Disusun Oleh :
JATINANGOR
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah swt. atas limpahan rahmat, hidayah serta
inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tanpa suatu halangan yang
berarti. Tidak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan nabi besar
Muhammad SAW.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah yang berjudul Strategi dan Indikator
Keberhasilan Pemberantasan Korupsi ini adalah sebagai pemenuhan tugas yang diberikan
demi tercapainya tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Tidak lupa ucapan terimakasih kami tujukan kepada pihak-pihak yang turut
mendukung terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan
demi terciptanya makalah yang lebih baik selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah
ini dapat memberi manfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3 Tujuan.................................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................8
2.1 Strategi dan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi................................8
2.2 Indikator Keberhasilan Pemberantasan Korupsi................................................14
2.3 eferensi Role Model Negara/Daerah/Instansi yang Antikorupsi........................18
2.4 Berbagai Usaha Mencegah dan Menentang Korupsi ........................................22
2.5 Tujuan Akhir Dari Berbagai Usaha Mencegah dan Menentang Korupsi..........28
BAB III PENUTUP...........................................................................................................31
3.1 Kesimpulan........................................................................................................31
3.2 Saran...................................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
dibandingkan dengan tindak pidana lain di berbagai belahan dunia. Fenomena ini
dapat dimaklumi mengingat dampak negatif yang ditimbulkan oleh tindak pidana
pembangunan sosial ekonomi dan juga politik, serta dapat merusak nilai-nilai
demokrasi dan moralitas karena lambat laun perbuatan ini seakan menjadi sebuah
dan makmur.
Fenomena ini memang sangat menarik untuk dikaji, apalagi dalam situasi seperti
Masalah korupsi bukan masalah baru dalam persoalan hukum dan ekonomi
bagi suatu negara karena masalah korupsi telah ada sejak ribuan tahun yang lalu,
1
termasuk juga di Indonesia. Korupsi telah merayap dan menyelinap dalam berbagai
tahun. Baik dari jumlah kasus yang terjadi maupun jumlah kerugian keuangan
Negara. Kualitas tindak pidana korupsi yang dilakukan juga semakin sistematis
Salah satu agenda reformasi yang direncanakan oleh para reformis adalah
Tentang Rekomendasi Arah Kebijakan Pemerintah dan Pencegahan Korupsi, Kolusi dan
Korupsi sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam
2
Tindak Pidana Korupsi yang baru sehingga diharapkan lebih efektif dalam
hak–hak sosial dan ekonomi masyarakat, serta perlakukan yang adil dalam
Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, Tugas
2. Menegakkan hukum ;
3
orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri
atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan keuangan Negara
dilakukan dalam jabatan juga masuk dalam ranah korupsi bila perbuatannya itu
merugikan keuangan Negara, seperti yang tercantum dalam Pasal 3 ; “ setiap orang
yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu
padanya karea jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara
Dan sesuai dengan bunyi Pasal 25 Undang–Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang
didahulukan dari perkara lain guna penyelesaian secepatnya”. Hal ini selaras
dengan semangat reformasi Polri yang membuat grand strategy Polri dengan
4
di dalamnya, bahwa Pemberantasan tindak Pidana Korupsi adalah merupakan
Peran Polri disini menjadi sangat penting, karena Polri menjadi ujung
tengah krisis multidimensional serta ancaman yang nyata yang pasti akan terjadi,
yaitu dampak dari kejahatan tindak pidana korupsi3. Tindak pidana korupsi yang
yang tegas dan jelas melibatkan semua potensi yang ada di dalam Masyarakat
kewenangannya untuk memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi,
menjadi landasan baru bagi peradilan tata usaha Negara dalam menguji sengketa
5
dari melampaui wewenang adalah pengawas internal instansi yang bersangkutan
Internal akan membuat suatu kesimpulan berupa “tidak dapat kesalahan” atau
kerugian Negara itu diharapkan akan dikembalikan oleh badan atau pejabat
setelah diuji di Pengadilan Tata usaha Negara tingkat pertama dapat banding.tetapi
setelah itu, upaya hukum akan berakhir dan putusan banding dinyatakan final and
binding.
ini, nyata-nyata tidak selaras dengan UURI Nomor 31 Tahun 1999 tentang
pemberantasan tindak pidana korupsi yang diubah dengan Undang – Undang Nomor
20 tahun 2001 tentang perubahan Undang Undang Nomor 31 tahun 1999 yaitu
6
ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan Negara
atau perekonomian Negara. Setiap orang yang memenuhi unsur–unsur delik yang diatur
dalam pasal 3 (bukan hanya pegawai negeri) terancam pidana penjara 1 sampai 20
tahun.
Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi yang diubah
pelaku. Artinya pelaku tetap di proses sesuai hukum yang berlaku, sebaliknya dalam
Undang- Undang Nomor 30 Tahun 2014 dalam tempo 10 hari pelaku dapat
merugikan keuangan Negara, sudah dianggap bukan tindak pidana. Oleh karena itu
pelaku tidak perlu takut dipidana berapa besarpun kerugian keuangan Negara yang
timbul akibat perbuatannya karena yang menanti adalah hukuman yang bersifat
administratif4.
lanjut dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 seandainya kerugian Negara itu
tidak dikembalikan kendati waktu 10 hari telah berlaku sehingga berlakunya Undang-
6
1) Bagaimana strategi dan rencana aksi nasional pemberantasan korupsi ?
2) Apa saja indikator keberhasilan pemberantasan korupsi ?
3) Apa saja referensi role model negara/daerah/instansi yang antikorupsi?
4) Apa saja usaha mencegah dan menentang korupsi ?
5) Apa tujuan akhir dari berbagai usaha mencegah dan menentang korupsi ?
1.3 Tujuan
7
BAB II
PEMBAHASAN
Membuat rencana aksi adalah langkah awal yang mutlak dilakukan jika kita ingin
turut serta dalam gerakan pemberantasan korupsi. Rencana aksi bisa dimulai dari menentukan
masalah korupsi yang ingin diselesaikan.
