Anda di halaman 1dari 10

INTEGRASI EKONOMI PANCASILA DAN EKONOMI

HINDU DALAM KITAB BHAGAWAD GITA

Disusun Oleh :

Nama : Intan Dwi Laksmi

Nim : 22071570007

Prodi : Ekonomi Hindu

KEMENTRIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

INSTITUT AGAMA HINDU NEGERI GDE PUDJA MATARAM

PRODI EKONOMI HINDU TAHUN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Om swastyastu

Segala puji bagi Ida Sang HyangWidhi yang telah memberikan kemudahan sehingga
tugas ini dapat terselesaikan dengan tepat waktu. Saya menyadari bahwa dalam menulis makalah
ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran, dan
kritikan sehingga tugas ini dapat diselesaikan.

Saya menyadari sepenuhnya bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Semoga tugas ini dapat memberikan
banyak manfaat bagi penulis sendiri dan bagi pembacanya.

Om Shanti Shanti Shanti Om.

Mataram, 5 Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 LATAR BELAKANG..............................................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH.........................................................................................................................5
II PEMBAHASAN......................................................................................................................................6
2.1 Sloka yang mengandung Konsep Ekonomi Hindu..............................................................................6
2.2 Integrasi Ekonomi Pancasila..............................................................................................................7
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................................9
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Istilah “Ekonomi Pancasila” baru muncul pada tahun 1967 dalam suatu artikel Dr. Emil Salim. Ketika
itu belum begitu jelas apa yang dimaksud dengan istilah itu. Istilah itu menjadi lebih jelas ketika pada
tahun 1979, Emil Salim membahas kembali yang dimaksud dengan “Ekonomi Pancasila”. Pada
pokoknya “Ekonomi Pancasila” adalah suatu konsep kebijaksanaan ekonomi, setelah mengalami
pergerakan seperti bandul jam dari kiri ke kanan, hingga mencapai titik keseimbangan. Kekanan artinya
bebas mengikuti aturan pasar, sedangkan ke kiri artinya mengalami intervensi negara dalam bentuk
perencanaan memusat. Secara sederhana Ekonomi Pancasila dapat disebut sebagai sebuah sistem
ekonomi pasar dengan pengendalian pemerintah atau “ekonomi pasar terkendali”. Mungkin ada istilah-
istilah lain yang mendekati pengertian “Ekonomi Pancasila”, yaitu “sistem ekonomi campuran”,
maksudnya campuran antara sistem kapitalisme dan sosialisme” atau “sistem ekonomi jalan ketiga”.
Tetapi kedua istilah itu banyak variasinya di dunia. Sistem ekonomi yang berlaku di Amerika Utara dan
Eropa Barat umpamanya, dapat disebut sebagai sistem ekonomi campuran, karena sudah tidak asli
kapitalis, tetapi bukan pula sosialis. Tapi persepsi umum menilai bahwa sistem ekonomi AS adalah
sebuah model ekonomi kapitalis yang paling representatif, sedangkan sistem ekonomi di Uni Soviet (dulu
sampai 1991) atau RRC adalah model ekonomi sosialis yang paling baku. Barangkali yang lebih
mendekati model ekonomi campuran adalah sistem ekonomi Inggris atau negara-negara Eropa Barat yang
lazim disebut juga sebagai negara kesejahteraan (welfare state).

Kata “Ekonomi” adalah sebuah kata yang mustahil dipisahkan dengan barisan kata Kesejahteraan,
Kemakmuran, atau bahkan Kemahardikaan. Namun sebelum mencibir atau berprasangka buruk, akibat
maraknya kewenang-wenangan yang berbuat seenak udel bodongnya, ya untuk mensejahterakan,
memakmurkan kalangan sendiri, golongan sendiri, atau bahkan diri sendiri. Yang pasti sebuah
kemahardikaan sepertinya tiada dirasakan bagi mereka tentunya.Sebuah kebebasan yang nyata dalam
sekala serta niskala.

