Anda di halaman 1dari 23

PENGARUH KEBHINEKAAN TERHADAP SIKAP INTOLERANSI

UMAT BERAGAMA DI INDONESIA

Tugas Agama Hindu

Dosen Pengempu : A.A Gede Oka Widana, S.Pd.H, M.Pd.H

OLEH

NAMA : NI KADEK SURIANI

NIM : 223213372

KELAS : A16-A KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul

“Pengaruh kebhinekaan terhadap sikap intoleransi umat beragama di Indonesia ”.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas dosen pada bidang Studi Agama

Hindu di STIKes WIRA MEDIKA. Selain itu, penulis juga berhadap agar

makalah ini dapat menambah wawasan bagi pembaca tentang pengaruh

kebhinekaan terhadap sikap intoleransi umat beragama di Indonesia.

Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-sebesarnya kepada Bapak/Ibu Dosen

selaku pengampu mata kuliah. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah

pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis juga

mengucapkan terimakasih pada semua pihak yang telah membantu proses

penyusunan makalah ini.

Penulis menyadiri masih banyak keterbatasan dalam penyusunan makalah ini,

penulis telah berusaha dengan segenap kemampuan dalam menuangkan pemikiran

dalam makalah ini, tentunya akan masih banyak ditemukan hal-hal yang perlu

diperbaiki, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran membangun

guna penyempurnaan makalah ini.

Denpasar, 2 Maret 2023 

Penulis

I
Daftar Isi

Kata

Pengantar.................................................................................................................i

Daftar

Isi .................................................................................................................ii

Bab I Pendahuluan

1.1 Latar belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah...............................................................................................3

1.3 Tujuan

penulisan ................................................................................................3

1.4 Manfaat penulisan..............................................................................................3

Bab II Pembahasan

2.1 Pengertian intoleransi umat

beragama................................................................5

2.2 Faktor penyebab intoleransi umat

beragama.......................................................6

2.3 Solusi adanya intoleransi

beragama..................................................................10

2.4 Kebhinekaan terhadap sikap intoleransi umat

beragama .................................11

2.5 Dampak dan penerapan kebhinekaan terhadap intoleransi beragama..............12

Bab III Penutup

II
3.1 Simpulan ..........................................................................................................1

3.2 Saran ................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

III
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bangsa Indonesia bersifat pluralisme karena terdapat keanekaragaman

etnis dalam satu komunitas, dengan indikatornya adalah; terjadinya interaksi,

toleransi, integrasi dan harmonisasi. Dengan menyadari indaktor interaksi

negatif, serta disintegrasi maka perlu adanya pemahaman interkasi positif,

toleransi, integrasi menuju terciptanya keharmonisan, sesama umat beragama

di Indonesia. Hal ini terkait dengan dimensi empiris agama yang dapat

“dialami” secara ilmiah, yaitu yang dapat diamati, diteliti, untuk mendapatkan

keteranggan ilmiah. Secara umum dapat dipahami bahwa teridentifikasi,

adanya pemeluk yang mayoritas dan minoritas.

Menurut Watra (2015), Negara Barat untuk agama Kristen; Negara-

negara Asia untuk sebagian besar bagi agama Hindu dan Budha. Amerika

Selatan untuk agama Kristen. Benua Afrika untuk agama Kristen dan Islam.

Dengan catatan generalisasi yang besar itu harus diberi keterangan terperinci

mengenai adanya bagian-bagian yang tidak mengikuti agama mayoritas

Selain memahami dan menghargai perbedaan budaya akan melahirkan

toleransi yang menjadi kunci terwujudnya harmoni kehidupan masyarakat

beragam ras, budaya, etnis dan agama seperti Indonesia. Tuhan menciptakan

dunia dan seisinya dengan wujud beragama untuk menciptakan harmoni. Oleh

sebab itu, keragaman budaya adalah sebuah keniscayaan yang tidak dapat

1
dihindari, bahkan dalam sebuah keluarga (Forum Alumni MEP Australia-

Indonesia, 2017).

Dalam konteks menghadirkan agama sebagai rahmat bagi seluruh umat

manusia, toleransi beragama merupakan perwujudan dari ajaran agama.

