Anda di halaman 1dari 5

Livanka Angelica Mekel

SIMBOL – PERANGKAT PENUNJANG IBADAH DAN BANGUNAN GEREJA


(Materi 41)

Simbol dapat dipahami sebagai sebuah kata, gambaran, benda, tempat, gerakan, tindakan, mitos
atau ritus dan sebagainya yang menghubungkan atau menggabungkan. Simbol dipahami sebagai
sesuatu yang menghubungkan dengan atau mewakili (menyimbolkan) sesuatu yang berbeda, atau
mengacu kepada realitas yang lebih tinggi atau ideal. Dengan kata lain, “Simbol mempersatukan
atau menggabungkan suatu segi pengalaman manusia yang sudah dikenal dengan baik denga
napa yang mengatasi pengalaman itu maupun pengungkapannya”.

A. Simbol dalam Ibadah GPIB

Ibadah GPIB dari awal hingga akhir dipenuhi dengan berbagai macam simbolik, yang dapat
berbentuk verbal (misalnya kata-kata dalam liturgi atau khutbah), visual (gambar, dekorasi atau
benda-benda lain yang dapat dilihat) atau ritual (Tindakan, gerak tubuh, dsb. dengan elemen-
elemen simbolis yang tidak hanya dapat dilihat, namun juga dirasakan oleh semua indra).

Tujuan adanya simbol dalam ibadah GPIB adalah untuk mengkomunikasikan keberadaan Allah,
karya penyelamatan-Nya dan kehadiran-Nya yang tidak mungkin dapat dijelaskan atau
dikomunikasikan dengan sempurna oleh bahasa lisan, tulisan atau bahasa isyarat, kecuali dengan
bahasa lisan, tulisan, atau bahasa isyarat, kecuali dengan bahasa simbol. Misalnya : kekudusan
Allah yang tidak mungkin diungkapkan atau dijelaskan dengan bahasa lisan.

1. Simbol – simbol verbal yang dijumpai dalam ibadah GPIB, misalnya :


a. Haleluya
b. Amin.

2. Simbol – simbol visual yang dijumpai dalam ibadah GPIB, misalnya : Logo dan warna –
warna khusus pada kain mimbar yang mau menjelaskan tentang berita karya
penyelamatan Allah. Simbol – simbol ini disesuaikan dengan Tahun Gereja. Warna
liturgi tahun Gereja, Logo, dan artinya :
a. Adventus
b. Natal
c. Masa Natal – Akhir Tahun – Tahun Baru
d. Epifania
e. Prapaskah/Sengsara
f. Jumat Agung
g. Paskah
h. Kenaikan Yesus ke Surga
i. Pentakosta
j. Minggu Pentakosta
k. Mimbar
Livanka Angelica Mekel

l. Salib
m. Bejana Baptisan
n. Alkitab
o. Perlengkapan Perjamuan Kudus
p. Lilin (Pada Masa Adven)

3. Simbol – simbol ritual yang dijumpai dalam ibadah GPIB, misalnya :


a. Penumpangan tangan pada saat berkat
Berkat adalah tindakan simbolis dalam liturgi melalui kata-kata dan Gerakan
tubuh (misalnya angkat tangan dan tangan menyentuh kepala saat pemberkatan
nikah) untuk menguatkan orang yang diberkati untuk perjalanan dan kehidupan
yang akan datang dan menyimbolkan kekuatan, perlindungan dan bimbingan
Allah yang akan menyertainya.
b. Duduk
Duduk merupakan simbol untuk mendengarkan sesuatu.
c. Berdiri
Berdiri mengungkapkan sikap hormat. Petugas ibadah berdiri saat membaca
Alkitab dan umat berdiri pada saat mendengarkan Injil.

B. Perangkat Penunjang Ibadah & Bangunan Gereja

Ruang ibadah merupakan sarana perjumpaan umat dengan Tuhan. Oleh karena itu, ruang ibadah
perlu ditata sedemikian rupa agar menunjang ibadah. Pengertian panataan ruang ibadah
mencakup penempatan perangkat dan peralatan ibadah, termasuk pembangunan gedung gereja.
Gedung gereja sebaiknya dirancang sedemikian rupa, baik secara arsitektur, akustik, tata cahaya,
dan sirkulasi udara, agar menunjang ibadah umat. Demikian juga dengan penempatan peralatan
music, dan perangkat musik serta pelayan ibadah. Semuanya perlu ditata sedemikian rupa agar
menunjuang ibadah.

Contoh : Tata Ruang Ibadah GPIB

1. Mimbar Pemberitaan Firman


2. Alat Sakramen
3. Mimbar kecil
4. Tempat persembahan
5. Panatua
6. Diaken
7. Alat Musik
8. 8a. Prokantor
9. 8b. Kantoria
10. Pengumpul persembahan
11. Umat
Livanka Angelica Mekel

MENGENAL AGAMA DAN KEPERCAYAAN LAIN


(Materi 43)

Gereja adalah persekutuan yang dipanggil oleh Tuhan keluar dari kegelapan kepada terang-Nya
yang ajaib dan diutus untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia dan suatu
persekutuan orang-orang yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup,
Mesias, Juruselamat. Gereja hidup di dalam suatu konteks tertentu yaitu dunia yang di dalamnya
gereja berada, dunia yang sudah dibangun dan ditata secara sosial, ekonomis, politik, dan budaya
sedemikian rupa sehingga manusia dapat hidup di dalamnya. Gereja juga terkait dengan konteks
misionalnya. Gereja dipanggil untuk melaksanakan misi Allah.

