Anda di halaman 1dari 20

TUGAS

PANCASILA
“BAGAIMANA MENJAGA PERSATUAN DAN SIKAP TOLERANSI ANTAR
UMAT BERAGAMA,SUKU,RAS,DAN GOLONGAN”

Disusun oleh :

NAMA : NUR ANGGIA PUTRI


NPM : 173010001

SEMESTER: 2

UNIVERSITAS PATRIA ARTHA


Tahun Akademik 2017/2018

KATA PENGANTAR

1
Alhamdulilllah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kesempatan pada penulis untuk dapat melaksanakan dan menyelesaikan
tugas makalah tentang “BAGAIMANA MENJAGA PERSATUAN DAN SIKAP
TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA,SUKU,RAS,DAN GOLONGAN” ini.

Penulis menyadari bahwa dalam tugas ini masih banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan karena keterbatasan data dan pengetahuan penulis serta waktu
yang ada saat ini, dengan rendah hati penulis penelitian ini mengharap kritik dan saran
yang membangun dari kalangan pembimbing untuk kesempurnaan penelitian yang
kami kerjakan ini.

Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya


kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikanya kegiatan fortofolio untuk
meningkatkan kemampuan membaca mahasiswa.Terlepas dari semua kekurangan
penulisan tugas ini, baik dalam susunan dan penulisanya yang salah, penulis
memohon maaf dan berharap semoga penulisan tugas ini bermanfaat khususnya
kepada kami selaku penulis dan umumnya kepada pembaca yang budiman.

Akhirnya, semoga Allah senantiasa meberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada


siapa saja yang mencintai pendidikan. Amin Ya Robbal Alamin.

Gowa, Mei 2018

Penulis

DAFTAR ISI

Sampul …………………………………………………………………………………………1

2
Kata Pengantar.……………………….…………………….………………………….…..…2
Daftar Isi..………………………………………………………………………….……………3
Bab 1 Pendahuluan ……………………………………………………………….…..………4
1. Latar Belakang .……….……………….………………………………………………4
2. Tujuan Masalah ……………………………….……….….……….….………………5
Bab 2 Pembahasan …………………………….……….…………….………………………6

1. Pengertian Toleransi……………………………………………………………….….6
2. Trilogi Kerukunan umat Beragama……..……………………………………………8
3. kerukunan umat beragama di Indonesia.….…….
……………………………………………………………………11
4. landasan hukum ……………… ………………………………………………….....11
5. upaya mewujudkan kerukunan beragama…………………………………..…….12
6. Menghormati Dan Memelihara Hak Dan Kewajiban Antar Umat Beragama?

……………………………………………………………………………15

7. Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama……………………………...…….17


8. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku dan Ras di
Indonesia………………………………………………………………….…….…….18
9. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya
…………………………………………………………………………...…...19

Bab 3 Penutup ………………………………………………………………………..…...…20

1. Kesimpulan ……………………………………………………………………….…..20
2. Saran …………………………………………………………………………….…....20
Daftar N Pustaka …………………………………………….………….…….……..
…………………21

BAB I
PENDAHULUAN
 
A.     LATAR BELAKANG
3
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta
berkat adanya toleransi dalam kehidupan beragama. Toleransi adalah sikap saling
pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, khususnya
dalam masalah kehidupan beragama. Kerukunan umat beragama adalah hal yang
sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini.

Sila Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala aspek
penyelenggaraan hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari
Tuhan. Karena sejak awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara Indonesia
berdasarkan atas Ketuhanan. Maksudnya adalah bahwa masyarakat Indonesia
merupakan manusia yang mempunyai iman dan kepercayaan terhadap Tuhan, dan
iman kepercayaan inilah yang menjadi dasar dalam hidup berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat.

Kebebasan beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar
umat beragama. Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar
umat beragama. Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia. Hak untuk
menyembah Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh
mencabutnya. Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara
agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi
tidak dapat diabaikan.

Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan bahwa “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu.” Olehnya itu kita sebagai
warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat
beragama dan saling menghormati antar hak dan kewajiban yang ada diantara kita
demi keutuhan Negara.