Terwujudnya toleransi beragama dapat dipandang sebagai indikator paling

penting keadaban sebuah bangsa (Safei, 2020). Intoleransi beragama telah

menjadi isu global yang semakin meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

Banyak negara di seluruh dunia mengalami insiden intoleransi agama, mulai

dari diskriminasi, pelecehan, hingga tindakan kekerasan yang merugikan

kelompok agama tertentu.

Beberapa faktor yang memicu munculnya intoleransi agama di

antaranya adalah konflik politik, ekonomi, sosial, budaya, dan agama itu

sendiri. Selain itu, media sosial juga berperan penting dalam memperluas

penyebaran dan memperkuat sentimen intoleransi terhadap kelompok agama

tertentu.

Intoleransi agama juga dapat berdampak negatif pada kehidupan sosial

dan politik, termasuk keamanan dan stabilitas negara. Hal ini dapat

menghambat pembangunan sosial dan ekonomi, serta menghambat terciptanya

masyarakat yang inklusif dan harmonis.

Oleh karena itu, makalah tentang intoleransi pengaruh kebhinekaan terhadap sikap

intoleransi umat beragama di indonesia

menjadi penting untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman

tentang pentingnya toleransi agama dalam menjaga perdamaian dan

keberagaman dalam masyarakat dan dunia yang semakin kompleks. Makalah

2
ini juga dapat memberikan informasi dan pemahaman tentang faktor-faktor

yang mempengaruhi munculnya intoleransi agama, serta upaya-upaya yang

dapat dilakukan untuk mengatasi intoleransi agama.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Apakah definisi intoleransi beragama?

1.2.2 Apa saja faktor penyebab adanya intoleransi beragama?

1.2.3 Bagaimana solusi adanya intoleransi beragama?

1.2.4 Apa yang dimaksud dengan kebhinekaan terhadap sikap intoleransi

umat beragama?

1.2.5 Apa Dampak dan penerapan kebhinekaan terhadap intoleransi

beragama?

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Untuk mengetahui definisi intoleransi beragama.

1.3.2 Untuk mengetahui faktor penyebab intoleransi beragama.

1.3.3 Untuk Menjelaskan bagaimana solusi adanya intoleransi

beragama.

1.3.4 Untuk mengetahui pengertian kebhinekaan terhadap sikap

intoleransi umat beragama

1.3.5 Untuk mengetahui Dampak dan penerapan kebhinekaan terhadap

intoleransi beragama

1.4 Manfaat penulisan

3
Manfaat penulisan laporan orientasi bagi pembaca yaitu menjadi sumber

referensi dan informasi bagi orang yang membaca makalah ini supaya

mengetahui dan lebih memahami tentang Pengaruh Kebhinekaan Terhadap

Sikap Intoleransi Umat bergama di Indonesia.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Intoleransi Beragama

Dalam berbagai forum dunia, Indonesia dipuji sebagai negara dengan

toleransi beragama yang tinggi. Pemeluk agama yang berbeda-beda hidup

damai dan harmonis. Indonesia bahkan sering dijadikan model di mana negara

yang mayoritas penduduknya Muslim tidak mendirikan negara Islam,

melainkan Pancasila. Bahwa secara umum kehidupan keagamaan di Indonesia

aman dan damai tidak dapat dipungkiri. Tetapi, realitas keagamaan masih jauh

dari cita ideal. Kerusuhan bernuansa agama di Tolikara, Manokwari, Singkil,

dan tempat lainnya menunjukkan bagaimana kerukunan dan toleransi yang

sejati belum terwujud. Dalam tubuh umat Islam masih terdapat kelompok

yang menolak eksistensi Syiah, Ahmadiyah, dan kelompok minoritas lainnya.

Pendirian tempat ibadah semakin sulit dan berbelit (Mu’ti, 2019).

Sikap toleransi dan empati ini sangat penting ditumbuh kembangkan

dalam kehidupan masyarakat Indonesia multikultural. Dengan pengembangan

sikap toleransi dan empati sosial, maka masalah-masalah yang beraitan

dengan keberagaman sosial budaya akan dapat dikendalikan, sehingga tidak

mengarah pada pertentangan sosial yang dapat mengancam diisintegrasi

nasional.

