Anda di halaman 1dari 26

Analisis Strategi Bagi Umat Beragama Untuk Memerangi Pola Pikir yang Sempit

di Dalam Memandang Perbedaan Agama


di Kelas Bahasa Indonesia J1

Oleh:
Kelompok 18
Joseph Natanael B11180107
Sherin Natasha Ruslim B11180137
Cherrilyn Aprilianne B11180157

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN
UNIVERSITAS KRISTEN PETRA
SURABAYA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan makalah penelitian yang berjudul "Analisis Strategi Bagi
Umat Beragama Untuk Memerangi Pola Pikir yang Sempit di Dalam Memandang
Perbedaan Agama di Kelas Bahasa Indonesia J1." Tidak lupa penulis mengucapkan terima
kasih kepada Ibu Dr. Nensy Megawati Simanjuntak,M.Pd selaku Dosen Mata Pelajaran
Bahasa Indonesia yang telah membantu penulis dalam mengerjakan makalah.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah penilitian ini. Penulis berharap makalah penelitian ini dapat
menjadi salah satu sumber pengetahuan dan bisa dipraktekkan dalam kehidupan sehari-
hari dalam rangka menciptakan kehidupan bermasyarakat yang saling bertoleransi.
Penulis menyadari ada kekurangan pada makalah penilitian ini. Dengan demikiam, saran
dan kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya penulis.

Surabaya, 14 Mei 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................. i
Daftar isi ........................................................................................................................... ii
BAB 1 : Pendahuluan ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumus Masalah ................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 2
1.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................... 2
BAB 2 : Pembahasan ........................................................................................................ 3
2.1. Kajian Teori ......................................................................................................... 3
2.1.1. Pengertian Pola Pikir yang Sempit ............................................................ 3
2.1.2. Faktor Penyebab Pola Pikir Sempit dalam
Memandang Perbedaan Agama ............................................................... 3
2.1.3. Strategi Bagi Umat Beragama Untuk Memerangi Pola Pikir yang
Sempit di Dalam Memandang Perbedaan Agama .................................... 4
2.2. Pembahasan........................................................................................................ 5
2.2.1. Rumusan Masalah 1 .................................................................................. 7
2.2.2. Rumusan Masalah 2 .................................................................................. 8
2.2.3. Rumusan Masalah 3 .................................................................................. 10
BAB 3 : Penutup ............................................................................................................... 12
3.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 12
3.2. Saran ................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka .................................................................................................................. 13
Lampiran .......................................................................................................................... 14

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki lebih dari
17.000 pulau. Indonesia juga terkenal sebagai negara yang multikultural dalam artian
memiliki keanekaragaman budaya, suku, etnis, ras, bahasa, dan agama.
Keanekaragaman yang ada di Indonesia membuat masyarakat Indonesia terkenal
akan sikap toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang ada. Namun,
keanekaragaman ini juga dapat mengarah ke hal negatif yaitu membuat Indonesia
menjadi rentan dengan berbagai konflik.

Konflik adalah sebuah proses yang dimulai ketika suatu pihak mempunyai
persepsi bahwa pihak kedua telah memberikan pengaruh negatif, sesuatu yang
menjadi kepentingan pihak pertama, kata Wahyudi, Andri dalam jurnalnya yang
berjudul “Konflik, Konsep Teori, dan Permasalahan”. Pihak pertama dan kedua yang
dimaksud dapat berupa individu ataupun kelompok. Salah satu penyebab terbesar
terjadinya konflik adalah karena adanya perbedaan. Perbedaan yang sering dijumpai
dalam media massa atau media cetak yang menjadi latar belakang terjadinya konflik
adalah perbedaan agama.

Ada beberapa hal yang menyebabkan konflik akibat perbedaan agama dapat
terjadi di Indonesia salah satunya adalah pola pikir yang sempit. Pola pikir yang
sempit ini lahir karena kurangnya pengetahuan dan keterbukaan dari masyarakat
Indonesia. Dengan terjadinya pola pikir yang sempit, masyarakat juga akan
memandang segala hal dengan pandangan yang sempit, seperti memandang
perbedaan agama yang ada di sekitar mereka. Masyarakat atau individu yang tidak
dapat menerima perbedaan, dan menganggap diri sendiri paling benar akan memicu
sempitnya pola pikir.

