Anda di halaman 1dari 15

NILAI DAN NORMA KONSTITUSIONAL UUD NRI 1945 DAN

KONSTITUSIONALITAS KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN DI


BAWAH UUD 1945

DOSEN PENGAMPU :
BONI SAPUTRA

UNTUK MEMENUHI TUGAS KEWARGANEGARAAN


DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 3:

Muhammad Ridwan ( 2020110007 )

Lefran ( 2020110009 )

Ruby Saputra Ilahi ( 2020110010 )

INSTITUT TEKNOLOGI PADANG


2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua. Alhamdulillah atas limpahan karunia-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD NRI 1945 dan
Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” yang merupakan salah satu
tugas mata kuliah kewarganegaraan, dengan harapan menjadi suatu acuan dalam
pembelajaran kewarganegaraan.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
referensi sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan lapang dada kami
menerima segala saran dan kritik dari pembaca dengan harapan kami bisa membuat makalah
dengan lebih baik di kemudian hari.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang “Nilai dan Norma Konstitusional UUD
NRI 1945 dan Konstitusional Ketentuan Perundang-undangan di Bawah UUD” dapat
memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

1
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ........................................................................... 1
Daftar Isi............................................................................................................... 2
BAB I Pendahuluan ............................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 5
1.3 Tujuan ......................................................................................................... 5
BAB II Pembahasan ------------------------------------------- ................. 7
A Konsep dan urgensi konstitusi dalam berbangsa-negara Indonesia ................ 7
B. Perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia ............... 9
C. Sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi dalam .
kehidupan berbangsa-negara indonesia .................... ................. 10
D. Dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan ................. 13
E. Esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara ................ 13

BAB III PENUTUP -------------------------------------------- ................. 17


Kesimpulan ---------------------------------------------------- ................. 17

DAFTAR PUSTAKA ------------------------------------------ ................. 18


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Konstitusi dalam arti luas yaitu meliputi hukum dasar tertulis dan tak tertulis.
Sedangkan dalam arti sempit yaitu hukum dasar tertulis yaitu undang-undang dasar. Dalam
pengertian ini undang-undang dasar merupakan konstitusi atau hukum dasar yang tertulis.

Konstitusi adalah seperangkat aturan atau hukum yang berisi ketentuan tentang bagaimana
pemerintah diatur dan dijalankan. Oleh karena aturan atau hukum yang terdapat dalam
konstitusi itu mengatur hal-hal yang amat mendasar dari suatu negara, maka konstitusi
dikatakan pula sebagai hukum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
negara. Dalam bab ini kita akan membahas nilai dan norma konstitusional UUD NRI 1945
dan konstitusionalitas perundang-undangan di bawah UUD. Yang mencakup konsep dan
urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara, pentingnya konstitusi dalam
kehidupan berbangsa-negara, sumber historis sosiologis dan politik konstitusi dalam
berbangsa-negara indonesia, dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara indonesia, esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

i. Bagaimana konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara ?


ii. Mengapa konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara diperlukan ?
iii. Bagaimana kronologi dari sumber historis, sosiologis, dan politik tentang
konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia?
iv. Apasaja dinamika dan tantangan konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara
indonesia
v. Bagaimana esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara?

3
1.3 TUJUAN

i. Untuk menelusuri konsep dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-


negara indonesia
ii. Untuk mengetahui perlunya konstitusi dalam kehidupan berbangsa-negara
indonesia
iii. Untuk mengetahui sumber historis, sosiologis, dan politik tentang konstitusi
dalam kehidupan berbangsa-negara indonesia
iv. Untuk mengetahui dinamika dan tantangan konstitusi dalam berbamgsa-negara
indonesia
v. Untuk mengetahui esensi dan urgensi konstitusi dalam kehidupan berbangsa-
negara indonesia

