Anda di halaman 1dari 17

Mar.

30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

DAFTAR ISI

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering


Terhadap Ekonomi Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1

LATAR

BELAKANG

MASALAH ...............................................................................................2
1.2

RUMUSAN
MASALAH .......................................................................................................... ..2

1.3

TUJUAN ...............................................................................................................................
... 2

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN REDENOMINASI ............................................................................................. 3
2.2 TUJUAN REDENOMINASI ..................................................................................................... .6
2.3 SYARAT REDENOMINASI ...................................................................................................... 6
2.4 SEJARAH REDENOMINASI DI INDONESIA ......................................................................... .7
2.5 TAHAPAN REDENOMINASI ....................................................................................................9
2.6 PERBEDAAN ANTARA REDENOMINASI DAN SANERING .................................................10
2.7 GAMBARAN PENERAPAN REDENOMINASI PADA SUATU NEGARA ...............................11
2.8 PENOLAKAN REDENOMINASI..............................................................................................12
2.9 BEBERAPA KOMENTAR TENTANG REDENOMINASI ....................................................... 13

BAB III

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


PENUTUP
3.1 KESIMPULAN ....................................................................................................................... 15
3.2 SARAN................................................................................................................................... 16
DAFRAT PUSTAKA ............................................................................................................................1 7

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Rancangan akan dilakukan penyederhanaan nilai mata uang Rupiah oleh pemerintah yang
disebut sebagai redenominasi sampai saat ini masih belum mendapatkan kepastian. Hal ini
dikarenakan membutuhkan banyak pertimbangan, apakah ini akan memberikan dampak positif bagi
Negara ini dan memberikan penghitungan yang lebih efektif untuk ke depannya. Dalam hal ini harus
dipertimbangkan segala sesuatu kemungkinan yang dapat muncul agar rancangan ini bukan hanya
sebagai suatu kebijakan yang akan menjadi wacana, tetapi akan benar-benar dilaksanakan dengan
persiapan yang matang.
Sebelumnya kita harus bisa mendefinisikan secara pasti tentang redenominasi, dan dapat
membedakannya dengan sanering. Karena pada kenyataannya, masalah ini terus diperbincangkan
tetapi sering sekali masyarakat salah mengartikan tentang redenominasi, dan cenderung
mengartikannya kepada sanering yang pernah diterapkan di Indonesia pada masa Soekarno. Inilah
yang akan dibahas dalam makalah ini, beserta tujuan rancangan redenominasi, syarat-syarat yang
harus diperhatikan, dan tahapan dari redenominasi itu sendiri.

1.2 Rumusan Masalah

Apa pengertian dari Redenominasi?

Apakah yang menjadi tujuan dari rancangan Redenominasi?

Apa saja yang menjadi syarat dilakukannya redenominasi?

Bagaimana tahapan dalam redenominasi?

Bagaimana perbedaan antara redenominasi dengan sanering?

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

1.3 Tujuan

Mengetahui pengertian dari redenominasi sekaligus dapat membedakannya dengan sanering

Mengerti akan syarat, tujuan, dan tahapan dari redenominasi itu sendiri.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Redenominasi


Menurut Bank Indonesia, Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan)
mata uang menjadi pecahan lebih sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa
mengurangi nilai mata uang tersebut. Dalam hal ini, redenominasi hanya berusaha menyederhankan
nilai matauang sekaligus nilai suatu barang. Ini dimaksudkan agar penghitungan keuangan dalam
urusan kenegaran maupun swasta akan terasa lebih ringan dan sederhana. Akan sangat berbeda
kaitannya dengan istilah Sanering yaitu pemangkasan / pemotongan nilai mata uang yang tidak diikuti
dengan penyederhanaan nilai suatu barang, sehingga menyebabkan daya beli rendah karena biaya
yang terlalu terkesan mahal. Redenominasi dapat membantu tingkat inflasi apabila diterapkan dalam
suatu Negara.
Misal Rp 1.000 menjadi Rp 1. Hal yang sama secara bersamaan dilakukan juga pada hargaharga barang, sehingga daya beli masyarakat tidak berubah. Maksudnya, kalau hari ini seporsi nasi
goreng bisa dibeli dengan harga Rp. 10.000,-. Lalu besok dilakukan redenominasi tiga digit, dari Rp.
1.000,- menjadi Rp. 1,-. Maka untuk membeli seporsi nasi goreng kita hanya perlu membayar Rp.
10,- dengan pecahan mata uang baru. Berbeda halnya dengan Sanering dimana terjadi pemotongan
nilai mata uang tetapi harga barang tetap pada status yang lama, sehingga ketika nasi goring hari ini
harganya adalah Rp 10.000, dan sudah diterapkan Redenominasi Rupiah sebesar 3 digit, sehingga
nilai mata uang Rp 10.000 menjadi Rp 10, akan berdampak pada rendahnya daya beli masyarakat
terhadap nasi goreng karena ketidakseimbangan antara harga nasi goring dengan nilai mata uang,
yang member kesan lemah kepada nilai mata uang.
Sanering ini sudah pernah dilakukan di Indonesia pada jaman Soekarno sekitar tahun 1959,
sedangkan untuk Redenominasi belum pernah dilakukan hingga hari ini.
Akhir-akhir ini kita sering mendengar dan melihat tentang banyaknya wacana BANK
INDONESIA perihal redenominasi terhadap rupiah.Banyak pihak-pihak yang pro dan kontra perihal
masalah ini, namun banyak pihak yang belum memahami perihal redenominasi tersebut dan apa