Merancang rencana aksi adalah tahapan yang mesti dilalui para peserta diklat, e-
learning, atau siapapun yang ingin terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi. Bukan
tanpa sebab, rencana aksi akan menjadi pengejawantahan ilmu yang telah didapat ke dalam
tataran praktis. Harapannya, ilmu yang terwujud menjadi aksi dapat membantu mencegah
tindak korupsi di instansi atau lembaga yang bersangkutan.
Merancang rencana aksi tidak bisa sembarangan, mesti sistematis dan terstruktur agar
bisa berhasil. Salah satu metode yang bisa digunakan adalah SMART, kependekan dari
Specific, Measurable, Achievable, Relevant, dan Timely.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh konsultan Amerika Serikat George T.
Doran dalam artikelnya pada 1981 berjudul "There's a S.M.A.R.T. Way to Write
Management's Goals and Objectives". Dalam tulisan tersebut, Doran menyadari bahwa
banyak perusahaan memiliki objektif yang terlalu luas dan sulit tercapai. Metode SMART
dirancang untuk memberikan arah yang jelas dan terukur bagi perusahaan untuk mencapai
target mereka.
Berikut adalah penjabaran tentang metode SMART yang bisa diaplikasikan oleh siapa
saja dan organisasi apa saja, termasuk untuk membentuk rencana aksi pemberantasan
korupsi:
1. Specific
Sesuai artinya, maka kata pertama ini menekankan pentingnya menetapkan target
yang spesifik. Hindari target yang terlalu umum atau kurang mendetail. Target tidak boleh
ambigu, harus jelas. dan dipaparkan dengan bahasa yang lugas.
8
Misalnya tetapkan target seperti ini: "Menerapkan layanan publik berintegritas di 8
Kantor Kecamatan Jakarta Pusat dalam 8 bulan". Target tersebut jelas dan terarah, memiliki
cakupan dan waktu yang detail juga. Hindari menggunakan target yang terlalu bias, luas, dan
multitafsir, seperti “Tingkatkan layanan publik berintegritas setiap hari".
Untuk menetapkan tujuan yang spesifik, kita juga harus menyampaikan kepada tim
yang terlibat mengenai harapan dan keinginan dengan detail. Mengapa hal ini penting, siapa
yang akan terlibat, di mana akan dijalankan, dan atribut apa saja yang krusial.
- Which: Identifikasi persyaratan untuk mencapai target dan kendala yang menghalagi
tercapainya target.
2. Measurable
Kata kedua yang bermakna "terukur" ini menekankan pentingnya kriteria yang
digunakan untuk mengukur besarnya kemajuan yang dibuat dalam mencapai target. Filosofi
yang melatarbelakangi poin ini adalah: “Jika target tidak dapat diukur, mustahil mengetahui
apakah kita telah membuat kemajuan dalam mencapai tujuan akhirnya”.
9
Kemajuan yang terukur akan membantu tim tetap berada di jalur yang benar,
menepati tenggat waktu, dan merasakan semangat ketika memperoleh hasil yang
menggembirakan. Ketika mengetahui adanya kemajuan dan target semakin dekat tercapai,
maka akan tercipta euforia yang bisa meningkatkan kinerja.
3. Attainable
Kata ketiga yang bermakna "dapat dicapai" ini menekankan bahwa target harus
realistis dan bisa diraih. Target tidak boleh dibuat terlalu mudah sehingga tidak mampu
mendongkrak kinerja, tapi juga tidak boleh terlalu sulit sehingga terasa mustahil dicapai.
Target yang ditetapkan akan dapat dicapai jika kita telah menentukan apa yang
terpenting untuk dilakukan, lalu mampu membayangkan langkah demi langkah untuk
mewujudkannya. Untuk itu, kita akan mengembangkan perilaku, kemampuan, keahlian, dan
kapasitas finansial untuk mencapainya.
4. Relevant
Kata keempat "relevan" menekankan memilih target yang tepat. Target yang
ditetapkan, khususnya dalam rencana aksi pemberantasan korupsi, mestilah relevan dengan
kebutuhan masyarakat dan target-target lainnya.
Sebuah target yang relevan akan mendapat jawaban 'ya' untuk semua pertanyaan ini:
10
- Apakah target ini sesuai dengan kebutuhan dan target kita yang lain?
5. Timely
Kata kelima yaitu "tepat waktu" menekankan pentingnya menetapkan target dengan
kerangka waktu, yaitu memberikan tenggat waktu pencapaiannya. Setiap target memerlukan
tenggat waktu untuk membantu kita tetap fokus dan bergerak maju.
Tenggat waktu akan menimbulkan urgensi dan membantu menetapkan skala prioritas
dalam pengerjaannya. Target dengan tenggat waktu akan menjawab pertanyaan berikut:
- Kapan?
Tidak mesti kelima langkah SMART bisa dilakukan bersamaan, namun setidaknya
dengan mengacu pada salah satu metode ini rencana aksi pemberantasan korupsi bisa
memiliki tujuan yang jelas.
Menuliskan rencana aksi dengan metode SMART memang mudah, yang sulit adalah
melakukannya dengan konsisten. Maka peganglah erat-erat rencana aksi yang sudah kita
buat, dengan niat tulus untuk memperbaiki sistem dan memberantas korupsi di negeri ini.
Trisula Strategi Pemberantasan Korupsi KPK untuk Visi Indonesia Bebas dari
Korupsi
Memberantas korupsi di Indonesia bukan pekerjaan mudah dan perlu kerja berkelanjutan
yang melibatkan semua pihak. Ada tiga strategi pemberantasan korupsi yang tengah
dijalankan di Indonesia, KPK menyebutnya: Trisula Pemberantasan Korupsi.
11
Layaknya trisula yang memiliki tiga ujung tajam, Trisula Pemberantasan Korupsi memiliki
tiga strategi utama, yaitu Penindakan, Pencegahan, dan Pendidikan.