Pola pikir yang sempit dapat membuat individu atau kelompok bertindak secara
radikal yang dapat mengarah terhadap tindakan kekerasan. Salah satu contohnya di
Indonesia adalah tindakan bom bunuh diri di Surabaya. Dilansir dari (Merdeka, 2018)
terjadi serangan bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya yaitu Gereja Santa Maria
Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta. Sehari setelah kejadian
tersebut, terjadi bom bunuh diri susulan dengan sasaran Porlestabes Surabaya
(Berita Jatim, 2018) dalam (Wicaksono, 2018). Dengan adanya contoh kasus bom
bunuh diri dapat dilihat betapa bahayanya paham radikalisme jika telah ternanam
dalam pola pikir individu dan kelompok dan berakibat juga terhadap kehidupan
masyarakat Indonesia.

1
Pola pikir yang sempit akan tumbuh dan memberikan pandangan terhadap
perbedaan agama yang ada di sekitar masyarakat Indonesia. Pola pikir yang sempit
dapat menghalangi majunya peradaban di Indonesia dalam berbagai sektor
kehidupan. Jika pola pikir masyarakat tidak dirubah mulai dari sekarang maka dapat
mengganggu kehidupan sosial masyarakat Indonesia. Dengan demikian, diperlukan
adanya tindakan lebih lanjut dalam mencegah perkembangan pola pikir yang sempit
dalam memandang perbedaan agama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pola pikir yang sempit mempengaruhi pandangan seseorang
terhadap perbedaan agama?
2. Mengapa pola pikir yang sempit dalam memandang perbedaan agama akan
mengganggu sikap toleransi dalam kehidupan beragama?
3. Bagaimana strategi memerangi pola pikir yang sempit di dalam memandang
perbedaan agama?

1.3 Tujuan Penelitian


1. Menganalisa pola pikir yang sempit mempengaruhi pandangan seseorang
terhadap perbedaan agama.
2. Memahami alasan pola pikir yang sempit dalam memandang perbedaan agama
akan mengganggu sikap toleransi dalam kehidupan beragama.
3. Menganalisa strategi memerangi pola pikir yang sempit di dalam memandang
perbedaan agama.

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi Seluruh Masyarakat Indonesia
Penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran tentang strategi
memerangi pola pikir yang sempit di dalam memandang perbedaan agama yang
ada di Indonesia.
2. Bagi Mahasiswa Universitas Kristen Petra
Penelitian memberikan pengetahuan dan pandangan alasan umat beragama
memiliki pola pikir yang sempit dan strategi memerangi pola pikir yang sempit
di dalam memandang perbedaan agama. Mahasiswa juga diharapkan mampu
mengambil ilmu dan hikmah dari penelitian yang kami lakukan untuk tetap
menjaga sikap toleransi dengan teman-temannya.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat menambah wawasan bagi peneliti. Meskipun penelitian
yang kami lakukan masih belum sempurna, namun diharapkan dapat berbagi
wawasan dengan Mahasiswa Universitas Kristen Petra dan lainnya.

2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Kajian Teori
2.1.1. Pengertian Pola Pikir yang Sempit
Menurut Ardana dalam Skripsinya yang berjudul “Faktor Pembentuk Pola
Pikir Masyarakat Dusun Serut Kecamatan Pengasih Kabupaten Kulon Progo
Terhadap Olahraga Dan Prestasi Akademik Di Sekolah” : “Pola Pikir atau
mindset adalah sekumpulan kepercayaan (belief) atau cara berpikir yang
mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang, yang akhirnya akan
menentukan level keberhasilan hidupnya” (Ardana, 2018, p. 07 ). Pola pikir
yang tepat dapat membantu seseorang berhasil dalam mencapai tujuan
hidupnya dan dapat membantu menentukan apakah keputusan yang diambil
adalah keputusan yang benar atau salah. Setiap manusia diciptakan Tuhan
unik dan memiliki kelebihan masing-masing, dengan demikian tidak semua
individu memiliki pola pikir yang sama. Ada individu yang memiliki pola pikir
yang terbuka dan ada yang memiliki pola pikir yang sempit.

Menurut Kamus Merriam-Webster, pola pikir yang sempit adalah pola


pikir yang tidak mau menerima pendapat, keyakinan, perilaku, dan lain-lai
yang tidak biasa atau berbeda dengan pemikirannya. Individu dengan pola
pikir yang sempit hanya melihat kehidupan berdasarkan pandangan individu
tersebut dan tidak mencoba memahami tentang pandangan orang lain. Pola
pikir demikian didapatkan melalui edukasi di lingkungan sekitar, seperti
keluarga, sekolah, tempat kerja, atau lingkungan sekitar tempat tinggal, atau
melalui pengalaman yang traumatis. Pola pikir yang sempit dapat berbahaya
bagi kehidupan sosial individu tersebut, contohnya dalam hal bersosialisasi
dan berargumen. Salah satu contoh pola pikir sempit yang dapat ditemukan
dalam lingkungan masyarakat di Indonesia adalah memandang perbedaan
agama.