verfassung, sedangkan dalam bahasa Arab digunakan istilah masyrutiyah (Riyanto,


2009). Constituer (bahasa Prancis) berarti membentuk, pembentukan. Yang dimaksud dengan
membentuk di sini adalah membentuk suatu negara. Kontitusi mengandung permulaan dari
segala peraturan mengenai suatu negara atau dengan kata lain bahwa konstitusi mengandung
permulaan dari segala peraturan mengenai negara (Prodjodikoro, 1970), pembentukan suatu
negara atau menyusun dan menyatakan suatu negara (Lubis, 1976),88 dan sebagai peraturan
dasar mengenai pembentukan negara (Machfud MD, 2001). Dan untuk mengetahui urgensi
itu kita harus terlebih dahulu mengetahui fungsi dari konstitusional. Da
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM BERBANGSA-NEGARA


INDONESIA

Istilah konstitusi dikenal dalam sejumlah bahasa, misalnya dalam bahasa Prancis
dikenal dengan istilah constituer, dalam bahasa Latin/Italia digunakan istilah constitutio,
dalam bahasa Inggris digunakan istilah constitution, dalam bahasa Belanda digunakan istilah
constitutie, dalam bahasa Jerman dikenal dengan istilah n fungsinya sebagai berikut :

a. Konstitusi berfungsi sebagai landasan konstitusionalisme. Landasan


konstitusionalisme adalah landasan berdasarkan konstitusi, baik konstitusi
dalamarti luas maupun konstitusi dalam arti sempit. Konstitusi dalam arti luas
meliputi undang-undang dasar, undang-undang organik, peraturan perundang-
undangan lain, dan konvensi. Konstitusi dalam arti sempit berupa Undang-
Undang Dasar (Astim Riyanto, 2009).
b. Konstitusi berfungsi untuk membatasi kekuasaan pemerintah sedemikian rupa,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat sewenang-wenang.
Dengan demikian, diharapkan hak-hak warganegara akan lebih
terlindungi.Gagasan ini dinamakan konstitusionalisme, yang oleh Carl
Joachim Friedrich dijelaskan sebagai gagasan bahwa pemerintah merupakan
suatu kumpulan kegiatan yang diselenggarakan oleh dan atas nama
rakyat.Tetapi yang dikenakan beberapa pembatasan yang diharapkan akan
menjamin bahwa kekuasaan yang diperlukan untuk pemerintahan itu tidak
disalahgunakan oleh mereka yang mendapat tugas untuk memerintah (Thaib
dan Hamidi, 1999).
c. Konstitusi berfungsi: (a) membatasi atau mengendalikan kekuasaan penguasa
agar dalam menjalankan kekuasaannya tidak sewenang-wenang terhadap
rakyatnya; (b) memberi suatu rangka dasar hukum bagi perubahan masyarakat
yang dicitacitakan tahap berikutnya; (c) dijadikan landasan penyelenggaraan
negara menurut suatu sistem ketatanegaraan tertentu yang dijunjung tinggi
oleh semua warga negaranya; (d) menjamin hak-hak asasi warga negara.

5
d. Konstistusi penentu atau pembatas kekuasaan negara, konstitusi pengatur
hubungan kekuasaan antar organ negara, konstitusi pengatur hubungan
kekuasaan antara organ negara dengan warga negara, konstitusi pemberi atau
sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara ataupun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara, konstitusi sebagai penyalur atau pengalih
kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli kepada organ negara, konstitusi
sebagai sumber simbolik yaitu sebagai sarana pemersatu sebagai rujukan
identitas dan keagungan kebangsaan serta sebagai center of ceremony,
konstitusi sebagai sarana pengendalian masyarakat baik dalam arti sempit
yaitu bidang politik dan arti luas mencakup bidang sosial ekonomi, konstitusi
sebagai sarana perekayasaan dan pembauran masyarakat.Dari fungsi tersebut
kita tahu bahwa urgensi dari konstitusi yaitu dilihat dari dua segi. Segi
pertama dari segi isi karena konstitusi memuat dasar garis struktur dan
memuat fungsi negara. Kedua, dari segi bentuk yang memuat konstitusi bukan
sembarang orang atau lembaga. Mungkin bisa seorang raja, rakyat, badan
konstitusi atau lembaga diktator.
1. Pada sudut pandang kedua mengaitkan pentingnya konstitusi dengan
pengertian hukum dalam arti sempit, dimana konstitusi dibuat oleh badan
hukum dalam arti sempit dimana konstitusi dibuat oleh badan yang
mempunyai “wewenang hukum” yaitu sebuah badan yang diakui sah untuk
memberikan kekuatan hukum pada konstitusi. Tapi dalam kenyatannya tidak
menutup kemungkinan adanya konstitusi yang sama sekali hampa (tidak sarat
makna, kursif penulis) karena tidak ada pertalian yang nyata antara pihak yang
benar-benar menjalankan pemerintahan negara.
B. PERLUNYA KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA
INDONESIA