Sula Penindakan menyasar peristiwa hukum yang secara aktual telah memenuhi unsur tindak
pidana korupsi sesuai undang-undang. Sula ini tidak hanya mengganjar hukuman penjara dan
denda bagi para pelaku korupsi, tapi juga memberikan efek jera bagi para korupsi dan
masyarakat. Sementara Sula Pencegahan adalah perbaikan sistem untuk menutup celah-celah
korupsi, dilengkapi oleh sosialisasi dan kampanye antikorupsi melalui Sula Pendidikan.
Trisula Pemberantasan Korupsi ini selalu digaungkan oleh para Pimpinan KPK dalam
berbagai kesempatan. Harapannya, Trisula akan membantu menyukseskan Visi Indonesia
2045 —yaitu negara dengan PDB terbesar ke-5 (PDB $ 7 triliun dan pendapatan per kapita $
23.199) dan mengurangi kemiskinan hingga mendekati nol.
Mari kita bahas satu per satu Trisula Pemberantasan Korupsi KPK:
1. Sula Penindakan
Sula Penindakan adalah strategi represif KPK dalam menyeret koruptor ke meja hijau,
membacakan tuntutan, serta menghadirkan saksi-saksi dan alat bukti yang menguatkan.
Strategi ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu penanganan laporan aduan masyarakat,
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, hingga eksekusi.
Pengaduan masyarakat merupakan sumber informasi yang sangat penting bagi upaya
pemberantasan korupsi. Karena itulah, KPK memperkuat whistleblowing system yang
mendorong masyarakat mengadukan tindak pidana korupsi. Pengaduan masyarakat atas
dugaan tindak pidana korupsi bisa dilakukan di situs KPK.
KPK akan melakukan proses verifikasi dan penelaahan untuk memastikan apakah sebuah
aduan bisa ditindaklanjuti ke tahap penyelidikan. Di tahap penyelidikan, KPK akan mencari
sekurang-kurangnya dua alat bukti untuk melanjutkan kasus ke proses penyidikan. Pada tahap
ini, salah satunya ditandai dengan ditetapkannya seseorang menjadi tersangka.
Selanjutnya adalah tahap penuntutan dan pelimpahan ke Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.
Tahapan berikutnya adalah pelaksanaan putusan pengadilan. Eksekusi yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap, dilakukan oleh jaksa.
2. Sula Pencegahan
12
Harus diakui masih banyak sistem di Indonesia yang membuka peluang terjadinya korupsi.
Misalnya, rumitnya prosedur pelayanan publik atau berbelitnya proses perizinan sehingga
memicu terjadinya penyuapan dan penyalahgunaan kekuasaan. Sistem dengan celah korupsi
juga kerap terjadi pada proses pengadaan barang dan jasa yang sarat konflik kepentingan.
Di antara perbaikan yang bisa dilakukan misalnya, pelayanan publik yang dibuat transparan
melalui sistem berbasis online atau sistem pengawasan terintegrasi. KPK juga mendorong
penataan layanan publik melalui koordinasi dan supervisi pencegahan (korsupgah), serta
transparansi penyelenggara negara (PN).
Untuk transparansi PN, KPK menerima laporan atas Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara
Negara (LHKPN) dan gratifikasi. Penyerahan LHKPN wajib dilakukan semua penyelenggara
negara. Sedangkan untuk gratifikasi, penerima wajib melaporkan kepada KPK dalam jangka
waktu 30 hari sejak menerimanya. Jika tidak melaporkannya, maka pegawai negeri tersebut
dianggap menerima suap.
3. Sula Pendidikan
Sula Pendidikan digalakkan dengan kampanye dan edukasi untuk menyamakan pemahaman
dan persepsi masyarakat tentang tindak pidana korupsi, bahwa korupsi berdampak buruk dan
harus diperangi bersama.
Harus diakui, masyarakat tidak memiliki pemahaman yang sama mengenai korupsi. Contoh
paling mudah adalah soal memberi "uang terima kasih" kepada aparat pelayan publik yang
masih dianggap hal lumrah. Padahal uang terima kasih adalah gratifikasi yang dapat
mengarah kepada korupsi.
Salah satu bentuk konkret edukasi anti korupsi adalah diterbitkannya Permenristekdikti
Nomor 33 Tahun 2019 tentang Kewajiban Penyelenggaraan Pendidikan Anti Korupsi (PAK)
13
di Perguruan Tinggi. Melalui Peraturan Menteri ini, perguruan tinggi negeri atau swasta
wajib mengadakan mata kuliah pendidikan antikorupsi untuk para mahasiswanya.
Tidak hanya bagi mahasiswa dan masyarakat umum, pendidikan antikorupsi juga
disampaikan kepada anak-anak usia dini, sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Salah
satu bentuknya dengan berbagai permainan dan tontonan anak yang bertemakan integritas.
Dengan sasaran usia yang luas tersebut, KPK berharap, pada saatnya nanti di negeri ini akan
dikelola oleh generasi antikorupsi.
Tentunya Trisula Pemberantasan Korupsi tidak akan berhasil jika hanya dilakukan oleh KPK.
Membutuhkan peran serta semua pihak untuk bisa mewujudkan negara yang bebas dari
korupsi, dari pemerintah hingga masyarakat.
Butuh komitmen dan political will dari pemerintah dan publik untuk menuntut standar etis
dan norma yang lebih tinggi, bahwa korupsi bukan hanya soal melawan hukum tapi juga
merusak sendi-sendi kebangsaan.
Pihak swasta yang kerap juga terlibat dalam kasus korupsi harus juga berperan dalam strategi
ini. Karena itulah, Trisula Pemberantasan Korupsi juga diarahkan ke sektor swasta secara
proporsional.
Masyarakat sipil yang bersemangat antikorupsi dan media massa yang independen juga
menjadi salah satu kunci memberantas korupsi di tanah air. Sinergitas KPK dengan aparat
penegak hukum lainnya, kementerian atau lembaga, organisasi pemerintah dan non
pemerintah mesti ditingkatkan untuk mendeteksi dan menindak para pelaku korupsi.
