang sudah dibaptis(masuk kedalam
gereja lokal) yang memiliki dan mengalami perkembangan atau kemajuan baik
secara rohani dan kedewasan iman. Pertumbuhan gereja juga berarti adanya
orang-orang yang belum percaya masuk dan terhisap kedalam gereja, masuk
kedalam persekutuan orang percaya.

Defenisi Pertumbuhan Gereja Menurut Beberapa Tokoh

Salah seorang tokoh pertumbuhan gereja pada tahun enam puluhan yang
terkenal adalah Donald McGavran.  Beliau telah melayani Tuhan selama 60 tahun. 
Selama 30 tahun pertama melayani sebagai misionaris di India. Beliau memahami
tentang pentingnya kebenaran pertumbuhan gereja.  Kemudian beliau mendalami
bidang pertumbuhan gereja, dan sekitar tahun 1955, terjadilah gerakan
pertumbuhan gereja.

McGavran memberikan penjelasan mengenai arti pertumbuhan gereja. 


2
Beliau berpendapat bahwa “pertumbuhan gereja bukan dititikberatkan pada
banyaknya jumlah missionaris, atau besarnya jumlah dana misi menurut
angka-angka statistik dan lain-lain,  melainkan dititikberatkan pada
pertumbuhan rohani seseorang, yang ditandai dengan pertobatan.  Karena
hanya dalam Kristus setiap orang baru bisa mendapat kelahiran baru dari
Allah.  Di dalam Dia ada pengampunan dosa, sukacita dan damai.  Kita
dibenarkan karena anugerah-Nya bukan karena perbuatan baik kita.  Inilah
yang dipraktekkan oleh orang Kristen mula-mula, sebab tanpa Kristus
semuanya sia-sia.”1

Rick Warren seorang tokoh pertumbuhan gereja, juga memberikan definisi


pertumbuhan gereja dengan mengatakan bahwa” pertumbuhan gereja terdiri
dari lima segi, di mana setiap gereja perlu berkembang akrab dengan sesama
anggota melalui persekutuan, bertambah sungguh-sungguh melalui
pemuridan, bertambah kuat melalui ibadah, bertambah besar melalui
pelayanan, dan bertambah luas melalui penginjilan.” 2

Seorang tokoh lain bernama Orlando E. Costas memberikan pengertiannya


tentang pertumbuhan gereja.  Dia berpendapat bahwa gereja merupakan
“sekumpulan orang-orang yang telah ditebus dengan ajaib. Maka
pertumbuhan gereja adalah pengembangan seluruh kehidupan jemaat,
sehingga gereja tersebut dapat berfungsi dengan baik dan mendatangkan
pertumbuhan seperti jumlah, organisasi, dan doktrin.”3 Orlando Enrique
Costas (1942-1987) adalah seorang pendeta, penginjil dan misiolog injili.  Dia
memusatkan perhatiannya pada misi holistik dan penginjilan yang kontekstual.  Dia
mampu menempatkan diri di lingkungan kaum ekumenikal, terutama di dunia
Amerika Latin

1
Peter Wagner, “Church Growth and Evangelism” dalam Church Growth State of the Art  (eds.  Peter
Wagner, Win Arn dan Elmer Towns;  Wheaton: Tyndale, 1986) 22.

2
Donald McGavran dan Winfield C. Arn, Ten Steps for Church Growth  (New York: Harper and Row,
1979) 15.
3
Orlando E. Costas, The Church and Its Mission: A Shattering Critique from the Third
World (Wheaton: Tyndale, 1974) 8. 22

3
"Pertumbuhan gereja meliputi segala sesuatu yang ada sangkut-paut- nya dalam
usaha membawa orang-orang yang tidak mempunyai hubungan pribadi dengan
Yesus Kristus kepada persekutuan dengan-Nya dan kepada keanggotaan gereja
yang bertanggung jawab." Inilah salah satu definisi operasional yang baku tentang
pertumbuhan gereja yang telah menjadi semakin populer. Tetapi definisi di atas
tidaklah cukup terinci untuk dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan yang terdapat
antara pertumbuhan gereja dan penginjilan. Definisi formal tentang pertumbuhan
gereja yang paling banyak diterima adalah definisi yang tertulis dalam anggaran
dasar North American Society for Church Growth, yang berbunyi:

"Pertumbuhan gereja adalah suatu disiplin ilmu yang menyelidiki sifat-sifat,


perluasan, perintisan, pelipatgandaan, fungsi, dan kesejahteraan gereja-gereja
Kristen dalam hubungannya dengan penerapan yang efektif dari amanat Allah
untuk "menjadikan semua bangsa murid-Nya" (Matius 28:18-20). Para
penyelidik pertumbuhan gereja berusaha keras untuk mengintegrasikan
prinsip-prinsip teologi yang abadi dari firman Allah perihal perluasan gereja
dengan wawasan-wawasan yang mutakhir di bidang ilmu-ilmu sosial maupun
ilmu-ilmu perilaku. Hal di atas dilakukan dengan menggunakan sebagai
kerangka acuan awal, landasan-landasan tentang pertumbuhan gereja yang
telah dikembangkan oleh Donald McGavran

BAB II

PRINSIP-PRINSIP PERTUMBUHAN GEREJA

4
Semua gereja pasti ingin mengalami pertumbuhan di dalam gerejanya.
Pertumbuhan gereja bukan instan. Tetapi harus dimulai dengan kerja keras.
Meskipun demikian tidak berarti meninggalkan campur tangan Allah. Karena Gereja
berdiri adalah atas dasar kehendak Allah bukan manusia. Oleh sebab itu kita harus
mengetahui tentang pertumbuhan gerja didalam Alkitab serta prinsip-prinsip yang
dilakukan dalam pertumbuhan gereja dalam Alkitab.

Sekalipun Alkitab tidak secara khusus membicarakan pertumbuhan gereja,


prinsip pertumbuhan gereja adalah pemahaman bahwa Yesus mengatakan, “Aku
akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Matius
16:18). Paulus meneguhkan bahwa gereja berdasar pada Yesus Kristus (1 Korintus
3:11). Yesus Kristus juga adalah Kepala gereja (Efesus 1:18-23) dan hidup gereja
(Yohanes 10:10). Setelah mengatakan demikian, patut diingat bahwa “pertumbuhan”
adalah istilah yang relatif. Ada berbagai macam pertumbuhan, dan beberapa di
antaranya sama sekali tidak berhubungan dengan angka. 
Gereja bisa saja hidup dan bertumbuh sekalipun angka keanggotaan/kehadiran tidak
berubah. Kalau orang-orang dalam gereja itu bertumbuh dalam kasih karunia dan
pengenalan akan Tuhan Yesus, tunduk pada kehendakNya dalam kehidupan
mereka, baik secara pribadi maupun bersama-sama, itulah gereja yang mengalami
pertumbuhan yang sejati. Pada saat yang sama, gereja dapat menambah kegiatan
setiap minggu, memiliki jumlah yang besar dan tetap mati secara rohani. 
Semua jenis pertumbuhan mengikuti pola tertentu. Sebagaimana makhluk yang
bertumbuh, gereja setempat memiliki orang-orang yang menanamkan benih
(penginjil) dan yang menyiram (pendeta/pengajar), dan mereka yang menggunakan
karunia-karunia rohani mereka bagi pertumbuhan rohani mereka di gereja setempat.
Namun perhatikan bahwa adalah Allah yang memberi pertumbuhan (1 Korintus 3:7).
Mereka yang menanam dan mereka yang menyiram sama-sama akan mendapat
pahala, masing-masing menurut jerih lelah mereka (1 Korintus 3:8).

Haruslah ada keseimbangan antara menanam dan menyiram supaya gereja


setempat dapat bertumbuh, dan ini berarti bahwa dalam gereja yang sehat setiap
orang harus mengenali karunia rohaninya sehingga dia dapat berfungsi sepenuhnya
dalam tubuh Kristus. Kalau menanam dan menyiram tidak lagi seimbang, gereja

5
tidak akan berhasil sesuai dengan rencana Allah. Tentunya harus ada
ketergantungan dan ketaatan pada Roh Kudus setiap hari sehingga kuasaNya dapat
disalurkan dalam diri mereka yang menanam dan menyiram sehingga pertumbuhan
dari Allah dapat terwujud. 

Akhirnya, gambaran dari gereja yang hidup dan bertumbuh ditemukan dalam Kisah
2:42-47 di mana dikatakan bahwa orang-orang percaya, “bertekun dalam
pengajaran rasul-rasul dan dalam persekutuan. Dan mereka selalu berkumpul untuk
memecahkan roti dan berdoa.” Kemudian dikatakan pula bahwa mereka saling
melayani satu dengan yang lainnya dan menjangkau mereka yang perlu mengenal
Tuhan, dan “tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang
diselamatkan.” (Diskusikan) . Ketika hal-hal ini ada, gereja akan mengalami
pertumbuhan rohani, tanpa memperdulikan apakah bertambah atau tidak secara
angka.

Ilmu pertumbuhan gereja berkembang atas dasar prinsip-prinsip Alkitab. Alkitab,


terutama Perjanjian Baru, mengutarakan mengenai pertumbuhan gereja. Ada yang
disebut pertumbuhan gereja ke luar (ekstensif) dan ada yang disebut pertumbuhan
gereja ke dalam (intensif). Kedua jenis pertumbuhan ini tidak dapat dipisahkan satu
sama lain, sebab pada dasarnya Allah memang menghendaki agar gereja-Nya
bertumbuh dengan baik. Kedua jenis pertumbuhan ini tampak dalam kesaksian
Alkitab, dan berikut ini akan dijelaskan lebih mendalam.

Prinsip Pertumbuhan Gereja Menurut Para Pakar

Pertumbuhan sebuah gereja dapat berlangsung secara kontinyu dengan tetap


memelihara kesehatan setiap bagian di dalamnya. Ada berbagai factor yang menjadi
bagian penting dari pertumbuhan gereja yang sehat. Ron Jenson dalam bukunya
Dinamika Pertumbuhan Gereja (2000;12)  menyebutkan bahwa ada dua diantara
factor utama, yaitu:

1) Memusatkan pada ungkapan Alkitabiah, yaitu terdapat tiga konsep dasar di


dalamnya; memiliki pandangan yang luas tentang kepemimpinan, mengembangkan

6
anggota-anggota dan organisasinya, dan mengembangkan pelayanan yag diatur
sehingga anggotanya terlibat. (Efesus 4:11-16)

2)      Mempertahankan syarat-syarat Alkitabiah, yaitu: terdiri dari empat syarat:


gereja menginginkan pertumbuhan, gereja bersedia membayar harga, gereja tidak
akan memiliki penyakit kronis, dan gereja akan mengikuti prioritas tertentu.

Sedangkan Darrel  dalam bukunya Kehidupan Gereja yang utuh menyebutkan tiga
dasar bagi pertumbuhan (2004;40):

1)      Meninggikan Juru selamat (Yoahanes 12:31)

2)      Memperlengkapi orang Kudus (Efesus 4:11,12)

3)      Menginjili orang berdosa (Kisah 1:8); Lukas 19:10)

Prinsip pertumbuhan pada intinya berpusat pada kebenaran Firman Allah, yaitu
berlangsung karena kuasa Roh Kudus, menempatkan Kristus Yesus sebagai Kepala
Gereja (Kolose 1:18). Pertumbuhan harus berlangsung secara sehat dan melibatkan
keaktifan anggota jemaat  dengan cara mengembangkan karunia-karunia rohani
anggota tubuh Kristus .

DINAMIKA PERTUMBUHAN GEREJA

  Berita Dari Allah Hamba Allah

ROH KUDUS

7
Gereja Allah

Roh Kudus memakai agen-agen, sarana-sarana dan alat-alat untuk menyelesikan


karya-karyaNya. Sekurang-kurangnya sebagian tindakan Allah ada dalam lingkup
alamiah dan kemanusiaan. Menurut George W.Peters dalam bukunya Teologi
Pertumbuhan Gereja mengatakan:” dua agen dari Roh Kudus sedang menyiapkan
ladang-ladang tuaian yang menguning, yaitu orang – orang dan Firman.” 4
Alat yang ketiga yang dipakai Allah untuk berkarya yaitu gereja Allah .
Ada hubungan realistis mistis antara Firman Allah yang dituliskan dengan tindakan-
tindakan Roh Kudus. Ini jelas dari fakta bahwa pengaruh-pengaruh yang sama
dinyatakan berasal dari Roh Kudus dan dari Firman Allah: tentang kelahiran baru,
tentang pengudusan dll.

Perjanjian Baru jelas menyiratkan bahwa Roh Kusus mempunyai hubungan khusus
dengan Hamba Allah( Kis 8:5-25, Efesus 4:11). Perjanjian Baru juga mengajarkan
bahwa Roh Kudus secara khusus terkait dengan gereja Allah yaitu baitNYa,
kediamanNya, melalui mana Dia bekerja(Ef 2:21-22).