B.     RUMUSAN MASALAH

Penulis telah menyusun beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini
sebagai batasan dalam pembahasan bab isi. Beberapa masalah tersebut antara lain :

4
 Apa pengertian toleransi?

 Apa yang dimaksud dengan trilogi kerukunan umat beragama ?

 Bagaimana kerukunan umat beragama di Indonesia ?

 Apa saja landasan hukum yang di gunakan ?

 Bagaimana upaya mewujudkan kerukunan beragama ?

 Bagaimana cara Menghormati Dan Memelihara Hak Dan Kewajiban Antar Umat

Beragama?

 Apa Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama?

 Apa Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku dan Ras di Indonesia?

 Apa Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya?

BAB II
PEMBAHASAN
 
A.     Pengertian Toleransi

5
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang
berarti dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas
adalah suatu sikap atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana
seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.
Toleransi juga dapat dikatakan istilah dalam konteks sosial budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya deskriminasi terhadap kelompok-
kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat. Contohnya adalah toleransi beragama dimana penganut mayoritas dalam
suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya. Istilah toleransi
juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih luas , misalnya
partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak kontroversi
dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun konservatif.
Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat yang
beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia
yang beragama lain.

Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa


kepada tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak.
Semua agama menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib
saling menghargai. Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan
terbina kerukunan hidup. Sebagaimana dalam konsep hidup beragama mencakup tiga
kerukunan, yakni: Kerukunan intern umat beragama, Kerukunan antar umat beragama
dan, Kerukunan antara umat beragama dengan Pemerintah. Hal ini harus dihormati,
ditaati dan dijalankan dengan kecerdasan hati, bukan dengan kekuatan otot bahkan
dengan cara anarkis. 

Kerukunan umat beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai
sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini. Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki
keragaman yang begitu banyak. Tak hanya masalah adat istiadat atau budaya seni,
tapi juga termasuk agama. Walau mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama
Islam, ada beberapa agama lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Khatilik,
Hindu, dan Budha adalah contoh agama yang juga banyak dipeluk oleh warga
Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah. Namun
perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara dalam
tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar
negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh.

Persamaan Membangun Kerukunan Antar Umat Beragama. Tidak bisa


dibantah bahwa pada akhir-akhir ini, ketidak rukunan antar dan antara umat beragama
(yang terpicu karena bangkitnya fanatisme keagamaan) menghasilkan berbagai
ketidak harmonisan di tengah-tengah hidup dan kehidupan berbangsa, bernegara, dan
bermasyarakat. Oleh sebab itu, perlu orang-orang yang menunjukkan diri sebagai

6
manusia beriman (dan beragama) dengan taat, namun berwawasan terbuka, toleran,
rukun dengan mereka yang berbeda agama.

Disinilah letak salah satu peran umat beragama dalam rangka hubungan antar
umat beragama, yaitu mampu beriman dengan setia dan sungguh-sungguh, sekaligus
tidak menunjukkan fanatik agama dan fanatisme keagamaan. Di balik aspek
perkembangan agama-agama, ada hal yang penting pada agama yang tak berubah,
yaitu credo atau pengakuan iman. Credo merupakan sesuatu khas, dan mungkin tidak
bisa dijelaskan secara logika, karena menyangkut iman atau percaya kepada sesuatu
di luar jangkauan kemampuan nalar manusia. Dan seringkali credo tersebut
menjadikan umat agama-agama melakukan pembedaan satu sama lain. Dari
pembedaan, karena berbagai sebab, bisa berkembang menjadi pemisahan, salah
pengertian, beda persepsi, dan lain sebagainya, kemudian berujung pada konflik.