14
Ketiga indikator ini menunjukkan tingkat korupsi di sebuah daerah atau negara yang
laporannya dirilis setiap tahun. Dari perbandingan dari tahun ke tahun dari indikator tersebut,
kita jadi bisa tahu apakah ada peningkatan atau penurunan tindak pidana korupsi. Selain itu,
kita juga bisa tahu perubahan perilaku masyarakat dalam menanggapi korupsi.
SPI dirilis oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI setiap tahun. Survei yang
dikembangkan oleh Direktorat Penelitian dan Pengembangan KPK ini bertujuan untuk
memetakan risiko korupsi dan tingkat integritas, serta mengukur capaian upaya pencegahan
korupsi di kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah. Hasil dari survei akan menjadi dasar
menyusun rekomendasi peningkatan upaya pencegahan korupsi melalui rencana aksi.
Penilaian didasarkan pada persepsi dan pengalaman para pemangku kepentingan instansi
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah (K/L/PD), yang terdiri dari pegawai, pengguna
layanan atau mitra kerja sama, dan para ahli dari berbagai kalangan. Dimensi Pengukuran
survei penilaian integritas adalah budaya organisasi, pengelolaan SDM, pengelolaan
anggaran, dan sistem antikorupsi. Dimensi budaya organisasi menilai Informasi terkait
institusi, keberadaan calo, nepotisme tugas, prosedur layanan, dan kejadian suap/gratifikasi.
Hasil survei adalah skala 1 hinga 100 yang menunjukkan level integritas instansi, semakin
tinggi angkanya maka semakin baik tingkat antikorupsinya. Survei pada 2021 melibatkan 640
Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah dengan rincian yaitu 98 Kementerian/Lembaga,
34 Pemerintah Provinsi, dan 508 Pemerintah Kabupaten/Kota dan diikuti oleh 255.010
responden di seluruh Indonesia. Pada rilis KPK pada Desember 2021, hasil SPI di tahun 2021
adalah angka 72,4 atau melebihi target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN).
15
o Penguatan sosialisasi, kampanye dan pelatihan antikorupsi terhadap pegawai/pejabat
dan pengguna layanan
o Peningkatan kualitas sistem merit dan pengaturan pengelolaan CoI
o Pengembangan sistem pengaduan masyarakat terkait korupsi
Indikator lainnya yang digunakan adalah Indeks Perilaku Antikorupsi atau IPAK. IPAK
dikeluarkan setiap tahunnya oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (BPS) untuk mengukur
tingkat perilaku antikorupsi sehari-hari di masyarakat.
IPAK mengukur tingkat permisifitas masyarakat terhadap perilaku antikorupsi dan mencakup
tiga fenomena utama korupsi, yaitu penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan
nepotisme (nepotism). Nilai IPAK berkisar pada skala 0 sampai 5. Semakin mendekati 5
berarti masyarakat semakin antikorupsi.
IPAK disusun berdasarkan dua dimensi, yaitu Dimensi Persepsi dan Dimensi Pengalaman.
Dimensi Persepsi berupa penilaian atau pendapat terhadap kebiasaan perilaku anti korupsi di
masyarakat. Sementara itu, Dimensi Pengalaman berupa pengalaman anti korupsi yang
terjadi di masyarakat.
Pada rilis IPAK 2021, BPS mencatatkan nilai 3,88, meningkat dari tahun 2020 yaitu 3,84.
Peningkatan ini disebabkan adanya peningkatan pemahaman dan penilaian masyarakat terkait
perilaku antikorupsi, terutama di lingkup keluarga dan komunitas.
Dari hasil IPAK ini, BPS memberikan beberapa rekomendasi untuk upaya pemberantasan
korupsi dan edukasi antikorupsi. Pada 2021, BPS menekankan pentingnya penanaman
budaya integritas dan nilai antikorupsi mulai dari lingkup keluarga sedari dini. Peningkatan
penyebaran informasi antikorupsi juga perlu dilakukan secara langsung kepada tokoh
masyarakat dan agama, pemerintah, ormas, dan yang lainnya.
Indeks Persepsi Korupsi (IPK) atau Corruption Perceptions Index (CPI) adalah pengukuran
korupsi sektor publik sebuah negara yang digunakan secara internasional. IPK dianggap
sangat kredibel dan diakui dunia sehingga menjadi kebanggaan bagi negara jika menempati
deretan ranking puncak. Sebaliknya, jadi aib dan memalukan jika sebuah negara berada di
deretan terbawah.
16
IPK diterbitkan setiap tahunnya oleh organisasi non-pemerintahan asal Jerman, Transparency
International sejak 1995. Hasil IPK dikeluarkan berdasarkan asesmen dan survei opini yang
dikumpulkan oleh 12 institusi terkemuka, di antaranya Bank Dunia dan Forum Ekonomi
Dunia.
Hasil survei diwujudkan dalam bentuk ranking dan skor dengan skala 1-100. Semakin tinggi
skornya, maka semakin bersih negara tersebut dari korupsi. Jika skornya semakin mendekati
nol, maka semakin korup negara tersebut.
Pada IPK 2021 yang dirilis Januari 2022, survei dilakukan terhadap 180 negara di dunia.
Lima negara dengan ranking teratas adalah langganan juara pada IPK, yaitu Denmark,
Selandia Baru, Finlandia, Singapura, dan Swedia. Kelima negara ini mendapatkan skor 85-
88, yang artinya "hampir" bersih dari korupsi. Kesamaan di antara kelima negara ini adalah
transparansi keuangan dan tingkat integritas yang tinggi.
Sementara lima negara terbawah dalam ranking IPK adalah Venezuela, Yaman, Suriah,
Somalia, dan Sudan Selatan dengan skor 12-15, yang artinya korupsi sudah merajalela.
Kelima negara memiliki kesamaan, yaitu tengah dalam kondisi krisis keuangan parah dan
konflik bersenjata.
Di mana posisi Indonesia? Indonesia berada di ranking 96 bersama dengan Brasil, Lesotho,
dan Turki dengan skor 38. Skornya memang naik satu poin dibanding IPK 2020, namn tetap
saja ini angka yang bisa membuat kita membusungkan dada.
