Anda di halaman 1dari 17

“Perbedaan dan Persamaan pada Etnis”

Disusun oleh : Kelompok 5

1. Christine Glenya Manurung (2203321013)


2. Maharani KautsarIlmi (2203321022)
3. Mita Asmora Hasibuan (2203121083)
4. Tiara Febrianti (2203121045)
5. Wianda (2201121008)
6. Zahara Chairunisa (2203121005)

Kelas : Pendidikan Bahasa Inggris F/20 Dosen


Pengampu : Bahagia Saragih S.Pd., M.Hum Mata Kuliah :
Seni Budaya dan Pariwisata Sumut

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang berkuasa atas
seluruh alam semesta, karena berkat rahmat-Nya jugalah maka makalah mata kuliah Seni Budaya
dan Pariwisata Sumut ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada Bapak.
Bahagia Saragih S.Pd., M.Hum selaku dosen pengampu mata kuliah Seni Budaya dan Pariwisata
Sumut yang telah membantu dalam memberikan pengarahan yang tepat untuk bisa
menyelesaikan makalah ini.
Dalam kesempatan ini kami sebagai penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini tidak terlepas dari kesalahan dan sangat jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah
ini.Kami berharap semoga makalah ini dapat digunakan sebagaimana mestinya dan bisa
memberikan manfaat bagi kita semua.

Medan, 20 September 2021

Kelompok 5
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................3
Persamaan dan Perbedaan Letak Geografis/Kehidupan, dan Upacara Tradisional...........................3
Persamaan dan Perbedaan budaya Etnis Melayu, Pak-Pak, karo dan Simalungun............................7
Persamaan dan Perbedaan Bahasa..........................................................................................................8
Persamaan dan Perbedaan Seni Rupa Etnis Melayu,Pak-Pak, Karo dan Simalungun.....................10
Persamaan dan Perbedaan Seni Musik dan Tarian..............................................................................13
Persamaan dan Perbedaan Kuliner.......................................................................................................15
Persamaan dan Perbedaan Letak Geografis/Kehidupan, dan Upacara Tradisional

Letak Geografis/kehidupan
Perbedaan
Suku Melayu : Sejak awal, masyarakat melayu bertempat tinggal di sepanjang pantai Timur:
Langkat, Binjai, Medan, Deli Serdang, Serdang Bedagai, Tebing Tinggi, Batu Bara, Asahan,
Tanjung Balai, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu, hingga Labuhan Batu Selatan.
Suku Karo :
1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Deli Serdang
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Simalungun dan Deli Serdang
3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Dairi dan Kabupaten Toba Samosir
4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Tenggara/Provinsi NAD.
Suku Simalungun :
1. Sebelah Utara dengan Kabupaten Deli serdang, Serdangbedagai dan Batubara,
2. Sebelah Timurdengan Kabupaten Asahan dan Toba samosir,
3. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Toba Samosir, dan
4. Sebelah Barat dengan Kabupaten Karo dan Deli Serdang.
Suku Pakpak : Suku Pakpak merupakan salah satu suku terbesar di daerah Sumatera Utara.
Secara administratif Suku Pakpak banyak bermukim di dua kabupaten di Sumatera Utara yaitu
Kabupaten Dairi dan Kabupaten Pakpak Bharat. Kabupaten Pakpak Barat awalnya adalah bagian
Kabupaten Dari, tetapi pada tahun 2003 mengalami pemekaran.