Di samping itu, hal-hal lain seperti pembangunan tempat ibadah, ikon-ikon atau
lambang keagamaan, cara dan suasana penyembahan atau ibadah, termasuk di
dalamnya perayaan keagamaan, seringkali menjadi faktor ketidaknyamanan pada
hubungan antar umat beragama. Jika semua bentuk pembedaan serta
ketidaknyamanan itu dipelihara dan dibiarkan oleh masing-masing tokoh dan umat
beragama, maka akan merusak hubungan antar manusia, kemudian merasuk ke
berbagai aspek hidup dan kehidupan. Misalnya, masyarakat mudah terjerumus ke
dalam pertikaian berdasarkan agama (di samping perbedaan suku, ras dan golongan).
Untuk mencegah semuanya itu, salah satu langkah yang penting dan harus terjadi
adalah kerukunan umat beragama. Suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh
semua pemimpin dan umat beragama.
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :

1. Negatif

Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan penganutnya hanya
dibiarkan saja karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI
atau orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada zamanIndonesia
baru merdeka.

2. Positif

Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda


beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh
keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau manusianya
Anda hargai.

3. Ekumenis

Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat
unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan
kepercayaan sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda sama-sama beragama
Islam atau Kristen tetapi berbeda aliran atau paham. Dalam kehidupan
7
beragama sikap toleransi ini sangatlah dibutuhkan, karena dengan sikap
toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap berlangsung dengan
tetap saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-masing. 

Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak


baik dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal
contohnya siswa dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan
kerukunan umat beragama melalui bidang studi Agama, Kewarganegaraan,
ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti Pramuka, PMR, OSIS, dll.
Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh orang tua
kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini
mungkin di rumah.

Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi,
manfaat tersebut adalah:

1. Hidup bermasyarakat akan lebih tentram

2. Persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud

3. Pembangunan Negara akan lebih mudah

B.     Trilogi Kerukunan umat Beragama


 

Hidup di era sekarang ini masyarakat dihadapkan pada kondisi kehidupan yang
serba majemuk dalam segala bidang kehidupan. Semua keberanekaragaman ada
dalam bidang politik, sosial, dan budaya. Dalam berpolitik misalnya adanya perbedaan
partai, perbedaan sudut pandang dalam isu-isu nasional, maupun perbedaan falsafah
dan ideologi yang dianut oleh masing-masing orang meskipun, di Indonesia sendiri
sudah ada ideologi pemersatu yakni pancasila. Sedangkan dalam bidang sosial dan
budaya adalah adanya perbedaan suku, etnik, adat-istiadat, norma, termasuk agama
yang masing-masing dianut oleh warga negara Indonesia.

Kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi dewasa ini semakin


mempercepat arus interaksi antara satu dengan yang lainnya sehingga keberagaman
pun tidak hanya dalam lingkup terbatas disekitar tempat tinggal akan tetapi juga dalam
interaksi dengan orang lain pada media cetak maupun elektronik yang sekarang ini
maju seperti jejaring sosial misal facebook dan twiter juga email account.Meskipun
hanya melalui jejaring sosial, terkadang bisa timbul kekisruhan, percecokan dan saling
lempar hujatan menjadi hal yang biasa. Seolah-olah di dalam dunia maya etika,
toleransi dan prinsip hidup toleransi menjadi hal yang asing dan tidak berlaku.

Hal-hal tersebut diatas diperparah dengan adanya isu SARA yang


dimanfaatkan oleh segelintir orang untuk men-teror dan mengambil keuntungan dalam
kekisruhan yang terjadi di masyarakat. Hal ini sangat berbahaya dan mengancam
8
terbentuknya kebhinekaan yang telah terjalin bertahun-tahun lamanya bersemayam di
tanah air kita tercinta Indonesia. Maka, hendaknyalah masyarakat mau kembali
kepada ideologi pancasila dan kembali mengenal trilogi kerukunan antar umat
beragama. Inilah yang mampu menjadi solusi untuk meredam konflik yang tengah
terjadi dalam kehidupan berbangsa sekarang ini.Dalam setiap jenjang pendidikan,
selalu dikenalkan adanya trilogi kerukunan umat beragama yang harus dijunjung oleh
masing-masing warga negara Indonesia guna terbentuknya kerukunan, kedamaian,
dan terciptanya stabilitas nasional.

Trilogi kerukunan umat beragama itu antara lain adalah:

1. Kerukunan intern umat beragama.

2. Kerukunan antar umat beragama.

3. Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Hal-hal tersebut diataslah yang menjadi nilai-nilai yang bisa diamalkan dalam
kehidupan sehari-hari sehingga tercipta kehidupan bermasyarakat yang madani, aman
dan sejahtera.