Di mata internasional Indonesia memang masih jauh dari kata bebas dari korupsi,
berdasarkan skor IPK terbaru. Namun kita tidak boleh berputus asa, masih ada harapan
terbentang di depan. Harapan ini mesti terus dijaga, salah satunya dengan terus meningkatkan
nilai-nilai integritas di dalam diri sendiri dan lingkungan.
Pemerintah Indonesia tidak hanya berpangku tangan melihat negaranya digerogoti oleh para
koruptor. Upaya-upaya pemberantasan dan pencegahan korupsi masih terus digalakkan tanpa
lelah oleh para pemangku kepentingan, disokong secara langsung KPK.
Harapannya ke depan, indikator-indikator ini akan memberikan angka yang baik bagi
Indonesia. Tentu saja tidak sekadar angka, namun juga diwujudkan pada berbagai kemajuan
yang dapat dirasakan masyarakat. Karena penurunan tingkat korupsi, berarti juga akan
berdampak pada meningkatnya layanan kesehatan, pendidikan, pembangunan, dan
pengentasan kemiskinan.
17
2.3 Referensi Role Model Negara/Daerah/Instansi yang Antikorupsi
Kemakmuran di sebuah negara dapat terwujud jika korupsi yang perlahan menggerus
kesejahteraan rakyat bisa dihapuskan. Terdengar klise? Tidak juga. Hal ini sudah terbukti di
tiga negara yang selalu menempati posisi pertama pada Indeks Persepsi Korupsi. Kondisi
Ketiga negara ini adalah Denmark, Finlandia, dan Selandia Baru. Ketiganya sama-sama
berada di ranking pertama dalam Indeks Persepsi Korupsi (IPK) 2021 yang dirilis pada
mengukur tingkat korupsi sebuah negara. Skala yang digunakan adalah skor dari 100 (bersih
dari korupsi) hingga nol (sangat korup). Beberapa indikator penghitungan skor yang kredibel
menjadikan IPK sebagai basis pengukuran tingkat korupsi terpercaya di seluruh dunia.
Berikut ketiga negara yang selalu langganan di ranking satu antikorupsi ini.
Denmark
Posisi Denmark hampir tidak pernah bergeser di ranking pertama IPK setiap
tahunnya. Di negara skandinavia ini, korupsi seakan kata yang asing. Bisnis di Denmark bisa
Undang-undang Kriminal Denmark soal larangan menerima suap dan jenis korupsi lainnya
benar-benar bekerja dengan baik dan dipatuhi. Tidak hanya untuk pegawai pemerintah atau
penyelenggara negara, penyuapan juga dilarang di Denmark untuk perusahaan swasta dan
Hasilnya bisa ditebak, Denmark menjadi salah satu negara yang paling makmur. Kesenjangan
pendapatan di Denmark adalah salah satu yang paling kecil di dunia. Tingkat pengangguran
18
Fasilitas kesehatan di negara berpenduduk 5,8 juta orang ini gratis, berkat pengelolaan pajak
penghasilan yang baik oleh pemerintah. Hal ini juga terjadi berkat sinergi antara pemerintah
pusat Kopenhagen dan pemerintah daerah: pusat membuat regulasi kesehatan dan alokasi
dana, daerah menerapkannya dengan layanan kesehatan yang baik tanpa dikorupsi.
Pendidikan di Denmark juga gratis untuk penduduk dan warga pendatang dari negara Uni
Eropa. Selain itu, para pelajar rutin mendapatkan bantuan langsung tunai per bulannya DKK
950 (sekitar Rp 2 juta) bagi yang masih tinggal dengan orang tua, atau DKK 5.486 (sekitar
Finlandia
Finlandia juga sangat membanggakan posisinya sebagai negara paling bebas korupsi
di dunia. Korupsi pemerintahan hampir nihil di Finlandia saat ini, tidak ada tradisi suap
menyuap dan gratifikasi. Perihal korupsi semuanya tercantum dalam UU Pidana Finlandia
Bersihnya Finlandia dari korupsi juga berkat kultur keterbukaan dan transparansi dari
penyelenggara negara, sistem pengendalian internal dan eksternal yang luar biasa, hinga
Korupsi yang hampir nol tentu saja berdampak pada pelayanan publik yang mengagumkan
untuk rakyatnya. Di Finlandia pendidikan gratis, mulai dari SD hingga universitas. Layanan
kesehatan hampir seluruhnya dibiayai oleh pajak, artinya rakyat bisa mendapatkan
pengobatan gratis.
Korupsi tidak dipungkiri berdampak pada tingginya angka kemiskinan yang kemudian
merembet pada meningkatnya kriminalitas. Hal ini tidak terjadi di Finlandia sebagai negara
paling bersih dari korupsi. Negara di utara Eropa ini dianggap sebagai yang paling aman di
19
Kesejahteraan dan kemakmuran tersebut akhirnya menjadikan Finlandia selalu berada di
jajaran teratas negara paling bahagia di dunia dalam Laporan Kebahagiaan Dunia PBB setiap
tahunnya. Predikat ini tentu saja tidak akan diberikan jika 5,5 juta rakyatnya tidak puas
Selandia Baru
Dalam berbagai pengukuran korupsi di seluruh dunia, Selandia Baru selalu berada di
urutan teratas negara paling bersih dari korupsi. Negara di Pasifik ini dianggap memiliki
Di Selandia Baru, prinsip transparansi dikedepankan dan birokrasi dipangkas. Iklim usaha
juga sangat kondusif di negara ini, dengan pengurusan izin usaha yang bisa beres dalam
Selandia Baru juga sukses menegakkan hukum antikorupsi yang memiliki ancaman penjara
hingga 14 tahun. Pejabat publik dilarang menerima gratifikasi, yang semuanya diterapkan
Kondisi ini memungkinkan Selandia Baru memiliki pelayanan kesehatan yang baik. Standar
dan pelayanan kesehatan Selandia Baru sangat tinggi, dan seluruh biayanya disubsidi
pemerintah alias gratis. Biaya hidup di Selandia Baru juga sangat rendah, namun kualitas
Selandia Baru juga menempati ranking 10 untuk pendidikan terbaik di dunia, berdasarkan
World Population View. Sistem pendidikan di Negeri Kiwi ini dianggap salah satu yang
terbaik di dunia. Tentu saja, biaya pendidikan gratis untuk seluruh penduduknya.