Persamaan
1. Persamaan letak geo/kehidupan pada suku melayu, Suku Karo, dan Suku Simalungun
terletak pada Deli Serdang
2. Kabupaten dairi merupakan persamaan letak geo/kehidupan antar Suku Karo dan Suku
Pakpak
3. Tidak hanya itu saja, Suku Karo dan Suku Simalungun mempunyai persamaan letak
geo/kehidupan yaitu di Kabupaten Toba Samosir
Upacara Tradisional
Perbedaan
Suku Melayu
 Upacara Kelahiran : Pada saat kandungan usia 7 bulan, pihak mertua sebelah laki-laki
yang didampingi orang tua kedua-duanya, pihak isteri mengadakan upacara “Menempah
Bidan” (kalau upacara itu tidak dilakukan), maka bidan itu dinamakan “Bidan Terjun”.
Lalu, dipilih seorang bidan beranak yang pandai.
 Upacara Perkawinan : Upacara perkawinan dalam suku Melayu sangat banyak
tahapannya. Ada tahap merisik, meminang, menikah, dan upacara Bersanding. Setiap
tahapan itu terurai lagi dalam beberapa kegiatan, seperti upacara merisik perlu pula kedua
belah pihak menyiapkan telangkai dan jamu sukut.
 Upacara Kematian : Upacara kematian dalam suku Melayu sering disebut dengan istilah
‘pertukaman’, yaitu menziarahi keluarga yang mendapat kemalangan.
Suku Karo
 Upacara Kelahiran :
1. Mesur-mesuri (menikah dan sudah menginjak usia kehamilan tujuh bulan biasanya
akan diadakan ritual)
2. Maba Anak Kulau (ritual yang dilakukan untuk membawa anak umur 4 atau 7 tahun
ke tempat pemandian sungai atau pancuran yang ditentukan oleh Simeteh Wari /
dukun)
3. Juma Tiga (untuk mengetahui pekerjaan anak pada masa yang akan datang)
4. Erbahan Gelar (upacara yang dilakukan untuk pemberian nama)
5. Mereken Amak Tayangan (ritual untuk menggambarkan bagaimana keponakan
menghormati pamannya)
6. Ngelegi Bayang-Bayang (upacara yang dilakukan untuk anak pertama)
7. Ergunting (Upacara untuk memotong rambut bayi oleh pamannya)
 Upacara Perkawinan :
1. Mbaba Belo Selambar
2. Nganting Manuk
3. Kerja Nereh Empo (Pesta Perkawinan)
4. Mukul/Persada Tendi
5. Ngulihi Tudung
6. Ertaktak
 Upacara Kematian :
1. Cawir metua (diberikan kepada pihak yang keseluruhan anaknya sudah menikah)
2. Mate sada wari (kematian yang tidak terduga)
3. Mate nguda (mati muda)
4. Tabah-tabah galuh (diberikan kepada yang belum terlalu tua, tapi keseluruhan
anaknya telah menikah)
5. Mate lenga ripen (diberikan kepada anak dalam kandungan)
6. Mate mupus (mati melahirkan)
Suku Simalungun
Berikut adalah merupakan upacara tradisional dari Suku Simalungun :
1. Upacara Kehamilan
2. Upacara Kelahiran
3. Upacara Mamboa hu Bah
4. Upacara ke Ladang dan Pekan
5. Upacara Memberi Nama
6. Upacara Memotong Rambut
7. Upacara Memotong/Mengikir Gigi
8. Upacara Pahutaon Simagod
9. Upacara Horja Tahun
10. Upacara Mendirikan dan Memasuki Rumah Baru
11. Upacara Pernikahan
12. Upacara Kematian
Suku Pakpak
 Upacara Kelahiran :
1. Memere Nakan Pagit (aktifitas yang dilakukan oleh keluarga dalam menyambut bulan
ke-7 janin di dalam perut ibu hamil (istri))
2. Mangan Balbal (Makan Bersama ada saat seorang perempuan akan melahirkan dengan
mengundang bidan, kerabat dekat, dan tetangga sekitar rumah sebagai ucapan selamat
atas lahirnya anggota keluarga baru)
 Upacara Perkawinan :
1. Memmere Emas Pilihen (dilakukan menjelang pernikahan untuk meminta izin kepada
paman karena menikah dengan anak perempuan/laki-laki dari pihak lain)
2. Enggirit (seorang pemuda dan kerabatnya terlebih dahulu melihat secara langsung watak,
kepribadian, dan sifat si gadis yang ingin dinikahi)
3. Tanda Burju / Tunangan (tanda kasih sayang dan tercapaiya kesepakatan antar dua pihak)
4. Menglolo (menentukan emas kawin)
5. Muat Nakan Peradupen (memutuskan kewajiban dalam pembayaran emas kawin yang
telah disepakati oleh kedu belah pihak)
6. Mebayo (Pesta yang diharapkan dan ideal bagi masyarakat Batak Pakpak)
7. Balik Ulbas (menapak jejak yaitu usai pesta pernikahan diwajibkan tinggal di rumah
orang tua perempuan dalam selama 2-4 malam agar perkawinan itu dianggap lengkap)