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


pengaruh redenominasi tersebut baik dari segi positif maupun dari segi negatifnya. Menurut Gubernur
Bank Indonesia terbaru Darmin Nasution Redenominasi adalah penyederhanaan penyebutan satuan
harga maupun nilai mata uang. Artinya pecahan mata uang di sederhanakan tanpa mengurangi nilai
dari mata uang tersebut. Misalnya Rp.10.000 menjadi Rp.10, Rp.1000 menjadi Rp.1 dan seterusnya,
tetapi nilai mata uang sebelum dan sesudah redenominasi itu nilainya tetap sama. Menurut
Ensiklopedia Bahasa Indonesia lebih tepatnya Redenominasi Rupiah adalah pemotongan mata uang
menjadi lebih kecil tanpa merubah nilai tukarnya. Pada waktu terjadi inflasi, jumlah satuan moneter
yang sama perlahan-lahan memiliki daya beli yang semakin lemah dengan kata lain harga produk
dan jasa harus di tuliskan denagn jumlah yang lebih besar,ketika angka-angka ini semakin membesar
mereka dapat mempengaruhi transaksi harian karena resiko dan ketidaknyamanan yang diakibatkan
oleh jumlah uang lembaran yang harus dibawa atau karena resiko psikologi manusia yang tidak
efektif perhitungan angka dalam jumlah yang besar,maka pihak yang berwewenang dapat menangani
masalah ini dengan redenominasi.
Yang menjadi masalah dalam masyarakat saat ini adalah ketakutan jika redenominasi
tersebut dapat berpengaruh pada daya beli masyarakat seperti sanering yang terjadi pada jaman
Soekarno yang mempengaruhi daya beli masyarakat dan berpengaruh pada perekonomian nasional.
Gubernur Bank Indonesia,Narmin Nasution menegaskan bahwa Redenominasi bukanlah merupakan
pemotongan daya beli masyarakat melalui nilai mata uang seperti pada istilah sanering
Redenominasi sama sekali tidak merugikan masyarakat karena redenominasi berbeda dengan
sanering atau pemotongan,dalam redenominasi niali uang terhadap barang tidak akan berubah yang
terjadi hanyalah penyederhanaan dalam nilai nominalnya berupa penghilangan beberapa digit angka
nol ujar Darmin Nasution.
Redenominasi biasanya dilakukan dalam situasidan kondisi ekonomi yang stabil dan menuju
ke arah yang lebih sehat sedangkan sanering adalah pemotongan nilai mata uang dalam kondisi
perekonomianyang tidak sehat yaitu dengan memotong nilai uangnya saja.
Redenominasi

dilakukan

untuk

menyederhanakan

sistem

akuntansi

dalam

sistem

pembayaran tanpa menimbulkan dampak negatif bagi perekonomian. Walaupun telah banyak
penjelasan yang diutarakan oleh Bank Indonesia mengenai perbedaan antara Sanering dan
Redenominasi namun tetap saja banyak masyarakat yang menganggap bahwa antara sanering dan
Redenominasi hanyalah perbedaan istilah yang mempunyai makna yang sama yang akan
berpengaruh pada daya beli masyarakatdan perekonomian nasional.
Secara lebih rinci Bank Indonesia menjelaskan perbedaan antara Redenominasi dan
Sanering diantaranya adalah pada redenominasi tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama
sedangkan pada sanering menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis,
redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam
melakukan transaksi dam mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan ekonomi regional
sedangkan sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga
biasanya dilakukan karena inflasi yang sangat tinggi,pada redenominasi nilai uang terhadap barang