Lebih lanjut GeorgeW.Peters, mengatakan bahwa Dimensi Pertumbuhan gereja


mencakup tujuh dimensi anatar lain
1. Ibadah kepada Allah
2. Pelayanan ditengah-tengah Persekutuan
3. Konseptualisasi Alkitab
4. Penginjilan kepada Kelompok Masyarakat
5. Mengakumodasikan tuntutan(kebutuhan masyarakat)
6. Memperkenalkan gaya hidup kristiani kepada masyarakat
5
7. Proklamasi Injil kepada seluruh dunia”

Salah satu contoh gereja yang bertumbuh adalah Gereja Saddlebback Valley
Community Church, diakui sebagai gereja yang bertumbuh paling cepat dalam
sejarah Amerika. Rata-rata 10.000 orang hadir setiap minggu di kampus yang indah

4
George W.Peter, Teologi Pertumbuhan Gereja , (Malang: Yayasan Gandum Mas), halaman 111.
5
Ibid, 27.
8
seluas 34 ha. Gereja Saddleback sebuah “gereja besar” namun gereja ini
bertumbuh tanpa mengabaikan misi atau doktrin Alkitab.
Kita dapat membandingkan dengan pendapat Rick Warren tentang lima dimensi
pertumbuhan gereja:
1. Gereja bertumbuh akrab melalui persekutuan
2. Gereja bertambah sungguh-sunguh melalui pemuridan
3. Gereja bertambah kuat melalui ibadah
4. Gereja bertambah besar melalui pelayanan
6
5. Gereja bertambah luas melalui penginjilan . “

Yang paling penting dan merupakan ciri dari gereja bertumbuh adalah selalu
mengedepankan visi dan misinya dalam pelayanannya. “Gereja yang bertumbuh
visinya selalu di depan sebagai driven atau menggerakkan dan kemudian diikuti
dengan relationship atau hubungan, diikuti oleh program dan kemudian
management yang baik, yang semuanya saling mengikuti dan berjalan guna
mendukung visi dan misi gereja,”kata Pdt. Victor Liu, seorang dosen STII
Yogyakarta

Gereja yang bertumbuh adalah gereja yang memiliki TUJUAN. Banyak gereja lebih
terdorong kepada yang bukan tujuan sesungguhnya :

1. Gereja yang didorong oleh tradisi: kami selalu melakukannya begini terikat
peraturan, ketetapan, tata cara ibadah
2. Gereja yang didorong oleh kepribadian: Apakah yang diinginkan pemimpin?
3. Gereja yang didorong oleh keuangan: Berapa biaya yang dibutuhkan
4. Gereja yang didorong oleh Program: Semua energi difokuskan untuk
mempertahankan dan menyokong program-program gereja
5. Gereja yang didorong oleh gedung
6. Gereja yang didorong oleh peristiwa-peristiwa: Terpaku pada kalender gereja
7. Gereja terdorong oleh orang yang tidak bergereja

Menjadi gereja yang sehat, kuat dan bertumbuh, maka pertama kali yang harus
diletakkan adalah dasar yang kokoh( Tujuan). Karena dengan adanya tujuan Maka:
6
Op.Cit. Rick Warren, 55
9
1. Tujuan yang jelas membangun semangat juang
2. Tujuan yang jelas mengurangi frustasi
3. Tujuan yang jelas membolehkan konsentrasi
4. Tujuan yang jelas menarik kerjasama
5. Tujuan yang jelas membangun evalussi

Lima tujuan gereja menurut Rick Warren:


Gereja yang didorong oleh tujuan bertekad untuk memenuhi kelima tugas yang
ditetapkan Kristus dan yang harus dilaksanakan oleh geejaNYa:
Tujauan I: Kasihilah Tuhan dengan segenap hatimu: Penyembahan kepada
Allah
Tujuan Ke 2: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri: Pelayanan
Tujuan ke 3: Pergi dan jadikan murid: Penginjilan
Tujaun ke 4: Baptislah mereka: Persekutuan(penyatuan dengan tubuh Kristus)
Tujuan ke 5: Ajarlah mereka untuk taat: Proses Pemuridan

Dengan kata lain Tujuan sebuah gereja seharusnyalah : “Untuk membawa orang –
orang kepada Tuhan Yesus dan menjadikan mereka anggota dalam keluargaNya,
dengan membina mereka untuk mencapai kedewasaan seperti Kristus, dan
memperlengkap mereka bagi pelayanan dalam gereja serta melaksanakan misi di
7
dunia agar memuliakan nama Allah.”

Jadi, seharusnyalah gereja jangan memusatkan perhatian pada pertumbuhan gereja


dengan berbagai program, pusatkan perhatian dengan menumbuhkan orang-orang
dengan suatu proses.

Prinsip Pertumbuhan Gereja menurut Alkitab (Kisah Para Rasul)

Prinsip-prinsip pertumbuhan gereja harus kembali kepada Alkitab, seperti apa yang
dijelaskan dalam kitab Kisah Para Rasul: Cara-cara pertumbuhan gereja
menurut Alkitab adalah berdoa, berkhotbah, pengajaran, pemuridan,
pertolongan Roh Kudus, dan lain-lain. Bahkan cara-cara Alkitab itu tidak

7
Op.Cit.Rick Warren, 113.
10
menjamin pertumbuhan gereja, karena Allah telah membuat setiap manusia menjadi
agen moral yang bebas. Ia bisa memilih bertobat atau tidak. Dapat dikatakan,
bahkan Yesus gagal membuat pertumbuhan gereja di waktu tertentu ketika kota-
kota yang dikunjungiNya tidak bertobat.
Dengan kata lain, kita perlu mempraktekkan cara-cara Alkitabiah untuk membangun
gereja. Cara lain apapun hanya buang-buang waktu, dan wujud pekerjaan itu berupa
kayu, rumput kering atau jerami yang sekali kelak akan dibakar api dan tidak akan
mendapat upah (lihat 1 Korintus 3:12-15).
Akhirnya, tujuannya bukan hanya pertambahan jumlah jemaat, tetapi juga
pemuridan. Bila gereja bertumbuh di saat kita melakukan pemuridan, pujilah nama
Tuhan!

a. Doa
Pendiri dan Gembala Senior emeritus Yonggi Cho mengajarkan bahwa kuasa doa
membuat hubungan gereja dengan Roh Kudus menjadi hidup dan dinamis. Anggota
gereja mereka bukan hanya berdoa dengan suara keras dan sungguh-sungguh
dalam ibadah-ibadah doa, tetapi mereka juga mengunjungi bukit doa untuk berdoa
serta berpuasa. Dr. Cho mengajar jemaatnya kuasa doa sehingga hal tersebut
membuat penginjilan serta pemberitaan Injil menjadi lebih mudah, yang pada
akhirnya membuat jemaat lebih suka lagi untuk berdoa. Dalam Kisah Para Rasul
memulai pelayanan Para Rasul berdoa (Kis 1), jemaat mula-mula bertekun dalam
doa ( Kis 2:42).  "Saudara-saudara, doakanlah kami !" (1Tes.5:25). Rasul Paulus
mengulangi hal yang sama dalam suratnya yang kedua kepada jemaat
Tesalonika :"Selanjutnya, saudara2, berdoalah untuk kami, supaya Firman Tuhan
beroleh kemajuan dan dimuliakan, sama seperti yang telah terjadi diantara kamu" (2
Tes.3:1). Rasul Paulus begitu yakin bahwa hanya melalui doalah ia
menerima kekuatan dan pelayanan dan dalam menghadapi segala tantangan
pelayanan. Ia menganjurkan doa sebagai rahasia untuk pertumbuhan gereja2 yang
ia lahirkan melalui pemberitaan Injil. Kepada jemaat di Roma (Rm.15:30), kepada
jemaat di Efesus (Ef.6:18) dan kepada jemaat di Kolose (Kol.4:3). Rasul Paulus
seperti juga rasul2 yang lain menyadari pentingnya kuasa doa (Yak.5:16). Tuhan
Yesus mengatakan bahwa rimahNya akan disebut rumah doa (Mat.21:13). Program

11
yang baik tidak akan berbuat banyak tanpa doa. Gereja yang menganggap enteng
kuasa doa, tidak bertumbuh.

b. Sistem Cell Group/Kelompok Sel


Mengapa dinamakan sel?
Sebelum kita melanjutkan pembahasan mengenai tujuan pelayanan sel, kita perlu
secara objektif menilai mengapa kita harus melakukan strategi kelompok sel.
Bukankah strategi yang ada sudah cukup? Ini perlu, agar kita terhindar dari mental
ikut-ikutan dalam melakukan pekerjaan Tuhan. Dengan pemahaman yang benar,
kita memiliki dasar keyakinan yang kuat dari Firman Allah dalam semua pelayanan.

Kelompok sel dibutuhkan semata-mata untuk mencapai tujuan Allah melalui gereja-
Nya, sebagaimana yang disebut dalam Kolose 1:28 dan Efesus 4:13. Ada banyak
strategi yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan ini, antara lain:

1. Strategi 1-100: (Matius 5,6,7; Kisah Para Rasul 2:14-47). Strategi dengan
komunikasi satu arah biasa digunakan dalam khotbah Minggu pagi atau ibadah
raya. Strategi ini yang paling umum digunakan oleh gereja-gereja tradisional,
dimana dalam semua jenis ibadah, satu orang berbicara dan yang lain hanya
mendengarkan. Strategi ini baik digunakan untuk penyembahan bersama,
penyampaian informasi secara meluas dan bersifat umum. Kelemahannya ialah
tidak mungkin berlangsung komunikasi dua arah yang memungkinkan peran
serta aktif semua anggota yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar
mengajar. Itulah sebabnya, tujuan pendewasaan pribadi setiap anggota sangat
sulit dan tidak mungkin tercapai secara efektif.

2. Strategi 1-10: Kelompok Kecil (Matius 4:18-22). Strategi ini dibutuhkan dan
merupakan inti dari konsep sel yang efektif. Hanya, sayangnya dalam praktiknya
belum mengikuti pola yang Yesus pergunakan pada para murid-Nya, dimana Ia
mengajar, melatih, mengutus, dan mempersiapkan mereka sebagai pemimpin
untuk meneruskan tugas-Nya, setelah Ia kembali ke surga. Strategi ini dilakukan
oleh banyak gereja, tetapi hanya sebagai variasi metode di antara semua
kegiatan yang diprogramkan. Akibatnya, pola ini tidak menemukan esensinya
sebagai sekolah mini, pusat pemuridan, dan dapur pemimpin yang efektif yang
memiliki karakter Kristen sesuai dengan citra Kristus. Melalui strategi ini, setiap
anggota ditolong mengenal karunianya masing-masing, sehingga dapat melayani
secara lebih baik.

3. Strategi 1-1: Pengemban Amanat Agung. Yang dimaksud dengan strategi ini
ialah setiap orang yang telah terlatih dengan baik, akan mampu menjadi
pengemban Amanat Agung Kristus secara bertanggung jawab. Ini sangat
dimungkinkan, sebab ia telah memiliki karakter Kristen yang berdasarkan atas
12
kebenaran dan terus bertumbuh dalam pimpinan Roh Kudus. Bila setiap orang
percaya sudah berada pada tingkatan rohani seperti yang diuraikan dalam
Kolose 1:28 di atas, maka gereja akan mengalami pemulihan dan penuaian
besar menjelang akhir zaman dan dipersiapkan sebagai mempelai perempuan
yang tidak bercacat menyongsong kedatangan Kristus yang kedua kalinya.

Perlu ditekankan bahwa strategi 1-1 tidak mungkin tercapai tanpa strategi 1-10
(kelompok sel). Dengan demikian, terjawablah pertanyaan, "Mengapa kita
membutuhkan strategi pelayanan dalam pola kelompok sel?" dan itu bukan sekedar
sebuah konsep biologis secara terminologis belaka, dan bukan ikut-ikutan,
melainkan memiliki pemahaman teologis yang benar.

Sebaiknya, setiap gereja lokal dan mitranya mendoakannya dengan sungguh-


sungguh dan siap menginvestasikan semua daya dan dana untuk menerapkan
konsep ini demi pelebaran Kerajaan Allah dan mendatangkan kemuliaan bagi nama-
Nya, serta menjadi berkat secara meluas.

Tujuan-tujuan Utama Kelompok Sel


Berdasarkan pemahaman strategis di atas, muncul beberapa tujuan strategi kunci
ini, yang sekaligus merupakan keunggulan sel.

1. Saling memperhatikan.
Hal yang paling sulit dialami dalam ibadah raya ialah saling mempedulikan.
Dalam sel yang sehat, Kristus bekerja memberkati setiap anggota, sehingga
setiap orang menerima dan memiliki hidup Kristus, saling mengasihi dengan
kasih Kristus, saling menolong, dan saling membantu (Efesus 4:1-6). Di dalam
kelompok sel yang sehat, Kristus memerintah, Roh Kudus bekerja, kasih-Nya
mengalir dan dialami oleh setiap orang. Dalam kelompok sel yang sehat, Allah
bekerja, sehingga kesatuan sejati dan kesehatian yang tulus (Kisah Para Rasul
3:32a) terwujud tanpa kemunafikan. Inilah yang menunjang pertumbuhan rohani
setiap anggota, saling menguatkan untuk membawa kasih itu kepada orang lain.

2. Penjangkauan keluar.
Pertumbuhan rohani yang sehat tidak dapat dipisahkan dari upaya untuk
mengasihi yang terhilang dalam dosa. Sebaliknya, kasih Kristus yang dialami
dalam kelompok sel adalah dorongan kuat untuk menjangkau jiwa bagi Tuhan.
Tugas ini dapat dikerjakan oleh setiap orang, tetapi akan lebih efektif bila
dilaksanakan dalam kelompok sel. Dalam kelompok sel setiap orang didoakan,
disiapkan, dan dilatih untuk diutus keluar menjangkau orang yang belum percaya
bagi Allah sebagai bukti pekerjaan Kristus dalam hidupnya. Di sisi lain, orang
yang dimenangkan itu, bila dibawa ke dalam kelompok yang tidak saling
mengasihi, akan sangat sulit, bahkan merusak kesaksian Kristiani. Orang Kristen
baru itu tidak merasakan kasih Kristus, dan tidak menemukan hal yang berbeda

13
dengan keadaan di dunia sekuler, bila orang dalam persekutuan Kristen tidak
saling mengasihi. Akibatnya, ia sulit bertahan hidup dalam kelompok seperti itu
dan mencari kelompok lain yang dapat menolong pertumbuhan imannya. Hal ini
tidak dapat ditemukan dalam penginjilan secara pribadi (Pengkhotbah 4:9-12,
Matius 16:19-20).