Setiap negara harus memiliki konstitusi karena konstitusi merupakan tonggak awal
terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi peyelenggaraan bernegara. Oleh karena itu
konstitusi menempati posisi penting dan straegis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu
negara. Negara konstitusional tidak cukup hanya memiliki konstitusi, tetapi juga negara
tersebut harus menganut gagasan tentang konstitusionalisme. Konstitusionalisme merupakan
gagasan bahwa konstitusi suatu negara harus mampu memberi pembatasan kekuasaan
pemerintahan, serta memberi perlindungan dan jaminan pada hak-hak dasar warga negara.
Suatu negara yang memiliki konstitusi, tetapi isinya mengabaikan dua hal diatas maka ia
bukan negara konstitusional.

Konstitusi dianggap sebagai jaminan yang efektif bahwa kekuasaan pemerintahan


tidak akan disalahgunakan dan hak-hak warga negara tidak dilanggar. Oleh karena itu, satu
negara demokrasi harus memiliki dan berdasar pada konstitusi, apakah itu tertulis maupun
tidak tertulis, namun tak semua negara yang memiliki konstitusi itu bersifat
konstitusionalisme.

Konstitusi menempati kedudukan yang sangat penting dalam kehidupan


ketatanegaraan suatu negara karena konstitusi menjadi barometer kehidupan bernegara dan
berbangsa yang sarat dengan bukti sejarah perjuangan para pendahulu. Meskipun konstitusi
yang ada di dunia ini berbeda-beda, baik dalam hal tujuan, bentuk dan isinya, tetapi
umumnya mereka mempunyai kedudukan formal yang sama, yaitu sebagai hukum dasar dan
hukum tertinggi.

C. SUMBER HISTORIS, SOSIOLOGIS, DAN POLITIK TENTANG


KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-NEGARA INDONESIA

Presiden Soekarno pernah mengatakan, ”Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah.”


Pernyataan tersebut dapat dimaknai bahwa sejarah mempunyai fungsi membangun kehidupan
bangsa dengan lebih bijaksana di masa depan.

Dari pandangan ini, dapat dihami, mengapa manusia dalam bernegara membutuhkan
konstitusi. Menurut Hobbes, manusia pada “status naturalis” bagaikan serigala. Hingga
timbul adagium homo homini lupus (man is a wolf to [his fellow] man), artinya yang kuat
mengalahkan yang lemah. Lalu timbul pandangan bellum omnium contra omnes: perang
semua lawan semua. Hidup dalam suasana demikian pada akhirnya menyadarkan
manusiauntuk membuat perjanjian antara sesama manusia, yang dikenal dengan istilah
factum unionis. Selanjutnya timbul perjanjian rakyat menyerahkan kekuasaannya kepada
penguasa untuk menjaga perjanjian rakyat yang dikenal dengan istilah factum subjectionis.