 Upacara Kematian :
1. Mate Kedek (anak yang meninggal dibawah usia 5 tahun tidak diizinkan jauh dari
rumah)
2. Mate Buah Cipako (pada usia 5-15 tahun adat belum berjalan)
3. Mate mbohok (sudah menikah namun belum punya keturunan)
4. Mate ntua (sudah menikah dan mempunyai keturunan)
5. Mate Sari matua (sudah mempunyai anak, cucu, tapi anaknya masih ada yang belum
menikah dan adat sudah berjalan)
6. Upacara mate ncayur ntua (sudah mempunyai anak, cucu dari anak laki-laki dan anak
perempuan serta semua anaknya sudah berumah tangga sehingga untuk ini upacara
sudah menggunakan adat)

Persamaan :
1. Pada ke-4 suku ini memiliki persamaan pada upacara kelahiran yaitu mengadakan
upacara saat usia kehamilan menuju 7 bulan
2. Dalam upacara perkawinan setiap suku memiliki urutan upacara yang berbeda, namun
ada juga persamaan dari ke-4 suku yaitu sama sama mengadakan upacara/pesta pada
setiap perkawinan
Persamaan dan Perbedaan budaya Etnis Melayu, Pak-Pak, karo dan Simalungun

Perbedaan
Melayu
Budaya Melayu Riau, adalah budaya yang terbuka. Keterbukaan Melayu berdampak
berkembangnya majemuk masyarakat dan budayanya. Kemajemukan inilah sebagai salah satu
khasanah budaya Melayu yang tangguh, serta sarat dengan keberagaman. Karenanya, orang
mengatakan bahwa budaya Melayu bagaikan pelangi atau taman bunga yang penuh warna warni,
indah dan memukau. Salah satu khasanah budaya Melayu yang paling sarat dengan nilai-nilai
utama sebagai jati diri kemelayuan itu adalah adat istiadatnya atau dikatakan adat resam.
Pak-pak
Suku pak-pak memiliki kebudayaan unik berupa alat musik tradisional, tarian tradisional,
nyanyian tradisional, rumah adat tradisional dan lain-lain. Sangat disayangkan seiring dengan
berjalannya waktu kebudayaan pak-pak hampir terlupakan bahkan nyaris menghilang.
Keragaman budaya adalah suatu kekayaan bangsa Indonesia.
Karo
Suku Karo mempunyai sistem kemasyarakatan atau norma budaya yang diketahui dengan nama
merga silima, tutur siwaluh, dan rakut sitelu. Merga dikata untuk laki-laki, sedangkan untuk
perempuan yang dikata beru. Merga atau beru ini disandang di balik nama seseorang. Merga
dalam warga Karo terdiri atas lima kumpulan, yang dikata dengan merga silima. Budaya suku
Karo dapat dikatakan lengkap dan masih dijunjung tinggi hingga saat ini. Suku Karo memiliki
identitas yang dibawa sejak lahir yang diturunkan oleh orangtualaki-laki yaitu marga. Marga
menjadi jalan untuk mempermudah dalam mengetahui rakut sitelu. Rakut sitelu merupakan
sistem kekerabatan masyarakat Karo yang berarti ikatanyang tiga (Bangun, 1986).
Simalungun
Suku Simalungun berada di antara dua kebudayaan, yaitu suku Batak Toba dan suku Batak Karo.
Karena wilayah kediaman suku Batak Simalungun ini berada di antara wilayah kedua suku Batak
tersebut, maka bahasa Simalungun hampir mirip dengan bahasa Toba dan Karo.
Persamaan
- Garis keturunan keempat suku ini ini menganut sistem kekerabatan patrilineal yang berarti
mengikuti garis keturunan yang ditarik dari pihak ayah.
- Dalam upacara kelahiran keempat suku juga sama-sama melakukan ritual di 7 bulan kehamilan
dan setelah melahirkan.
- Budaya dalam upacara pernikahan ke-4 suku juga memiliki banyak kesamaan.
Persamaan dan Perbedaan Bahasa

