DOSEN PENGAMPU :
BONI SAPUTRA
Lefran ( 2020110009 )
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah atas limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945 dan
Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah kewarganegaraan, dengan harapan menjadi suatu acuan dalam
pembelajaran kewarganegaraan.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan lapang dada kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca dengan harapan kami bisa membuat makalah
dengan lebih baik di kemudian hari.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD
NRI 1945 dan Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.
1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan ------------------------------------------- ................. 7
A Konsep dan urgensi konstitusi dalam berbangsa-negara Indonesia ................ 7
B. Perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia ............... 9
C. Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam .
kehidupan berbangsa-negara indonesia .................... ................. 10
D. Dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan ................. 13
E. Esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara ................ 13
Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam
konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi
dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara. Dalam bab ini kita akan membahas nilai dan norma konstitusional UUD NRI 1945
dan konstitusionalitas perundang-undangan di bawah UUD. Yang mencakup konsep dan
urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara, pentingnya konstitusi dalam
kehidupan berbangsa-negara, sumber historis sosiologis dan politik konstitusi dalam
berbangsa-negara indonesia, dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara indonesia, esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia.
3
1.3 TUJUAN
PEMBAHASAN
Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis
dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio,
dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan istilah
constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah n fungsinya sebagai berikut :
5
d. Konstistusi penentu atau pembatas kekuasaan negara, konstitusi pengatur
hubungan kekuasaan antar organ negara, konstitusi pengatur hubungan
kekuasaan antara organ negara dengan warga negara, konstitusi pemberi atau
sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara, konstitusi sebagai penyalur atau pengalih
kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara, konstitusi
sebagai sumber simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu sebagai rujukan
identitas dan keagungan kebangsaan serta sebagai center of ceremony,
konstitusi sebagai sarana pengendalian masyarakat baik dalam arti sempit
yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang sosial ekonomi, konstitusi
sebagai sarana perekayasaan dan pembauran masyarakat.Dari fungsi tersebut
kita tahu bahwa urgensi dari konstitusi yaitu dilihat dari dua segi. Segi
pertama dari segi isi karena konstitusi memuat dasar garis struktur dan
memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk yang memuat konstitusi bukan
sembarang orang atau lembaga. Mungkin bisa seorang raja, rakyat, badan
konstitusi atau lembaga diktator.
1. Pada sudut pandang kedua mengaitkan pentingnya konstitusi dengan
pengertian hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan
hukum dalam arti sempit dimana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai “wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk
memberikan kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyatannya tidak
menutup kemungkinan adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat
makna, kursif penulis) karena tidak ada pertalian yang nyata antara pihak yang
benar-benar menjalankan pemerintahan negara.
B. PERLUNYA KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA
INDONESIA
Setiap negara harus memiliki konstitusi karena konstitusi merupakan tonggak awal
terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi peyelenggaraan bernegara. Oleh karena itu
konstitusi menempati posisi penting dan straegis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. Negara konstitusional tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi juga negara
tersebut harus menganut gagasan tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan
gagasan bahwa konstitusi suatu negara harus mampu memberi pembatasan kekuasaan
pemerintahan, serta memberi perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara.
Suatu negara yang memiliki konstitusi, tetapi isinya mengabaikan dua hal diatas maka ia
bukan negara konstitusional.
Dari pandangan ini, dapat dihami, mengapa manusia dalam bernegara membutuhkan
konstitusi. Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga
timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat
mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium contra omnes: perang
semua lawan semua. Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya menyadarkan
manusiauntuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang dikenal dengan istilah
factum unionis. Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada
penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum subjectionis.
7
cenderung seperti monster Leviathan. Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi
zamannya (zeitgeist-nya) sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan
mutlak) dengan konsep devine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan
pilihan Tuhan sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang
mendorong munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan
wakil Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat. Salah satu
contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja Perancis yang dinobatkan
pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai berkuasa penuh sejak wafatnya
menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun 1661. Louis XIV dijuluki sebagai Raja
Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung (Louis le Grand, atau Le Grand Monarque).
Ia memerintah Pada buku novel Moby-Dick, Leviathan merupakan ikan paus besar, dan pada
bahasa Ibrani Modern, Leviathan berarti "paus". Dalam beberapa mitologi seperti Jepang dan
Canaanite, Leviathan dikenal sebagai Dewa Lautan. Menurut beberapa sumber lain dikatakan
bahwa Leviathan adalah ular raksasa jahat berkepala tujuh.
Dalam sejarah Perancis, Raja Louis XIV bertindak absolut. Gagasan untuk
membatasi kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah konstitusionalisme yang mengandung
arti bahwa penguasa perlu dibatasi kekuasaannya dan karena itu kekuasaannya harus
diperinci secara tegas, sebenarnya sudah muncul sebelum Louis XVI dihukum dengan
Guillotine. Dalam rentetan sejarah penegakkan HAM di temukan beberapa peristiwa yang
melahirkan berbagai dokumen HAM. Seperti Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan
Declaration of Independence dalam sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits de
L’homme et du Citoyen di Perancis.
Oleh karena itu konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara.
Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah
membagi kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan
maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menentapkan
bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konsitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat
kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaiakan diri satu sama lain serta merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam negara.
Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis,
yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan. Jika kita mengartikan
konstitusi secara sempit, yakni sebagai suatu dokumen atau seperangkat dokumen, maka
Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi.yang termuat dalam satu dokumen tunggal. Inggris
tidak memiliki dokumen single core konstitusional. Konstitusi Inggris adalah himpunan
hukum dan prinsip- prinsip Inggris yang diwujudkan dalam bentuk tertulis, dalam undang-
undang, keputusan pengadilan, dan perjanjian. Konstitusi Inggris juga memiliki sumber tidak
tertulis lainnya, termasuk parlemen, konvensi konstitusional, dan hak-hak istimewa kerajaan.
Oleh karena itu, kita harus mengambil pengertian konstitusi secara luas sebagai suatu
peraturan, tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana negara dibentuk dan
dijalankan. Jika demikian Kerajaan Inggris memiliki konstitusi. Negara tersebut bukan satu-
satunya yang tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara lainnya di antaranya adalah Israel dan
Selandia Baru.
Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-Undang Dasar
1945 yang berlaku mulai 5 Juli 1959, dimana kontitusi ini termasuk dalam konstitusi tertulis.
Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa
perubahan dalam perkembangannya. Perubahan konstitusi ini dilakukan pasti bukan tanpa
sebab yang tidak jelas, karna itu dalam pembahasan tentang alasan mengapa konstitusi di
Indonesia beberapa kali mengalami perubahan. Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat
mengalami 4 kali perubahan konstitusi dalam kurun waktu yang cukup singkat.
Periode pertama yaitu UUD 1945 yang berlaku selama 4 tahun mulai 18 Agustus
1945 - 27 Desember 1949 namun ditahun terakhir konstitusi berubah dan ditetapkan menjadi
UUD RIS yang berjalan sampai 17 Agustus 1950. Perubahan yang terbilang cukup singkat ini
dilatarbelakangi oleh agresi militer Belanda yang mengharuskan mengubah bentuk negara
dari Presidensil menjadi pemerintahan Parlementer, akibatnya Indonesia harus mengubah
konstitusi negara. Konstitusi negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang menjadikan
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.
9
E. ESENSI DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-
NEGARA
Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. Oleh karena itu Setiap
konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :
Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan
dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya
melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa
terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan
11
Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai
tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Jadi dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa
tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan
tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk
mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara.
13
DAFTAR PUSTAKA