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


tidak berubah karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan
sedangkan pada sanering nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil karena yang
dipotong adalah nilainya, redenominasi dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil ekonomi tumbuh
dan inflasi terkendali sedangkan pada sanering dilakukan pada saat keadaan makro ekonomi yang
tidak sehat dan ketika situasi inflasi yang sangat tinggi, redenominasi disiapkan secara matang dan
terukur sampai masyarakat siap agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat sedangkan pada
sanering tidak ada masa transisi dan biasanya dilakukan secara tiba-tiba.
Seberapa kerasnya usaha Bank Indonesia untuk menjelaskan bahwa redenominasi jamun
tak dapat dipungkiri jika masyarakat cukup paham dampak-dampak redenominasi baik itu dari segi
positif maupun negatif, bila kita melihat dari sudut pamndang masyarakat dan melepaskan pengaruh
Bank Indonesia mak untuk kebijakan ini Bank Sentral harus menarik semua mata uang lama dan
mencetak mata uang yang baru tapi ini hanyalah dampak yang paling yangdapat diatasi oleh Bank
Indonesia, justru kelompok korporat swasta yang akan menanggung banyak dampak dari
redenominasi.
Bank-bank swasta harus merubah sistem mesin Anjungan Tunai Mandiri (ATM) agar sesuai
dengan nominal yang baru atau mungkin malah menarik semua ATM yang lama dan menggantinya
dengan yang baru jika memang pemerintah merubah total bentuk fisik dan ukuran kertas mata uang
yang baru. Operasi perubahan maupun penggantian mesin pasti akan memakan biaya yang cukup
mahal, mungkin tidak setinggi biaya untuk mencetak uang-uang baru tetapi disini pihak swastalah
yang menanggung beban.
Selain itu masih banyak permasalahan yang akan dihadapi sebagai dampak dari
redenominasi tersebut, penghilangan jumlah nol akan mengacaukan perhitungan akuntansi yang
telah terkomputensasi dan jika itu terjadi di seluruh negri dan menimpa kantor-kantor pemerintah dan
swasta maka akan terjadi bencana administrasi nasional.
Dampak lainnya yang perlu diperhatikan dengan cermat adalah adanya potensi pembulatan
harga ke atas dengan alasan untuk mempermudah transaksi, harga barang aseanyang dahulunya
adalah Rp.1700 setelah adanya redenominasi harganya akan berubah menjadi Rp.1,7 dan kemudian
harganya akan dibulatkan menjadi Rp.2.
Tentu saja secara luas praktik ini akan mengakibatkan semakin tingginya tingkat inflasi.
Sebelum melakukan redenominasi ini hendaknya Bank Indonesia meyakinkan infrastruktur yang
terkait dengan dampak redenominasi sudah disesuaikan dan di setting sedemikian rupa sehingga
kompatibel dengan mata uang baru dengan lebih sedikit nol.
Biaya penyesuain infrastruktur akibat redenominasi mungkin akan lebih besar dari perkiraan
pemerintah karena pemerintah harus menjangkau semua sektor ekonomi yang terancam terkena
dampak redenominasi tersebut. Redenominasi adalah kebijakan yang tepat tetapi sebaiknya
dipersiapkan panjang dan matang sebelum akhirnya direalisasikan dan sebisa mungkin menutup flaw
yang mungkin terjadi dalam implementasinya.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


Perlu ditekankan disini bahwa pokok permasalahan bukan hanya sekedar mensosialisasikan
masalah ini ke pihak-pihak yang terkait lebih dari itu redenominasi menuntut perubahan infrastruktur
dan administrasi secara masif atau ekonomi negri kita akan digoncang prahara pembukuan terkait
dengan dampak redenominasi. Dalam tahapan riset mengenai Redenominasi, Bank Indonesia akan
secara aktif melakukan diskusi dengan berbagai pihak untuk mencari masukan dan hasilnya akan
diserahkan kepada pihak-pihak terkait agar dapat menjadi komitmen nasional, selain itu Bank
Indonesia secara aktif melakukan kajian Redenominasi Rupiah dimana hal ini terkait dengan
pelaksanaan integrasi masyarakat ekonomi regional seperti ASEAN.
Redenominasi membutuhkan waktu sedikitnya lima tahun dan selama itu pedagang wajib
mencantumkan label dalam dua jenis mata uang yakni mata uang lama yang belum dipotong dan
mata uang baru yang nol nya sudah dipotong,sehingga tercipta control publik. Beberapa faktor yang
mendukung suksesnya program redenominasi ini adalah ekspektasi inflasi yang berada pada kisaran
yang rendah denagn pergerakan yang stabil,stabilitas perekonomian yang terjaga serta adanya
jaminan terhadap stabilitas harga serta adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat.

2.2 Tujuan Redenominasi


Tujuan utama dari dilakukannya redenominasi adalah untuk menyederhanakan pecahan
uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi. Dengan penyederhanaan ini, setiap
orang akan terbantu dalam melakukan kegiatan transaksi karena pecahan mata uang yang harus
dibawa dalam setiap melakukan transaksi tidak terlalu banyak. Penyederhanaan pecahan mata uang
ini akan sangat membantu semua orang di berbagai bidang aktivitas dan pekerjaan, memberikan
cara yang lebih efisien bagi setiap orang dan memberikan kenyaman yang berarti. Selain itu, tujuan
yang lain adalah mempersiapkan kesetaraan ekonomi Indonesia dengan negara regional. Di dalam
wilayah ASEAN daerah yang masih memiliki pecahan mata uang hingga ribuan adalah Indonesia dan
Vietnam, ini menyebabkan bahwa negara kita masih belum menunjukkan tingkat efisiensi dalam nilai
mata uang. Hal ini harus lebih menjadi perhatian bersama karena menyangkut soal harga diri bangsa
di tengah-tengah dunia, sehingga mata uang rupiah tidak dianggap sebagai mata uang murahan oleh
negara lain. Dengan bahasa yang lebih sederhana bisa dikatakan bahwa redenominasi dilakukan
untuk meningkatkan harga diri Indonesia di dunia internasional. Karena selama ini hanya ada 3
negara yang pecahan mata uangnya hingga ribuan, yaitu: Indonesia, Vietnam dan Zimbabwe.