Apakah ekonomi itu, atau dalam sebutan Kitab Sarasamuscaya adalah Artha itu sendiri, yang tentunya
telah diketahui menjadi bagian dalam catur purusa artha bersama Dharma sebagai dasar, Kama sebagai
motivasi, dan Moksa sebagai tujuan Akhir. Sejak era Adam smith dalam menumbuhkan kata Kapitalisme
sebagai keberlanjutan serta dekontruksi sosial atas Merkantilisme, maka hal terpenting dari PahamnNya
(Adam Smith), yaitu Kapital itu dengan perlakuan yang sesuai adalah akan memberikan pemerataan yang
sesuai dari lapisan atas sampai pula ke lapisan terbawah pada akhirnya. Jadi bahwa dengan pemerataan
itu maka roda perekonomian dengan meningkatkan produksi di saat memiliki kapasitas pribadi akan
berlanjut menuju kesejahteraan yang diusahakan secara merata baik diri sendiri, atau dengan
berkelompok. Merata dalam artian itu adalah tingkat kesenjangan yang diusahakan diminalisir. Maksud
Adam Smith adalah bahwa moralitas dalam bentuk “kasih” akan dilaksanakan diusahakan menuju suatu
perbaikan sampai pada kesejahteraan itu sendiri. Itu inti yang diinginkan Adam SMith.

Ajaran agamah Hindu pada umumnya membagi dharma (ajaran rohani dan kesusilaan) itu menjadi enam
bagian yaitu:
Sila : kebajikan atau kesusilaan
1. Yajna : persembahan atau pengorbanan suci yang dilakukan dengan tulus iklas seperti melakukan dana
punnia.
2. Tapa : pengendalian/ pengekangan diri.
3. Wrata : menghindari kehidupan duniawi yang berlebihan seperti hidup sederhana dan melakukan
puasa.
4. Yoga : cara menghububgkan diri dengan brahman agar dapat menyatukan atman dgan brahman.
5. Samadhi : menyatukan atman dgna paratman.
Ke enam (6) perbuatan yang termasuk dharma adalah, melakukan dana yang besarnya 1/3x penghasilan.
Dari keenam bagian dharma itu dana punia termasuk bagian dari yajna, karena 1/3 dari penghasilan
digunakan untuk dharma. Dharma itu terdiri dari 6 bagian maka besarnya dana punia adalah ;

Dana punia = 1/18 x penghasilan atau,


Danapunia = 5 % x penghasilan

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Sloka yang mengandung Konsep Ekonomi Hindu
2. Integrasi Ekonomi Pancasila
II PEMBAHASAN
2.1 Sloka yang mengandung Konsep Ekonomi Hindu
Kembali pada kata ekonomi sendiri, Maka teringat prinsip bahwa dengan pengeluaran sekecil2nya
mendapatkan penghasilan sebesar2nya..atau kebutuhan(keinginan) manusia itu tidak terbatas dan alat
pemuas kebutuhan terbatas.Sepertinya sedikit kontradiksi jika dihadapkan pada dunia adalah sebuah
persinggahan dan “kemelekatan” akan dunia menghambat “santi”atau menuju ke arah “sunya” dalam
kemoksaan atau mahardika itu sendiri. Lalu jika tanpa moralitas, maka apa yang terjadi adalah kelicikan,
dan lobha(greed) keserakahan adalah keinginan yang tidak terbatas.

Lobha (Greed) Keserakahan sendiri adalah bagian dari Sad Ripu

Lobha artinya kerakusan. Artinya suatu sifat yang selalu menginginkan lebih melebihi kapasitas yang
dimilikinya. Untuk mendapatkan kenikmatan dunia dengan merasa selalu kekurangan, walaupun ia sudah
mendapatnya secara cukup. Seperti misal lobha dalam mendapatkan harta seperti disebutkan dalam :

Sarasamuscaya 267.

Jatasya hi kule mukhye paravittesu grhdyatah lobhasca prajnamahanti prajna hanta hasa sriyam.

Yadyapin kulaja ikang wwang, yan engine ring pradryabaharana, hilang kaprajnan ika dening
kalobhanya, hilangning kaprajnanya, ya ta humilangken srinya, halep nya salwirning wibhawanya

Biar pun orang berketurunan mulia, jika berkeinginan merampas kepunyaan orang lain; maka hilanglah
kearifannya karena kelobhaanya; apabila telah hilang kearifannya itu itulah yang menghilangkan
kemuliaannya dan seluruh kemegahannya.

Jadi hanya dengan berkeinginan saja sudah menyebabkan Ia mendapatkan hasil karma yang buruk.

