DOSEN PENGAMPU:
Pdt. Dr. Sampitmo Habeahan, M.Th, M.Pd.K, D.Th.
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IX
Feby Alvionita Sembiring 7193143012
Rony Pakpahan 7192443010
Puji dan Syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat kasih dan anugerahnya penulis dapat menyelesaikan tugas makalah
Pendidikan Agama Kristen yang berjudul “Menciptakan Kerukunan Antar Umat
Beragama” ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Pdt. Dr. Sampitmo
Habeahan, M.Th, M.Pd.K, D.Th. selaku dosen mata kuliah Pendidikan Agama
Kristen yang telah memberi arahan dan bimbingan dalam penulisan makalah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk setiap pihak yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca untuk menjadi acuan bagi penulis untuk menjadi lebih baik. Selain
itu, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya
mahasiswa yang masih aktif.
Kelompok IX
i
DAFTAR ISI
2.6 Sikap Kristen Yang Benar Terhadap Yang Beragama lain ......................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
4
BAB II
PEMBAHASAN
2. Sikap Inklusivisme
Adalah sikap yang dapat memahami dan menghargai agama-agma lain dengan
segala eksistensinya. Tetapi orang yang inklusivisme ini tetap memandang
agamanya sendirilah sebagai agama satu-satunya jalan menuju keselamatan.
Maka posisi kita di sini, kita memandang agama-agama di luar Kristen dalam
segala eksistensi itu adalah baik dan sangat menghargai dan wajib
5
menghormatinya. Di dalam semua agama pasti ada kebenaran, namun kita tidak
boleh mengatakan bahwa semua agama benar, sebab ukuran kebenaran itu satu
yakni Kebenaran itu sendiri. Menurut Yohanes 14:6 kebenaran itu adalah Yesus
Kristus atau Pribadi Allah sendiri. Bukan agama Kristen yang mengukur agama-
agama di luar Kristen, hanya kebenaranlah yakni Allah sendiri yang dapat
mengukur kebenaran agama lain. Oleh karena itu kita tidak dapat menghakimi
agama lain benar atau salah. Kebenaran agama kita sendirilah yang berhak kita
ukur dan tentukan berdasarkan keyakinan dan pernyataan Allah kepada kita sendiri.
Oleh karena itu kita harus memandang agama kita sendirilah agama paling benar
dan membawa kita kepada keselamatan sejati. Soal kebenaran agama lain, hanya
kebenaran itu sendirilah yang tahu dan dapat mengukurnya.
3. Pluralisme
Pluralisme adalah sikap yang menerima, menghargai dan memandang agama
lain sebagaimana yang baik dan benar serta memiliki jalan selamatan. Dalam
perspektif pandangan seperti ini, maka tiap umat beragama akan terpanggil untuk
menerima hubungan solidaritas, dialog dan kerjasama dalam rangka mewujudkan
kehidupan yang lebih baik dan lebih berpengharapan.
Tetapi dari segi kepercayaan dan dogma iman kristiani, pandangan pluralisme
agama seperti ini membuka pintu yang lebar terhadap pandangan yang mengatakan
bahwa semua agama benar dan sedang berjalan menuju sorga, tetapi cara, bentuk
dan institusi agamanya yang berbeda. Dengan perkataan lain, pandangan ini
memungkinkan orang dengan mudah berpindah-pindah agama, karena berpikir toh
tujuannya sama.
Sebagai Mahasiswa Kristen, pandangan ini harus kita hindarkan sebab tidak
sesuai dengan iman kristen. Yesus mengajarkan kepada kita dalam Matius 5:37
katakan ya kepadaNya dan katakan tidak kepada tidak. Memang tentu saja kita
harus menghormati setiap agama dan keyakinan orang lain namun dalam rangka
keselamatan kita tidak mungkin toleran, sebab sudah paku mati bagi kita, bahwa
keselamatan itu tidak kita temukan di luar Tuhan Yesus Kristus. Biar
bagaimanapun ini bagi kita sudah titik.