Indeks Perdamaian Global 2021 menempatkan Selandia Baru sebagai negra paling aman
kedua di dunia setelah Islandia. Jadi di negara ini biasa saja meninggalkan rumah atau
20
Tingkat keamanan hidup di negara ini dianggap semakin bertambah usai Perdana Menteri
Jacinda Ardern menerapkan aturan ketat soal kepemilikan senjata api, setelah penembakan di
Indonesia pada IPK menempati ranking 96 bersama dengan Brasil, Lesotho, dan
Turki dari 180 negara di dunia. Skor Indonesia 38, naik satu poin dibanding tahun
Masih saja kita melihat berita para koruptor tertangkap, tidak ada habisnya. Penyuapan dan
gratifikasi masih kerap terjadi di negara ini. Akibatnya tentu saja, perekonomian yang
melemah, layanan publik dan kesehatan yang buruk, atau pembangunan yang terhambat.
kesenjangan sosial.
Selama masih ada korupsi di negeri ini, rasanya akan sulit melihat Indonesia berhasil
dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Tapi semua masih belum terlambat. Masa depan yang cerah menanti di hadapan kita. Upaya
pemberantasan korupsi masih terus digalakkan dibarengi dengan strategi pencegahan dan
Cara pertama yang harus dilakukan adalah mulai dari sendiri, dengan memegang teguh nilai-
nilai integritas pribadi, lalu menularkannya ke orang lain. Tidak ada jalan lain, kita harus
21
2.4 Berbagai Usaha Mencegah dan Menentang Korupsi
Korupsi tidak hanya merugikan segelintir orang di negara ini. Beberapa kasus korupsi
bahkan berdampak buruk bagi hajat hidup orang banyak. Maka dari itu, peran serta
Sayangnya, banyak masyarakat yang tidak menyadari bahwa kontribusi mereka sangat
krusial untuk memberantas korupsi. Padahal, sekecil apapun kontribusi tersebut akan sangat
Masyarakat yang berintegritas, sadar akan bahaya korupsi, dan menghindari korupsi akan
membentuk lingkungan yang antikorupsi untuk masa depan Indonesia yang lebih baik.
Merangkum buku "Kapita Selekta dan Beban Biaya Sosial Korupsi", setidaknya ada lima
"Mulai dari diri sendiri" adalah kata yang paling tepat untuk menggambarkan poin ini.
Bisa dibayangkan jika ratusan juta rakyat Indonesia sama-sama memegang teguh prinsip
Namun kesamaan persepsi ini tidak akan muncul begitu. Agar dapat menolak dan tidak
terlibat dalam korupsi, seseorang harus memahami jenis-jenis tindak pidana korupsi yang
Tahun 2001.
Dengan memahami apa dan bagaimana korupsi serta jenis-jenis korupsi, seseorang bisa
dengan mudah menghindarinya. Jangan sampai, korupsi terjadi karena ketidaktahuan yang
22
Seseorang yang antikorupsi haruslah memiliki integritas yang kokoh. Integritas adalah
bertindak dengan cara yang konsisten dengan apa yang dikatakan. Nilai integritas merupakan
kesatuan antara pola pikir, perasaan, ucapan, dan perilaku yang selaras dengan hati nurani
Jika seseorang mengakui bahwa dia orang yang jujur, maka pengakuannya akan tercermin
dari tindakan, perasaan, dan perilakunya. Integritas akan menjaga orang itu tetap jujur, walau
KPK merumuskan sembilan nilai integritas untuk mencegah korupsi, yaitu jujur, mandiri,
tanggung jawab, berani, sederhana, peduli, disiplin, adil, dan kerja keras atau yang disingkat
"Jumat Bersepeda KK". Tidak hanya bagi diri sendiri, nilai integritas ini juga harus kita
"Lihat, Lawan, Laporkan" sebagai salah satu jargon KPK bukannya tanpa arti.
Dengan jargon tersebut, KPK mengajak masyarakat untuk melaporkan kepada aparat
korupsi di Indonesia, mulai dari kasus kecil hingga kakap. Maka dari itu, peran masyarakat
Masyarakat yang antikorupsi tidak akan diam saja jika melihat korupsi di depan matanya.
Namun ada keengganan masyarakat untuk melapor, salah satu alasannya karena khawatir
keselamatannya terancam. Kekhawatiran itu seharusnya dapat ditepis karena KPK akan
23
Masyarakat juga bisa berperan memberantas korupsi dengan berkontribusi dalam
perbaikan sistem. Perbaikan sistem dimaksudkan untuk menutup celah-celah korupsi yang
misalnya pada pengadaan barang dan jasa atau rekrutmen serta promosi pegawai, dan
Namun untuk masyarakat umum, kontribusi untuk perbaikan sistem bisa dilakukan
lingkungan masing-masing.
Dengan prinsip pemberantasan korupsi tidak bisa dilakukan seorang diri, maka nilai-
nilai antikorupsi dan integritas harus disebarluaskan. Seorang yang memegang teguh
integritas harus menularkan nilai-nilai luhur tersebut ke sekitarnya, mulai dari keluarga,
Seseorang yang memiliki tekad kuat menjadi agen perubahan, sudah seharusnya memiliki
pola kampanye antikorupsi. Tidak selalu harus dengan sosialisasi yang serius, bisa juga
melalui aksi kreatif sebagai pemantik kesadaran antikorupsi, seperti puisi, lagu, atau
dongeng.