Dalam bukunya yang berjudul Leviathan (1651) ia mengajukan suatu argumentasi


tentang kewajiban politik yang disebut kontrak sosial yang mengimplikasikan pengalihan
kedaulatan kepada primus interpares yang kemudian berkuasa secara mutlak (absolut).
Primus inter pares adalah yang utama di antara sekawanan (kumpulan) atau orang terpenting
dan menonjol di antara orang yang derajatnya sama Negara dalam pandangan Hobbes

7
cenderung seperti monster Leviathan. Pemikiran Hobbes tak lepas dari pengaruh kondisi
zamannya (zeitgeist-nya) sehingga ia cenderung membela monarkhi absolut (kerajaan
mutlak) dengan konsep devine right yang menyatakan bahwa penguasa di bumi merupakan
pilihan Tuhan sehingga ia memiliki otoritas tidak tertandingi. Pandangan inilah yang
mendorong munculnya raja-raja tiran. Dengan mengatasnamakan primus inter pares dan
wakil Tuhan di bumi mereka berkuasa sewenang-wenang dan menindas rakyat. Salah satu
contoh raja yang berkuasa secara mutlak adalah Louis XIV, raja Perancis yang dinobatkan
pada 14 Mei 1643 dalam usia lima tahun. Ia baru mulai berkuasa penuh sejak wafatnya
menteri utamanya, Jules Cardinal Mazarin pada tahun 1661. Louis XIV dijuluki sebagai Raja
Matahari (Le Roi Soleil) atau Louis yang Agung (Louis le Grand, atau Le Grand Monarque).
Ia memerintah Pada buku novel Moby-Dick, Leviathan merupakan ikan paus besar, dan pada
bahasa Ibrani Modern, Leviathan berarti "paus". Dalam beberapa mitologi seperti Jepang dan
Canaanite, Leviathan dikenal sebagai Dewa Lautan. Menurut beberapa sumber lain dikatakan
bahwa Leviathan adalah ular raksasa jahat berkepala tujuh.

Dalam sejarah Perancis, Raja Louis XIV bertindak absolut. Gagasan untuk
membatasi kekuasaan raja atau dikenal dengan istilah konstitusionalisme yang mengandung
arti bahwa penguasa perlu dibatasi kekuasaannya dan karena itu kekuasaannya harus
diperinci secara tegas, sebenarnya sudah muncul sebelum Louis XVI dihukum dengan
Guillotine. Dalam rentetan sejarah penegakkan HAM di temukan beberapa peristiwa yang
melahirkan berbagai dokumen HAM. Seperti Magna Charta di Inggris, Bill of Rights dan
Declaration of Independence dalam sejarah Amerika Serikat, dan Declaration des Droits de
L’homme et du Citoyen di Perancis.

Oleh karena itu konstitusi juga diperlukan untuk membagi kekuasaan dalam negara.
Pandangan ini didasarkan pada fungsi konstitusi yang salah satu di antaranya adalah
membagi kekuasaan dalam negara (Kusnardi dan Ibrahim, 1988). Bagi mereka yang
memandang negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan
maka konstitusi dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang menentapkan
bagaimana kekuasaan dibagi di antara beberapa lembaga kenegaraan, misalnya antara badan
legislatif, eksekutif, dan yudikatif. Konsitusi menentukan cara-cara bagaimana pusat-pusat
kekuasan itu bekerja sama dan menyesuaiakan diri satu sama lain serta merekam hubungan-
hubungan kekuasaan dalam negara.
Dalam arti luas, konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis,
yang menentukan bagaimana lembaga negara dibentuk dan dijalankan. Jika kita mengartikan
konstitusi secara sempit, yakni sebagai suatu dokumen atau seperangkat dokumen, maka
Kerajaan Inggris tidak memiliki konstitusi.yang termuat dalam satu dokumen tunggal. Inggris
tidak memiliki dokumen single core konstitusional. Konstitusi Inggris adalah himpunan
hukum dan prinsip- prinsip Inggris yang diwujudkan dalam bentuk tertulis, dalam undang-
undang, keputusan pengadilan, dan perjanjian. Konstitusi Inggris juga memiliki sumber tidak
tertulis lainnya, termasuk parlemen, konvensi konstitusional, dan hak-hak istimewa kerajaan.
Oleh karena itu, kita harus mengambil pengertian konstitusi secara luas sebagai suatu
peraturan, tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan bagaimana negara dibentuk dan
dijalankan. Jika demikian Kerajaan Inggris memiliki konstitusi. Negara tersebut bukan satu-
satunya yang tidak memiliki konstitusi tertulis. Negara lainnya di antaranya adalah Israel dan
Selandia Baru.