Perbedaan
1. Melayu
Bahasa Melayu digunakan oleh masyarakat suku melayu yang tinggal di Deli Serdang
dan Medan. Bahasa melayu memiliki karakteristik bahasa yang mengandung makna refrensial
dan pemahaman tersendiri terhadap kata kekerabatan. Penuturan bahasa melayu dilakukan
dengan cara yang lembut. Selain itu, sastra melayu menggunakan teori spontanitas yaitu sastra
lisan yang disampaikan secara spontan dengan menyesuaikan terhadap suasana yang ada. Huruf
– huruf aksara melayu menggunakan huruf Arab hijaiyah. Namun, tidak semua huruf arab
hijaiyah digunakan sebagai huruf Arab Melayu karena untuk menyesuaikan bahasa.
Contoh Bahasa Melayu : Sambel lewat iye mengali di muke rumahnye (sambil lewat ia
memperlihatkan diri di muka rumahnya).

2. Pakpak
Bahasa Pakpak merupakan bahasa asli dari suku Batak Dairi dan digunakan penduduk di
wilayah Pakpak Barat dan sebagian kabupaten Humbang Hasundutan. Tulisan aksara Pakpak
disebut Surat Pustaha, yang terdiri dari tiga bagian yaitu, Indung Surat (huruf), Anak Surat
(tanda baca), dan angka.
Contoh Bahasa Pak-pak : Aku mangan nakan (Saya makan nasi), Ia laus ni sabah (Dia pergi ke
sawah), dan Kalak i main bola (Mereka bermain bola).
Sastra dan tradisi lisan bahasa Pakpak terbagi menjadi dua, yaitu :
1. Umpama, yaitu peribahasa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk
menyampaikan maksudnya secara tidak langsung.
2. Umpasa, yaitu puisi lama yang terdiri atas empat baris tiap bait. Baris pertama dan kedua
merupakan sampiran, baris ketiga dan keempat merupakan isi pola sajak a-b-a-b.

3. Karo
Bahasa Karo  digunakan oleh suku Karo yang mendiami Dataran Tinggi Karo (Kabupaten Karo).
Aksara Karo terbagi menjadi dua kelompok besar yaitu indung surat dan anak surat.
Contoh Bahasa Karo : Wari simehuli man banta kerina (hari-hari yang baik untuk kita semua).
Sastra dan tradisi lisan bahasa Karo terbagi menjadi tiga, yaitu :
1. Anding-andingen adalah perumpamaan yang ada pada masyarakat Karo.
Contoh : Bagi gundur teruh papan  =  Keri-keri la litna gulen maka ia i gule

2. Ndung – ndungen merupakan pantun dari masyarakat Karo.


Contoh :
Buah kasma i kabanjahe
Kutuku ndube sanga ku baru jahe
Mama iting tuhu persinik nake
Salahna sitik perate ate

3. Turin-turin adalah cerita dari masyarakat Karo.


Contoh : Ola Bage Perkahe Magar, Pande ras perpola, Si kambal-kambal, dan Menci ras
kaperas.