Kerukunan intern umat beragama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan


untuk melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati
adanya perbedaan yang masih bisa ditolerir. Misal dalam islam ada NU,
Muhammadiyah, dsb. Dalam protestan ada GBI, Pantekosta dsb. Dalam katolik ada
Roma dan ortodoks. Hendaknya dalam intern masing-masing agama tercipta suatu
kerukunan dan kebersatuan dalam masing-masing agama.

Kemudian, kerukunan antar umat beragama adalah menciptakan persatuan


antar agama agar tidak terjadi saling merendahkan dan menganggap agama yang
dianutnya paling baik. Ini perlu dilakukan untuk menghindari terbentuknya fanatisme
ekstrim yang membahayakan keamanan, dan ketertiban umum. Bentuk nyata yang
bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar umat beragama yang didalamnya
bukan membahas perbedaan, akan tetapi memperbincangkan kerukunan, dan
perdamaian hidup dalam bermasyarakat. Intinya adalah bahwa masing-masing agama
mengajarkan untuk hidup dalam kedamaian dan ketentraman.

Terakhir adalah kerukunan umat beragama dengan pemerintah, maksudnya


adalah dalam hidup beragama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan pemerintah
setempat yang mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Masyarakat tidak boleh
hanya mentaati aturan dalam agamanya masing-masing, akan tetapi juga harus
mentaati hukum yang berlaku di negara Indonesia. Bahwasanya Indonesia itu bukan
negara agama tetapi adalah negara bagi orang yang beragama. Tentunya, hal-hal
diatas juga bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yang di

9
dalamnya terdapat beraneka macam suku, agama, ras dan budaya yang berbeda satu
sama lainnya.

Dalam rangka menciptakan keberhasilan pembangunan di bidang agama


khususnya dalam hal pembinaan kerukunan hidup beragama yang dinamis, maka
semua pihak baik pemerintah maupun umat beragama berkewajiban dan sangat
berkepentingan untuk senantiasa berusaha membina dan memelihara bagi terciptanya
suasana dan kehidupan beragama yang penuh kerukunan. Pembinaan dan
pemeliharaan kerukunan tersebut antara lain; dengan cara menghindarkan serta
menghilangkan permasalahan yang muncul dilingkungan umat beragama dan
masyarakat pada umumnya. Sehingga umat beragamapun dapat terhindar dari
permasalahan yang akan merugikan bagi terciptanya stabilitas serta kelancaran
jalannya pembangunan.

Oleh karena itu, semua pihak baik umat beragama, pemerintah atau instansi
terkait maupun pihak lainnya sangat berperan aktif dan sangat mempengaruhi demi
terwujudnya nilai-nilai yang berujung pada kehidupan yang rukun dan damai  antar
umat beragama. Dengan tidak menimbulkan konflik atau permasalahan yang ada,
menghindari konflik yang muncul serta mencari solusi terhadap permasalahan yang
ada. Dengan demikian umat beragama dapat benar-benar merasakan ketentraman
dan kerukunan dalam kehidupan diantara umat beragama.

Jadi, kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan


antar para pemeluk agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu
dengan yang lainnya. Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami,
tahu tentang sesuatu hal, dapat diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta
paham mengenai masalah-masalah sosial kemasyarakatan, sehingga dapat
merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan semangat saling mengerti,
memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan sikap dan rasa berempati
kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat memahami bila berada
di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara kerukunan antar umat
beragama.

C.      Kerukunan Umat Beragama di Indonesia

Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah meliputi semua agama,


semua warga negara RI. Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat
beragama, Presiden Soeharto dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain:
“Pemerintah tidak akan menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat
penyebaran tersebut ditujukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia.

10
Kepada semua pemuka agama dan masyarakat agar melakukan jiwa toleransi
terhadap sesama umat beragama”.

Pada tahun 1972 dilaksanakan dialog antar umat beragama. Dialog tersebut
adalah suatu forum percakapan antar tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat dan
pemerintah. Tujuannya adalah untuk mewujudkan kesadaran bersama dan menjalin
hubungan pribadi yang akrab dalam menghadapi masalah masyarakat. Kerukunan
umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat
beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.