2.3 Syarat Redenominasi


Menurut ekonom UGM, A. Tony Prasetiono, redenominasi dapat dilakukan bila 2 syarat berikut
terpenuhi:

Inflasi stabil di bawah 5% selama 4 tahun berturut-turut.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Negara memiliki cadangan devisa 100 200 miliar.

2.4 Sejarah Redenominasi di Indonesia

Oktober 1946
Upaya mengatur mata uang untuk pertama kalinya terjadi pada bulan Oktober 1946. Umur
Indonesia waktu itu baru 1 tahun, wajar jika mata uang para penjajah masih wara-wiri dalam
perekonomian Indonesia. Gulden, mata uang NICA, saat itu masih berlaku sebagai alat tukar.
Namun nilainya yang sedikit, membuat nilai Gulden semakin tinggi. Sedangkan mata uang Jepang,
sebagai penjajah terakhir, saat itu beredar dalam jumlah yang sangat banyak. Akibatnya nilai mata
uang Jepang sangat rendah. Sementara itu, masa-masa penjajahan Jepang membuat bangsa
Indonesia tidak produktif. Supply barang sangat sedikit, sementara uang yang beredar sangat
banyak. Kondisi itu adalah kondisi yang sangat sehat untuk menumbuhkan inflasi, inflasi
melonjak luar biasa. Karenanya kelebihan uang beredar dijadikan tersangka utama biang kerok
inflasi. Satu-satunya jalan menyelesaikan inflasi adalah dengan mengatur kembali jumlah uang
beredar. Caranya dengan mengganti uang NICA dan uang Jepang menjadi uang Indonesia. Uang
tersebut adalah uang nasional pertama, yang dinamai Oeang Republik Indonesia (ORI).
10 Maret 1950
Sanering pertama agaknya tidak terlalu berhasil. Terbukti di tahun 1950 uang NICA dan dan
uang De Javasche Bank masih juga beredar, padahal sanering pertama telah berupaya untuk
menarik semua uang eks penjajah dengan ORI. Produksi barang di Indonesia pasca merdeka
ternyata belum bisa meningkat secara signifikan. Jumlah barang yang diproduksi masih belum cukup
untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Adapun teknologi pencetakan uang masih sangat sederhana,
tak ayal aksi pencetakan uang palsu menjadi sangat marak. Akibatnya inflasi sangat tinggi dan tidak
bisa dikendalikan.
Saat itu Menteri Keuangan Kabinet Hatta II adalah Sjafruddin Prawiranegara, dari Partai
Masyumi. Sjafruddin menerapkan suatu kebijakan gunting Sjafruddin. Pada saat itu uang
ORI disebut "uang putih" sedangkan uang uang NICA disebut "uang merah". Tertanggal 10 Maret
1950, Sjafruddin memerintahkan agar uang merah yang bernilai diatas Rp. 5,- digunting menjadi
dua. Hanya bagian kiri dari guntingan tersebut yang berlaku sebagai nilai tukar. Itupun nilainya hanya
setengah dari nilai sebelumnya. Aturan ini berlaku baik bagi uang yang beredar secara fisik, maupun
uang yang berada dalam simpanan bank. Sementara itu uang yang bagian kanan dapat ditukarkan

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


ke bank sebagai obligasi negara dengan nilai setengahnya dari yang tercantum. Obligasi tersebut
baru bisa diambil kembali 40 tahun mendatang dengan bunga sebesar 3 persen per tahun. Kebijakan
ini adalah langkah dalam menyelesaikan masalah utang negara yang bertumpuk dan kas negara
yang minim. Sjafruddin meneruskan semangat sanering pertama yaitu membuat mata uang nasional
menjadi satu-satunya mata uang yang berlaku dalam perekonomian domestik Indonesia.

Jadi ada tiga point penting dalam gunting Sjafruddin ini, yaitu :
1.

Pertama, mengefisienkan perdagangan dengan menyeragamkan mata uang.

2.

Kedua, mengurangi jumlah uang yang beredar dan menekan laju inflasi.

3.

Ketiga, mengisi kas negara dengan memaksa masyarakat menyimpan sebagian uangnya di
bank.

25 Agustus 1959
Walaupun banyak pengamat ekonomi mengatakan kebijakan gunting Sjafruddin berhasil,
namun sembilan tahun kemudian Indonesia kembali dihadapkan pada sanering berikutnya. Sanering
ketiga terjadi tahun 1959, yang dikenal dengan nama "politik pengebirian uang". Istilah tersebut
sangat tepat karena salah satu tujuannya adalah