A. GPIB : Gereja Protestan dalam Konteks Indonesia


GPIB sendiri memahami dirinya sebagai Gereja (Protestan) didalam konteks masyarakat
Indonesia. Indonesia sebagai suatu negara-bangsa (nation-state) merupakan sesuatu yang baru.
Sesuai dengan apa yang tertera dalam lambing NKRI, maka masyarakat Indonesia berciri
“Bhinneka Tunggal Ika” (beraneka ragam tetapi tetap satu), dan bersemangat pembebasan
(humanisasi dan emansipasi), kesetaraan, dan berdasarkan Pancasila. Sebagai “gereja dalam
konteks Indonesia”, maka warga GPIB hidup bersama dan ditengah-tengah masyarakat
Indonesia.

B. Agama dan Kepercayaan Lain di Indonesia


Di Indonesia ada berbagai agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat. Selaku
warganegara Indonesia dan bagian yang tidak terpisahkan dari bangsa Indonesia, maka warga
gereja hendaknya melakukan segala sesuatu dengan kesadaran bahwa mereka hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, dengan segala konsekuensinya, bersama dengan
sesame warganegara yang berbeda agama dan kepercayaannya.

Agama dapat bersifat persekutuan (komunal) atau individual. Satu-satunya hal yang benar-benar
penting di dalam agama adalah keyakinan pada wilayah yang suci (the sacred), transeden atau
transempiris. Jika hal ini ada maka kita beragama, jika tidak ada, kita tidak beragama.

Secara politis pemerintah Indonesia hanya mengakui 6 agama, yaitu Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Pengakuan terhadap agama di Indonesia
ini didasarkan bahwa agama harus memiliki 4 hal, yaitu :
1. Kitab Suci
2. Pengakuan Iman (Syahadat)
3. Nabi
4. Ritus
Livanka Angelica Mekel

Sementara kepercayaan di luar ke enam agama tersebut dinamai Aliran Kepercayaan.


1. Agama Masyarakat Daerah atau Suku
Agama suku murba adalah agama-agama yang dianut oleh masyarakt atau suku-suku
tertentu di Indonesia. Agama-agama tersebut sekaligus menjadj ciri khas dari suku
tersebut dan biasanya tidak disebarkan kepada komunitas suku lain atau daerah lain.

2. Agama Hindu dan Buddha dan Aliran-alirannya


Agama Hindu dan Buddha adalah dua agama yang berasal dari daerah yang sama, yaitu
dari India. Kedua agama ini masuk ke Indonesia sudah sejak berabad-abad yang lampau.
Agama ini diakui sebagai agama asing pertama yang memasuki Indonesia terutama di
pulau Jawa. Baik agama Hindu maupun agama Buddha mempunyai aliran/sekte/mazhab.

3. Agama Islam dan Aliran-alirannya


Agama Islam di Indonesia terdiri dari berbagai aliran berdasarkan bidang-bidang
keagamaan. Ada aliran dalam bidang teologis, bidang fikih, dan bidang tasawuf.

4. Agama Kristen (Katoklik Roma dan Kristen Protestan)


Agama Kristen dengan berbagai alirannya telah ada di Indonesia sejak ratusan tahun lalu.
Di kalangan pemeluk Katolik Roma terdapat tarekat-tarekat yang mengkhususkan diri
pada bidang-bidang peribadatan dan pelayanan tertentu. Pada agama Kristen Protestan
terdapat lebih banyak aliran, baik yang bersifat konservatif maupun radikal. Di samping
Katolik dan Protestan, masih ada aliran Ortodoks Yunani (Barat) dan Ortodoks Syria
(Timur).

5. Taoisme dan Kung Fu Tse


Kedua agama ini berasal dari daratan Cina. Taoisme dan Kung Fu Tzeisme diakui
keberadaannya sebagai salah satu agama resmi di Indonesia, walaupun secara politis
mereka digabungkan dan dimasukkan ke dalam sekte agama Buddha.

6. Agama-agama Campuran
Agama campuran adalah agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat yang di dalamnya
terdapat penggabungan kepercayaan agama yang bermacam-macam.

C. Sikap GPIB Terhadap Agama dan Kepercayaan Lain di Indonesia


Selaku Gereja Protestan, GPIB menganut prinsip “sola scriptura” (hanya berdasarkan Kitab
Suci / Alkitab). Posisi GPIB tetap bertumpu kepada Alkitab. Di satu pihak gereja terpanggil agar
tetap berpegang teguh pada hal-hal yang ia Imani, namun di lain pihak gereja juga terpanggil
agar mengasihi sesame manusia, siapapun dia, dengan sungguh-sungguh. Warga GPIB hidup
bersama di tengah-tengah masyarakat Indonesia yang majemuk dalam hal agama dan
keyakinannya. Karena itu, hidup bersama dan ditengah-tengah masyarakat seperti itu, maka
warga GPIB hendaknya berperilaku atas dasar pengakuan dan pemahaman imannya.
Livanka Angelica Mekel

Anda mungkin juga menyukai