KPK memiliki solusi bagi masyarakat yang ingin terlibat aktif dalam kampanye antikorupsi,
yaitu dengan menjadi menjadi Penyuluh Antikorupsi (Paksi) atau Ahli Pembangun Integritas
(API). Paksi dan API adalah insan yang kompeten dalam menyampaikan kampanye
24
Sejatinya setiap masyarakat Indonesia berpotensi menjadi agen perubahan antikorupsi, hanya
perlu memunculkan kesadaran bahwa Indonesia yang lebih baik bisa diwujudkan dengan
bantuan kita. Dengan peran serta masyarakat, bukan tidak mungkin korupsi akan jadi barang
Salah satu cara memberantas korupsi adalah dengan mendirikan organisasi independen yang
Organisasi ini pertama kali didirikan oleh Parlemen Swedia sebagai Justitie
ombudsman nen pada tahun 1809. Peranan ombudsman kemudian berkembang di negara
lain termasuk menyediakan fasilitas bagi ombudsman, orang-orang yang ingin mengadukan
Selain itu, lembaga ini juga memberikan pendidikan kepada pemerintah dan
masyarakat serta mengembangkan standar perilaku dan kode etik bagi organisasi pemerintah
Salah satu peran ombudsman adalah mendidik masyarakat dan menyadarkan mereka
akan hak mereka atas perlakuan yang baik, jujur ??dan efektif dari pegawai pemerintah.
Hal lain yang perlu menjadi perhatian kita semua adalah peningkatan efisiensi sistem
peradilan di tingkat kepolisian, kejaksaan, pengadilan dan penjara. Pengadilan adalah jantung
penegakan hukum dan harus tidak memihak, jujur ??dan adil. Banyak kasus korupsi yang
tidak masuk ke hukum karena sistem peradilan yang sangat buruk berfungsi.
Jika kinerjanya buruk karena dia tidak mampu (tidak mungkin) itu masih bisa
25
ditingkatkan. Persoalannya, mereka tidak memiliki kemauan atau kemauan politik yang kuat
untuk memberantas korupsi, atau justru terlibat dalam berbagai kasus korupsi.
Salah satu cara untuk mencegah korupsi adalah dengan mewajibkan pejabat publik
untuk menyatakan dan mengungkapkan jumlah kekayaan mereka sebelum dan sesudah
menjabat.
mereka, terutama jika terjadi peningkatan kekayaan setelah selesainya tugas. Kesulitan
muncul ketika kekayaan yang diperoleh melalui korupsi ditransfer ke orang lain, seperti
anggota keluarga.
Untuk kontrak pekerjaan atau pengadaan barang baik di pemerintahan pusat, daerah
maupun militer, salah satu cara untuk memperkecil potensi korupsi adalah dengan melakukan
Masyarakat harus diberi otoritas atau akses untuk dapat memantau dan memonitor
hasil dari pelelangan atau penawaran tersebut. Untuk itu harus dikembangkan sistem yang
dapat memberi kemudahan bagi masyarakat untuk ikut memantau ataupun memonitor hal ini.
Cara kedua, untuk kontrak kerja atau pembelian barang di pemerintah pusat, daerah dan
militer, salah satu cara untuk mengurangi kemungkinan korupsi adalah dengan melakukan
Masyarakat harus memiliki kewenangan atau akses untuk dapat melacak dan memantau hasil
lelang atau penawaran. Untuk itu perlu dikembangkan suatu sistem yang dapat memfasilitasi
26
Korupsi juga sering terjadi dalam perekrutan pegawai negeri sipil dan personel militer baru.
Situasi ini sering terjadi dengan korupsi, kolusi dan otokrasi. Sistem rekrutmen pegawai
negeri sipil dan anggota TNI yang transparan dan akuntabel juga harus dikembangkan.
Salah satu upaya pemberantasan korupsi adalah dengan memberikan hak akses
informasi kepada masyarakat. Harus ada sistem agar publik (termasuk media) berhak
meminta semua informasi mengenai kebijakan pemerintah yang berdampak pada kehidupan
banyak orang.
disederhanakan atau disederhanakan, misalnya melalui telepon, surat atau teleks. Dengan
berkembangnya teknologi informasi, internet menjadi mekanisme yang mudah dan murah
Cara yang ketiga adalah Pers yang bebas merupakan salah satu pilar demokrasi.
Semakin banyak informasi yang diterima masyarakat, semakin banyak pula masyarakat yang
Menurut Paus, media yang bebas sama pentingnya dengan peradilan yang
independen. Selain berfungsi sebagai alat propaganda tentang bahaya korupsi, media juga
27
Henry Grunwald, editor Time, mengatakan bahwa “bahkan pemerintah yang dipilih
secara demokratis dan taat dapat dengan mudah menjadi pemerintah yang korup jika
kekuasaannya tidak dilakukan oleh uji pers yang bebas”. Media memiliki peran khusus dalam
memerangi korupsi.
Pejabat publik mungkin lebih mudah tergoda untuk menyalahgunakan posisi mereka
untuk keuntungan pribadi jika mereka merasa tidak ada bahaya tindakan mereka diekspos dan
diekspos oleh pers (Pope: 2003). Namun media juga memiliki kelemahan. Ini terjadi ketika
kolektif, pemerintah memiliki stasiun televisi dan radio terbesar di suatu negara.
Ambil contoh TVRI dan RRI. Karena itu milik pemerintah, kita jelas tidak bisa terlalu
mengandalkan independensinya. Kelemahan lain dari media adalah kerja jurnalisme yang
2.5 Tujuan Akhir Dari Berbagai Usaha Mencegah dan Menentang Korupsi
Pemberantasan korupsi di Indonesia tercinta ini tidak bisa hanya dilakukan oleh KPK,
harus dilakukan untuk mewujudkan kepentingan bersama dan cita-cita kemerdekaan seluruh
anak bangsa.
Soal kepentingan bersama (common interest) ini kerap didengungkan oleh para petinggi
KPK, terutama Ketua KPK Firli Bahuri, dalam berbagai kesempatan. Menurut Firli,
kepentingan bersama tersebut adalah tujuan akhir dari pemberantasan korupsi di Indonesia.