3. Mengembangkan karunia rohani.


Berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, setiap orang yang sudah bertobat,
menerima Kristus dan dilahirkan kembali, memiliki Roh Kudus (Efesus 1:13-14).
Roh Kudus itulah yang membagikan karunia bagi setiap orang percaya (Kisah
Para Rasul 2:38; 1Korintus 12:4-13). Bila kita jujur, banyak orang percaya hidup
bertahun- tahun, tanpa mengetahui dengan jelas karunia apa yang dimilikinya,
walaupun telah bertobat. Itulah sebabnya, ia tidak bertumbuh secara sehat dan
kurang giat dalam pekerjaan Tuhan. Tentu ada banyak alasan, tetapi salah
satunya yang penting ialah orang itu tidak berada dalam satu kelompok kecil
yang dapat saling memperhatikan atau saling mendoakan dan saling mendorong
dalam pertumbuhan. Hal ini tidak mungkin dikerjakan dalam ibadah raya, sebab
perlu pengajaran dalam proses pemuridan yang teratur. Dan terjadilah hal yang
sangat disayangkan, yaitu tidak semua orang percaya diberdayakan bagi
kemajuan gereja Tuhan.

4. Mempersiapkan gereja di masa sulit.


Bila orang tidak diajarkan secara sistematis dan tidak dilatih untuk melayani
menurut karunianya, imannya mudah goyah. Itulah sebabnya, bila datang
tantangan iman, mereka mudah menjadi lemah dan berbalik kepada
kepercayaan yang sia-sia. Kelompok sel bukan hanya mempersiapkan orang
Kristen agar hidup dalam anugerah Allah, tetapi juga menolong orang Kristen
agar dapat bertahan terus di masa-masa sulit sebab tidak bergantung pada
gedung tertentu. Kelompok sel dapat berlangsung di mana-mana, di rumah
anggota atau di ruangan yang sederhana, itulah salah satu cirinya yang dinamis.
FILSAFAT DASAR PELAYANAN SEL
Banyak orang mudah lemah dalam pelayanan, bukan hanya mereka belum memiliki
visi yang jelas, tetapi juga karena tidak memiliki filsafat pelayanan yang merupakan
dorongan yang menggairahkan militansi dalam melayani.

Ada lima prinsip utama yang merupakan filsafat dan kekuatan kelompok sel.

1. Sel adalah "gaya hidup", bukan metode. Orang hanya dapat menjadi anggota
sel yang sehat, bila telah menerima hidup Yesus dalam bimbingan secara
pribadi. Bila seseorang belum bertobat dan memiliki hidup Yesus, maka semua
kegiatan menjadi suatu program kosong, bagaimana pun direkayasa. Firman
Tuhan hanya akan menjadi kerinduan bagi orang yang telah memiliki hidup
Yesus (1Petrus 2:2). Selain itu, orang itu tidak akan memahami firman sebagai
14
perkara rohani (1Korintus 2:14). Hanya, bila seseorang telah memiliki hidup
Yesus, maka ia akan terus bertumbuh dan akan mengalami perubahan nilai
hidup (2Korintus 5:17). Dengan demikian, filsafat pertama yang harus dipahami
ialah bahwa dalam sel, setiap orang harus mengalami perubahan nilai dari waktu
ke waktu oleh pekerjaan Roh Kudus dan Firman Allah (2Timotius 3:16-17).
Dengan demikian, Firman Allah menjadi kesukaannya, dan sel atau kelompok
yang bertumbuh dalam kebenaran akan menjadi gaya hidupnya.

2. Pemuridan yang sesungguhnya terjadi terus-menerus. Dalam pola tradisional,


sering kita temukan istilah "program latihan pemuridan". Ungkapan ini tidak
salah, hanya saja proses pemuridan tidak tergantung pada satu program saja.
Pemuridan adalah suatu proses yang berlangsung terus-menerus (Yohanes
15:1-8). Ranting tidak dapat berbuah bila tidak tinggal tetap atau terus-menerus
menerima aliran kekuatan dari pokoknya. Di dalam sel yang terbina dengan baik,
setiap anggota akan terus- menerus mengalami perubahan dan proses
pembinaan dan terus ditambah dari hari ke hari, sehingga menjadi murid yang
memuliakan Tuhan.

3. Sel adalah sarana mobilisasi jemaat seutuhnya. Proses pemuridan yang


sehat pasti mendorong setiap orang keluar untuk memberitakan Injil kepada
dunia yang berdosa. Semakin dekat hubungan seseorang dengan Allah dan
terus bertumbuh dalam anugerah-Nya, semakin ia dikuatkan untuk bergerak
keluar dengan kasih dan kuasa Allah. Inilah wujud pertumbuhan alamiah yang
dikerjakan Roh Allah dalam setiap orang percaya (Zakharia 4:6). Dengan
demikian, bila gereja ingin memiliki kekuatan mobilisasi total, dimana setiap
orang bergerak bagi Kristus, sel harus dibina secara intensif.

4. Penginjilan dengan sistem jala, bukan pancing. Melalui sel, sistem


penjangkauan keluar bukan hanya harus sistematis dan terus-menerus, tetapi
juga dapat memungkinkan multiplikasi yang cepat. Filsafat dasar dari sel adalah
multiplikasi. Pertumbuhan karakter dari setiap anggota terwujud dalam
penjangkauan keluar yang terprogram yang menjadi gaya hidup sel.
Penjangkauan dalam oikos jauh lebih efektif dari penjangkauan oleh pribadi demi
pribadi. Bila setiap orang giat memberitakan Injil, maka setiap bulan, bahkan
mungkin setiap hari ada jiwa yang dimenangkan kepada Tuhan melalui sel itu.
Sistem penjangkauan ini dikuatkan dengan doa yang difokuskan pada sasaran
yang khusus. Selain itu, terjadi kerja sama yang aktif antara anggota dengan Roh
Kudus, sehingga kesaksian setiap anggota akan sangat berguna untuk
mendorong yang lain, sebab kuasa yang nyata dialami. Inilah kekuatan sel dalam
membawa orang datang dan percaya kepada Yesus.

5. Memberi tempat pada Roh Kudus untuk memakai setiap orang. Sistem yang
berlaku dalam sel ialah memberdayakan setiap orang agar dapat dipakai Tuhan.

15
Dengan demikian, setiap orang sadar bahwa ia sendiri tidak memiliki
kemampuan untuk membawa orang datang kepada Yesus, kecuali ia sungguh
berpegang pada Firman Allah dan bergantung pada kuasa Roh Kudus terus-
menerus. Jadi, semua orang bergerak bersama bagi Tuhan dan bukan
tergantung pada orang tertentu yang berkarunia hebat.

Kesimpulan
Dengan filsafat dasar ini, jelas bahwa prinsip ini sesuai dengan prinsip pertumbuhan
gereja yang sehat atau yang disebut sebagai pertumbuhan yang alamiah, yaitu
pertumbuhan yang dikerjakan oleh Allah sendiri.

Penjelasan Christian A. Schwarz bersama timnya yang mengadakan penelitian


terhadap 1000 gereja di lima benua di dunia, mengemukakan hasil penemuan
mereka dalam sebuah buku yang berjudul "Pertumbuhan Gereja yang Alamiah".
Dalam pasal satu, ia mengemukakan delapan karakteristik:

1. Kepemimpinan yang melakukan pemberdayaan


2. Pelayanan yang berorientasi pada karunia
3. Kerohanian yang haus dan penuh antusiasme
4. Struktur pelayanan yang tepat guna
5. Ibadah yang membangkitkan inspirasi
6. Kelompok kecil yang menjawab kebutuhan secara menyeluruh
7. Penginjilan yang berorientasi pada kebutuhan
8. Hubungan yang penuh kasih
Dalam analisisnya terhadap setiap karakter tersebut, didapati bahwa kelima unsur
filsafat di atas sejalan dengan karakter yang dikemukakan oleh Schwarz.
Sebagai Contoh: Hal terpenting dalam faktor pertumbuhan gereja Yoido Full Gospel
adalah aspek yang paling terkenal dari gereja ini : sel grup - dimana gereja tidak
berpusat pada pendeta & staff sepenuh waktu tetapi pada para pemimpin awam dan
sel-sel grup. Dengan berfokus pada kehidupan sehari-hari angotanya, Dr. Cho
memberdayakan anggotanya untuk menjadi pelayan yang melayani anggota
keluarga mereka, tetangga dan rekan sekerja mereka. Karena melihat system sel
sebagai dasar gereja, maka semua departemen dan aktivitas dirancang untuk bisa
membuat system sel grup berjalan dengan lebih baik. Dengan begitu pertumbuhan
gereja tidak terbatas pada ukuran gedung gereja tetapi pertumbuhan gereja bisa
melampaui keempat dinding gereja. System sel grup ini juga memperkuat gereja
karena anggota jemaat bisa berkumpul di rumah-rumah seperti yang tertulis di
dalam Alkitab.

16
c. Penginjilan

Gereja memperoleh anggota-anggota baru melalui tiga macam cara. Pertumbuhan


gereja bisa terjadi secara biologis, melalui perpindahan anggota gereja maupun
karena pertobatan jiwa-jiwa baru. Pertumbuhan secara biologis terjadi dari anak-
anak dari keluarga-keluarga Kristen yang tumbuh menjadi dewasa, dilayani oleh
gereja, dibawa kepada Kristus dan dipersiapkan untuk menjadi anggota gereja yang
bertanggung jawab. Sebagian besar dari gereja-gereja di seluruh dunia tumbuh
dengan cara yang seperti ini. Pertumbuhan karena perpindahan anggota gereja
terjadi ketika orang-orang yang telah menjadi percaya meninggalkan keanggotaan
mereka pada suatu gereja dan beralih ke gereja lainnya. Pertumbuhan karena
pertobatan jiwa- jiwa baru merupakan hasil pemberitaan Injil kepada "orang-orang
yang belum masuk gereja" sehingga mereka dapat dibawa kepada Kristus dan
menjadi anggota gereja.

Penginjilan terutama berhubungan dengan perkembangan gereja karena pertobatan


jiwa-jiwa baru. Tetapi, penginjilan juga berhubungan dengan pertumbuhan gereja
secara biologis karena dalam arti yang sesungguhnya anak-anak dari orang-orang
yang telah percaya itu juga perlu diinjili. Ketiga macam pertumbuhan gereja ,
termasuk yang disebabkan perpindahan anggota gereja, sangat pentii pertumbuhan
suatu gereja. Misalnya, jika anggota-anggota suatu gereja berpindah dalam jumlah
besar, maka hal itu dibicarakan dalam pertumbuhan gereja. Pertumbuhan gereja
juga membahas hal-hal yang menyebabkan suatu gereja banyak menerima
pindahan dari gereja lain setiap tahunnya. Dalam hal ini, ruang lingkup pertumbuhan
gereja lebih luas dibandingkan dengan penginjilan.

Masalah-masalah yang dibahas dalam penginjilan tidak selalu berhubungan dengan


pertumbuhan gereja. Seperti yang segera kita lihat, ada beberapa definisi yang
sangat populer tentang penginjilan yang hanya sedikit atau bahkan sama sekali tidak
berhubungan dengan pertumbuhan gereja. Banyak penginjil profesional yang hanya
tertarik untuk membawa banyak jiwa kepada Kristus, tetapi mereka tidak begitu
mempersoalkan apakah nantinya orang-orang yang telah bertobat di bawah
pelayanan mereka itu menjadi anggota gereja atau tidak. Metode-metode penginjilan
yang khusus lebih banyak dibicarakan secara terinci dalam bidang penginjilan

17
dibandingkan dengan pertumbuhan gereja. Sehubungan dengan hal-hal di atas,
ruang lingkup penginjilan lebih luas daripada pertumbuhan gereja.

Perlambang yang populer tentang penginjilan dan pertumbuhan gereja menunjukkan


kesamaan-kesamaan penting yang terdapat di antara keduanya.

PENGINJILAN dapat diklasifikasikan sebagai:

E-0 atau penginjilan nol


Proses membimbing orang-orang yang telah menjadi anggota gereja kepada suatu
penyerahan hidup kepada Yesus Kristus. Sewaktu hal ini terjadi, jumlah
keanggotaan gereja tidaklah bertambah, melainkan kualitasnya yang meningkat.

E-1 atau penginjilan satu


Membawa orang-orang dari kelompok budaya yang sama kepada Kristus. Untuk
dapat melakukan hal ini saudara tidak perlu mempelajari suatu bahasa asing atau
membiasakan diri dengan makanan yang asing ataupun mengadaptasi adat istiadat
yang baru.

E-2 atau penginjilan dua dan E-3 atau penginjilan tiga


Keduanya menunjuk kepada penginjilan antarbudaya. Untuk melakukan hal ini,
saudara harus melayani orang-orang dalam budaya yang berbeda dengan budaya
saudara sendiri. E-2 adalah penginjilan yang ditujukan kepada orang-orang yang
budayanya serupa dengan budaya saudara, seperti misalnya seorang Indonesia
menginjili orang-orang Malaysia. Dalam E-3, budaya orang-orang yang saudara injili
berbeda cukup jauh dengan budaya saudara. Contohnya ialah jika saudara (seorang
Indonesia) menginjili orang-orang Jepang.

PERKEMBANGAN GEREJA dapat diklasifikasikan sebagai:

Perkembangan Internal
Yang dimaksud adalah peningkatan kualitas suatu gereja. Orang Kristen dapat
bertumbuh dalam penyembahan, pemahaman Firman Allah, kasih terhadap satu
sama lain, buah Roh, kehidupan doa dan dalam hal-hal lainnya. E-0 termasuk dalam
perkembangan internal, karena kualitas gereja akan meningkat jika anggota-anggota
gereja yang belum bertobat dilahirkan kembali.

Perkembangan Ekspansi

18
Gereja melakukan perkembangan ekspansi dengan memperluas jangkauan
pelayanan ke luar dan membawa orang-orang baru dari luar ke dalam persekutuan
dengan gereja, baik kedatangan mereka itu dikarenakan pertobatan ataupun karena
berpindah gereja. Karena anggota-anggota baru dalam gereja itu berasal dari
budaya yang sama, maka perekembangan ekspansi itu termasuk dalam E-1.

Perkembangan Ekstensi
Perkembangan ekstensi mempunyai arti yang sama dengan pembukaan atau
perintisan gereja. Orang-orang yang baru bertobat itu dikumpulkan dalam jemaat-
jemaat yang baru. Perkembangan ekstensi juga termasuk dalam E-1 karena tidak
ada perbedaan budaya antara penginjil dan orang-orang yang diinjili.