D. DINAMIKA DAN TANTANGAN KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN


BERBANGSA-NEGARA INDONESIA

Konstitusi di Indonesia yang berlaku hingga saat ini adalah Undang-Undang Dasar
1945 yang berlaku mulai 5 Juli 1959, dimana kontitusi ini termasuk dalam konstitusi tertulis.

Pada paragraf sebelumnya dikatakan bahwa konstitusi Indonesia telah mengalami beberapa
perubahan dalam perkembangannya. Perubahan konstitusi ini dilakukan pasti bukan tanpa
sebab yang tidak jelas, karna itu dalam pembahasan tentang alasan mengapa konstitusi di
Indonesia beberapa kali mengalami perubahan. Sepanjang sejarah, Indonesia tercatat
mengalami 4 kali perubahan konstitusi dalam kurun waktu yang cukup singkat.

Periode pertama yaitu UUD 1945 yang berlaku selama 4 tahun mulai 18 Agustus
1945 - 27 Desember 1949 namun ditahun terakhir konstitusi berubah dan ditetapkan menjadi
UUD RIS yang berjalan sampai 17 Agustus 1950. Perubahan yang terbilang cukup singkat ini
dilatarbelakangi oleh agresi militer Belanda yang mengharuskan mengubah bentuk negara
dari Presidensil menjadi pemerintahan Parlementer, akibatnya Indonesia harus mengubah
konstitusi negara. Konstitusi negara Indonesia berubah menjadi parlementer yang menjadikan
Presiden Soekarno sebagai Kepala Negara bukan Kepala Pemerintahan.

9
E. ESENSI DAN URGENSI KONSTITUSI DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA-
NEGARA

Peranan Konstitusi Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara.

Eksistensi konstitusi dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara merupakan


sesuatu hal yang sangat krusial, karena tanpa konstitusi bisa jadi tidak akan terbentuk sebuah
negara. Dalam lintasan sejarah hingga awal abad ke-21 ini, hampir tidak ada negara yang
tidak ada negara yang tidak memiliki konstitusi. Hal ini menunjukkan betapa urgenya
konstitusi sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan negara ibarat dua sisi mata uang
yang satu sama lain tidak terpisahkan.

Konstitusi menjadi sesuatu yang urgen dalam tatanan kehidupan


ketatanegaraan,karena konstitusi merupakan sekumpulan aturan yang mengatur organisasi
negara,serta hubungan antara negara dan warga negara sehingga saling menyesuaikan diri
dan saling bekerjasama. Dr.A.Hamid S.Attamimi menegaskan –seperti yang dikutip Thaib –
bahwa konstitusi atau Undang–Undang Dasar merupakan suatu hal yang sangat penting
sebagai pemberi pegangan dan pemberi batas, sekaligus dipakai sebagai pegangan dalam
mengatur bagaimana kekuasaan negara harus dijalankan. Sejalan dengan perlunya konstitusi
sebagai instrumen untuk membatasi kekuasaan dalam suatu negara, Meriam Budiardjo
mengatakan:

“Di dalam negara-negara yang mendasarkan dirinya atas demokrasi


konstitusional,Undang – undang dasar mempunyai fungsi yang khas yaitu membatasi
kekuasaan pemerintah sedemikian rupa sehingga penyelenggaraan kekuasaan tidak bersifat
sewenwng –wenang .Dengan demikian diharapkan hak-hak warga negara akan lebih
terlindungi”.(Budiardjo,1978:96)