Kepentingan bersama Indonesia ini termaktub dalam alinea keempat pada Pembukaan
28
Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,
Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia
yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin
Dalam alinea tersebut disebutkan empat fungsi sekaligus tujuan negara Indonesia
setelah merdeka, yaitu: Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
keadilan sosial.
Tujuan negara dan cita-cita Indonesia setelah merdeka itu tidak akan pernah bisa
terwujud jika korupsi masih merajalela di negeri ini. Korupsi dengan berbagai dampak
buruknya bagi berbagai sektor akan melemahkan negara ini, sehingga tidak akan mampu
Kesejahteraan umum juga tidak akan terwujud akibat adanya korupsi. Kesejahteraan
hanya akan menjadi milik segelintir orang yang memiliki kuasa dan akses kepada kebijakan
yang memihak mereka. Korupsi bantuan sosial misalnya, telah mencederai upaya negara
Salah satu yang paling miris adalah kasus yang menjerat Menteri Sosial Juliari
Batubara tahun lalu. Juliari divonis 12 tahun penjara karena suap 17 miliar untuk pengadaan
29
bansos pandemi COVID-19. Rp 17 miliar uang yang luar biasa besar, akan sangat berguna
jika digunakan bagi keperluan publik. Padahal, rakyat bergantung banyak pada Mensos untuk
menyejahterakan mereka.
ketimpangan di negeri ini. Jika sudah begini, maka keadilan sosial hanya tinggal mimpi. Si
kaya akan semakin kaya dengan korupsinya, si miskin yang mengais-ngais keadilan akan
Menurut data KPK, lebih dari 30 hakim dan jaksa terjerat kasus korupsi sejak 2004
hingga 2021. Mereka yang telah disumpah akan bertindak adil malah berkhianat. Korupsi
oleh hakim membuat keadilan berat sebelah. Mereka yang punya uang bisa main mata
dengan penegak hukum, akibatnya rakyat kecil yang kembali jadi korban.
Mencerdaskan kehidupan bangsa juga akan mustahil jika korupsi masih di mana-
mana. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa negara merugi Rp 1,6 triliun dari
sebanyak itu digunakan untuk perbaikan mutu pendidikan atau prasana sekolah, pasti akan
Maka dari itu, KPK menegaskan bahwa alinea keempat Pembukaan UUD 1945
adalah tujuan akhir dari pemberantasan korupsi, cita-cita bangsa, idealisme yang dipegang
teguh oleh kita semua. Seluruh masyarakat harus hadir dalam upaya ini, baik dari kamar-
kamar kekuasaan maupun rakyat biasa. Dimulai dari diri sendiri untuk mewujudkan
Setidaknya ada empat kondisi yang akan terjadi jika Indonesia bebas dari korupsi,
yaitu pembangunan berjalan dengan lancar, pendidikan akan maju pesat, pelayanan kesehatan
akan berjalan dengan baik, dan lingkungan hidup yang terawat indah dan bebas dari sampah.
30
Kondisi-kondisi tersebut merupakan perwujudan dari alinea keempat UUD 1945 yang
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Membuat rencana aksi adalah langkah awal yang mutlak dilakukan jika kita
ingin turut serta dalam gerakan pemberantasan korupsi. Rencana aksi bisa dimulai dari
menentukan masalah korupsi yang ingin diselesaikan.
Merancang rencana aksi adalah tahapan yang mesti dilalui para peserta diklat, e-
learning, atau siapapun yang ingin terlibat dalam gerakan pemberantasan korupsi. Bukan
tanpa sebab, rencana aksi akan menjadi pengejawantahan ilmu yang telah didapat ke dalam
tataran praktis. Harapannya, ilmu yang terwujud menjadi aksi dapat membantu mencegah
tindak korupsi di instansi atau lembaga yang bersangkutan.
31
3) Pencegahan sosial dan pemberdayaan masyarakat
3.1 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
dan sangat jauh dari kata sempurna. Untuk itu harapannya kepada para pembaca dapat
memberikan kritik dan saran yang membangun mengenai makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Alatas, Syed Hussein. 1986. Sosiologi Korupsi Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer. Jakarta: LP3ES.
Azhari. 2004. Korupsi yang membumi. http:// www.hayatulislam.net.
Hasibuan, A., 28 Januari 2003, Judicial Review" UU Pemberantasan Korupsi, dari
Webside http://www.kompas.com/kompas-etak/0302/28/opini/144751
.htm, hal : 1.
Kompas, 25 April 2003, Vonis Korupsi Tidak Bikin Efek Jera, Masyarakat
Transparansi Indonesia, The Indonesian Society for Transparency dari
Webside http://www.transparansi.or.id, hal : 1.
Ruslan, 5-06-2002, Sisi Lain Undang-undang Pemberantasan Korupsi,dari Webside
(www.gogle.com) hal 2
Biro Kumdang BPK-RI, 5-06-2002, Kajian Hukum terhadap Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2002 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 31
Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, dari
Webside (http://216.239.57.104/search?q=cache:yEKYDmmTLzUJ:
www.bpk.go.id/publikasi/mp85062002xxii52.pdf+No.+20+2001&hl=
en&ie=UTF-8)) Hal : 4.Gie, Kwik Kian, 2003, Pemberantasan Korupsi, Jakarta.
Gunawan, I., 1993, Postur Korupsi di Indonesia, Tinjauan Yuridis Sosiologis
32
Budaya dan Politik, Angkasa : Bandung.
Hadjon, P.M., 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik (Normatif), Majalah
Yuridika, No.6 Tahun IX Nopember –Desember, Universitas Air
Langga : Surabaya.
Hamzah, A., 1984, Korupsi Dalam Pengelolaan Proyek Pembangunan,
CV.Akademi Prasindo : Jakarta.
Hartono, C.F.G. S., 1994, Penelitian Hukum di Indonesia, Alumni, Bandung.
Hawari, D., 2000, Gerakan Nasional anti “MO-LIMO” (Madat, Minum, Main,
Maling dan Madon), Dana Bhakti Primayasa : Yogyakarta.
Klitgaard, R., 1999, Membasmi Korupsi,Yayasan Obor Indonesia : Jakarta.
33