4. Simalungun
Bahasa Simalungun (BS) digunakan oleh suku Simalungun yang mendiami Kabupaten
Simalungun, Serdang Bedagai hingga ke Tapanuli. Bahasa Simalungun memiliki unsur
leksikogrammar yang berbeda dalam interaksi dengan raja (R) atau kaum bangsawan dan rakyat
bisa (RB). Misalnya, pasangan kosakata berikut menunjukkan sifat diglosia dalam Bahasa
Simalungun, seperti kosakata ahu ‘saya’ (RB)—paramba (R), matei ‘mati’—modom (R),
manggila ‘marah’ atau marah (RB)—motta (R), janami ‘raja’ (RB)—tuhatta (R).
Contoh Bahasa Simalungun : Au lagi i jabu mardahan pakon manloppah sayur (Aku lagi di
rumah masak nasi dan sayur)
Persamaan
1. Bahasa Karo dan Bahasa Simalungun berada dalam satu keluarga atau language of family.
2. Suku Pakpak dan Suku Karo sama – sama memiliki tradisi lisan dalam bahasanya. Yang
dimana tradisi lisan tersebut berisikan makna dalam kehidupan sehari – hari.
3. Beberapa kata dalam Bahasa Simalungun memiliki persamaan dengan bahasa Karo yang
ada di sekitar wilayah tinggalnya suku Simalungun.
Persamaan dan Perbedaan Seni Rupa Etnis Melayu,Pak-Pak, Karo dan Simalungun

 Persamaan

Persamaan dari tiap etnis yaitu etnis melayu, Pak-Pak, Karo dan Simalungun yaitu terletak
pada pola di motif ornamennya. Keempat etnis tersebut nemiliki beberapa kesamaan pada pola
ornamennya yaitu sama-sama memakai motif pola geometris, pola tumbuhan, dan pola hewan.
 Pada etnis melayu,ornamen yang biasanya dipakai adalah ornament bermotif tumbuh-
tumbuhan, seperti bentuk daun, bunga, dan ornament yang bermotif geometris. Fungsi
ornament tersebut hanyalah untuk keindahan semata-mata, dan juga agar terlihat lebih
indah serta berwibawa.
 Pada etnis Pak-Pak, ragam hias atau ornamen suku Pakpak-dairi disebut dengan gerga,
terdapat 25 jenis motif gerga yang dibagi atas 6 pola. Terdapat 3 pola motif dari keenam
pola itu yang memiliki kesamaan dengan motif-motif ornamen dari etnis lain yaitu pola
geometris, pola tumbuhan, pola hewan. Pola tumbuhan yang biasanya dipakai adalah
tumbuhan khas daerah setempat seperti bunga kunyit, bunga kiambang dan bunga melati.
Motif hewan yang dijadikan motif adalah, cecak, kalajengking, ikan, semut, kera dan
lain-lain.
 Pada etnis karo, ornamen disebut dengan gerga ,penyebutan ini sama halnya dengan etnis
Pak-Pak. Gerga Karo dapat dikelompokkan dalam 6 Pola dan 44 motif. Sama seperti
suku Pak-pak, terdapat 3 pola motif dari keenam pola itu yang memiliki kesamaan
dengan motif-motif ornamen dari etnis lain yaitu pola geometris, pola hewan, tumbuhan.
Antara etnis Pak-pak dan Karo memiliki kesamaan pada pola ornamen yaitu sama-sama
memiliki 6 pola ornamen yaitu pola geometris, pola tumbuhan, pola hewan, pola cosmos,
pola manusia dan pola hayal atau raksasa.
 Pada etnis simalungun, motif ornamen terinspirasi dari kekayaan hayati tanah
Simalungun.Etnis ini memakai pola yang sama dengan pola ornamen etnis lainnya yaitu
pola tumbuhan dan hewan. Tanaman merambat menjadi objek utama, sedangkan motif
hewan terinspirasi dari hewan-hewan melata, dan hewan-hewan kecil, seperti cicak,
kadal, burung, lebah, ular, kera, dan lain-lain.

