Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

POLITIK MENURUT ALKITAB

DOSEN PENGAMPU

Iske Juniartin Salianggo, M. Th

DISUSUN OLEH

Tafania Natalia Kasaedja


NIM : F55120070
Kelas :B

UNIVERSITAS TADULAKO
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK INFORMATIKA
2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................................... ii
BAB I............................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG........................................................................................ 1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................................1
C. TUJUAN PENULISAN......................................................................................2
BAB II............................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN............................................................................................................ 3
A. PENGERTIAN POLITIK...................................................................................3
B. BAGAIMANA ALKITAB BERBICARA TENTANG POLITIK.....................3
LANDASAN ALKITABIAH........................................................................................ 6
1 Petrus 2:13...................................................................................................................6
BAB III...........................................................................................................................7
PENUTUP...................................................................................................................... 7
A. KESIMPULAN...................................................................................................7
B. SARAN............................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................8

i
KATA PENGANTAR

Di zaman modern ini, kata politik bukan lagi kata yang jarang didengar oleh
masyarakat. Apalagi di masa reformasi yang semakin menunjukkan banyak terjadi
penyimpangan dalam bidang politik. Jadi tidaklah mengherankan apabila banyak hal
yang terjadi di dunia ini dihubungkan dengan politik. Ada begitu banyak respon
dan tanggapan dari berbagai kalangan yang berbeda, termasuk menurut agama Kristen.
Cukup banyak orang Kristen, termasuk mahasiswa Kristen, yang takut atau anti-pati
terhadap politik. Hal ini terjadi akibat image negatif dari politik yang dianggap tempat
iblis atau setan bermain. Adanya konsep pemikiran seperti ini timbul karena mereka
tidak memahami esensi dan makna politik dengan benar. Sebab mau tidak mau
masyarakat, khususnya umat Kristen, pasti dihadapkan dengan masalah politik.
Semakin banyak peran dan pengaruh gereja dalam politik diharapkan semakin
menunjukkan mitra Kristus yang ada dalam setiap jemaatnya. Karena kita diciptakan
untuk menjadi kepala dan bukan ekor, serta manusia telah diberikan kuasa untuk
menaklukkan dunia, meruntuhkan tembok yang berabad-abad yang telah memisahkan
kekristenan dengan dunia luar sehingga bisa membawa pembaharuan di negeri yang
dipilih Tuhan untuk kita berdiam.
Dalam makalah ini kami menguraikan tentang politik, pandangan Alkitab dan
iman Kristen terhadap hal tersebut, aplikasinya, dan segala yang berhubungan dengan
politik menurut iman Kristen. Saya mengharapkan ada suatu pelajaran yang bisa di
dapatkan dari makalah ini dan setiap dari kita bisa mengaplikasikannya dalam hidup
sehari-hari.
Kami mengucapkan terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu saya
dalam penyelesaian makalah ini. Saya menyadari dalam penyusunan makalah ini ada
begitu banyak kekurangan sehingga saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk menjadikannya lebih baik lagi.

Palu, 22 Desember 2020

Penyusun
Tafania Natalia Kasaedja

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebagai warga negara, kehidupan orang Kristen tidak terlepas dari kehidupan
berbangsa dan bernegara. Ketika orang Kristen memiliki hak dan tanggung jawab di
dalam bergereja, orang Kristen pasti memiliki hak dan tanggung jawab sebagai warga
negara. Yang menjadi persoalan adalah bagaimana orang Kristen menempatkan
posisinya di dalam situasi yang demikian. Di mana hubungan gereja dan negara tidak
terlepas dari masalah bahkan sudah ada sejak lama.
Agama dan politik sering dipandang sebagai dua kutub yang berbeda sepanjang
kehidupan manusia, khususnya dalam kehidupan politik. Oleh karena itu, muncul dua
pandangan ekstrim tentang hubungan agama dan politik. Pertama, pandangan yang
mengatakan agama dan politik merupakan satu kesatuan yang integral, dan yang
kedua yaitu, pandangan yang mengatakan agama dan politik harus dipisahkan secara
total.
Dalam perjalanan sejarah politik, baik di Eropa maupun di Amerika Serikat,
upaya memisahkan agama dan politik secara total mengalami kegagalan. Agama
dianggap bukan masalah umum, khususnya politik, dan agamanya dianggap masalah
pribadi manusia. Pemerintah harus netral terhadap agama-agama. Pemisahan agama
dengan politik diharapkan dapat menghindarkan konflik, tetapi kenyataannya tidak
berhasil, bahkan sekularisme pada akhirnya menghasilkan kondisi yang tidak jauh
berbeda dengan sebelumnya. Kegagalan memisahkan secara total tersebut tentu saja
karena manusia agama dan manusia politik itu adalah orang yang sama, yang tidak
mudah membagi diri pada ranah berbeda. Sebenarnya bila kita tinjau hasil akhir atau
tujuan dari agama dan politik, memang tidak ada alasan untuk memisahkan agama
dan politik. Karena sebenarnya aktifitas politik harus didasarkan pada nilai-nilai
agama.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian politik?