2.1.2. Faktor Penyebab Pola Pikir Sempit dalam Memandang Perbedaan Agama
Ada beberapa faktor yang menyebabkan individu memiliki pola pikir yang
sempit dalam memandang perbedaan agama, diantaranya adalah
penafsirani yang salah mengenai ajaran agama yang dipercayai. Penafsiran
yang salah dapat menyebabkan seseorang atau kelompok untuk bertindak
radikal yang dapat merusak keutuhan bangsa dan negara. Semua tindakan
radikalisme berupa kekerasan yang mereka lakukan berlandaskan atas nama
agama. Individu atau kelompok yang melakukan tindakan radikalisme
mereka perlu membela agama mereka karena merasa terasingkan,
ketidakdilan, dan/atau penghinaan oleh agama atau kelompok masyarakat
lain. Terkadang pemikiran mereka merupakan hasil salah penafsiran dan
persepsi yang ada di dalam diri mereka masing-masing.

3
Qodir dalam jurnalnya yang berjudul “Kaum Muda, Intoleransi, dan
Radikalisme Agama” memiliki pandangan bahwa ada alasan mengapa salah
penafsiran yang berlanjut ke tindakan radikalisme dapat terjadi:
“Ada alasan dasar keyakinan akan adanya dalil/teks (pemahaman) atas
agama yang membenarkan perilaku radikalisme-teroris dilakukan
merupakan hal yang sampai saat ini masih berlangsung dalam proses
kekerasan agama yang terjadi di muka bumi. Pendasaran atas teks suci
keagamaan merupakan pendasaran yang cukup meyakinkan yang
dilakukan oleh para pelaku radikalisme-terorisme keagamaan. Benar
bahwa terdapat multi tafsir atas teks keagamaan namun yang
dipergunakan oleh para pelaku terosisme dan kekerasan agama
adalah pemahaman yang mendukung kekerasan diperbolehkan untuk
dilakukan atas orang lain sebagai bentuk membela agama bahkan
membela Tuhan atas nama teks suci.” (Qodir, 2016)

Selain karena adanya salah penafsiran mengenai agama yang mereka


percayai, pola pikir yang sempit dapat terjadi karena adanya perasaan bahwa
agama yang dipercayai paling benar sedangkan agama yang lain adalah
agama yang tidak benar, bahkan ada yang berpikir bahwa agama lain adalah
agama sesat. Pola pikir demikian dapat membuat individu atau kelompok
memandang teman-teman atau masyarakat disekitarnya yang berbeda
keyakinan dengan buruk. Mereka akan menjauhi, menghujat, dan bersikap
intoleran dengan umat tersebut. Dengan adanya tindakan demikian dapat
mengganggu konsep toleransi yang selalu ditanamkan dalam kehidupan
bermasyarakat.

2.1.3. Strategi Bagi Umat Beragama Untuk Memerangi Pola Pikir yang Sempit di
Dalam Memandang Perbedaan Agama
Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk memerangi pola pikir
yang sempit dalam memandang perbedaan agama yaitu menghargai
perbedaan yang ada, menciptakan lingkungan yang rukun dan harmonis, dan
memberikan sosialisasi dan pandangan tentang perbedaan agama di
Indonesia. Menghargai perbedaan yang ada terutama perbedaan agama
dapat dilihat pada sila pertama pancasila yang berbunyi “Ketuhanan yang
Maha Esa” yang artinya bahwa setiap warga negara Indonesia berhak untuk
memilih keyakinan yang mereka percayai dan saling menghormati plihan
yang diambil. Menghargai perbedaan yang ada dapat berupa menghargai
dan menghormati orang yang sedang beribadah, tidak menghina agama lain,
dan memberikan rasa aman kepada umat agama lain yang sedang beribadah.
Dengan menghargai perbedaan yang ada dapat membantu kita untuk lebih
toleran dan memahami mengenai agama yang dianut oleh umat agama
tersebut, serta dapat membantu menjalin hubungan sosial yang baik dengan
umat agama lain tanpa perlu menjatuhkan agama tersebut.