Dalam konteks pentingnya konstitusi sebagai pemberi batas kekuasaan tersebut,


Kusnardi menjelaskan bahwa konstitusi dilihat dari fungsinya terbagi dalam dua (2) bagian,
yakni membagi kekuasaan dalam negara, dan membatasi kekuasaan pemerintah atau
penguasa dalam negara. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa bagi mereka yang memandang
negara dari sudut kekuasaan dan menganggap sebagai organisasi kekuasaan, maka konstitusi
dapat dipandang sebagai lembaga atau kumpulan asas yang mendapatkan bagaimana
kekuasaan dibagi diantara beberapa lembaga kenegaraan, seperti antara lembaga legislatif,
eksekutif dan yudikatif. Selain sebagai pembatas kekuasaan ,konstitusi juga dugunakan
sebagai alat untuk menjamin hak –hak warga negara. Hak –hak tersebut mencakup hak-hak
asasi,seperti hak untuk hidup,kesejahteraan hidup hak kebebasan.
Dari beberapa pakar yang menjelaskan mengenai urgensi konstitusi dalam sebuah
negara,maka secara umum dapat dikatakan bahwa eksistensi konstitusi dalam suatu negara
merupakan suatu keniscayaan,karena dengan adanya konstitusi akan tercipta pembatasan
kekuasaan melain pembagian wewenang dan kekuasaan dalam menjalankan negara.Selain
itu,adanya konstitusi juga menjadi suatu hal sangat penting untuk menjamin hak-hak asasi
warga negara,sehingga tidak terjadi penindasan dan perlakuan sewenang –wenang dari
pemerintah.

Konstitusi adalah sarana dasar untuk mengawasi proses kekuasaan. Oleh karena itu Setiap
konstitusi mempunyai beberapa peranan yaitu :

1. untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik


2. untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak penguasa,dan menetapkan bagi
penguasa tersebut batas-batas kekuasaan mereka, sehingga tidak terdapat kekuasaan
yang semena – mena.
3. untuk membatasi kesewenang-wenangan tindakan pemerintah untuk menjamin hak-
hak yang diperintah dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat.
4. Konstitusi bertujuan untuk mengatur organisasi negara dan susunan pemerintahan.
Sehingga dimana ada organisasi negara dan kebutuhan menyusun suatu
pemerintahan.negara, maka akan diperlukan konstitusi
5. Konstitusi mempunyai posisi yang sangat penting dalam kehidupan ketatanegaraan
suatu negara karena konstitusi menjadi barometer(ukuran). bagi kehidupan berbangsa
dan bernegara, juga merupakan ide-ide dasar yang digariskan penguasa negara untuk
mengemudikan suatu negara.
6. Konstitusi menggambarkan struktur negara dan sistem kerja yang ada diantara
lembaga-lembaga negara.Konstitusi menjelaskan kekuasaan dan kewajiban
pemerintah sekaligus membatasi kekuasaan pemerintah agar tidak sewenang-wenang
dalam bertindak.

Dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa tujuan
dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan membatasinya
melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan penguasa
terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan tujuan

11
Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk mencapai
tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Jadi dari berbagai penjelasan tentang tujuan konstitusi diatas, dapat dikatakan bahwa
tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang dilakukan
penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa untuk mewujudkan
tujuan Negara.Jadi, pada hakikatnya konstitusi Indonesia bertujuan sebagai alat untuk
mencapai tujuan negara dengan berdasarkan kepada nilai-nilai Pancasila sebagai dasar
negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Winarno, 2017. Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: PT BumiAksara


Thaib, Dahlan,2009. Ketatanegaraan Indonesia. Yogyakarta: Total
Medihttps://ankes3mk.blogspot.co.id/2017/01/dinamika-konstitusi-di-indonesia.html
http://yukimuri.blogspot.co.id/2013/06/peranan-konstitusi-dalam-kehidupan.html

Anda mungkin juga menyukai