 Perbedaan

Terdapat perbedaan pada tiap etnis yaitu etnis melayu, pak-pak, karo dan simalungun.
Perbedaan-perbedaan itu terletak pada arsitektur dan ornamen-ornamen dari masing-masing
etnis. Perbedaan itu dapat dilihat dari desain bangunan dan motif ornamennya.

 Arsitektur
 Pada etnis Melayu, rumah adat melayu merupakan bangunan berpologi panggung dengan
ciri khas atap limas. Beberapa bentuk rumah adat melayu dibedakan dengan bentuk atap
sehingga penamaan rumah adat tersebut ditandai dengan bentuk atapnya.
 Pada etnis Pakpak, ciri khas kedua rumah adat ini ialah memiliki bubungan yang disebut
tampuk bubungan yang bersimbolkan caban atau simbol kepercayaan suku pakpak.
Tanduk kerbau yang melekat di bubungan atap mengandung makna semangat
kepahlawanan suku Pakpak. Sedangkan bentuk segi tiga pada rumah adat
menggambarkan adanya susunan adat istiadat Pakpak dalam kekeluargaan yang dibagi
atas tiga bagian struktur kekeluargaan yaitu : Senina (disebut bagi saudara kandung laki-
laki), Berru (disebut untuk saudara kandung perempuan dan Puang disebut kepada
kemanakan).

 Pada etnis Karo, bangunan tradisional Suku Karo apabila dilihat dari aspek bentuk,
memiliki berbagai bentuk garis, diantaranya adalah lingkaran, bujur sangkar, garis lurus,
dan lain-lain. Suku Karo memiliki beberapa bangun terdiri dari rumah adat, geriten,
jambur, dan lesung. Dan Rumah adat Batak Karo memiliki ukuran yang berbeda-beda
tergantung dari jumlah penghuninya contohnya rumah yang dihuni 3-4 keluarga akan
berbeda dengan rumah yang dihuni sampai 8 keluarga yang disebut 'Rumah adat Batak
Karo Siwaluh jabu'. Bagian dinding bangunan rumah adat Karo dipenuhi dengan
ornamen.

 Pada etnis Simalungun, terdapat bangunan yang memiliki ciri khas unik yaitu rumah
pinar horbou. Rumah pinar horbou adalah induk dari rumah adat dalam suatu desa,
bangunan biasanya menghadap ke timur sebagai arah matahari terbit. Rumah memiliki
dua pintu, satu menghadap timur dan satu lagi menghadap barat. Pada umumnya rumah
tidak memiliki jendela, sebagai pengganti jendela dibuat lobang angin berbentuk
belahketupat. Jumlah anak tangga biasanya berjumlah ganjil, karena menurut budaya
Simalungun angka ganjil lebih baik dari angka genap.Tiang bangunan rumah adat
simalungun dipenuhi dengan ornamen, bentuk balok-balok kayu yang disusun bersilang
untuk menyanggah bangunan induk. Pada arsitektur balai pertemuan kecil dan dipakai
juga sebagai tempat bertenun keluarga raja.