5
Pelaksanaan sikap toleransi ini harus didasari dengan sikap kelapangan

dada terhadap orang lain dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang

dipegang sendiri, yakni tanpa mengorbankan prinsip-prinsip tersebut. Jelas

bahwa toleransi terjadi dan berlaku karena terdapat perbedaan prinsip, dan

menghormati perbedaan atau prinsip orang lain tanpa mengorbankan prinsip

sendiri (Afkari, 2020).

Intoleransi beragama dapat didefinisikan sebagai sikap atau tindakan yang

tidak dapat menerima perbedaan agama dan keyakinan, serta merendahkan

atau bahkan melakukan tindakan diskriminatif terhadap penganut agama yang

berbeda. Intoleransi agama dapat muncul dalam berbagai bentuk, seperti

pelecehan verbal atau fisik, diskriminasi dalam akses ke pekerjaan,

pendidikan atau layanan publik, serta tindakan kekerasan atau pembunuhan

yang dilakukan secara sistematis. Intoleransi agama juga dapat muncul dalam

bentuk diskriminasi simbolik, seperti merendahkan simbol atau lambang

agama tertentu, atau menghindari atau menolak kegiatan yang terkait dengan

agama tertentu.

Intoleransi beragama merupakan suatu hal yang merugikan dan

bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Karena itu,

penting bagi masyarakat untuk memahami pentingnya toleransi agama dalam

kehidupan bersama yang damai dan harmonis, serta mengambil tindakan

konkret untuk mencegah dan mengatasi intoleransi agama.

2.2 Faktor Penyebab Intoleransi Beragama

Intoleransi beragama dapat disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya:

6
1. Kebodohan dan ketidaktahuan: Kurangnya pengetahuan tentang agama

dan keyakinan yang berbeda dapat menyebabkan ketakutan dan

ketidakpercayaan terhadap orang lain yang berbeda keyakinan.

2. Fanatisme: Di Indonesia, fanatisme keagamaan akhir-akhir ini semakin

meluas dan menebar bibit-bibit perpecahan, kekerasan dan konflik. Tidak

saja menyangkut perselisihan atau konflik antar agama, perselisihan dan

konflik tersebut juga bisa terjadi di internal umat beragama. Berbagai

contoh kekerasan antar dan inter agama sebagaimana disinggung di atas

menujukkan hal tersebut sekaligus menggambarkan bahwa fanatisme

keagamaan bisa terjadi pada siapa pun dan melibatkan siapa saja. Saat

fanatisme keagamaan sudah menghinggapi sebuah kelompok beragama,

tidak mustahil pertikaian, tindakan kekerasan bahkan pertupahan darah

bisa terjadi. Fanatisme keagamaan sebenarnya menjadi salah satu

tantangan bagi Islam dan agama-agama lain saat ini. Bambang Sugiharto

mencatat, minimal ada tiga tantangan dihadapi agama saat ini, yaitu:

Pertama, agama ditantang tampil sebagai suara moral-otentik di tengah

terjadinya disorientasi nilai dan degradasi moral. Pada sisi ini, agama

seringkali disibukkan dengan krisis identitas dalam dirinya sendiri, yang

berakhir pada pertengkaran internal dan pada saat yang sama agama

kehilangan kepekaan pada hal-hal yang bersifat substansial. Kedua, agama

ditantang untuk mampu mendobrak sikap-sikap yang mengarah pada

ekslusivisme pemahaman keagamaan di tengah merebaknya krisis

identitas dan pementingan kelompoknya sendiri. Agama harus

menghadapi kenyataan berupa kecenderungan pluralisme, mengolahnya

7
dalam bentuk teologi baru dan mewujudkannya dalam aksi-aksi kerjasama

plural. Ketiga, agama ditantang untuk melawan segala bentuk penindasan

dan ketidakadilan yang terjadi, termasuk ketidakadilan kognitif, yang

biasanya diciptakan oleh agama sendiri. Munculnya banyak kasus

intoleransi di Indonesia dan di berbagai belahan dunia tidak bisa terlepas

dari pemahaman al-Qur‟an yang tidak tuntas, parsial dan terbatas. Selain

itu fanatisme beragama yang berlebihan pun juga menjadi faktor utama.