Sikap mental negatif ini nampak dalam kesombongan religius, prasangka dan
intoleransi, misalnya umat beragama tertentu mempunyai keyakinan bahwa
agamanya memiliki ajaran yang paling benar. Akibatnya mereka sombong dan
merasa lebih tinggi dari pada pemeluk agama lain.
Secara sosiologis dapat dipahami bahwa suku, agama, ras dan antar golongan
adalah merupakan nilai pemersatu bagi yang bersangkutan tetapi juga sering
menjadi faktor penyebab perpecahan
Dalam kehidupan umat bergama sering timbul sikap merasa lebih berkuasa dari
golongan mayoritas terhadap golongan minoritas Golongan mayoritas
menginginkan hak-hak istimewa dari hak-hak yang diperoleh minoritas. Faktor-
faktor tersebut di atas perlu dipahami oleh orang Kristen dalam konteks kehidupan
beragama bersama dengan sesama umat beragama lain. Dengan memahami faktor-
faktor itu orang Kristen tidak akan emosional menanggapi dan menghadapi
peristiwa-peristiwa yang bernuansa agama, justru umat Kristen harus turut
bertangungjawab mencegah dan menghindarkan agar tidak terjadi permusuhan dan
kontak senjata di antara masyarakat yang berbeda keyakinannya. Umat Kristen
terpanggil untuk mampu hidup secara rukun dan dinamis
Sikap kreatif dan kritis dalam kehidupan dan pergaulan antar sesama
menunjukkan kehidupan yang dewasa dan bertanggungjawab. Di satu pihak orang
Kristen harus menghayati dan mengamalkan imannya sesuai kasih Kristus. Tetapi
di pihak lain orang Kristen harus menggunakan pemikiran dan pemahamannya
dalam pergaulannya dengan orang-orang bukan Kristen.
Rasul Paulus mengajar bahwa, tugas orang Kristen tidak hanya sekedar
memberitakan dan mengajarkan Firman Tuhan kepada sesamanya. Tetapi lebih dari
pada itu bahwa orang Kristen juga diminta bersedia menegur orang lain asal cara
menegur itu dengan penuh hormat dan kasih (1 Tim 4:11,5:1-2).
Menyaksikan iman Kristen kepada orang-orang yang beragama lain tidak cukup
dengan memberitakan Injil secara sepihak, melainkan orang Kristen juga harus
mampu mendengar dan memberi perhatian terhadap iman orang lain yang
beragama lain.
Apa yang dikatakan Smith untuk mendengar kepada iman kepercayaan agama
lain bukanlah suatu sikap pasif melainkan sikap aktif dari umat Kristen Sikap aktif
ini dapat diwujudkan dalam dialog yang penuh simpatik terhadap agama lain yang
diselenggarakan oleh Dewan Gereja Dunia (DGD) pada tanggal 16-25 Maret 1970
di Ajaltoun, Libanon . Samantha dalam bukunya terbitan WCC Dialog, Between
Men of Faith, hal 107-177). Peserta dialog tersebut terdiri dan tiga orang Islam, tiga
orang Hindu, empat orang Budha dan dua puluh empat orang Kristen. Mereka
berasal dari negara yang berlainan yang diundang secara pribadi oleh DGD.
Dan hasil dialog itu terdapat beberapa perbedaan pendapat. Namun tidak
adanya perselisihan di antara sesama peserta. Dan kesaksian peserta dialog,
diperoleh kesan bahwa dialog merupakan bukti adanya kejadian persekutuan yang
menimbulkan penghargaan dan mengakui bahwa kegiatan dialog tersebut akan
membuktikan atau memberikan dampak positif dan kreatif bagi umat beragama.
Sikap dialog dan simpatik membawa orang Kristen kepada kemampuan untuk
berlaku sebagai tetangga orang beragama lain.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
13
DAFTAR PUSTAKA
Habeahan, Sampitno, dkk. 2020. Pendidikan Agama Kristen. Universitas Negeri Medan.
14