Perkembangan Antarbudaya
Perkembangan antara budaya juga mengacu pada pembukaan gereja-gereja baru,
tetapi dalam hal ini gereja-gereja itu berada dalam budaya yang berbeda. Baik E-2
maupun E-3 termasuk dalam kategori ini, bergantung dari jauhnya perbedaan
budaya antara si penginjil dengan orang-orang yang diinjilinya.

“Karena adanya kesamaan-kesamaan ini, penginjilan haruslah ditangani secara


sangat serius dalam merencanakan strategi perkembangan gereja.” 8

d. Pemuridan

Kata Yunani untuk murid adalah mathetes, dipergunakan 269 kali dalam kitab-kitab
Injil dan Kisah Para Rasul. Kata itu berarti orang "yang diajar" atau "dilatih". Mereka
bukan hanya seorang murid, tetapi seorang pengikut; mereka mencerminkan
sebagai tiruan sang guru.

Pemuridan adalah proses pendewasaan rohani, seseorang yang baru "lahir baru",
sehingga tercapai: Pengetahuan yang benar tentang Anak Allah (Kolose 3:10)

 Menjadi seperti Kristus dalam karakter (2 Korintus 3:18; Filipi 2:5)


 Cakap dalam melayani (2 Timotius 2:2)

8
Op.Cit. C.Peter Wegner, 101.
19
Menjadi Kristen tanpa pernah menjadi murid, akan membuatnya hanya sebagai
"bayi-bayi rohani". Seorang bayi hanya mengkonsumsi susu, demikian juga bayi
rohani. Mereka tidak dapat mengkonsumsi makanan keras. "Tetapi makanan keras
adalah untuk orang-orang dewasa" (Ibrani 5:11-14; 1 Korintus 3:2). Bahkan banyak
terjadi orang yang baru saja menerima Tuhan Yesus meninggalkan imannya dari
Tuhan. Hal itu terjadi karena yang bersangkutan tidak segera dimuridkan.

Pemuridan itu merupakan hal yang penting untuk dilakukan bukan hanya karena
alasan-alasan di atas, tetapi lebih dari itu, karena pemuridan merupakan Amanat
Agung Tuhan Yesus sebelum Ia naik ke surga; "Karena itu pergilah, jadikanlah
semua bangsa murid-Ku..." (Matius 28:19). Mengakui Kristus sebagai Tuhan, berarti
mengakui bahwa perintah-Nya mutlak untuk dilakukan.

Contoh pemuridan dalam Alkitab menggunakan berapa prinsip:

Prinsip Pemilihan
Orang-orang yang dipilih oleh Yesus adalah orang-orang biasa--penjala ikan,
pemungut cukai, dan lain sebagainya. Pada saat sebelum Ia memilih orang-orang
yang akan Ia latih, Ia berdoa sepanjang malam (Lukas 6:12,13).

Ini adalah segi yang penting dalam pemilihan. Ia tidak terburu- buru menangkap
orang pertama yang menunjukkan minat. Bagi-Nya keputusan ini merupakan
keputusan yang sangat penting yang akan berakibat langgeng. Sejauh mana
jangkauannya? Secara manusiawi kita tidak akan dapat menerkanya, tetapi inilah
yang kita ketahui. Hasil daripada pelayanan Yesus masih terasa dan bahkan terus
berlangsung hingga saat ini dan dengan Anugerah Allah akan terus berlangsung
melalui hidup kita bagi ribuan orang ditahun-tahun mendatang.

Mengapa Yesus memilih orang-orang dengan kecenderungan kemanusiaannya dan


kelemahannya? Misalkan ia hanya memilih orang yang terpelajar, berada dan
pandai, yang tidak pernah merasa takut atau ragu-ragu; orang yang tidak pernah
berbuat salah atau mengatakan sesuatu yang tak mengenal kelemahan, nafsu,
persoalan, dan dosa kita semuanya. Bagaimana pengaruhnya terhadap kita? Kita
tidak dapat menyamakan diri dengan orang semacam itu. Mungkin kita akan dicobai
untuk berputus asa, berbalik, dan meneruskan jalan kita yang biasa lagi.

20
Bukan saja bahwa mereka itu adalah orang-orang biasa, mereka adalah orang-
orang yang mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Mereka tidak sama satu
dengan yang lainnya. Mereka tidak merupakan fotocopy satu dengan yang lainnya.
Sebagai contoh, Simon orang Zelot membenci orang Romawi yang menguasai
Palestina, sedang Matius adalah pemungut cukai yang bekerja bagi mereka.

Pelajaran apakah yang kita dapat daripadanya? Manfaat apakah yang dapat kita
ambil bagi kehidupan kita? Sudah pasti ada satu pelajaran. Kalau kita ingin
menjadikan orang murid Yesus, jangan kita hanya memilih mereka yang sama
dengan kita dalam perangi dan kepribadian. Juga kita tidak hanya memilih mereka
yang kita sukai dan tingkah lakunya yang cocok dengan kita dalam standar yang
dapat kita terima. Baik sekali jika dalam team kita ada orang yang kasar dan juga
yang terpelajar dan yang tenang.

Prinsip Hubungan Akrab


Untuk tujuan apakah Yesus memilih duabelas rasul? Ia menetapkan duabelas orang
untuk menyertai Dia dan untuk diutusNya memberitakan Injil (Markus 3:14).

Yesus memilih orang-orang ini untuk menyertai Dia. Ini bukanlah buah pikiran yang
revolusioner pada zamanNya, sebab ada beberapa kasus dalam Perjanjian Lama di
mana orang-orang dilatih untuk pekerjaan Allah dengan menjalin hubungan akrab
dengan hamba-hamba Allah.

Allah menyuruh Elia memilih Elisa untuk menolongnya dan meneruskan


pekerjaannya setelah ia tiada. Elia tidak menemukan Elisa sedang belajar dan
bermeditasi di sekolah nabi-nabi, tetapi di lapangan sedang bekerja (1Raja 19:15-
16,19). Para murid juga dipanggil dari pekerjaan sehari-hari mereka untuk pergi
bersama-sama Yesus (Mat 4:18-22; 9:9).

Elia tidak memohon Elisa untuk pergi dengannya atau menggunakan jabatan
kenabiannya untuk memaksa dia ke dalam pelayanan. Setiap orang harus
memperhitungkan untung dan ruginya dan masuk ke dalam latihan pemuridan
dengan rela. Sebetulnya, dari catatan pembicaraan mereka, Elia tidak keberatan jika
Elisa tidak jadi mengikut dia. Jika ia mau bekerja sama dengan Elia ia harus belajar
darinya dengan sukarela (1Raja 19:19-21).

21
Hubungan Musa dengan Yosua merupakan gambaran yang lain mengenai
hubungan pekerjaan dan muridnya. Allah memberikan Yosua kepada Musa sebagai
jawaban doa Musa. Salah satu hal yang pertama-tama dilakukan oleh Musa adalah
untuk memberikan sebagai kewibawaannya kepada Yosua (Bil 27:15-20). Hal itu
merupakan segi yang penting. Saya pernah berbicara dengan orang-orang yang
takut melatih orang lain sebagai pemimpin rohani dalam sidang sebab kuatir
kehilangan kesetiaan atau penghargaan dari orang-orang di sidang itu. Pemimpin-
pemimpin semacam itu senang menjadi pusat perhatian. Mereka senang karena
orang-orang itu bersandar kepada mereka dan hanya mereka. Musa membagikan
kekuasaannya kepada Yosua.

Pada waktu ia menulis surat yang terakhir kepada Timotius, Paulus


mengingatkannya akan sebagian yang telah ia ajarkan. Tetapi engkau telah
mengikuti ajaranku, cara hidupku, pendirianku, imanku, kesabaranku, kasihku dan
ketekunanku (2Timotius 3:10).

Dalam pelayanan pemuridan hubungan akrab adalah unsur yang menguatkan,


sebahkan mengubah hidup murid. Hampir tidak dapat dipercaya jika kita melihat
perubahan yang terjadi dalam kehidupan keduabelas murid itu. Kejadian itu
merupakan mujizat yang terbesar di dalam Firman Tuhan. Kita perhatikan mereka
pergi dari kalangan sederhana di Galilea kepada pusat kalangan atas di Yerusalem.
Di situ mereka mampu mempertahankan keyakinannya dihadapan Mahkamah
Agama Yahudi, yaitu dewan kekuasaan yang tertinggi di Yerusalem. Kenyataan itu
sangat mentakjubkan.

Prinsip Pembinaan
Di samping menjalin hubungan akrab dengan murid-muridNya dalam pelayanan
sehari-hari, Yesus juga meluangkan waktu yang khusus untuk membina mereka.

Mereka tahu bahwa hal itu akan seringan berpiknik. Yesus mempersiapkan mereka
untuk menghadapi perlawanan, bahkan penolakan (Matius 10:16-18; Markus 6:11).

esus memberitahu murid-muridNya, Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah
yang memilih kamu. Dan aku telah menetapkan kamu supaya kamu pergi dan
menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada
Bapa dalam namaKu, diberikanNya kepadamu (Yohanes 15:16).

22
Ia melatih langsung di medan pertempuran. Sewaktu-waktu Ia membawa orang-
orangNya menyepi untuk waktu yang khusus bersama-sama, tetapi kebanyakan
latihanNya diberikan langsung di lapangan. Mereka melayani bersama-sama dengan
Dia.

Yesus selalu dapat dicari oleh murid-muridNya. Firman kekal itu menjelma supaya
dapat didengar, dilihat, dan disentuh. Mereka dekat kepadaNya. Mereka dipilih untuk
bersama-sama dengan Dia, tetapi bagi tujuan yang agung yaitu mempersiapkan
mereka bagi pelayanan. Ia merancanglkan latihanNya sedemikian sehingga hidup
mereka harus menghasilkan buah kekal. Ia tidak menyiapkan mereka untuk
kehidupan persekutuan yang tertutup, maka Ia tidak mempersiapkan mereka dalam
persekutuan yang menyendiri.

Prinsip Komitmen

Pemuridan memerlukan komitmen dari pemimpin dan murid. Komitmen bagi


pemimpin berarti memprioritaskan jam pemuridan di atas kesibukan yang lain. Ini
artinya mengorbankan waktu luang dan bahkan terkadang pelayanan lain. Waktu
penulis dimuridkan, karena kesibukan kuliah, kami hanya bisa PA hari sabtu.
Pemimpin kami waktu itu baru lulus dan sedang mencari pekerjaan. Dia berdoa
meminta kepada Tuhan agar diberi pekerjaan yang libur pada hari Sabtu. Beberapa
kali interview ternyata perusahaan tempat pemimpin kami melamar bekerja di hari
Sabtu, karena itu sekalipun diterima, pemimpin kami menolak mengambil pekerjaan
tersebut. Dia berkomitmen hari Sabtu adalah waktu untuk kami PA dan akhirnya
Tuhan menjawab doanya dengan pekerjaan yang baik dari perusahaan yang lebih
bonafide dan libur pada hari Sabtu.

Komitmen juga berarti menuntaskan pemuridan sampai selesai. Dalam siklus


pemuridan di kampus, kelompok pemuridan berlangsung selama kurang lebih 2
tahun. Pernah ada seorang pemimpin kelompok pemuridan di Bandung yang
walaupun sudah pindah ke kota Jakarta, tetap pulang pergi setiap weekend ke
Bandung untuk melanjutkan kelompok pemuridannya yang sudah berusia 1 tahun
sampai selesai di tahun kedua.

23
Komitmen pemimpin akan menjadi teladan yang dapat ditiru oleh para murid. Hal itu
dapat menumbuhkan komitmen yang serupa di hati mereka.

Prinsip Waktu

Pemuridan memerlukan waktu. Ia perlu kesabaran dan kesetiaan seseorang dalam


memelihara dan memupuk kerohanian para murid. Tidak ada kedewasaan rohani
instant. Tidak mungkin seseorang bisa mencapai kedewasaan rohani hanya dalam
waktu hitungan minggu atau bulan. Memang kalau kedewasaan rohani hanya diukur
dari pengetahuan Alkitab saja tentu bisa saja dalam beberapa bulan seseorang
menguasainya. Namun perubahan pola pikir dan karakter yang merupakan bagian
dari kedewasaan rohani memerlukan waktu. Maka dari itu, untuk pelayanan
pemuridan pemuda disarankan dilakukan tidak kurang dari 2 tahun.

4. Disiplin Rohani

Pemuda perlu dididik sejak awal mengenai disiplin rohani. “Latihan badani terbatas
gunanya, tetapi ibadah itu berguna dalam segala hal, karena mengandung janji, baik
untuk hidup ini maupun untuk hidup yang akan datang.” (I Timotius 4:8). Disiplin
rohani akan menjadi bekal yang sangat berguna bagi para pemuda saat
menghadapi berbagai tantangan dan masalah saat ini ataupun saat mereka dewasa
kelak. Menghapal ayat, bersaat teduh setiap pagi, dan mengerjakan tugas-tugas
pemuridan adalah contoh penerapan disiplin rohani yang baik bagi para murid.
Tentunya penerapan disiplin rohani ini memerlukan suatu pertanggungan jawab.
Saling memeriksa catatan saat teduh atau saling memeriksa ayat hapalan
merupakan alat yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Prinsip Pemahaman Alkitab yang Berbobot

II Timotius 3:16 berkata, “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat
untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan
untuk mendidik orang dalam kebenaran.” Walaupun suatu kelompok pemuridan
dapat berupa kelompok Care Group atau Cell Group pada mulanya, namun karena
tujuan terakhir dari kelompok ini adalah suatu kedewasaan rohani, tidaklah mungkin
kedewasaan rohani dicapai tanpa melalui pemahaman Alkitab yang benar dan
kokoh. Kelompok kecil yang berfokus kepada sharing pribadi memang akan
memberikan keakraban dan persekutuan yang indah dalam kelompok tersebut,
24
namun tidak memberikan suatu tanggung jawab yang membawa kepada perubahan
hidup dari orang-orang yang terlibat di dalam kelompok tersebut. Selain itu, tanpa
pemahaman Firman Tuhan yang benar, maka segala pengalaman rohani kita akan
mudah sekali ditafsirkan secara keliru.