Fanatisme berlebihan terhadap agama yang dibarengi pemahaman al-

Qur‟an secara parsial inilah yang menumbuhsuburkan tindakan intoleran

bahkan berujung terorisme brutal hingga menyerang negara. Negara yang

memilih demokrasi sebagai cara bernegara dianggap sebagai thaghut

karena dianggap warisan bangsa kafir, liberal dan tidak sesuai dengan

tuntunan al-Qur‟an dan harus diganti dengan sistem yang mereka anggap

lebih islami. Padahal jika dilihat sistem demokrasi yang ditentangnya

terilhami dari al-Qur‟an, sementara sistem yang mereka inginkan pun

justru tidak jelas entah disebut di dalam al-Qur‟an atau tidak (Sukardja,

2012).

3. Interpretasi yang salah: Tafsiran yang salah tentang ajaran agama dapat

menyebabkan ketidakmampuan untuk menerima orang yang berbeda

agama.

4. Politik dan kepentingan: Politik dan kepentingan tertentu dapat

memanipulasi agama untuk menciptakan konflik dan intoleransi.

8
5. Pengalaman masa lalu: Pengalaman pribadi atau sejarah kelompok atau

negara yang melibatkan agama tertentu dapat mempengaruhi pandangan

dan perilaku seseorang terhadap agama tersebut.

6. Kesenjangan sosial-ekonomi: Kesenjangan sosial-ekonomi yang besar

dapat memunculkan ketidakadilan dan ketidaksetaraan, yang dapat

menciptakan ketegangan antaragama.

7. Kurangnya toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan: Kurangnya

toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan dapat memperkuat

keyakinan dan pandangan yang bersifat eksklusif dan intoleran.

8. Media sosial dan teknologi: Media sosial dapat menjadi alat untuk

menggerakkan opini masyarakat yang mudah terpengaruh menjadi

intoleran Kasus intoleransi di Indonesia sejak tahun 2016 menunjukkan

jumlah yang mengalami peningkatan. Aliran-aliran yang dimiliki setiap

agama yang seringkali menimbulkan konflik antara golongan. Pelanggaran

kebebasan keyakinan dan intoleransi pun kerap terjadi. Pro dan kontra di

tengah masyarakat karena memiliki pemahaman yang berbeda. Pelajaran

yang didapat termasuk doktrinisasi yang terbentuk dalam suatu aliran

agama tersebut membuat para pengikutnya saling berdebat tentang siapa

yang lebih benar. Perdebatan untuk saling membuktikan siapa yang salah

dan benar. Perdebatan yang tidak ada ujung dan bukan untuk mencari

penyelesaian yang tidak memicu adanya konflik antar golongan atau aliran

keagamaan. Golongan dan aliran keaagamaan semakin bermunculan di

sosial media. Mereka mulai membangun jaringannya dengan aktif di

berbagai platform jejaring sosial. Dengan memiliki akun di facebook,

9
twitter, Instagram, youtube dan lainnya. Layanan jejaring sosial ini pun

dapat digunakan secara gratis. Masyarakat pun semakin aktif bersosialisasi

di jejaring internet ini. Jika merujuk data dari Google menyatakan

sebanyak 86% masyarakat sudah terbiasa mengunjungi YouTube untuk

mempelajari infromasi terbaru. Media sosial menjadi alat yang efektif

untuk menyebarkan paham golongannya. Mereka juga melakukan

propaganda dan pergerakan sosial. Terget ajarannya ialah kaum millennial,

sebagai pengguna aktif jejaring sosial media di internet, yang digunakan

sebagai objek pendekatan efektif. Mereka mempengaruhi pola pikir yang

meyakini pemahamannya saja yang paling benar. Pola pikir seperti ini

berpotensi besar menimbulkan intoleransi di kalangan millennial (Rijaal,

2021).

Penting untuk memahami bahwa intoleransi beragama bukanlah suatu

keadaan yang alami, melainkan merupakan produk dari faktor-faktor yang

dapat diubah. Oleh karena itu, diperlukan upaya yang serius dan berkelanjutan

untuk memperkuat toleransi dan penghargaan terhadap perbedaan agama.