D.    Landasan Hukum
 

 Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha
Esa).

 Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1:

“Negara berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan Pasal 29 ayat 2:

“Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya

masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya

itu”.

 Landasan Strategis, yaitu Ketatapan MPR No.IV tahun 1999 tentang Garis-

Garis Besar Haluan Negara. Dalam GBHN dan Program Pembangunan

Nasional (PROPENAS) tahun 2000, dinyatakan bahwa sasaran pembangunan

bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan

ketaqwaan, penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan

kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, secara bersama-sama makin

memperkuat landasan spiritual., moral dan etika bagi pembangunan nasional,

yang tercermin dalam suasana kehidupan yang harmonis, serta dalam

kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras dengan penghayatan dan

pengamalan Pancasila.
11
 Landasan Operasional

1. UU No. 1/PNPS/l 965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan

penghinaan agama

2. Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI.

No.01/Ber/Mdn/1969 tentang pelaksanaan aparat pemerintah yang menjamin

ketertiban dan kelancaran pelaksanaan dan pengembangan ibadah pemeluk

agama oleh pemeluknya.

3. SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI. No.01/1979 tentang tata

cara pelaksanaan pensyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada

lembaga-lembaga keagamaan swasta di Indonesia.

4. Surat edaran Menteri Agama RI. No.MA/432.1981 tentang penyelenggaraan

peringatan hari besar keagamaan .

E. Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama


 

Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi,


maupun pemerintah merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi
pemerintah lainnya. Mulai dari tanggung jawab mengenai ketentraman, keamanan,
dan ketertiban termasuk memfasilitasi terwujudnya kerukunan umat beragama,
menumbuh kembangkan keharmonisan saling pengertian, saling menghormati, dan
saling percaya di antara umat beragama bahkan menertibkan rumah ibadah. 

Dalam hal ini untuk menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan
dengan cara-cara sebagai berikut:

1. Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama

2. Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.

3. Melaksanakan ibadah sesuai agamanya

12
4. Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan

Negara atau Pemerintah.

Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan
indikasi dari konsep trilogi kerukunan. Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya
mewujudkan dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh
memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu. Karena hal ini menyangkut
hak asasi manusia (HAM) yang telah diberikan kebebasan untuk memilih baik yang
berkaitan dengan kepercayaan, maupun diluar konteks yang berkaitan dengan hal itu.

Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara,


apabila masing-masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan
oleh agamanya masing-masing serta mematuhi peraturan yang telah disahkan Negara
atau sebuah instansi pemerintahan. Umat beragama tidak diperkenankan untuk
membuat aturan-aturan pribadi atau kelompok, yang berakibat pada timbulnya konflik
atau perpecahan diantara umat beragama yang diakibatkan karena adanya
kepentingan ataupun misi secara pribadi dan golongan.

Selain itu, agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa
terpelihara, perlu memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan
secara mantap dalam bentuk. :

1. Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama,serta

antar umat beragama dengan pemerintah.

2. Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, dalam bentuk upaya

mendorong dan mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam

bingkai teologi dan implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap

toleransi.

3. Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif, dalam rangka

memantapkan pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama,

yang mendukung bagi pembinaan kerukunan hidup intern umat beragama dan

antar umat beragama.

4. Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari

seluruh keyakinan plural umat manusia, yang fungsinya dijadikan sebagai

13
pedoman bersama dalam melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi

sosial satu sama lainnya dengan memperlihatkan adanya sikap keteladanan.

5. Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan

yang mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-

penyimpangan nila-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.

6. Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara

menghilangkan rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan

tercipta suasana kerukunan yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor

tertentu.

7. Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan

bermasyarakat, oleh sebab itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat

memperindah fenomena kehidupan beragama.

Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah
fungsi pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka
agama, tokoh masyarakat adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing,
sehingga apa yang diperbuat mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu
mereka sangat berperan dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan
wawasannya dalam pengetahuan agama. Kemudian pemerintah juga berperan dan
bertanggung jawab demi terwujud dan terbinanya kerukunan hidup umat beragama.
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat beragama di Indonesia belum berfungsi
seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama masing-masing. Sehingga ada
kemungkinan timbul konflik di antara umat beragama. Oleh karena itu dalam hal ini,
”pemerintah sebagai pelayan, mediator atau fasilitator merupakan salah satu elemen
yang dapat menentukan kualitas atau persoalan umat beragama tersebut. Pada
prinsipnya, umat beragama perlu dibina melalui pelayanan aparat pemerintah yang
memiliki peran dan fungsi strategis dalam menentukan kualitas kehidupan umat
beragama, melalui kebijakannya.

Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan
bangsa, perlu dilakukan upaya-upaya:

1. Meningkatkan efektifitas fungsi lembaga-lembaga kearifan lokal dan keagamaan

masyarakat;

14
2. Meningkatkan wawasan keagamaan masyarakat;

3. Menggalakkan kerjasama sosial kemanusiaan lintas agama, budaya, etnis dan

profesi

4. Memperkaya wawasan dan pengalaman tentang kerukunan melalui program

kurikuler di lingkungan lembaga pendidikan.

F. Menghormati Dan Memelihara Hak Dan Kewajiban Antar Umat Beragama


 

1. Pengertian  Hak

Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya
tergantung kepada kita sendiri.Contoh dari hak adalah:

a) Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;

b) Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;

c) Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di

dalam pemerintahan;

d) Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama

dan kepercayaan masing-masing yang dipercayai;

e) Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;

f) Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan

Indonesia atau nkri dari serangan musuh;dan

g) Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat,

berkumpul mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-

undang yang berlaku.

2. Pengertian Kewajiban

Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh


dari kewajiban adalah:
15
a) Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,

mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh;

b) Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan

oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);

c) Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara,

hukum dan pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-

baiknya;

d) Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala

hukum yang berlaku di wilayah negara Indonesia;dan

e) Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun

bangsa agar bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik. 

Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanankan. Jika tidak
dilaksanankan dapat mendatangkan sanksi bagi yang melanggarnya. Sedangkan hak
adalah kekuasaan untuk melakukan sesuatu. Namun, kekuasaan tersebut dibatasi
oleh undang-undang. Pembatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan hak
seseorang tidak sampai melanggar hak orang lain. Jadi pelaksanaan hak dan
kewajiban haruslah seimbang, artinya, kita tidak boleh terus menuntut hak tanpa
memenuhi kewajiban.

Indonesia adalah bangsa yang terdiri dari beragam suku dan agama, dengan
adanya sikap toleransi dan sikap menjaga hak dan kewajiban antar umat beragama,
diharapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan sara tidak muncul kepermukaan.
Dalam kehidupan masyarakat sikap toleransi ini harus tetap dibina, jangan sampai
bangsa Indonesia terpecah antara satu sama lain.

Toleransi Hak dan kewajiban dalam umat beragama telah tertanam dalam nilai-nilai
yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara majemuk yang terdiri dari
berbagai macam etnis dan agama, tanpa adanya sikap saling menghormati antara hak
dan kewajiban maka akan dapat muncul berbagai macam gesekan-gesekan antar
umat beragama. Pemeluk agama mayoritas wajib menghargai ajaran dan keyakinan
pemeluk agama lain, karena dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dikatakan bahwa
“setiap warga diberi kemerdekaan atau kebebasan untuk memeluk agamanya masing-
masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya.” Hal ini berarti kita tidak
boleh memaksakan kehendak, terutama dalam hal kepercayaan, kepada penganut
agama lain, termasuk mengejek ajaran dan cara peribadatan mereka.

16
G. Perilaku Toleran dalam Kehidupan Beragama

Semua orang di Indonesia tentu menyakini salah satu agama atau kepercayaan
yang ada di Indonesia. Pemerintah Indonesia mengakui enam agama yang ada di
Indonesia. Agama tersebut adalah Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan
Khonghucu. Bukankah kalian sejak kecil sudah meyakini dan melaksanakan ajaran
agama yang kalian anut.Negara menjamin warga negaranya untuk menganut dan
mengamalkan ajaran agamanya masing-masing. Jaminan negara terhadap warga
negara untuk memeluk dan beribadah diatur dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat (2). Bunyi
lengkap Pasal 29 ayat (2) adalah “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya
dan kepercayaannya itu”.Dalam kehidupan berbangsa, seperti kita ketahui
keberagaman dalam agama itu benar-benar terjadi. Agama tidak mengajarkan untuk
memaksakan keyakinan kita kepada orang lain.