Firman Tuhan memang merupakan fondasi yang kokoh dari pertumbuhan iman
seseorang. Maka tidak berlebihan apabila dikatakan bahwa fokus dari pemuridan
tetaplah merupakan pemahaman Alkitab yang berkualitas.

Prinsip Sharing Life

Seorang yang baru bertumbuh dalam Kristus membutuhkan teladan yang baik dari
orang-orang Kristen lain yang sudah dewasa. Mereka membutuhkan contoh yang
dapat mereka tiru dalam menghadapi suatu keputusan atau suatu masalah. Tapi
hati-hati, pemimpin perlu bijaksana dalam memilih pergumulan hidup yang dapat
dibagikan kepada murid-muridnya. Hindari membuka pergumulan pribadi yang sulit
untuk dimengerti atau dapat membingungkan mereka. Tentu pada saatnya, sewaktu
keakraban antar peserta dan pemimpin sudah terjalin dengan baik dan sesuai
dengan pertumbuhan para peserta, pergumulan-pergumulan tersebut dapat
diceritakan kepada mereka.

Memfokuskan kelompok pada pemahaman Alkitab yang berbobot bukan berarti


meniadakan sharing dalam aktifitas mingguan kelompok. Sharing life antar peserta
dapat dilakukan dengan memegang teguh beberapa persyaratan:

· Apa yang disampaikan dalam pertemuan kelompok, tabu dibicarakan


dengan orang lain di luar kelompok

· Sharing mengenai masalah yang cukup pribadi sebaiknya baru dilakukan


saat tingkat komitmen dan keakraban kelompok sudah cukup terjalin.

Prinsip Bimbingan Pribadi

Adalah penting bagi pemimpin untuk menyadari bahwa setiap pribadi yang menjadi
murid adalah unik dan memilik kebutuhan yang berbeda dengan teman-teman
lainnya. Karena itu dalam pemuridan dikenal istilah bimbingan pribadi. Dalam

25
bimbingan pribadi pemimpin bertemu secara pribadi demi pribadi dengan setiap
muridnya. Bimbingan pribadi dapat berupa konseling, atau tanya jawab mengenai
pertanyaan-pertanyaan yang terlalu panjang dan membosankan untuk dijawab di
pertemuan kelompok misalnya. Bisa juga waktu bimbingan pribadi digunakan untuk
meningkatkan disiplin secara khusus bagi beberapa orang tertentu. Intinya
bimbingan pribadi ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menjawab
kebutuhan khusus dari para murid.

Dr Neil T. Andreson pernah mengatakan bahwa” pelayanan konseling dan


pemuridan merupakan pelayanan yang terkadang sulit dipisahkan. Maka perlulah
setiap pemimpin kelompok pemuridan diperlengkapi dengan pengetahuan dan
ketrampilan konseling Kristen yang baik. Pemimpin perlu terlibat dengan kehidupan
para murid, dia harus peka dan siap sedia mengulurkan tangan dalam membantu
permasalahan yang dihadapi oleh muridnya.”9 Terlebih lagi para pemuda yang
dalam posisi kritis menentukan masa depannya, banyak sekali masalah yang perlu
dibantu oleh orang yang lebih dewasa dari dirinya.

Seorang tidak bisa mengerti Firman Tuhan menjadi seorang yang memahami
Firman Tuhan. Ada yang hidup dengan cuek mulai membenahi diri. Semuanya
karena ada orang yang bersedia berkomitmen memberi waktu, tenaga dan hidupnya
untuk hidup murid-muridnya.

Sebagai kesimpulan, ada tiga hal yang harus dilakukan bagi orang yang ingin
menolong orang lain menjadi kuat imannya, setia dan berhasil di dalam pelayanan
Yesus Kristus.

1. Ia harus mempunyai tujuan jelas tentang apa yang ia kehendaki agar mereka
mengetahui dan mengerti mengenai Allah dan kebenaranNya. Ia harus tahu
unsur-unsur dasar dalam kehidupan seorang murid Kristus.
2. Ia harus memiliki suatu gambar yang jelas tentang apa yang seharusnya
murid-murid ini menjadi nantinya. Ia harus mengetahui unsur dasar watak
Kristen yang harus mereka miliki dan orang macam bagaimana yang mereka
harus menjadi.
3. Ia harus memiliki visi yang baik akan apa yang harus mereka pelajari supaya
tercapai tujuannya dan rencana untuk menolong mereka menjalankannya.
9
Neil T.Anderson, Siapakah Anda Sesungguhnya, Semarang: Lembaga Literatur Baptis
26
e. Pengajaran

Ketika gereja berdiri pada Hari Pentakosta (Kisah Rasul 2), Petrus memberitakan
Kristus sebagai Tuhan yang telah bangkit. Dia memberitahu seisi rumah Israel, “....
bahwa Allah telah membuat Yesus, yang kamu salibkan itu, menjadi Tuhan, dan
Kristus” (Kisah Rasul 2:36). Orang-orang yang mendengar saat itu menjadi pedih
hatinya dan bertanya, “Apa yang harus kami perbuat saudara-saudara?” Petrus
kemudian menjawab, “Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing dibaptis
dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia, yaitu Roh Kudus” (Kisah Rasul 2:38). Tiga ribu jiwa mentaati Injil
pada hari itu (Kisah Rasul 2:41), kemudian jumlah laki-laki menjadi kira-kira lima ribu
jiwa (Kisah Rasul 4:4). Orang-orang percaya lebih banyak lagi ditambahkan kepada
Tuhan (Kisah Rasul 5:14) dan jumlah murid-murid itu berlipat kali ganda (Kisah
Rasul 6:7). Jumlah murid-murid di Yerusalem pada saat itu, sebelum mereka
tersebar ke berbagai tempat karena penganiayaan mungkin mencapai antara dua
puluh ribu sampai dua puluh lima ribu jiwa.

“Mereka bertekun dalam pengajaran rasul-rasul.” Bukan saja penting bagi


murid-murid yang mula-mula itu untuk bertekun, tetapi juga penting
bagaimana mereka bertekun. Mereka setia dalam doktrin (pengajaran).
Paulus menasihati Timotius, “Awasilah dirimu sendiri dan ajaranmu,
bertekunlah dalam semuanya itu, karena dengan berbuat demikian engkau
akan menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau” (1
Timotius 4:16). Gereja yang mula-mula itu menghargai
kebenaran. Penekanan mereka atas pengajaran rasul-rasul tidak
menghalangi mereka dari bertumbuh. Mereka mempertahankan
keyakinan mereka, tetapi mereka tetap bertumbuh. Sangat disesalkan

27
bahwa sebagian orang saat ini merasa bahwa jika kita memberitakan
kebenaran, kita akan membuat orang pergi. Gereja abad pertama
memberitakan kebenaran, dan jumlah murid-murid terus bertambah.

f. Pertolongan Kuasa RohKudus


Didalam pertumuhan gereja peranan Roh Kudus adalah mutlak. Karena Gereja
berdiri bukan karena kehendak manusia tapi kehendak Allah. Oleh sebab itu gereja
tidak mungkin bertumbuh tanpa mengandalkan kuasa Roh Kudus dan meminta
kuasa Roh Kudus. Yesus menyuruh murid-muridNya sebelum memberitakan Injil
disuruh menantikan kekuasaan dari tempat tinggi (Luk 24:49). Kekuasan dari
tempat tinggi adalh kuasa Roh Kudus (Kis 2:1-4).
Jika kita ingin menghasilkan pertumbuhan gereja seharusnya kita menerima kuasa
dari Roh Kudus. Kuasa bagi pertumbuhan gereja adalah kuasa dari Roh Allah.

Sebab-sebab kuasa Roh Kudus perlu bagi usaha pertumbuhan gereja.

1. Roh Kudus bekerja untuk menginsafkan orang akan dosa sehingga mereka
perlu Yesus dan percaya kepadaNya (m Yoh 16:8).
2. Roh Kudus menerangkan Yesus kepada dunia ((Yoh 16:13-14)

Hidup Dalam Dimensi Keempat menurut Yonggi Cho


Dr. Cho mengajar jemaatnya untuk tidak dibatasi oleh dimensi ketiga, tetapi
mereka harus belajar berbicara dalam bahasa-Nya Roh Kudus yaitu dimensi
keempat dari impian dan visi. Mereka perlu mengubah pemikiran mereka dari tidak
mungkin menjadi mungkin dan memperkatakannya dengan suara keras, untuk
memberikan apa yang tersedia dengan iman, dan mengijinkan Tuhan untuk
menangani selebihnya.
 
Cara berpikir empat dimensi yaitu melakukan empat langkah
inkubasi/pengeraman. Diawali dengan suatu hubungan yang erat dengan Roh
Kudus. Setelah menerima sebuah rhema visi atau mimpi dari Roh Kudus, orang tsb
harus mengerami hal tsb dengan iman. Yang kedua, perlu didefinisikan secara jelas
sasaran yang diinginkan. Yang ketiga, perlu didoakan sampai ada suatu keyakinan
dan rasa damai dari Tuhan. Yang terakhir, perlu mengucap syukur kepada Tuhan
serta melepaskan iman lewat pengakuan.

28
Dr Cho mengatakan bahwa pertumbuhan gerejanya terjadi karena dia
mengerami visi yangTuhan berikan kepada dia. Setelah menerima visi tsb, gerjanya
bertumbuh dari 600 menjadi 3.000 menjadi 6.000 dan akhirnya menjadi 800.000
sekarang ini.
 

KOMPONEN PERTUMBUHAN GEREJA


1) Pertumbuhan Kuantitatif
Pertumbuhan kuantitatif atau jumlah merupakan pertumbuhan yang alkitabiah
sebagaimana terjadi dalam sejarah pertumbuhan gereja dimulai sejak zaman para
Rasul. Pertumbuhan tersebut berlangsung secara berkesinambungan. Dalam kitab
Kisah Rasul dituliskan bahwa pada awalnya orang-orang yang mengikut Kristus dan
disebut sebagai murid Yesus berkumpul di Yerusalem untuk menanti turunnya Roh
Kudus. Pada saat janji turunnya Roh Kudus tersebut digenapi maka orang-orang
percaya tersebut dipenuhi dengan Roh Kudus dan atas mereka tampak seperti
lidah-lidah api.

Dari peristiwa pentakosta inilah terjadi suatu titik balik dimana para murid yang
kemudian menjadi rasul-rasul memiliki kuasa untuk memberitakan Injil di seluruh
negeri. Para rasul kemudian dengan berani memberitakan Injil, demikian pula murid-
murid yang lain pada waktu itu menerima pencurahan Roh Kudus dengan
keberanian memberitakan Injil.

Multiplikasi dan pertumbuhan terjadi setelah mereka menerima Roh Kudus dan
berani memberitakan Injil Kristus. Khotbah Petrus telah menguncang banyak orang
dengan penuh kuasa dan keberanian dari Allah, Ia menyampaikan Karya Kristus
kepada orang-orang Yahudi sehingga pada hari itu sekitar tiga ribu orang menerima
diri dan dibaptis.

Peran gereja disini adalah  menarik banyak orang melalui kesaksian, persekutuan,
penggembalaan dan pemberitaan Injil. Sehingga bertambahlah para pengikut
Kristus. Pemberitaan Injil disini memiliki peran yang besar baik secara langsung
maupun melalui kesaksian pribadi.

Contoh pertumbuhan gereja secara kuantitatif dalam kitab kisah Para Rasul:

 Kisah 1:5; sebanyak seratus dua puluh orang bertobat dan menerima Yesus
 Kisah 2:14; pertobatan tiga ribu jiwa saat Petrus berkhotbah

29
 Kisah 2:41-47; pertambahan yang berlangsung setiap hari karena kuasa Roh
Kudus bekerja di  tengah-tengah jemaat

2) Pertumbuhan Kualitatif
Pertumbuhan Kualitatif adalah pertumbuhan yang berlangsung berdasarkan nilai-
nilai hubungan pribadi para murid atau anggota jemaat dengan Kristus sebagai
Tuhan dan Juru selamat. Pertumbuhan kulaitatif ini berlangsung secara progresif
yang dicerminkan dalam kehidupan yang saling mengasihi dan ikatan persatuan
yang erat. Jadi Pertumbuhan kualitatif berhubungan erat dengan kesatuan tubuh
Kristus. Kesatuan adalah sebuah indicator penting, dimana tubuh Kristus hidup
saling mengasihi, menerima perbedaan satu dengan yang lain dan berjalan menuju
kepada satu tujuan kesempurnaan seperti Kristus Yesus.

Dalam pertumbuhan kulaitiatif sangat ditekankan kedewasaan rohani; tindakan,


ucapan dan pemikiran  yang berazaskan kepada karakter Kristus. Ada banyak
hambatan dari suatu pertumbuhan kualitatif karena orang-orang di dalamnya tidak
pernah mencapai pertumbuhan iman yang baik atau sehat. Sikap mementingkan
diri, hasutan iblis, pola pikir yang tidak berubah, silat kata dan pertengakaran
merupakan penyebab mandegnya suatu pertumbuhan.

Contoh pertumbuhan gereja dalam Kitab Kisah Para rasul:

 Mereka setiap hari berkumpul bersama berdoa dan memecahkan roti di


rumah-rumah
 Persekutuan dan kerelaan untuk berbagi dengan saudara seiman
 Kejujuran untuk mempersembkan harta milik kepada Allah
 Kerelaan dan semangat untuk memberitakan karya keselamatan Kristus

3) Gereja sebagai organisme yang hidup


Pertumbuhan organic dicerminkan dalam pertumbuhan organisasi dan structural
gereja. Sebuah gereja yang sehat tentunya memiliki sistim kepemimpinan gerejawi
yang lebih teratur dan dapat menyerap orang-orang didalamnya untuk membangun
kerjasama. Semua program dan rencana gereja dapat berjalan dengan maksimal
bila ada sistim kerja dan tata usaha yang baik di dalamnya. Hal ini didasarkan pada
pemahaman bahwa tata laksana dan manajemen gereja bertujuan untuk
menjalankan kepemiminan yang efektif. Pengaturan kerja dan pemilihan orang-
orang yang masuk dalam bidang-bidang pelayanan harus berlandaskan karunia
yang dimiliki. Sebagai contoh dalam pelayanan sebuah ibadah atau kebaktian
gereja; disana ada yang bertugas sebagai pemain musik, pemimpin pujian,
penghitung persembahan, usher dan pengkhotbah. Semua acara tersebut dapat
berjalan bila di atur melalui sebuah managemen gereja yang baik.