Dan selanjutnya dapat dijelaskan:

Sarasamuscaya 266

Hana yartha ulihlning parikleca, ulihning anyanya kuneng,

Athawa kasembahaning catru kuneng, hetunya ikang artha mangkana kramanya, tan kenginakena ika

Artinya : Adalah uang yang diperoleh dengan jalan jahat, uang yang diperoleh dengan jalan melanggar
hukum atau pun uang persembahan musuh, uang yang demikian halnya jangan hendaknya diinginkan.

Jadi Adharma adalah suatu hal yang hanya mendapatkan hasil karma yang tidak mungkin baik, atau
seperti yang diketahui secara universal, neraka itu hasilnya. Reinkarnasi buruk hasilnya, atau yang benar-
benar tidak diharapkan adalah karma wasana yaitu dosa yang diterima oleh keluarga, dosa diwarisi, turun
temurun.

Satu lagi akan suatu pencurian artha. Yaitu :

Sarasamuscaya 149
Yapwan mangke kraman ikang wwang, angalap masning mamas, makapanghada kasaktinya, kwehning
hambanya, tatan mas nika juga inalap nika, apa pwa dharma, artha , kama, nika milu kalap denika..

Artinya : Jika orang yang merampas kekayaan orang lain dengan berpegang teguh kepada kekuatannya
dan banyak pengikutnya, malahan bukan haga kekayaan hasil curiannya saja yang terampas darinya,
tetapi juga dharma, artha kamanya itu terampas oleh karena perbuatannya.

Dalam hal ini karmapala adalah sebagai dasar yang nyata, yang berarti bahwa ia akan Nantinya cepat
atau lambat dan pasti bahwa kebaikan (dharma),harta, dan mimpinya (kama) akan lenyap.

Maka dengan berbagai saran serta peringatan atau pula sebuah hukum karma yang tercantum pada
Sarasamuscya, maka dapat diselaraskan pada semangat moralitas dari Adam SMith tersebut yang
tercantum pada awal tulisan ini.

Lalu dalam Sarasamuscaya juga terdapat bagaimana hendaknya Artha itu digunakan dalam menjalani
sebuah lakon kehidupan.

Sarasamuscaya 262

Nuhan kramanyan pinatelu, ikang sabhaga, sadhana rikasiddhaning dharma, ikang kaping rwaning bhaga
sadhanari kasiddhaning artha ika, wrddhyakena muwah, mangkanakramanya pinatiga, denika sang
mahyun, manggihakenang hayu.

Demikian duduknya makan dibagi tiga (hasil usaha itu), satu bagian guna mencapai dharma, bagian yang
kedua adalah untuk memenuhi kama, dan yang ketiga diuntukkan bagi melakukan kegiatan usaha di
dalam bidang arhtha, ekonomi,agar berkembang kembali, demikian duduknya, maka dibagi tiga, oleh
karena yang ingin beroleh kebahagiaan.

Seindah artinya bahwa melakukan dharma, keberhakan mendapatkan kama, serta melakukan kegiatan
ekonomi adalah tiga hal yang disarankan dari sarasamucaya.