 Ornamen
 Pada etnis melayu, fungsi ornamen hanyalah untuk keindahan semata-mata, dan juga
agar terlihat lebih indah serta berwibawa.
 Pada etnis Pak-pak, ragam hias atau ornamen suku Pakpak-dairi disebut dengan gerga,
terdapat 25 jenis motif gerga yang dibagi atas 6 pola, yaitu pola geometris, pola
tumbuhan, pola hewan, pola cosmos, pola manusia dan pola hayal atau raksasa.Motif-
motif ornamen etnis Pakpak antara lain: Motif Adep, Motif Parkukup Manun, Motif
Perotor Kerra.
 Pada etnis Karo, rumah adat Karo dipenuhi ornamen (gerga) sehingga dinamai rumah
gerga. Rumah gerga mengandung makna rumah yang dipenuhi dengan gerga (ornamen).
Tidak sembarang orang yang menghuni rumah gerga, dan tidak sembarang gerga bisa
dikenakan pada rumah, atau peralatan lainnya. Ada suatu aturan lisan siapa saja yang
bisa memiliki rumah gerga, dan siapa saja yang bisa memiliki tongkat yang dipenuhi
gerga. Gerga Karo dapat dikelompokkan dalam 6 Pola dan 44 motif.Ornamen karo antara
lain : Tapak Raja Sulaiman, Bindu Matagah, Embun Sikawiten, Pantil manggis,
Pangaret-ret.
Meskipun antara etnis Pak-pak dan Karo memiliki kesamaan pada pola ornamen yaitu
sama-sama memiliki 6 pola ornamen namun terdapat perbedaan didalamnya, pada etnis
Pak-pak terdapat 25 jenis motif gerga sedangkan pada suku karo, Gerga Karo memiliki
44 jenis motif.
 Pada etnis simalungun, ornamen dalam bahasa Simalungun disebut gorga. Motif ornamen
terinspirasi dari kekayaan hayati tanah Simalungun. Terdapat beberapa motif yaitu motif
tanaman merambat, motif hewan yang terinspirasi dari hewan-hewan melata, dan hewan-
hewan kecil, dan motif manusia yang diadopsi menjadi motif ornamen sederhana dan
nyaris kehilangan bentuk aslinya seperti motif bohi-bohi ‘wajah’. Rumah adat
simalungun memiliki dinding suatu ruang pertemuan yang dihiasi dengan ornamen.
Motif-motif ornamen simalungun antara lain: Motif pinar tatadu, Motif tumbuhan pinar
bunga hambili, Motif tumbuhan pinar andor hadukka, Motif Pinar appul-appul.
Persamaan dan Perbedaan Seni Musik dan Tarian

PERBEDAAN

 Seni Musik

Suku Melayu: Masyarakat melayu memiliki berbagai jenis alat music seperti Geduk Ibu, Geduk
Nanak, Jidur, Seruling, Kertuk Kelapa, Canang, Nafiri, Rebab, Gambus Hadramaut, Seruling,
Mandolin, Tetuang/Trompet Tanduk, Biola, Pepuling.
Suku Pakpak: Masyarakat Pakpak memiliki alat musik yang terdiri dari perkusi (gendang dan
gong) dan alat musik melodis seperti kalondang, lobat dan sordam (semacam seruling).
Suku Karo : Suku karo memiliki alat musik seperti Kulcapi, Balobat, Surdam, Keteng-Keteng,
Murbab, Saruune, Gendang Singindungi, Gendang Singanaki, Penganak dan Gung,
Suku Simalungun : Suku Karo memiliki beberapa jenis alat musik seperti sulim, tulila, sarunei
buluh, sarunei bolon, ogung, mongmongan dan sitalayasak, gonrang sipitu-pitu (gonrang bolon)
dan gonrang sidua-dua (gonrang dagang)
PERSAMAAN
Seruluh etnik suku tersebut memiliki persamaan dalah hal fungsi seni musik tersebut. Dalam hal
ini, seni musik memiliki fungsi hiburan dan kebudayaan. Musik digunakan sebagai pertunjukan
untuk kebutuhan hiburan dan acara-acara umum masyarakat setempat untuk mengiringi berbagai
pertunjukan, diantaranya seperti acara pesta perkawinan, prosesi adat dan kematian serta
kegiatan-kegiatan resmi yang diadakan elemen masyarakat dan pemerintah.