30
Dalam sebuah pelayanan tentunya bukan hanya acara kebaktian yang diatur, tetapi
lebih dari itu adalah pengaturan dalam memberdayakan dan mengelola jemaat
sehingga tujuan gereja dapat tercapai. Dalam kitab Kisah Para rasul ada pelayan
meja, di Kitab Timotius disebutkan ada para diaken, rasul, dan pemberita Injil.
Tingkatan jabatan gereja pun diatur dengan suatu aturan khusus. Demikian pula
pendaftaran suatu lembaga gereja di kantor pemerintah memerlukan syarat
kelengkapan pengurus. Jadi dengan demikian sudah seharusnya gereja menyadari
betapa pentingnya pertumbuhan organisme.

Kepemimpinan yang cakap hanya dihasilkan dari sebuah pengaturan yang jelas dari
sebuah organisasi. Demikian pula struktur dan bagan organisasi sangat membantu
dalam pertumbuhan secara organic Pelayanan yang diatur melalui organisasi gereja
tentunya lebih erat hubunganya supaya kesatuan tubuh Kristus tetap terjaga dan
disiplin gereja dapat ditegakkan.

Gereja yang sehat dan Alkitabiah memiliki keseimbangan dalam pertumbuhan;


kualitatif, kuantitatif dan organic. Ron Jenson dan Jim Stevens dala buku Dinamika
Pertumbuhan Gereja menuliskan definisi pertumbuhan gereja sebagai berikut:
“Pertumbuhan gereja adalah kenaikan yang seimbang dalam kauntitas, kualitas dan
kompleksitas organisasi sebuah gereja lokal. (2000; hal.8 ).

Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh secara sehat:
Paling tidak ada lima cara dimana gereja lokal dapat bertumbuh secara sehat:
1. Gereja yang sehat harus bertumbuh secara jumlah dan secara kedewasaan
rohani.
2. Gereja yang sehat harus mengalami pertumbuhan keluar (tidak hanya ke
dalam), yaitu dengan terlibat dalam pengutusan misi dunia.
3. Gereja yang sehat harus mendirikan gereja-gereja baru di daerah sekitar
yang tidak jauh dari tempat dimana gereja itu berada.
4. Gereja yang sehat harus memberikan dorongan semangat dan contoh
teladan bagi gereja-gereja lain.
5. Gereja yang sehat harus mengembangkan pengaruh sosialnya di masyarakat
di mana gereja itu berada
1. Mendorong Adanya Pertumbuhan Baik Secara Jumlah Dan Secara
Rohani
PEMBERITAAN INJIL. Adalah sangat penting bagi pendeta dan anak buahnya
untuk membuat rencana-rencana yang dapat memberikan dorongan semangat
khususnya di dalam bidang penginjilan untuk jemaat lokal. Dan pekabaran Injil ini
harus secara kultural dapat diterima. Terlalu sering gereja-gereja lokal tidak
mempunyai kepekaan terhadap masyarakat di sekitar mereka sendiri dengan
31
mengesampingkan kelompok-kelompok masyarakat yang secara geografis
berdekatan. Tetapi orang-orang Kristen akan menunjukkan sikap kritis mereka,
bilamana melihat adanya seorang penginjil yang melangkah keluar untuk
melayani di luar lingkungan budayanya sendiri. Tuhan menemui orang-orang di
tempat mana mereka berada/tinggal. Dia makan dan minum bersama-sama
mereka dan menghadiri pesta jamuan makan yang mereka adakan. Dia berada
bersama orang-orang yang lapar, orang- orang yang sakit, para bangsawan,
orang-orang kaya, seseorang yang sudah lima kali mengalami kawin cerai.
Pendeta dengan rekan-rekan seimannya harus dapat menemukan alat atau
sarana yang melaluinya Injil dapat disampaikan dan didengar dengan sebaik-
baiknya.
PEMURIDAN. Gereja harus terlibat di dalam tugas pemberitaan Injil. Tetapi, jika
hanya membuat keputusan-keputusan saja, dan tidak mengadakan langkah
pemuridan, maka ini merupakan kesalahan yang tragis. Yesus memerintahkan
kepada murid-murid-Nya untuk memandang sekelilingnya, pergi dan menjadikan
murid, membaptiskan dan mengajar (Matius 28:19-20). Proses untuk
menempatkan domba-domba baru masuk ke dalam kawanan domba harus
dilaksanakan dengan hati-hati. Sebuah gereja lokal harus mengembangkan
suatu proses pemikiran mengenai hal pemuridan untuk menolong mengarahkan
dan menangani hasil-hasil dari pekabaran Injil dan memantapkan orang-orang
yang baru percaya tersebut ke dalam persekutuan. Berikut ini beberapa saran
tentang langkah-langkah di dalam pekabaran Injil/proses pemuridan
sebagaimana sudah dikembangkan oleh dua belas anggota dari team pastoral
(pelayanan penggembalaan) di sebuah gereja yang pernah digemabalakan oleh
si penulis artikel ini:
Langkah 1: Setiap pengunjung yang hadir di dalam semua kegiatan
kebaktian, pagelaran musik rohani dan acara-acara kebaktian khusus lainnya
diminta untuk mengisi kartu-kartu isian yang sudah disediakan.
Langkah 2: Selama minggu berikutnya satu team pemberita Injil mengunjungi
rumah-rumah para pengunjung yang hadir (berdasarkan kartu-kartu yang
sudah diisi) dan menyampaikan berita Injil.
Langkah 3: Jika pengunjung yang dikunjungi itu menunjukkan sikap tertarik
terhadap Injil, maka dia didorong untuk bersedia datang lagi di dalam
kebaktian gereja. Dia juga diundang untuk menghadiri kelas-kelas
pemahaman Alkitab -- yang terdiri dari beberapa kelompok kecil, yang
disediakan selama lima minggu secara berurutan, yang khusus membahas
mengenai pokok-pokok dasar Alkitab dan Injil, sehingga dalam suasana
seperti itu anggota- anggota yang hadir di dalam kelas pemahaman Alkitab
mendapat kesempatan untuk menerima Kristus.
Langkah 4: Proses pemuridan berjalan terus, sementara setiap pribadi
diundang untuk menghadiri kelas-kelas dewasa pada hari Minggu sesuai
dengan pilihan masing-masing. Kelas-kelas ini mengajarkan hal-hal seperti

32
bagaimana hidup di tengah-tengah masyarakat sebagai orang yang beriman,
bagaimana melakukan tindakan-tindakan sosial, kegiatan cell-group, team-
team doa, dan lain sebagainya, dimana para pendatang baru dapat
mengembangkan rasa ikut memiliki dari bagian persekutuan dan
mengembangkan hubungan antara satu dengan yang lain.
Langkah 5: Keanggotaan Gereja disampaikan setiap kali pribadi- pribadi
menjadi orang percaya. Penulis yakin apabila hal keanggotaan gereja terlalu
ditekankan, dapat juga terjadi bahwa hal keanggotaan gereja ini tidak
mendapatkan perhatian sama sekali. Keanggotaan gereja dan baptisan
adalah penting bagi komitmen kepada gereja lokal.
Langkah 6. Proses penginjilan dan pemuridan terselesaikan bilamana orang
percaya baru sudah dimantapkan di dalam kegiatan-kegiatan kebaktian
umum secara reguler; dan di dalam kelas-kelas Sekolah Minggu dewasa
untuk bersekutu, saling memberikan perhatian, dan belajar bersama,
disamping saling menasehati dan mendoakan. Juga dimantapkan di dalam
kegiatan kelompok-kelompok kecil di rumah-rumah yang terdiri dari empat
sampai delapan orang anggota (cell-group). Kelompok-kelompok kecil ini
sangat perlu untuk mengembangkan adanya komitmen yang dalam, baik
untuk perkembangan spirituil masing-masing pribadi, ataupun di dalam hal
untuk saling merawat dan memelihara kehidupan rohani dalam kebersamaan.
Pekerja gereja, di mana penulis pernah menjadi gembalanya, menemukan juga
bahwa pada dasarnya Tuhan sudah menetapkan bagi kehidupan gereja tiga
tingkatan kontak yang dapat memenuhi kebutuhan spirituil masing-masing
anggota dan juga menolong mengembangkan persekutuan dan pemuridan yang
sungguh sangat diperlukan bagi suatu pertumbuhan gereja yang sehat.
Tingkatan pertama: Kontak-kontak yang terjadi selama kegiatan kebaktian
Minggu pagi. Kontak-kontak ini menolong orang-orang percaya untuk
memelihara hubungan mereka dengan Kristus. Suatu kebaktian yang besar,
yang terdiri dari jumlah anggota yang banyak, dimana di dalam kebaktian seperti
itu diusahakan agar setiap anggota jemaat mengalami kontak langsung secara
pribadi dengan Allah sendiri dan semua aspek dari kebaktian sehingga
penyembahan berjalan terus dan bekerja di dalam pribadi setiap anggota jemaat
sampai pada akhir kebaktian.
Tingkatan kedua: Kontak terjadi selama diselenggarakannya kelas- kelas
Sekolah Minggu untuk orang-orang dewasa. Jumlah yang hadir di kelas-kelas
Sekolah Minggu dewasa bervariasi di setiap kelas yang ada, mulai dari 25 sampai
dengan 175 dan sengaja diadakan dengan cara membagi kelompok-kelompok yang
jumlah anggotanya besar, menjadi beberapa kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Kelompok-kelompok kecil ini bersatu dan bersehati untuk berakar dan bersekutu,
bersaksi bersama pada tiap akhir minggu, mengunjungi orang-orang sakit,
mengadakan perwujudan kasih bagi mereka-mereka yang diperhadapkan pada
suatu kebutuhan, melakukan kegiatan retreat, kebaktian bersama akhir tahun dan

33
berbagai langkah kegiatan lainnya di mana melalui kesemuanya itu suasana rasa
memiliki satu dengan yang lain, saling memperhatikan, saling bertanggung jawab
dapat dikembangkan dan dimantapkan.
Tingkatan ketiga: Kontak yang dipusatkan pada kelompok kecil. Kelompok-
kelompok kecil ini memberikan kesempatan kepada orang- orang percaya untuk
mengenal satu dengan yang lain secara dekat dan saling mengasihi. Di sini
mereka dapat mengakui dan membereskan dosa-dosa mereka, mendapatkan
dukungan rohani dan doa- doa di dalam mencapai sasaran-sasaran masing-
masing secara pribadi, dan melayani Allah sebagai bagian dari satu team.
2. Menekankan Hal Penginjilan Sedunia
Sebagai tambahan atas pertumbuhan baik secara jumlah maupun rohani, satu
jemaat harus bertumbuh juga di dalam keterlibatannya untuk penginjilan dunia.
Gereja yang sehat harus mempunyai visi untuk menjangkau dunia dan membuat
rencana untuk menerangi dan menggarami dunia. Pendeta berkewajiban untuk
memberikan tantangan sehubungan dengan hal ini kepada anggota-anggota
jemaat, tantangan untuk memberikan perhatian dan ikut mengambil bagian
dalam Amanat Agung. Mengarahkan fokus di bidang misi (pengutusan)
bukannya sekedar pilihan tetapi merupakan suatu perintah atau amanat yang
harus ditaati. Hal ini memerlukan adanya pemeliharaan secara terus-menerus
agar visi yang terarah itu tidak pudar ataupun menyimpang; dan pendeta harus
memberikan teladan serta membuka jalan dengan melangkah pergi, melayani,
dan mendoakan. Dia sebagai pendeta perlu mengembangkan adanya roh
kesediaan untuk memberi di dalam gereja sehingga dengan demikian anggota-
anggota jemaat akan bersedia untuk ikut mengambil bagian, baik dengan uang
mereka untuk mengambil bagian dalam kebutuhan dunia.
3. Mendirikan Gereja-Gereja Baru
Prioritas ketiga dari suatu gereja yang sehat adalah mendirikan gereja-gereja baru.
Jika orang-orang Kristen yang sehat berlipat ganda dengan sendirinya, maka
demikian juga dengan jemaat yang sehat. Gereja dimana penulis pernah menjadi
gembalanya sudah mendirikan beberapa gereja-gereja muda dengan cara yang
pada mulanya agak serampangan, tetapi gereja tersebut akhirnya mengalami
keberhasilan dan mengusahakan yang terbaik. Pertama, diadakan penelitian
terhadap suatu daerah tertentu, untuk mengetahui apakah sebenarnya kebutuhan
yang mendesak dan potensial dari daerah tersebut. Dipilih satu letak yang strategis,
dan usaha penginjilan pribadipun dilakukan. Daftarkan orang-orang di sekitar tempat
tersebut yang merasa tertarik dan bersimpati. Anggota-anggota jemaatpun juga
mengadakan penelitian, untuk mencari tahu siapakah anggota-anggota jemaat yang
merasa terbeban untuk menolong mendirikan serta memperkuat gereja baru ini.
Pada kelas Sekolah Minggu baru yang diadakan berikutnya di gereja "induk", ajaklah
orang-orang yang berasal dari tempat baru, yang tertarik untuk bergabung dalam
gereja baru dan juga anggota-anggota gereja induk itu sendiri yang menyatakan
kesediaan, untuk mengambil bagian untuk memperkuat gereja yang baru dimulai ini.