2. Bagaimana alkitab berbicara tentang politik?

1
C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui pengertian politik.


2. Untuk mengetahui politik menurut pandangan alkitab.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POLITIK

Politik dari bahasa Yunani “politikos”, yang berarti dari, untuk, atau yang
berkaitan dengan warga negara, adalah proses pembentukan dan pembagian
kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan
keputusan, khususnya dalam negara. Pengertian ini merupakan upaya penggabungan
antara berbagai definisi yang berbeda mengenai hakikat politik yang dikenal dalam
ilmu politik. Politik adalah seni dan ilmu untuk meraih kekuasaan secara
konstitusional maupun nonkonstitusional.
Di samping itu politik juga dapat ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara
lain: politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan
bersama. Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan
negara. politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan
mempertahankan kekuasaan di masyarakat. politik adalah segala sesuatu tentang
proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.

B. BAGAIMANA ALKITAB BERBICARA TENTANG POLITIK

Menurut Alkitab, politik adalah suatu upaya dan proses sadar untuk memahami
dan memaknai realitas politik dari para pandang dan pola pikir Alkitab. Jadi, politik
pada hakikatnya menawarkan berbagai pilihan kebijakan untuk mengurus negara dan
hal-hal lain yang berkaitan dengannya. Bahwa terdapat banyak penyimpangan dalam
pelaksanaannya, tidak bisa kita pungkiri, tapi yang jelas politik bertujuan agar
pemerintahan suatu negara terselenggara dengan baik. Dengan definisi tersebut, maka
warga gereja seharusnya tidak perlu merasa “tabu” berbicara tentang politik, atau
mengatakan bahwa politik itu bukan urusan gereja dengan alasan dapat mencemarkan
kekudusan gereja.
Ketika tinggal di bumi, Yesus sendiri tidak menghindar dari kegiatan politik. Ia
pernah ditanya oleh orang-orang Farisi dan Herodian tentang pajak, “Katakanlah
kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar
atau tidak?” (Mat 22:17). “Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan

3
kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah” (Mat
22:21). Bukankah membayar pajak kepada negara merupakan bagian dari aktivitas
politik? Namun tidak dapat dipungkiri bahwa ada kesenjangan antara gereja atau
orang Kristen dengan negara dewasa ini.
Kesenjangan yang terjadi antara gereja atau orang Kristen dengan negara dapat
dilihat dari adanya sebagian warga Gereja Kristen yang anti pemerintah. Mereka
berpandangan politik dianggap kotor, dan pemerintah dianggap mendiskreditkan
gereja/orang Kristen. Gereja yang apolitis memamg tidak dapat dipastikan berapa
persen dan sejauh mana mereka bersikap apolitis. Sikap apolitis Gereja tidak salah
dalam pengertian mewaspadai terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, seperti
penyalahgunaan kekuasaan oleh pemerintah. Sikap apolitis yang berlebihan
mengakibatkan persepsi negatif. Dengan adanya persepsi negatif yang berlebihan
dapat menimbulkan apatis sehingga merasa tidak bertanggung jawab. Kelompok ini
mencari data khususnya dari penulis Injil menceritakan beberapa peristiwa selama
pelayanan Yesus yang bisa membuatnya terlibat dalam politik. Misalnya, tak lama
setelah Yesus dibaptis kira-kira pada usia 30, Iblis menawarkan kepadanya
kedudukan sebagai penguasa dunia. Belakangan, orang-orang ingin menjadikan dia
raja mereka. Kemudian, ada yang berupaya menjadikan dia aktivis politik. Apa
tanggapan Yesus? Mari kita simak peristiwanya. Injil menyatakan bahwa Si Iblis
menawarkan kepada Yesus kekuasaan atas “semua kerajaan dunia”. Bayangkan
hal-hal baik yang bisa Yesus lakukan bagi umat manusia yang menderita seandainya
ia menjadi penguasa dunia. Seorang tokoh politik yang peduli kepada rakyat pasti
tidak bakal menolak tawaran seperti itu. Tetapi, meskipun Yesus sangat peduli kepada
manusia, ia menolak tawaran tersebut. (Mat. 4:8-11). Banyak orang pada zaman
Yesus mendambakan penguasa yang dapat membereskan problem ekonomi dan
politik yang mereka hadapi. Karena terkesan dengan kesanggupan Yesus, orang-orang
ingin agar ia terjun ke dalam kancah politik. Tanggapan Yesus terhadap hal
itu, ”Ketika Yesus tahu bahwa mereka akan segera datang dan hendak membawanya
dengan paksa untuk menjadikannya raja, ia sekali lagi mengundurkan diri ke gunung
sendirian.” (Yoh. 6:10-15) Jelaslah, Yesus tidak mau terlibat dalam politik. Perhatikan
apa yang terjadi beberapa hari sebelum Yesus dihukum mati. Yesus didekati oleh
beberapa murid orang Farisi, yang ingin merdeka dari Imperium Romawi, juga oleh
para pengikut Herodes, anggota partai politik yang mendukung Roma. Mereka ingin
memaksanya untuk mendukung pihak tertentu. Mereka bertanya apakah orang Yahudi