untuk mengurangi jumlah peredaran uang

terutama yang dimiliki oleh orang-orang kaya. Karena selain meredenominasi uang pecahan besar
pemerintah juga membekukan deposito diatas Rp. 25.000,Bila melihat bentuknya, bisa dikatakan kebijakan tahun 1959 ini adalah redenominasi mata
uang, karena hanya mengurangi 1 digit nol. Uang kertas bernilai Rp. 500,- diubah menjadi Rp. 50,dan Rp 1.000,- menjadi Rp. 100. Sayangnya, kondisi ekonomi dan politik Indonesia saat itu sedang
tidak sehat. Konsentrasi pemerintah terpecah antara penyelesaian masalah internasional, dan
masalah konflik sosio politik nasional.
19 Desember 1965
Melemahnya perekonomian Indonesia terus berlangsung hingga tahun 1965. Jika nilai tukar
Rupiah pada tahun 1959 terhadap US$ adalah Rp. 45,-, maka pada tahun 1965 nilai tukar kita adalah
Rp. 35.000. Angka yang fantastik!.
Pemerintah saat itu masih berkutat dengan masalah-masalah politik dalam dan luar negeri,
sehingga penguatan pembangunan ekonomi menjadi terabaikan. Presiden Soekarno yang berkuasa
sejak tahun 1945, masih melakukan aksi-aksi politik luar negeri. Walau perjuangan merebut Irian
Barat telah berhasil di tahun 1963, Soekarno masih sibuk berkonfrontasi dengan Malaysia. Untuk
memperkuat posisinya secara politik di dalam negeri Soekarno menggalang kekuatan dengan
menggandeng TNI dan PKI. Sayangnya kepercayaan Soekarno pada PKI

dikhianati dengan

pemberontakan yang dikenal sebagai G30SPKI.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


Kisruhnya kondisi politik dan makin terabaikannya ekonomi membuat negara berada dalam
kondisi terpuruk. Akhir tahun 1965, tepatnya 19 Desember 1965, wakil perdana menteri III, Chairul
Saleh mencoba menyelesaikan masalah ekonomi dengan memberlakukan redenominasi. Uang
senilai Rp. 1000,- ditukar dengan Rp.1,-. Sayangnya kebijakan tersebut tidak didukung oleh
perangkat ekonomi lainnya. Akibatnya di tahun 1966 inflasi meloncat sampai titik 650 persen.

2.5 Tahapan Redenominasi


Meskipun menurut Wakil Presiden Boediono, redenominasi rupiah masih menjadi wacana,
namun Bank Indonesia sudah membuat tahapan redenominasi:

2011-2012: tahap sosialisasi. Bank Indonesia akan mensosialisasikan redenominasi kepada


masyarakat. Semua sistem akuntansi, pencatatan dan sistem informasi akan disesuaikan secara
bertahap.

2013-2015: tahap transisi. Bank Indonesia akan menerbitkan pecahan mata uang baru yang
nilainya 1.000 kali uang lama. Dalam tahap ini barang akan diberi dua label, yaitu label harga
lama dan label harga baru.

2016-2018: tahap penarikan uang lama. Bank Indonesia akan menarik uang lama. Sehingga
diharapkan pada akhir 2018 mata uang lama sudah tidak beredar lagi.

2019-2020: tahap pemantapan. Bank Indonesia akan mengganti uang baru yang bertuliskan
uang baru dengan uang baru yang tidak memiliki tulisan baru tersebut. Sehingga diharapkan
pada tahun 2021 redenominasi rupiah telah selesai

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan redenominasi rupiah, yaitu:
1.

Diperlukan biaya yang besar untuk mencetak uang baru.

2.

Diperlukan biaya yang besar untuk melakukan sosialisasi.

3.

Pemahaman masyarakat harus diperbaiki agar jangan sampai masyarakat mengira pemerintah
melakukan sanering.

4.

Eksportir harus siap. Karena dalam hal terjadi redenominasi, maka yang paling dirugikan adalah
eksportir.

5.

Dari segi peraturan perundang-undangan juga harus siap, terutama peraturan yang mengatur
mengenai denda.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


6.

Dari segi teknologi juga harus siap. Jangan sampai karena kesalahan sistem komputer bank,
muncul banyak orang kaya baru.

2.6 Perbedaan Antara Redenominasi Dengan Sanering

Syarat-syarat

Pertumbuhan ekonomi tinggi

Inflasi rendah dan stabil

Daya beli masyarakat baik

Adanya jaminan stabilitas harga

Adanya kebutuhan dan kesiapan masyarakat

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Pertumbuhan ekonomi melambat