34
Sebagaimana halnya bayi manusia, kelompok ini untuk selama sembilan bulan
berada di dalam rahim "gereja induk" di mana mereka saling berdesakan dan
merasa nyaman serta saling akrab satu dengan yang lain. Kelas baru ini diberi
nama "Gereja Kecil di Lantai Tiga", dan pengajar-pengajarnya adalah anggota
team penggembalaan dari gereja "induk" yang sudah dipilih untuk mendampingi,
membimbing "gereja yang masih baru" tersebut dan menjadi pendeta (gembala)
pertama yang penuh waktu. Sesudah mengadakan pertemuan selama sembilan
bulan dan meulai membentuk kelompok-kelompok kecil di antara mereka, maka
gereja baru tersebut diluncurkan melalui kebaktian pelepasan yang meriah dan
doa-doa bersama. Dewasa ini, sesudah tiga tahun, gereja tersebut memiliki
jumlah anggota sebanyak dua ratus. Dan gereja tersebut belum lama ini juga
mengangkat pendeta-pendeta pembantu.
4. Membantu, Memberikan Dorongan Semangat Kepada Gereja-Gereja Yang
Ada
Prioritas keempat untuk suatu gereja yang sehat adalah membantu, memberikan
dorongan semangat kepada gereja-gereja yang lain. Pendeta gereja setempat
harus terbuka, bersedia untuk mendoakan dan mengusahakan yang terbaik
untuk membantu pertumbuhan gereja-gereja di sekitar daerah di mana gereja
yang digembalakannya berada. Penulis ini sudah sepuluh tahun lamanya
menjadi anggota kelompok pendeta-pendeta di daerah lokal di mana dia
menggembalakan. Setiap pendeta yang menjadi anggota dari kelompok pendeta-
pendeta gereja lokal di daerah tersebut, bersatu hati untuk menjaga dan
memelihara keberadaan dan kebaikkan gereja-gereja satu dengan yang lain dan
dengan secara jujur, tulus dan murni mengusahakan pertumbuhan dari gereja-
gereja di sekitar daerah tersebut. Seringkali penulis mengadakan waktu dalam
satu team, untuk melayani gereja-gereja lokal yang lain ataupun mengundang
satu kelompok atau team dari gereja yang lain untuk datang dan saling bersekutu
satu dengan yang lain.
5. Mengembangkan Perhatian Sosial
Prioritas kelima untuk suatu gereja lokal yang sehat adalah adanya kesadaran
sosial. Di sekitar gereja, senantiasa dijumpai banyak orang yang miskin, sakit
secara mental, sakit secara tubuh di rumah- rumah perawatan tertentu, mereka
yang berada di dalam penjara dan rumah-rumah sakit, dan mereka yang
menderita karena masalah-masalah keluarga. Gereja-gereja harus melatih
anggota-angota jemaatnya untuk menjadi kelompok-kelompok dengan tugas
pelayanan khusus secara lokal dan mengarahkan perhatian gereja untuk
mengatasi berbagai permasalahan sosial yang timbul di daerah di mana gereja
berada.
Sumber: 
Judul Buku : Filsafat Pelayanan Berdasarkan Alkitab 
Judul Artikel: Lima Cara Untuk Menjangkau Dunia Dewasa Ini 
Pengarang : Raymond C. Ortlund 

35
Penerbit : Yakin, Surabaya 
Halaman : 65 - 69

BAB III

FAKTOR PENGHAMBAT PERTUMBUHAN GEREJA

Pertumbuhan adalah keharusan untuk sesuatu yang hidup dan sehat. Gereja
bukanlah bangunan mati dari bata atau kayu atau bahan lain. Gereja bukanlah
organisasi. Gereja adalah suatu organisme yang hidup. Karena itu gereja harus
bertumbuh. Kalau tidak, berarti dia mati atau sakit. Gereja mengalami staknasi.
Gereja tidak bertumbuh alias mati. Hal ini dikarenakan beberapa faktor yang
menjadi penyebabnya. Pdt.Viktor Liu mengatakan bahwa gereja yang mati adalah
gereja yang visinya kecil yang mana mengakibatkan seringkali terjadi permasalahan
dalam relationship atau hubungan kemudian dapat mengakibatkan melemahnya
program yang dibuat dan lebih buruknya program mati dan ikut membawa dampak
pada kematian faktor lainnya sehingga mengakibatkan keseluruhannya mati, serta
semuanya hanya menjadi sebuah rutinitas semata dalam gereja mati.

Gereja mati bukanlah dilihat dari kuantitas yang dapat dipenuhi oleh suatu gereja.
Gereja yang beranggotakan 100 atau 1000 orang dapat juga disebut sebagai gereja
mati. Atau dengan kata lain bukan kuantitas yang menentukan gereja dapat
dikatakan sebagai gereja hidup, akan tetapi gereja hidup adalah gereja dimana visi,
misi, relationship, program dan managementnya semuanya dapat saling mengikuti
dan setiap tahunnya ada jiwa yang dimenangkan, ada yang dimuridkan dan ada
mencetak pemimpin baru.

Sebaliknya ada gereja yang jemaatnya 1000 orang tetapi tidak ada jiwa yang
dimenangkan, tidak ada pemimpin baru dan tidak ada pemimpin kelompok sel baru
yang dibentuk, itu merupakan tanda-tanda kematian meskipun jemaatnya banyak.
Semua ini merupakan peranan dari seorang gembala sidang. .

Ada dua konsep yang jadi permasalahan dalam pertumbuhan gereja yang seringkali
menghambat suatu gereja untuk bertumbuh ungkap Victor Liu, pertama adalah
konsep keluarga Allah; konsep ini bagus tetapi juga berbahaya. Seringkali yang
menjadi masalahnya adalah dalam gereja kecil, konsep keluarga Allah begitu kuat
seringkali hal tersebut menimbulksn banyak permasalahan dan membuat
subyektifitas dalam memandang masalah yang terjadi. Seperti contohnya jika ada
masalah pada salah seorang anggota dalam gereja kecil maka seringkali konsep
keluarga Allah yang selalu ditekankan dengan mengatakan “kita adalah keluarga
Allah”.

36
Pemahaman yang samar dan penggunaan konsep keluarga Allah yang tidak tepat
tersebut justru dapat menghancurkan kualitas gereja tersebut. Dalam gereja kecil,
konsep keluarga Allah sangat kuat.

Yang kedua adalah konsep gembala, yang mana gembala seringkali


diidentifikasikan sebagai orang yang melakukan tugas ‘care’ atau menjaga atau
mengurusi jemaat seperti kunjungan pastoral, atau kunjungan ke jemaat dan lain
sebagainya. Dan ditekankan bahwa gembala harus punya ‘compassion’ dan murah
harti. Akan tetapi di dalam Injil dikatakan bahwa gembala adalah pemimpin yang
mana tugas gembala yang utama bukan hanya caring dan melakukan kunjungan-
kunjungan. Tugas gembala sesungguhnya adalah untuk mempersiapkan domba
untuk dapat care satu sama lain. Faktor lain yang membatasi pertumbuhan gereja
adalah kemampuan si pendeta.

Kebanyakan pendeta tak punya keahlian yang diperlukan untuk mengawasi sidang
jemaat besar, dan itu bukan kesalahan jemaat. Mereka tak punya bakat organisasi,
administrasi atau kemampuan berkhotbah/mengajar yang diperlukan bagi sidang
jemaat besar.

Jelaslah, Allah tak memanggil pendeta itu untuk melayani sidang jemaat besar, dan

mereka keliru bila mencoba melayani, selain melayani gereja lembaga ukuran
sedang atau gereja rumah.

Victor Liu menjelaskan bahwa ada beberapa alasan yang dapat menyebabkan
gereja tidak bertumbuh yakni: pertama adalah karena ketidakpatuhan terhadap
amanat Agung Allah yang tertuli dalam Matius 28 yang pada intinya Allah
mengamanatkan tugas penjangakauan dan menumbuhkan kepada umat-Nya.

Permasalahannya gereja seringkali hanya berfokus pada bertumbuh tetapi fungsi


penjangkauan tidak ada dan tidak memikirkan bagaimana membentuk pemimpin
baru serta semuanya dilakukan hanya sebagai suatu rutinitas. Segala sesuatu yang
telah dilakukan dan terjadi tidak pernah dievaluasi dalam setahun apakah ada jiwa
yang dimenangkan. Alasan yang kedua gereja tidak bertumbuh adalah karena
gereja tersebut tidak sehat. Gereja yang sehat adalah gereja yang selalu bertumbuh,
jika suatu gereja selau berada pada keadaan yang sama dalam suatu waktu tertentu
dan cenderung makin menurun maka gereja tersebut ada masalah.

Alasan yang ketiga gereja tidak bertumbuh adalah karena memang gereja di desain
kecil oleh pemimpin gerejanya atau gembalanya. Seringkali gereja memiliki mimpi
besar namun kepemimpinannya tidak didesain menjadi besar. Pola pikir
pemimpinnya yang menjadikan gereja kecil. Seringkali pengertian antara “faithful”
dan “fruithful” tidak berjalan harmonis. Dimana pemimpin gereja beranggapan
sekalipun gereja tidak berbuah yang penting mereka tetap setia dan beriman.
37
Konsep yang benar adalah bahwa faithful dan fruitful keduanya harus bertumbuh
bersama,”tegas Liu.

Alasan terakhir gereja tidak bertumbuh adalah karena pemimpin gereja khususnya
gembala tidak mau mengambil sikap seorang “Leader” atau pemimpin. Atau dengan
kata lain tidak bersikap sebagai pemimpin dan hanya mau mengambil sikap seorang
gembala saja.

Amatlah penting bagi gembala untuk dapat mengambil sikap sebagai seorang
“Leader” atau pemimpin dan tahu bagaimana menempatakan sikap yang tepat
sebagai seorang gembala dan seorang “Servant Leadership”.

Menurut Geoff Surratt, ada beberapa daftar hal-hal yang bisa membuat gereja sakit
atau tidak bertumbuh: 1. Semua dikerjakan sendiri
 Kuatir kualitas menurun kalau dikerjakan orang lain
 Takut tidak dibutuhkan lagi; 
 Takut dianggap tidak bekerja
 Takut orang lain lebih baik (rasa tidak aman)

2. Memberikan peranan yang salah pada keluarga gembala sidang


 Keluarga gembala sidang diharapkan melakukan sesuatu, dilibatkan sekalipun
bukan bidangnya disitu
 Kurangnya perhatian pada keluarga gembala sidang

3. Memberikan ibadah kualitas kelas dua


 Pujian dan penyembahan dianggap sebagai pengantar menunggu khotbah
 Rasa puas diri dan keterikatan pada tradisi

4. Puas dengan pelayanan anak yang bermutu rendah


 Masih memakai metode lama yang cocok untuk 20 thn lalu
 Pelayanan anak dianggap sebagai tempat penitipan anak
 Pelayanan anak dianggap sebagai kegiatan yang buang uang

5. Lebih mementingkan talenta daripada integritas (karakter)


 Takut kehilangan orang yang bertalenta – bergantung kepada orang tertentu
 Meremehkan karakter sebagai bagian inti seorang pelayan

6. Bertahan pada lokasi yang jelek


 Takut pindah karena pindah akan membuat sebagian jemaat hilang
 Takut investasi untuk gedung tersia-sia

7. Meniru gereja lain yang sukses


 Ingin cepat maju tanpa melewati proses
38
 Meniru metode, bukannya mengambil prinsip

8. Mementingkan disiplin diatas rekonsiliasi


 Tidak memberikan kesempatan untuk pemulihan
 Konflik diselesaikan dengan sanksi

9. Mencampurkan pelayanan dan bisnis


 Bisnis dijalankan di dalam gereja dan dari mimbar
 Hamba Tuhan terlibat dalam bisnis dengan jemaat

10. Membiarkan dewan menyetir


 Setiap keputusan harus dirapatkan sehingga bertele-tele
 Tidak ada kepercayaan kepada orang yang bertanggung jawab

Alasan yang tepat untuk mengharapkan pertumbuhan gereja adalah bila anda ingin
gereja anda bertumbuh agar Allah dapat dimuliakan ketika semakin banyak orang
yang diubahkan oleh Roh Kudus.
Tentu kita bisa saja membodohi diri sendiri, dengan menganggap setiap motif kita
murni ketika ternyata motif itu sebenarnya hanya untuk kepentingan kita sendiri.
Bagaimana mengetahui motif yang benar? Bagaimana mengetahui bila kita
benarbenar ingin mengembangkan Kerajaan Allah atau hanya membangun kerajaan
kita sendiri?
Caranya adalah pantaulah reaksi di dalam diri terhadap keberhasilan pendeta-
pendeta lain. Bila kita anggap motif kita murni, kita tulus menginginkan Kerajaan
Allah dan
gerejaNya bertumbuh. Namun, bila ada iri-hati atau kecemburuan di dalam hati
ketika
kita mendengar pertumbuhan gereja lain, maka terungkaplah bahwa motif kita
kurang
murni. Tampaknya kita tak begitu tertarik pada pertumbuhan gereja itu, tetapi pada
pertumbuhan gereja kita. Mengapa demikian? Karena sebagian motif kita yakni
mementingkan diri kita.
Kita bisa juga periksa motif kita dengan memantau reaksi dalam diri kita ketika
mendengar sebuah gereja baru yang mulai beroperasi di daerah kita. Bila kita
merasa terancam, itu tanda kita lebih peduli kepada kerajaan kita daripada Kerajaan
Allah. Bahkan pendeta di gereja besar atau gereja yang sedang bertumbuh dapat
memeriksa motifnya dengan cara sama. Pendeta itu dapat bertanya pada diri
sendiri, seperti,“Apakah saya memperhatikan perintisan gereja-gereja baru dengan
mengirim dan mengutus pemimpin dan orang-orang dari jemaat saya, sehingga
mengurangi jumlah jemaat saya?” Seorang pendeta yang sangat menentang ide
tersebut mungkin saja tengah membangun gerejanya untuk kemuliaannya sendiri.