4
harus membayar pajak kepada Roma atau tidak. Markus mencatat jawaban
Yesus, ”Mengapa kamu menguji aku? Bawalah kepadaku sebuah dinar untuk dilihat.”
Mereka membawa satu. Dan ia mengatakan kepada mereka, ’Gambar dan tulisan
siapakah ini?’ Mereka mengatakan kepadanya, ’Kaisar.’ Yesus kemudian
mengatakan, ’Bayarlah kembali perkara-perkara Kaisar kepada Kaisar, tetapi
perkara-perkara Allah kepada Allah.” (Mrk. 12:13-17)
Buku Church and State - The Story of Two Kingdoms mengomentari alasan di
balik jawaban Yesus, ”Ia tidak mau bertindak sebagai mesias politik dan dengan
bijaksana ia menetapkan batasan antara hak Kaisar dan hak Allah.” Kristus bukannya
tidak peduli akan kemiskinan, korupsi, dan ketidakadilan. Malah, Alkitab
memperlihatkan bahwa Yesus sangat prihatin dengan keadaan yang mengenaskan di
sekitarnya (Mrk 6:33, 34).
Berdasarkan penjelasan diatas, dengan jelas dan tegas Yesus tidak memulai
kampanye untuk menyingkirkan ketidakadilan dunia, meskipun ada yang berupaya
menyeret Yesus agar terlibat dalam isu-isu kontroversial di zamannya. Dengan
singkat, sebagaimana diperlihatkan contoh di atas, dapat dipahami bahwa Yesus tidak
tertarik dan tidak merencanakan untuk terlibat dalam urusan politik.

5
LANDASAN ALKITABIAH

1 Petrus 2:13
“Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja
sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi.”

Tuhan Yesus tidak secara langsung mengatakan bahwa setiap masyarakat harus
tunduk pada pemerintahan yang berlaku. Namun pemerintah merupakan wakil Allah
dalam sebuah pemerintahaan, oleh karena itu umat Kristen harus taat pada pemimpin
negaranya sesuai yang dipilih Allah.

6
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Dalam dunia politik sikap gereja yang perlu dikembangkan adalah sikap positif, kritis,
dan kreatif. Sikap positif artinya memandang dunia politik sebagai bidang
pengabdiandan pelayanan panggilan dari Tuhan serta karena itu berasal dari
pandangan positif ketika kitamemberikan kontribusi sesuai iman Kristen. Sikap kritis
artinya tidak ragu-ragu memberi kritik jika penguasa berbuat kesalahan, menyimpang
dari hukum dan prinsip"prinsip yang berlaku. Kritik yang sesuai dengan etika Kristen
adalah kritik yang konstruktif (membangun, santun,dan memperdayakan), bukan
kritik yang destruktif (menjatuhkan, fulgar, dan mencarik kesalahan). Kreatif artinya
berusaha memberikan terobosan atau alternatif baru di tengah kebuntuan terhadap
politik. Kita harus mampu berkomunikasi terbuka dan dialogis, tidak alergi terhadap
perubahan.
Di dalam kitab Injil dinyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus dan
rasul-rasul bukanlah suatu aktivis politik. Oleh karena Yesus dan para rasul dalam
kitab Injil tidak terlibat dalam urusan politik, maka dasar inilah dipakai oleh dan
untuk gereja khususnya pejabat gerejawi tidak terlibat menjadi politikus.

B. SARAN

1. Pemerintah sebaiknya meningkatkan system politikdan di Indonesia agar


bangsa ini dapat menjadi lebih baik lagi.
2. Gereja harus ada dalam proses perumusan kebijakan publik.
3. Gereja harus aktif mempengaruhi kebijakan negara melalui politik.
4. Gereja tidak bisa menarik diri atau diam terhadap proses politik.
5. Gereja harus seperti nabi, berbicara atas nama Allah.
6. Gereja harus memberitakan nilai-nilai etika yang memperkaya bangsa.

7
DAFTAR PUSTAKA

Karen L. Bloomquist, dkk, Churches Holding Governments Accountable, LWF,


Geneva 2010: hlm. 21-24.
Tom Jacobs, Paulus: Hidup, Karya dan Teologinya, hlm. 193-194. Akan hal ini,
menurut Tom Jacobs, Bornkamm menyebut surat ini “surat wasiat”.
C. Groennen, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Kanisius, Yogyakarta, 1984: hlm.
218-220.
https://id.wikipedia.org/wiki/Politik 29/09/2018.12:21
Sirait Saut Hamonagan, “ Politik Kristen di Indonesia”, (BPK-Gunung Mulia),
Jakarta;2001; Hlm 137.
Samuel Benyamin Hakh, Pemberitaan Tentang Yesus Menurut Injil Sinoptik,
Bandung :

Anda mungkin juga menyukai