Oleh karena itu, bentuk perilaku kehidupan dalam keberagaman agama di


antaranya diwujudkan dalam bentuk:

 menghormati agama yang diyakini oleh orang lain;


 tidak memaksakan keyakinan agama kita kepada orang yang berbeda
agama;

 bersikap toleran terhadap keyakinan dan ibadah yang dilaksanakan oleh


yang memiliki keyakinan dan agama yang berbeda

 melaksanakan ajaran agama dengan baik; serta

17
 tidak memandang rendah dan tidak menyalahkan agama yang berbeda dan
dianut oleh orang lain.

Perilaku baik dalam kehidupan beragama tersebut sebaiknya kita laksanakan, baik
dikeluarganya, sekolah, masyarakat maupun dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
H. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Suku dan Ras di Indonesia

Perbedaan suku dan ras antara manusia yang satu dengan manusia yang lain
hendaknya tidak menjadi kendala dalam membangun persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia maupun dalam pergaulan dunia. Kita harus menghormati harkat dan
martabat manusia yang lain. Marilah kita mengembangkan semangat persaudaraan
dengan sesama manusia dengan menjunjung nilai-nilai kemanusiaan.

Suku bangsa di Indonesia

Perbedaan kita dengan orang lain tidak berarti bahwa orang lain lebih baik dari
kita atau kita lebih baik dari orang lain. Baik dan buruknya penilaian orang lain kepada
kita bukan karena warna, rupa, dan bentuk, melainkan karena baik dan buruknya kita
dalam berperilaku. Oleh karena itu, sebaiknya kita berperilaku baik kepada semua
orang tanpa memandang berbagai perbedaan tersebut.

I. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Sosial Budaya

18
Kehidupan sosial dan keberagaman kebudayaan yang dimiliki bangsa
Indonesia tentu menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Kita tentu harus bersemangat
untuk memelihara dan menjaga kebudayaan bangsa Indonesia. Siapa lagi yang akan
mempertahankan budaya bangsa jika bukan kita sendiri. Bagi seorang pelajar perilaku
dan semangat kebangsaan dalam mempertahankan keberagaman budaya bangsa di
antaranya dapat dilaksanakan dengan:

 mengetahui keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia.


 mempelajari dan menguasai salah satu seni budaya sesuai dengan minat
dan kesenangannya;

 merasa bangga terhadap budaya bangsa sendiri; dan

 menyaring budaya asing yang masuk ke dalam bangsa Indonesia.

BAB III
PENUTUP
 
A.     Kesimpulan
 

Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para
pemeluk agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan
yang lainnya.

Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu
hal, dapat diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai
19
masalah-masalah sosial kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang
lain rasakan.

Dengan semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan
menumbuhkan sikap dan rasa berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami
kesulitan dan dapat memahami bila berada di posisi orang lain. Sehingga akan
terwujud dan terpelihara kerukunan antar umat beragama.

B.     Saran
           
         Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa
terpelihara, perlu memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan
secara mantap dalam bentuk memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar
umat beragama, serta antar umat beragama dengan pemerintah.
 

DAFTAR PUSTAKA
 

Mhiqbah, 2015 Pancasila dalam kerukunan beragama


http://mhiqbah.blogspot.co.id/2015/04/pengalaman-nilai-nilai-pancasila-dalam.html.
Diakses pada tanggal 21/11/2015 jam 19.22 WIB

Dety Nurbaity, 2015 Contoh makalah toleransi


http://dhepurplelove.blogspot.co.id/2015/07/contoh-makalah-toleransi.html
Diakses pada tanggal 22/11/2015 jam 21.30 WIB

20

Anda mungkin juga menyukai