39
Faktor penghambat pertumbuhan gereja tidak hanya berhubungan dengan
pemimpin atau gembala sidang. Tetapi juga berhubungan dengan bagaimana
pertumbuhan iman jemaat sendiri.
Menurut Tom Allen dalam bukunya Hambatan Terhadap pertumbuhan Iman
mengatakan bahwa ada 10 hambatan terhadap pertumbuhan iman jemat:
“Hambatan 1: Orang-orang Kristen mengabaikan kehidupan batin dengan
Kristus dan mengutamakan penampilan luar
Hambatan 2: Orang-orang Kristen mencoba berhasil dengan memisahkan diri
dari tubuh Kristus(1 Kor 12:12-27; Ibr 10:24-25).
Hambatan 3: Orang percaya gagal mengintegrasikan Kristus dalam setiap
segi kehidupan (Luk 16:13).
Hambatan 4: Orang Kristen meremehkan pengaruh dari luar terhadap
pertumbuhan mereka (1 Kor 15:33; Ams 4:14).
Hambatan 5: Orang-orang percaya tidak mengutamakan hal-hal yang utama
(Titus 3:9-11).
Hambatan 6: Orang percaya laut mati, Orang Kristen hanya menerima terus
menerus tetapi sedikit atau sama sekali tidak memberi (2 Kor 8:1-
5).
Hambatan 7: orang-orang percaya hidup oleh perasaan, bukan oleh iman.
Hambatan 8: Orang Kristen tidak membereskan dosa dengan cepat dan
menyeluruh (Ibr 12:1).
Hamabatn 9: Orang-orang Kristen yang membiarkan kekecewaan dan masalah
atau tragedi membuat mereka pahit hati, bukan membuat lebih
baik. Ibrani 12:19.
Hambatan 10: Orang-orang Kristen tidak/kurang menerima kasih karunia yang
tak terbatas dan pengampunan penuh/sempurna dari Tuhan. “ 10

"ANNYONG HASEYO" DAN "ANNYONGHI GESEYO"

"Annyong haseyo!"  begitulah sambutan ramah yang diucapkan oleh  para


penerima tamu, penatua, diaken, dan pendeta dalam menyambut kunjungan
rombongan kami ke gereja-gereja di Korea. Annyong haseyo sendiri adalah sebuah
salam yang umum di Korea yang artinya adalah apa kabar.  Rombongan kami terdiri
atas 30-an orang yang berasal dari Gereja Kristus Yesus (GKY) Pondok Indah
Jakarta,  Gereja Kristen Abdiel (GKA) Gloria Surabaya, dan dari Gereja Kristen
Indonesia (GKI).  Dari GKI, saya dan Pdt. Pipi Agus Dhali dari GKI Darmo Permai,
atas kemurahan hati Tuhan melalui jemaat-Nya, mendapatkan kesempatan
berharga ini.  Rombongan yang dipimpin oleh Pdt. Suh Sung Min dan Pdt. Kim Sang
Hyeon, keduanya  adalah misionaris Korea di Indonesia, mengunjungi beberapa
gereja di Korea dalam rangka studi banding dari tanggal 9 sd 15 Mei 2006.
10
Tom Allen , 10 Hambatan Terhadap Pertumbuhan Iman ,(Bandung: Yayasan Kalam Hidup),
halaman 5.
40
Pertumbuhan gereja di Korea memang luar biasa.  Kini, jumlah orang Kristen
di Korea mencapai sekitar 25 sd 30 % dari  populasi yang ada. Di antara gereja-
gereja yang kami kunjungi terdapat dua gereja terbesar di dunia.  Pertama adalah
gereja dengan jumlah jemaat terbesar di dunia : Yoido Full Gospel Church yang
digembalakan oleh Pdt. Yonggi Cho dengan anggota jemaat sekitar
800.000.  Kedua, adalah gereja Presbiterian terbesar di dunia, yakni Myungsung
Presbyterian Church, yang digembalakan oleh Pdt. Kim Sam Hwan, dengan anggota
sebanyak 50.000.  Kami juga mengunjungi beberapa gereja lain, baik yang
berukuran sedang dengan anggota jemaat sekitar 1.000 sd 2.000, atau pun gereja
kecil dengan aggota jemaat 200 sd 1000 orang.
 
Gereja yang Berdoa
Dalam kunjungan ke beberapa gereja tersebut, kami mendapatkan kesan
yang sangat kuat bahwa gereja-gereja Korea adalah gereja yang berdoa. Setiap
gereja yang kami kunjungi mempunyai ibadah doa pagi yang luar biasa diminati oleh
jemaat.  Di Myungsung Presbertian Church, setiap hari setidaknya ada tiga jam doa
pagi : Pk. 04.00, Pk. 05.00, dan Pk. 06.00, dengan kehadiran 1500 sd 2000
orang/jam kebaktian doanya.  Ketika kami menghadiri kebaktian Pk. 06.00, kami
menemukan bahwa rangkaian acara doa pagi itu tidak jauh berbeda dengan doa
pagi yang ada di GKI.  Ibadah doa pagi yang berlangsung selama satu jam itu
dibuka dengan dua nyanyian dan dilanjutkan dengan khotbah dan doa
syafaat.  Sungguh hati kami tergetar mendengar orang-orang Kristen di Korea
membuka suara dalam doa syafaat mereka untuk Indonesia.  Ruangan yang hening,
tiba-tiba menjadi gemuruh dengan suara doa.  Nampaknya sudah menjadi hal yang
biasa di gereja Presbiterian itu, jemaat berdoa dengan mengangkat tangan dan
membuka suara.  Di setiap gereja yang kami kunjungi, doa pagi menjadi acara yang
diminati dan dihadiri sekitar 10 sd 30 % dari anggota jemaat tersebut setiap
harinya. Di gereja lain, misalnya Jangseok Presbyterian Church yang mempunyai
gedung gereja khas arsitektur tradisional Korea, mempunyai program doa berantai
selama 24 jam yang berlangsung terus menerus selama 7 hari. Anggota jemaat
yang terlibat dalam program ini mempunyai tanggung jawab untuk berdoa selama 1
jam sesuai dengan jadwalnya, dan akan diteruskan oleh anggota jemaat
lainnya.  Luar Biasa!  Semangat doa yang sama kami temukan juga di gereja-gereja
lainnya.
Apa yang membuat jemaat Korea begitu bersemangat berdoa? Kami belum
bisa mendapatkan jawaban pasti.  Sejauh kami amati, hal ini sangat berkaitan
dengan karakter orang Korea yang diwarnai dengan komitmen, disiplin, dan
keuletan.  Komitmen, disiplin, dan keuletan inilah yang mewarnai kehidupan
spiritualitas mereka.  Itulah sebabnya mereka bukan saja menjadi jemaat yang
bergereja, tetapi juga jemaat yang mengasihi Yesus, dan mewujudkan kasih itu pada
gereja-Nya.  Kasih orang Korea kepada gereja-Nya diwujudkan dalam bentuk doa
dan ketulusan pelayanan yang nyata.  Beberapa gereja yang kami kunjungi bukan
saja memiliki jemaat yang tekun berdoa, tetapi juga mewujudkan kasih itu dengan

41
kerelaan memberikan waktu dan tenaga untuk bergiliran membersihkan
gereja.  Suatu pekerjaan yang di gereja Indonesia, hanya dikerjakan oleh koster
atau cleaning service.    
 
Gereja yang Bermisi Dunia
Sejauh kami amati, gereja-gereja Korea mempunyai pemahaman bahwa
gereja hadir di dunia ini untuk orang lain.  Pemahaman inilah yang diwujudkan dalam
bentuk pelayanan pemberitaan Injil baik secara verbal, maupun melalui aksi
sosial.  Tidak peduli, apakah gereja itu besar atau kecil, gereja-gereja Korea adalah
gereja bagi orang lain.  Kami mendapatkan kesempatan mengunjungi sebuah gereja
kecil, yang beribadah di sebuah kompleks pertokoan.  Dalam padanan bahasa
Inggrisnya, nama gereja ini adalah Evergreen Church.  Sebuah gereja dengan 200
jemaat dan hanya mempunyai tempat beribadah kecil. Tetapi, Evergreen
Church mempunyai misi dunia.  Mereka mengutus dan membiayai setidaknya lima
orang missionaris ke seluruh belahan dunia. Luar biasa!  Sungguh di tengah
kecenderungan gereja di Indoensia untuk membangun gedung demi kebanggaan
diri, kami melihat terharu melihat gereja-gereja Korea yang hadir bagi orang lain,
termasuk bagi Indonesia. Di tahun 2005, sebuah gereja yang lain yakni Shinsung
Presbyterian Church mengutus tim misi yang terdiri sekitar 25 orang untuk
membangun rumah dan melaksankan pelayanan kesehatan di Bitung, Sulawesi
Utara. Beberapa anggota rombongan pun sempat terheran-heran dan bahkan
berkata,"  Ada apa sih di Bitung, kok mereka sampai menyempatkan waktu untuk
datang?"  Ternyata tim misi itu melaksanakan pelayanan kesehatan dan
membangun 20 rumah bagi para pengungsi yang datang dari Ambon dan
Poso.  Sungguh, sebuah gereja yang hadir bagi orang lain.  Gereja yang memiliki
misi dunia!  Belum terbilang kegiatan-kegiatan pelayanan sosial yang luar
biasa.  Mulai dari panti asuhan, pengobatan medis, dan pelayanan kepada
masyarakat yang tersisih menjadi bagian dari kehidupan gereja di Korea.
Darimana semangat misi dunia ini berasal?  Kami pun tidak dapat dengan
tuntas menjawab pertanyaan ini.  Hanya ada satu hal yang menjadi pemicu
pesatnya misi dunia dari gereja Korea.  Kami sempat mengunjungiKorean Martyrs
Memorial, sebuah museum yang menunjukkan gambar-gambar orang Kristen Korea
yang mati syahid.  Menelusuri museum itu, menjadi jelas bagi kami bahwa orang
Kristen Korea adalah jemaat yang menghargai perjuangan para misionaris maupun
para pendahulu mereka. Orang Kristen di Korea menyadari bahwa mereka adalah
orang-orang yang "berhutang" pada para pekabar Injil.  Kini, mereka ingin
"membayar hutang" tersebut dengan meneruskan misi pekabaran Injil itu ke seluruh
dunia.  Gereja di Korea sangat mendorong dan menghargai mereka yang terlibat
dalam pekabaran Injil.  Di Jangseok Presbyterian Church terdapat 4  plakat tapak
kaki emas sebagai wujud apresiasi terhadap 4 orang jemaatnya yang masing-
masing sudah mengabarkan Injil secara pribadi kepada lebih dari 1000 orang.  Luar
biasa!   Orang Kristen di Korea sangat menghayati bahwa gereja hadir untuk
menjadi berkat melalui pelayanannya dan pemberitaan Injil. 

42
 
Gereja yang Bergumul dengan Globalisasi
Dengan segala kelebihan yang dimiliki, gereja Korea bukanlah gereja yang
sempurna.  Pengamatan kami menunjukkan gereja-gereja di Korea berada dalam
pergumulan yang serius dengan globalisasi. Globalisasi telah membentuk selera dan
cara berpikir yang berbeda bagi kaum muda di sana.  Gereja-gereja Korea
menyadari bahwa mereka harus berpikir ulang untuk menjangkau generasi
muda.  Mereka menyadari bahwa perjuangan memenangkan generasi muda ini
membutuhkan pendekatan dan strategi baru.  Saat ini,   remaja dan pemuda Kristen
hanya berkisar sekitar 10 sd 20 % dari keseluruhan anggota gereja.  Di sisi lain,
sekitar 50 % penduduk Korea, mayoritas di antaranya adalah kaum muda, tidak
tertarik dengan agama.  Sekularisme dan hedonisme menjadi tawaran yang menarik
bagi kaum muda Korea.
Beberapa gereja di Korea mencoba menjangkau kaum muda dengan
mengubah liturgi dan iringan musik yang mereka gunakan.  Pada umumnya, gereja-
gereja yang sudah mapan di Korea, baik Presbiterial maupun Pentakosta,
menggukan pola liturgis baku, dan menyanyikan hymne yang sama seperti KJ dan
NKB dengan iringan piano dan organ. Kini, seperangkat alat band dan liturgi yang
lebih bebas menjadi sarana untuk menjangkau generasi muda Korea. Mereka mulai
menyadari bahwa generasi yang berbeda membutuhkan pendekatan yang berbeda
pula.
 
Bisakah Kita Meniru Gereja di Korea? 
Ada satu pertanyaan yang terus menerus mencuat dalam percakapan di
sepanjang perjalanan kami : mungkinkah gereja di Indonesia meniru gereja di
Korea?  Ya, bisa saja, tetapi hasilnya pasti berbeda.  Kekristenan di Korea
berkembang didukung oleh karakter bangsa Korea yang diwarnai dengan disiplin,
tanggung jawab, dan kepatuhan kepada otoritas.  Kekristenan yang bertemu dengan
budaya unggul bangsa Korea ini  menghasilkan pesatnya pertumbuhan gereja dan
dampak yang luar biasa bagi pelayanan di seluruh dunia. Di Indonesia, bukankah
disiplin, tanggung jawab, dan kepatuhan adalah hal-hal yang sulit kita temukan,
bukan saja di gereja tetapi juga di seantero negeri ini? Sebelum meniru gereja di
Korea, gereja di  Indonesia harus menyelesaikan pergumulannya yang
khas.  Pergumulan untuk turut membentuk karakter bangsa ini.  Pergumulan untuk
menyemaikan benih dan menjadi teladan dalam disiplin, tanggung jawab, dan
kepatuhan terhadap otoritas.  Siapkah kita? 
 
Annyonghi geseyo! Selamat tinggal! Gamsa hamnida. Terima kasih atas
segala keramahannya dalam menyambut kami. Tuhan memberkati perjuangan
gereja di Korea dan Indonesia.
 
TUGAS:
1. Merisensi Diktat Pertumbuhan Gereja

43
2. Mengambil contoh Gereja yang sudah maju dan berhasil dikota Medan
dan anda membuat makalah factor-faktor apa yang membuat Gereja
tersebut maju dan berhasil?Jelaskan riwayat Gereja tersebut?(gereja
bisa dikunjungi langsung dengan wawancara atau data dari pengurus
gereja atau internet)
3. Tugas Dikumupul Tanggal 1 Juni 2020…Kirim Ke email saya:
saut_panjaitan@yahoo.co.id

44

Anda mungkin juga menyukai