Inflasi tinggi dan cepat

Daya beli masyarakat lemah

2.7 Gambaran Penerapan Redenominasi Pada Suatu Negara


Belajar Kesuksesan Redenominasi dari Lira Turki : Redenominasi menjadi istilah yang paling
banyak didiskusikan dalam beberapa waktu terakhir, mulai dari ibu-ibu rumah tangga hingga ke
pengusaha kelas kakap.Topiknya bisa sama, tetapi kesimpulannya berbeda-beda. Ada yang langsung
paham, dan banyak juga yang bingung. Hal yang menghawatirkan karena istilah redenominasi
langsung dikaitkan dengan sanering, yaitu pemotongan nilai tukar uang.
Redenominasi berbeda seratus persen dengan sanering. Redenominasi dapat diartikan
sebagai penyederhanaan satuan nilai mata uang yang diikuti penyederhanaan nilai barang.
Sementara sanering adalah pemotongan nilai mata uang yang tidak diikuti penyederhanaan nilai
barang. Redenominasi belum pernah dilakukan di Indonesia sementara sanering sudah pernah
dilakukan puluhan tahun yang lalu untuk mengantisipasi inflasi tinggi yang telah membuat rupiah tidak
memiliki nilai sama sekali.
Bayangkan jika Anda memiliki uang Rp 1.000.000. Anggap uang sebesar itu bisa membeli
satu telepon seluler baru. Kemudian, pemerintah melakukan redenominasi rupiah dari sebelumnya
Rp 1.000.000 menjadi Rp 1.000. Setelah redenominasi, uang baru senilai Rp 1.000 bisa dipakai
membeli satu telepon seluler serupa.
Secara teoretis hanya itulah yang akan terjadi setelah redenominasi, yang artinya
penggunaan mata uang baru dengan tujuan menggantikan mata uang lama. Bedanya, angka nominal
yang tertera pada mata uang baru akan menjadi lebih kecil, biasanya dengan mengurangi jumlah
angka nol.
Berdasarkan bukti empiris, jika syarat-syarat dipenuhi, redenominasi tidak akan mengurangi
nilai penghasilan riil. Redenominasi juga tidak akan mengurangi kemampuan daya beli mata uang
lama, yang akan digantikan dengan uang baru.
Salah satu negara yang tergolong relatif sukses melakukan redenominasi adalah Turki,
seperti tertulis dalam makalah The National Currency Re-Denomination Experience in Several
Countriesa Comparative Analysis oleh Duca Ioana, dosen dari Titu Maiorescu University
Bucharest, Romania.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


Romania juga tergolong sukses melakukan redenominasi sehubungan dengan niatnya
bergabung dengan zona euro. Steve Hanke adalah ekonom AS yang pernah mencoba menerapkan
redenominasi pada akhir Orde Baru di Indonesia, tetapi batal. Namun, dia mengajari Bulgaria
melakukan redenominasi yang tergolong berhasil.
Juga dalam rangka persiapan memasuki keanggotaan Uni Eropa, walau agak berat, Turki
memutuskan redenominasi pada tahun 1998.
Setelah persiapan tujuh tahun, mulai 1 Januari 2005, pada awal tahun anggaran, Turki
melakukan redenominasi terhadap lira. Redenominasi dilakukan di awal tahun anggaran dengan
tujuan agar semua catatan pembukuan keuangan negara dan perusahaan langsung menggunakan
mata uang baru dengan angka nominal yang lebih kecil.
Setelah redenominasi, semua mata uang lama dikonversikan ke mata uang baru. Jika nama
mata uang lama adalah lira Turki dengan simbol TL, maka mata uang baru diberi kode YTL yang
artinya uang baru lira Turki. Huruf Y adalah singkatan dari yeni dalam bahasa Turki, yang artinya
'baru'.
Kurs konversi adalah 1 YTL untuk 1.000.000 TL. Turki menghilangkan enam angka nol. Mata
uang kertas lama TL memiliki angka nominal tertinggi, yaitu 20.000.000 TL, dan pada 1 Januari 2005
menjadi 20 YTL.
Setelah redenominasi, Turki memiliki mata uang kertas baru, yakni 1 YTL (menggantikan
1.000.000 TL), dan 5 YTL, 10 YTL, 20 YTL, 50 YTL, dan 100 YTL.
Turki memiliki uang kertas lama dengan nilai paling rendah 50.000 TL. Setelah 1 Januari
menjadi 0,050 YTL alias 5 sen (5 YKr). Untuk mengakomodasi ini, Pemerintah Turki juga
mengeluarkan uang logam pecahan, mulai dari 1 YKr, 5 YKr, 10 YKr, 25 YKr, dan 50 YKr.
YKr adalah singkatan dari yeni kurus atau sen baru dalam wujud koin. Sebanyak 100 YKr
setara dengan 1 YTL. Selain mengeluarkan mata uang keras 1 YTL, Turki juga mengeluarkan
pecahan baru dalam bentuk koin setara 1 TRL yang nilainya setara dengan 100 YKr.
Turki melakukan redenominasi lewat beberapa tahap. Tahap pertama, mata uang TL dan YTL
tetap beredar secara simultan selama setahun. Setelah setahun, mata uang TL akan ditarik. Waktu
setahun ini bertujuan agar warga memiliki waktu leluasa menggantikan TL ke YTL.
Pada tahap kedua, seperti di banyak negara, setelah beberapa tahun, mata uang YTL
dikembalikan menjadi TL. Dengan kata lain, penggunaan TL dengan angka nominal baru dipulihkan.
Untuk membantu pengenalan mata uang baru dan untuk menghindari kebingungan dalam
proses penggunaan YTL dari TL, dua mata uang dengan daya beli serupa itu dicetak dalam warna
dan desain serupa. Misalnya, desain dan warga mata uang 1 YTL sama dengan 1.000.000 TL.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


Syarat sukses redenominasi Turki, sebelumnya Polandia dengan zloty, adalah keharusan
negara pelaku redenominasi melakukan stabilisasi harga dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.8 Penolakan Redenominasi


Dalam

makalah

yang

berjudul

Dropping

Zeros,

Gaining

Credibility?