2.3 Solusi adanya intoleransi beragama

Intoleransi beragama adalah masalah yang kompleks dan tidak mudah

diatasi, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi dan

mencegah intoleransi beragama:

1. Meningkatkan pemahaman tentang agama: Seringkali, ketidakpercayaan

atau intoleransi terhadap agama orang lain disebabkan oleh ketidaktahuan

10
tentang agama tersebut. Oleh karena itu, meningkatkan pemahaman

tentang agama orang lain dapat membantu mengurangi intoleransi.

2. Membangun dialog dan kerjasama antaragama: Membangun dialog dan

kerjasama antaragama dapat membantu memperkuat hubungan antara

orang-orang dari agama yang berbeda dan mempromosikan pengertian dan

toleransi.

3. Mempromosikan pendidikan yang inklusif: Pendidikan yang inklusif dapat

membantu mengurangi intoleransi dan diskriminasi. Dalam konteks

agama, ini dapat berarti memperkenalkan pelajaran tentang berbagai

agama dan budaya, dan menciptakan lingkungan yang mendukung

keragaman.

4. Mendorong kesetaraan hak: Mendorong kesetaraan hak bagi semua orang,

termasuk mereka yang berbeda agama, dapat membantu mengurangi

intoleransi dan diskriminasi.

5. Menghindari stereotipe dan prasangka: Stereotipe dan prasangka

seringkali mendorong intoleransi dan diskriminasi. Oleh karena itu,

penting untuk menghindari stereotipe dan prasangka dalam pandangan dan

tindakan kita.

6. Menghormati kebebasan beragama: Kebebasan beragama adalah hak asasi

manusia yang harus dihormati dan dilindungi. Mendorong penghargaan

terhadap kebebasan beragama dapat membantu mencegah intoleransi dan

diskriminasi.

11
Tindakan-tindakan ini harus diterapkan secara kolektif oleh seluruh

masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan toleran

terhadap perbedaan agama.

2.4 Kebhinekaan terhadap sikap intoleransi umat beragama

Dari pemaparan di atas dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud

kebhinekaan agama adalah keberagaman terhadap kepercayaan atau

keyakinan setiap orang pada sesuatu yang ia sebut dengan Tuhan atau yang

memiliki kekuasaan. Dalam beberapa ayat Al-Quran telah dijelaskan terkait

kebinekaan agama seperti halnya ayat Al-Quran yang menjelaskan bahwa

kebinekaan merupakan sunnatulla>h5 yang Allah anugerahkan kepada semua

makhluk-Nya di alam semesta.

Kebhinekaan diberi pengertian/makna dengan mengadaptasi konsep

multikulturalisme, yaitu adanya kesediaan untuk menerima kelompok lain

secara sama sebagai kesatuan, tanpa mempedulikan perbedaan budaya, etnik,

jender, bahasa, ataupun agama.

Bagaimana menjaga kebhinekaan dalam beragama yaitu sebagai berikut :

a. Saling Menghargai. Hal utama yang paling penting untuk bisa dilakukan

yaitu dengan saling menghargai. ...

b. Membantu Satu Sama Lain. ...

c. Tidak Saling Menjatuhkan. ...

d. Saling Menjalin Kebersamaan

12
Makna toleransi dalam kebhinekaan adalah hidup berdampingan secara

damai dan saling menghargai di antara keragaman suku bangsa, agama, adat

istiadat dan bahasa.

 Berikut ini merupakan nilai-nilai penting kebhinekaan dalam beragama

antara lain:

- Nilai Gotong Royong. Salah satu nilai penting kebhinekaan adalah

nilai gotong royong.

- Nilai Kerukunan. Nilai kerukunan merupakan bentuk apresiasi pada

orang, suku, dan agama lain.

- Nilai Toleransi.

- Nilai Keadilan

2.5 Dampak dan penerapan kebhinekaan terhadap intoleransi

beragama

 Dampak negatif

1. Adanya perpecahan bangsa yang terjadi karena konflik sosial dalam

kehidupan bermasyarakat. Bisa karena ekonomi, status sosial, ras, suku,

agama, dan kebudayaan.

