Simbol dapat dipahami sebagai sebuah kata, gambaran, benda, tempat, gerakan, tindakan, mitos
atau ritus dan sebagainya yang menghubungkan atau menggabungkan. Simbol dipahami sebagai
sesuatu yang menghubungkan dengan atau mewakili (menyimbolkan) sesuatu yang berbeda, atau
mengacu kepada realitas yang lebih tinggi atau ideal. Dengan kata lain, “Simbol mempersatukan
atau menggabungkan suatu segi pengalaman manusia yang sudah dikenal dengan baik denga
napa yang mengatasi pengalaman itu maupun pengungkapannya”.
Ibadah GPIB dari awal hingga akhir dipenuhi dengan berbagai macam simbolik, yang dapat
berbentuk verbal (misalnya kata-kata dalam liturgi atau khutbah), visual (gambar, dekorasi atau
benda-benda lain yang dapat dilihat) atau ritual (Tindakan, gerak tubuh, dsb. dengan elemen-
elemen simbolis yang tidak hanya dapat dilihat, namun juga dirasakan oleh semua indra).
Tujuan adanya simbol dalam ibadah GPIB adalah untuk mengkomunikasikan keberadaan Allah,
karya penyelamatan-Nya dan kehadiran-Nya yang tidak mungkin dapat dijelaskan atau
dikomunikasikan dengan sempurna oleh bahasa lisan, tulisan atau bahasa isyarat, kecuali dengan
bahasa lisan, tulisan, atau bahasa isyarat, kecuali dengan bahasa simbol. Misalnya : kekudusan
Allah yang tidak mungkin diungkapkan atau dijelaskan dengan bahasa lisan.
2. Simbol – simbol visual yang dijumpai dalam ibadah GPIB, misalnya : Logo dan warna –
warna khusus pada kain mimbar yang mau menjelaskan tentang berita karya
penyelamatan Allah. Simbol – simbol ini disesuaikan dengan Tahun Gereja. Warna
liturgi tahun Gereja, Logo, dan artinya :
a. Adventus
b. Natal
c. Masa Natal – Akhir Tahun – Tahun Baru
d. Epifania
e. Prapaskah/Sengsara
f. Jumat Agung
g. Paskah
h. Kenaikan Yesus ke Surga
i. Pentakosta
j. Minggu Pentakosta
k. Mimbar
Livanka Angelica Mekel
l. Salib
m. Bejana Baptisan
n. Alkitab
o. Perlengkapan Perjamuan Kudus
p. Lilin (Pada Masa Adven)
Ruang ibadah merupakan sarana perjumpaan umat dengan Tuhan. Oleh karena itu, ruang ibadah
perlu ditata sedemikian rupa agar menunjang ibadah. Pengertian panataan ruang ibadah
mencakup penempatan perangkat dan peralatan ibadah, termasuk pembangunan gedung gereja.
Gedung gereja sebaiknya dirancang sedemikian rupa, baik secara arsitektur, akustik, tata cahaya,
dan sirkulasi udara, agar menunjang ibadah umat. Demikian juga dengan penempatan peralatan
music, dan perangkat musik serta pelayan ibadah. Semuanya perlu ditata sedemikian rupa agar
menunjuang ibadah.
Gereja adalah persekutuan yang dipanggil oleh Tuhan keluar dari kegelapan kepada terang-Nya
yang ajaib dan diutus untuk memberitakan perbuatan-perbuatan besar dari Dia dan suatu
persekutuan orang-orang yang mengaku bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah yang hidup,
Mesias, Juruselamat. Gereja hidup di dalam suatu konteks tertentu yaitu dunia yang di dalamnya
gereja berada, dunia yang sudah dibangun dan ditata secara sosial, ekonomis, politik, dan budaya
sedemikian rupa sehingga manusia dapat hidup di dalamnya. Gereja juga terkait dengan konteks
misionalnya. Gereja dipanggil untuk melaksanakan misi Allah.
Agama dapat bersifat persekutuan (komunal) atau individual. Satu-satunya hal yang benar-benar
penting di dalam agama adalah keyakinan pada wilayah yang suci (the sacred), transeden atau
transempiris. Jika hal ini ada maka kita beragama, jika tidak ada, kita tidak beragama.
Secara politis pemerintah Indonesia hanya mengakui 6 agama, yaitu Islam, Kristen Katolik,
Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Kong Hu Chu. Pengakuan terhadap agama di Indonesia
ini didasarkan bahwa agama harus memiliki 4 hal, yaitu :
1. Kitab Suci
2. Pengakuan Iman (Syahadat)
3. Nabi
4. Ritus
Livanka Angelica Mekel
6. Agama-agama Campuran
Agama campuran adalah agama yang dipeluk oleh suatu masyarakat yang di dalamnya
terdapat penggabungan kepercayaan agama yang bermacam-macam.