Currency

Redenomination in Developing Nations, Layna Mosley dari Department of Political Science


University of North Carolina Chapel Hill, NC, AS, mengatakan, redenominasi an sich tidak otomatis
menurunkan inflasi.
Hal itu juga dinyatakan Profesor Mike Kwanashie pada 5 Januari 2009. Mike, yang saat itu
penasihat Pemerintah Nigeria, menunjukkan, Zimbabwe, Brasil, Argentina, Rusia, dan Ghana gagal
dalam melakukan redenominasi karena kegagalan mengendalikan inflasi dan tak mampu mendorong
pertumbuhan.
Di Rusia, redenominasi bahkan dianggap sebagai instrumen tak langsung pemerintah
merampok kekayaan rakyat. Dalam 85 tahun terakhir, ada 50 negara yang melakukan redenominasi.
Negara pertama adalah Jerman pada tahun 1923 karena hiperinflasi dengan mengurangi 12 angka
nol.
Korea Utara pada akhir tahun 2009 melakukan redenominasi dengan menjadi 100 won
menjadi 1 won. Namun, saat warga hendak menggantikan uang lama won ke uang baru, stok uang
baru tidak ada. Melihat kegagalan banyak negara itu, dan menyadari Nigeria tidak siap melakukan
reformasi ekonomi, Kwanashie menolak redenominasi atas naira Nigeria.
Kurs yen Jepang berada di atas angka 100 per dollar AS. Apa masalahnya? Jepang tetap
merupakan negara dengan kekuatan ekonomi terbesar kedua dunia, kata Kwanashie.

2.9 Beberapa Komentar Tentang Redenominasi


Wakil Presiden Boediono
Menghimbau semua pihak untuk menjaga ketenangan dan kestabilan situasi ekonomi dan
moneter. Menurut Wapres, redenominasi bukan berarti menandakan perekonomian memburuk.
Redenominasi justru dilakukan pada saat perekonomian dalam kondisi yang baik. (Kompas)
Menteri Keuangan Agus Martowardojo
Mengatakan bahwa meskipun belum dikonsultasikan oleh pemerintah, namun kajian
redenominasi rupiah yang akan dilakukan Bank Indonesia (BI) diyakini tidak berdampak buruk bagi
perekonomian Indonesia. (Detik)

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Gita Wiryawan


Mendukung ide redenominasi yang sedang digulirkan Bank Indonesia. Ide simplifikasi
nominal rupiah ini diyakini akan mempermudah hidupnya. "Saya oke-oke saja dengan ide
redenominasi," kata Gita. (Tempo)

Ekonom Standard Chartered Bank, Fauzi Ichsan


Mengatakan bahwa kebijakan redenominasi mata uang rupiah yang direncanakan oleh Bank
Indonesia (BI) memang harus dilakukan karena kondisi perekonomian Indonesia yang semakin
membaik. Kebijakan ini bisa membuat perekonomian makin praktis. (Detik)
Analis PT Samuel Sekuritas Muhammad Alfatih dan VP Research & Analys PT Valbury Asia
Securities Nico Omer Jonckheere
Mengatakan bahwa redenominasi atau pengurangan nominal rupiah hanya memberikan efek
psikologis ke pasar saham. Jika rencana itu tersosialisasi dengan baik, maka semestinya pasar
saham tidak terpengaruh dan bisa bergerak dengan normal lagi. (Detik)

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan di atas dapat diketahui perbedaan antara denominasi dengan sanering.
Redenominasi adalah menyederhanakan denominasi (pecahan) mata uang menjadi pecahan lebih
sedikit dengan cara mengurangi digit (angka nol) tanpa mengurangi nilai mata uang tersebut. Dalam
hal ini, redenominasi hanya berusaha menyederhankan nilai mata uang sekaligus nilai suatu barang.
Ini dimaksudkan agar penghitungan keuangan dalam urusan kenegaran maupun swasta akan terasa
lebih ringan dan sederhana. Sedangkan sanering adalah pemangkasan/ pemotongan nilai mata uang
yang tidak diikuti dengan penyederhanaan nilai suatu barang, sehingga menyebabkan daya beli
rendah karena biaya yang terlalu terkesan mahal.
Jumlah nol yang banyak mengakibatkan ongkos bertransaksi terlalu mahal atau tidak efisien.
Pecahan mata uang yang terlalu besar kurang efisien karena membuat proses pembayaran dan
transaksi tunai menjadi lebih susah. Jadi timbulah ide kreatif merampingkan rupiah, yang dalam
bahasa kerennya disebut redenominasi mata uang (currency redenomination). Pengurangan pecahan
mata uang bisa menyederhanakan sistem akuntansi dan pembayaran. Masyarakat tidak perlu resah
dengan rencana redenominasi. Sebab, redenominasi hanya menyederhanakan pecahan uang rupiah
tanpa mengurangi nilainya.
Redenominasi rupiah harus dibarengi pembangunan persepsi masyarakat terhadap
kebijakan tersebut. Jangan sampai persepsi yang timbul adalah pemotongan nilai mata uang, yang
membuat masyarakat menarik dana mereka dari bank dan melakukan investasi ke luar negeri.
Rencana positif redenominasi harus dilakukan secara hati-hati. Dampak psikologi kepada masyarakat
dan investor akan tergantung dengan bagaimana Bank Indonesia melakukan sosialisasi.
Redenominasi jangan sampai menimbulkan gejolak stabilitas ekonomi. Kesiapan masyarakat menjadi
poin penting bagi bank sentral. Redenominasi sebetulnya sangat baik, tetapi harus dipahami jika
kesiapan masyarakat menjadi hal penting yang harus diperhatikan.Kesiapan masyarakat juga
diperlukan karena tanpa kesiapan masyarakat maka bisa-bisa terjadi gejolak ekonomi dimana terjadi