 Tarian
Suku Melayu : Suku melayu merupakan salah satu suku yang memiliki jenis tarian terbanyak.
Yaitu Tari Tambang, Tari Bunga Pencak Silat, Tari Hadrah, Tari Inai, Tari Dulang, Tari Podang,
Tari Ahoi, Tari Zapin, Tari Sarah, Tari Gubang.
Suku PakPak: Tari dalam bahasa Pakpak disebut dengan tatak. Tatak digunakan dalam setiap
upacara tradisonal baik dalam suka cita maupun duka cita. Tari dalam Bahasa Pakpak adalah
Tatak dan menari disebut tumatak. Penamaan kata ini tidak diketahui siapa yang menyebutkan,
namun kata tatak sudah cukup lama dipakai. Dalam penampilannya, ada dua kelompok
pembagian dalam tatak, yaitu Tatak adat dan Tatak muda-mudi.
Suku Karo: Ada berbagai jenis tarian yang terdapat dalam suku Karo, diantaranya Tari Lima
Serangkai, Tari Piso Surit, Tari Gundala-Gundala, dan Tari Tongkat
Suku Simalungun: Satu tari tradisional Simalungun adalah Tortor Sombah. Lebih spesifik
dalam bahasa Simalungun kata tor-tor berasal dari suara hentakan kaki penarinya dengan iringan
gonrang yang juga berirama mengentak
PERSAMAAN
Seluruh tarian adat tersebut merupakan tarian yang dilakukan secara turun temurun yang
dilaksanakan pada kegiatan tertentu dan untuk tujuan tertentu Tarian tersebut dilakukan Ketika
ada acara tertentu atau pada aktifitas adat atau upacara adat. Seperti, Gerakan rasa hormat kepada
orang-orang yang dihormati dan kepada khalayak ramai dan bersifat sebagai media hiburan.
Persamaan dan Perbedaan Kuliner

1. Perbedaan
Karo : Trites, Cipera, Cimpa Unung-Unung, Cimpa Matah, Tasak Telu, Babi Panggang
Karo, Kidu-Kidu.
Melayu : Bolu Kemojo, Roti Jala, Rasidah, Kue Bangkit, Lempok Durian, Cencaluk, Mie
Sagu, Ikan Salai, Konde Cik Puan, Soto Mak Lung Terkejut, Gadih Berondok, Gulai Lada
Hitam, Asam Pedas, Patin, Nasi Kunyit, Gulai Rampai, Nasi Dagang, Nasi Kerabu, Mie Lendir,
Gulai Tempoyak .
Pak Pak : Pelleng, Nditak I Kupul, Nakan Pagit
Simalungun : Dayak ni Binatur, Arsik, Tinuktuk, Hiasumba, Labar, Randu.
2. Persamaan
 Suku karo dan melayu : Trites dan Soto Mak Lung Terkejut
Trites adalah soto yang berasal dari usus besar sapi. Sama halnya dengan Soto Mak Lung
Terkejut yang juga soto dengan menggunakan rempah-rempah yang banyak.

 Suku Pak Pak dan Melayu : Nasi Kunyit dan Pelleng


Nasi kunyit pada suku Pak Pak menggunakan nasi yang dimasak dengan santan dan
dicampur dengan kunyit dan rempah lainnya. Tak berbeda dengan Pelleng merupakan nasi
lembek yang dimasak dengan santan juga kunyit dan rempah lainnya.

 Suku Melayu dan Simalungun : Rampai dan Randu


Rampai adalah hidangan gulai yang menggunakan aneka sayuran sebagai bahan utama.
Randu juga merupakan makanan yang dibuat dari berbagai jenis sayuran seperti bayam, pucuk
labu, buah labu dan beberapa bumbu lainnya.
3. Suku Karo dan Simalungun : Nakan Pagit dan Trites
kedua makanan ini sama-sama berasal dari perut sapi. Nakan Pagit adalah hidangan yang
terbuat dari ruput yang berada diperut sapi, kemudian diolah. Lalu, Trites adalah soto yang juga
berasal dari ususs besar sapi.

Anda mungkin juga menyukai