2.2 Integrasi Ekonomi Pancasila


Istilah ‘ekonomi pancasila’, menurut Dawam Rahardjo, dipopulerkan oleh Emil Salim dalam salah satu
artikelnya pada tahun 1976. Menurut beliau ekonomi pancasila merupakan suatu konsep kebijakan
ekonomi, setelah mengalami pergerakan seperti bandul jam dari kiri ke kanan, hingga mencapai titik
keseimbangan. Ke kanan artinya bebas mengikuti aturan pasar, sedangkan ke kiri artinya mengalami
intervensi negara dalam bentuk perencanaan memusat. Ekonomi pancasila juga dapat diartikan sebagai
sistem ekonomi pasar dengan pengendalian pemerintah atau “ekonomi pasar terkendali”. Mungkin istilah
lain yang lebih mendekati dan populer dengan pengertian ‘ekonomi pancasila’ adalah ‘sistem ekonomi
campuran’ (mixed economy), maksudnya campuran antara sistem kpitalisme dan sosialisme atau ‘sistem
ekonomi jalan tengah’. Pancasila menurut Soekarno adalah merupakan hasil kombinasi ideologi
‘nasionalisme’, ‘islamisme’, dan ‘komunisme’. Sedangkan Bung Hatta menyebutnya sebagai kombinasi
dari ‘Islam’, ‘sosialisme’, dan ‘budaya Indonesia’. Dengan demikian, jika ekonomi pancasila dirumuskan
sebagai ‘ekonomi yang mendasarkan dari nilai-nilai pancasila’, maka ekonomi pancasila sebenarnya
praktek ekonomi pancasila atau ekonomi pancasila in action, dengan mudah dapat dijumpai dan dikenali
di manamana di seluruh Indonesia. Praktek ekonomi ini seringpula disebut ‘ekonomi
Salah satu solusi untuk menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini
adalah dengan menghidupkan kembali semangat Pancasila. Pancasila adalah intisari dari keberadaan
Indonesia sebagai suatu negara. Pancasila berfungsi sebagai dasar negara, ideologi, filsafat, dan juga
sebagai perwujudan dari prinsip dasar untuk Indonesia yang mandiri. Oleh karena itu,
revitalisasi/kebangkitan kembali Pancasila seharusnya menjadi fokus utama dari program pemerintah,
agar nilai Pancasila dapat dijiwai oleh setiap bangsa Indonesia. Para pendiri Indonesia berkeyakinan
bahwa Pancasila dapat membebaskan rakyat dari kemiskinan, kelaparan, kesenjangan sosial dan korupsi,
selain itu juga dapat menjadi landasan agar mampu menjalin kerjasama dengan negara lain secara
menyeluruh. Hal tersebut dapat terwujud dengan menyatukan tekad, tindakan, dan
integrasi/penggabungan dari berbagai bidang serta keterampilan untuk mencapai cita-cita kesejahteraan
bagi seluruh bangsa Indonesia.
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Vedanta menyatakan bahwa kehidupan itu satu, dari kelahiran menuju kematian, dan dari kematian
menuju kelahiran kembali, demikian secara terus- menerus. Dalam kehudupan tersebut satu pendapat
obswitri ekonomi mengajarkan kepada kita bahwa kekayaan hendaknya di gunakan sebaik-baiknya,
berikan bantuan uang kepada orang - orang miskin. Kekayaan ibarat roda –roda sebuah kereta bersama
bergulir dari seorang ke orang lainnya. Uang didaya gunakan untuk kemajuan bersama (artha
kasadyaning artha)
Ajaran Hindu melingkupi seluruh aspek kehidupan. Kita memiliki ajaran Catur Purusa artha hidup harus
dilandasi kebajiakan (Dharma), kita harus mengupayakan pemenuhan artha benda (artha), pemenuhan
keinginan (kama) dan hidup dedikasikan untuk menuju kebebasan (moksa).
Aktivitas ekonomi adalah bagian dari integral hidup kita. Tidak ada yang salah bila umat Hindu juga
mencari kekayaan. Namun Arthasastra mengatakan bahwa dalam mencari kekayan hendaknya umat hindu
berpegang pada kebajikan sangat dibenarakan kita mencari uang utnuk menghidupi rumah tangga
sepanjang dengan cara tepat (benar). Tetapi jang lupa bahwa tujuan hidup bukan bisa menumpuk
kekayaan materi melainkan pelayanan kepada Brahman, yang dapat di praktekan melalui berbagi kepada
yang tidak mampu.
Umat se-dharma yang Damai,
Menurut Vedanta ekonomi Hindu adalah sistem ekonomi untuk mencapai kedamaian bhatin, kebangkitan
spiritual merupakan tujuan dari semua transaksi ekonomi. Ekonomi dalam ajaran Hindu adalah konsep
yang menghantarkan kita pada pemahaman yang tepat mengenai bagaimana melakukan aktivitas
ekonomi. Konsep Ekonomi Hindu seperti roda, Pusat atau porosnya roda adalah ajaran Hindu sedangkan
bagian luar atau rodanya adalah ekonomi. Vedanta dapat menjadi pedoman dalam mewujudkan
kesejahteraan dan kemakmuran bangsa. Mengapa? jika anda melakukan sesuatu yang terbaik untuk
kebahgian orang lain maka kebahagian juga menjadi milik anda.
DAFTAR PUSTAKA
http://sumantre.blogspot.com/2010/10/konsep-dasar-ekonomi-dalam-ajaran-hindu.html

https://translate.google.com/translate?hl=en&sl=id&u=https://kemenag.go.id/hindu/konsep-ekonomi-
hindu-bt95hf&prev=search&pto=aue

https://www.balipost.com/news/2019/05/15/75509/Gerakan-Ekonomi-Hindu.html

http://repository.uinsu.ac.id/11970/1/Skripsi%20Hanifa.pdf

Anda mungkin juga menyukai