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia


kepanikan di masyarakat. Hal tersebut berbahaya, karena masyarakat tidak mengerti dan jangan
sampai disalahartikan seperti sanering.
Bank Indonesia sebelum melakukan redominisasi untuk terlebih dahulu bank Indonesia
meyakinkan semua infrastruktur terkait sudah disesuaikan dan disetting sedemikian rupa sehingga
kompatibel dengan mata uang baru dengan lebih sedikit nol. Rencana redenominasi rupiah bakal
memakan biaya tinggi. Bank Indonesia juga harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit untuk
mengganti dan mencetak uang baru. Pencetakan uang selalu menguras anggaran Bank Indonesia.
Ada tiga alasan Indonesia menerapkan redenominisasi yaitu yang pertama, inflasi di
Indonesia terkendali, yaitu di bawah 10 persen, yang ke dua utang pemerintah dari persentase
Produk Domestik Bruto (PDB) terus turun, dan yang ke tiga kondisi perekonomian yang stabil.
Redenominasi tidak akan memberikan efek negatif terhadap perekonomian. Ekonomi yang kuat dan
politik yang stabil akan memudahkan proses redenominasi. Jika pelaku bisnis yakin bahwa ekonomi
berkinerja baik, redenominasi bisa berjalan sesuai dengan harapan. Tetapi, redenominasi
mengakibatkan angka inflasi meningkat apabila pelaku bisnis berpersepsi ekonomi melambat atau
memburuk ketika kebijakan itu diterapkan. Sukses redenominasi hanya bisa dilakukan pada saat
inflasi dan ekspektasi inflasi stabil dan rendah.

3.2 Saran
Dalam hal ini, yang harus menjadi perhatian bersama adalah bagaimana pemerintahan dapat
mempersiapkan segala bentuk yang berhubungan dengan kesiapan redenominasi dalam jangka
panjang jika memang ini akan diterapkan di Indonesia, dan akan membawa mata uang Indonesia
lebih efisien. Karena walau bagaimanapun juga ini berkaita dengan keuangan Negara Indonesia di
mata dunia, jangan sampai akan menurunkan harga diri bangsa kita di tengah-tengah dunia, jika
perlu kita tunjukka bahwa kita layak bersaing di tengah-tengah persaingan dunia yang semakin
gencar ke arah yang lebih baik.

Mar. 30

Pengaruh Redenominasi Dan Sanering Terhadap Ekonomi Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Artikel Arpan, Sarpani, 01 Januari 2013, Pengaruh Redenominasi dan Sanering Rupiah Terhadap
Psikologi Konsumen, Arpan News, http://arpanblogger.blogspot.com/2013/01/pengaruhredenominasi-sanering-rupiah.html diakses 27 Maret 2013
Arsip Makhijani, Dyah N.K., 03 Agustus 2010, Redenominasi Bukan Pemotongan Uang, Bank
Indonesia Website, http://www.bi.go.id/web/id/Ruang+Media/Siaran+Pers/sp_123810.htm
diakses 27 Maret 2013
Journal non-personal. 2011. Kajian Tentang Rencana Redenominasi Rupiah Dalam Sistem
Keuangan Jangka Panjang di Indonesia. http://www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/jrak/article/view/62, diakes 27 Maret 2013
Artikel non-personal, 25 Maret 2013, Redenominasi, Wikipedia Bahasa Indonesia,
http://id.wikipedia.org/wiki/Redenominasi , diakses 27 Maret 2013
Artikel Imade, Yangki, 04 Januari 2011, Seputar Redenominasi Rupiah, Kandank Ilmu,
http://kandankilmu.org/2011/01/04/artikel-seputar-redenominasi-rupiah/, diakses 27 Maret
2013
Artikel unardy, Wibowo, 04 Agustus 2010, Redenominasi Rupiah, Wibowotunardy Blog,
http://www.wibowotunardy.com/redenominasi-rupiah/, diakses 27 Maret 2013
Artikel Nevergiveupyo, 05 August 2010, Redenominasi Rupiah, Dari Nusantara untuk Dunia,
http://baltyra.com/2010/08/05/redenominasi-rupiah/, diakses 27 Maret 2013

Anda mungkin juga menyukai