2. Memandang masyarakat dan kebudyaan sendiri lebih baik, sehingga

menimbulkan sikap merendahkan kebudayaan lain. Sikap ini mendorong

konflik antarkelompok

3. Terjadinya konflik ras, antarsuku, atau agama

4. Terjadinya kemunduran suatu bangsa dan negara, karena pemerintah

sulit membangun kebijakan

13
5. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan

6. Menghambat usaha pembangunan dan pemerataan sarana dan prasarana

 Dampak Positif

1. Menciptakan kerukunan dan perdamaian antar umat beragama.

2. Menghormati anggota keluarga yang lebih tua, seperti anak menghormati

orang tua dan adik menghormati kakak.

3. Setiap siswa diperbolehkan untuk berdoa sesuai agama dan

keyakinan masing-masing

 Menerapkan kebhinekaan dalam beragama adalah Saling menghormati

antar agama, suku bangsa, menghargai hasil karya orang lain, bergotong

royong membangun bangsa tanpa memandang perbedaan suku, budaya

dan agama, tidak saling membedakan bahkan mencaci karena hal ini dapat

menimbulkan konflik serta menjadi sumber awal pemecah persatuan dan

kesatuan bangsa.

Sikap penerapan kebhinekaan dalam kehidupan beragama:

- Saling menghormati dan menghargai agama atau kepercayaan orang

lain. Memberikan kesempatan orang lain untuk beribadah sesuai

dengan agama dan kepercayaannya. Saling membantu antarsesama

tanpa memandang perbedaan satu sama lain

14
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Intoleransi beragama dapat didefinisikan sebagai sikap atau tindakan

yang tidak dapat menerima perbedaan agama dan keyakinan, serta

merendahkan atau bahkan melakukan tindakan diskriminatif terhadap

penganut agama yang berbeda. Intoleransi agama dapat muncul dalam

berbagai bentuk, seperti pelecehan verbal atau fisik, diskriminasi dalam akses

15
ke pekerjaan, pendidikan atau layanan publik, serta tindakan kekerasan atau

pembunuhan yang dilakukan secara sistematis. Intoleransi agama juga dapat

muncul dalam bentuk diskriminasi simbolik, seperti merendahkan simbol atau

lambang agama tertentu, atau menghindari atau menolak kegiatan yang terkait

dengan agama tertentu.

kebhinekaan agama adalah keberagaman terhadap kepercayaan atau

keyakinan setiap orang pada sesuatu yang ia sebut dengan Tuhan atau yang

memiliki kekuasaan

Makna toleransi dalam kebhinekaan adalah hidup berdampingan

secara damai dan saling menghargai di antara keragaman suku bangsa,

agama, adat istiadat dan bahasa

3.2 Saran

Intoleransi beragama adalah suatu tindakan yang merugikan dan

berbahaya, karena dapat menyebabkan konflik antar kelompok agama,

diskriminasi, dan kekerasan. Setiap orang memiliki hak asasi manusia yang

sama, termasuk hak atas kebebasan beragama atau kepercayaan. Kita harus

menghormati hak asasi manusia dan tidak mengambil tindakan yang

merugikan atau merendahkan hak asasi manusia orang lain.

16
DAFTAR PUSTAKA

Afkari, Sulistiyowati Gandariyah. 2020. Model Nilai Toleransi Beragama Dalam

Proses Pembelajaran Di SMAN 8 Kota Batam. Pekanbaru: Yayasan

Salman Pekanbaru.

Ahmad, Sukardja. 2012. Hukum Tata Negara dan Administrasi Negara Dalam

Prespektif Fikih Siyasah. Jakarta: Sinar Grafika.

17
Forum Alumni MEP Australia-Indonesia. 2017. Hidup Damai di Negeri

Multikultur. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mu’ti, Abdul. 2019. Toleransi yang Otentik. Jakarta: Al-Wasat Publishing House.

Rijaal, M. Ardini Khaerun. 2021. “Fenomena Intoleransi Antar Umat Beragama

Serta Peran Sosial Media Akun Instagram Jaringan Gusdurian Indonesia

Dalam Menyampaikan Pesan Toleransi”. Jurnal Komunikasi dan

Penyiaran Islam, Vol. 1, No. 2.

Safei, Agus Ahmad. 2020. Sosiologi Toleransi Kontertasi, Akomodasi, Harmoni.

Yogyakarta: CV. Budi Utama.

Watra, I Wayan. 2015. Filsafat Toleransi Beragama di Indonesia. Surabaya:

Paramita.

18

Anda mungkin juga menyukai