4
Strategi yang kedua adalah menciptakan lingkungan yang rukun dan
harmonis. Dalam menciptakan lingkungan yang rukun dan harmonis
diperlukan adanya sikap yang toleran dan berpikiran luas akan adanya
perbedaan yang ada. Di Indonesia kita hidup dengan keanekaragaman yang
dapat diliihat dari lingkungan tempat tinggal, pekerjaan, sekolah, dan
sebagainya. Menciptakan lingkungan rukun dan harmonis dapat dilakukan
dengan cara memberikan bingkisan atau ucapan selamat kepada tetangga
atau teman yang sedang merayakan hari besar agamanya, menjalin
komunikasi yang baik terlepas dari perbedaan keyakinan, dan saling tolong
menolong.

Strategi untuk memerangi pola pikir yang sempit di dalam memandang


perbedaan agama di Indonesia dengan memberikan sosialisasi dan
pandangan tentang perbedaan agama di Indonesia. Sosialisasi dapat
mengenai tentang kerukunan beragama. “Kerukunan beragama merupakan
situasi atau keadaan hubungan antarumat beragama yang dilandasi dengan
toleransi, saling menghormati dan saling pengertian dalam pengamalan
ajaran agama serta kerjasama dalam kehidupan bermasyarakat. Eksistensi
dalam hal kerukunan beragama sangatlah penting, hal ini penting karena
merupakan keniscayaan dalam konteks perlindungan hak asasi manusia
(HAM), serta karena kerukunan ini merupakan prasyarat bagi terwujudnya
integrasi nasional, dan integrasi ini menjadi prasyarat bagi keberhasilan
pembangunan nasional.” (Abdillah, June 09, 2021)

2.2 Pembahasan
Dari hasil kajian teori yang telah dilakukan dapat ditemukan bahwa pola pikir yang
sempit sangat berbahaya bagi seorang individu atau kelompok dalam memandang
perbedaan agama yang ada. Karena adanya dorongan lingkungan atau edukasi dapat
mempengaruhi pola pikir seseorang terhadap perbedaan agama yang ada. Penelitian
mengenai “Analisis Strategi Bagi Umat Beragama Untuk Memerangi Pola Pikir yang
Sempit di Dalam Memandang Perbedaan Agama di Kelas Bahasa Indonesia J1”
disebarkan kepada mahasiswa di kelas Bahasa Indonesia J1 untuk mengetahui
pandangan setiap responden mengenai bagaimana pandangan setiap individu
mengenai perbedaan agama yang ada dan pandangan mengenai seseorang yang
memiliki pola pikir yang sempit dalam memandang perbedaan agama. Dari jumlah
mahasiswa kelas Bahasa Indonesia J1 sebanyak 37 orang, ada 19 mahasiswa yang
telah mengisi kuesioner yang telah di sediakan.

5
Gambar 2.1 Hasil Kuesioner Mengenai Agama yang Dianut oleh Responden

Gambar 2.2 Hasil Kuesioner Mengenai Pengaruh Agama yang Dianut Responden
Terhadap Pandangan Responden pada Agama Lain.

Kuesioner dimulai dengan pertanyaan mengenai agama apa yang dianut oleh
mahasiswa kelas Bahasa Indonesia J1. Dari 19 mahasiswa, didapatkan data sebesar
57.9% responden beragama Kristen dengan jumlah responden sebanyak 11 orang,
31.6% responden beragam Katolik dengan jumlah responden sebanyak 6 orang, dan
10.5% responden beragama Buddha dengan jumlah responden sebanyak 2 orang.
Pada Gambar 2.2 dapat dilihat bagaimana agama yang dianut oleh responden
mempengaruhi pandangan responden terhadap agama lain, sebanyak 47.4% atau 9
responden merasa agama yang dianut mempengaruhi pandangan responden
terhadap agama lain, 15.8% atau 3 orang responden merasa mungkin agama yang
dianut mempengaruhi pandangan responden terhadap agama lain, dan 36.8% atau
7 responden merasa agama yang dianut tidak mempengaruhi pandangan responden
terhadap agama lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa kelas
Bahasa Indonesia J1 merasa agama yang dianut mempengaruhi pandangan
responden terhadap agama lain.

Ada beberapa alasan yang diberikan oleh responden atas responnya terhadap
pertanyaan di Gambar 2.2. Responden yang menjawab “Ya” memiliki alasan agama

6
yang diyakini oleh responden adalah benar, dalam agama lain banyak jalan
kebenaran sedangkan hanya ada satu jalan kebenaran, agama lain memiliki ajaran
yang serupa namun menyimpang, dan konsep agama yang berbeda. Responden yang
menjawab “Mungkin” memiliki alasan bahwa responden hanya mengambil yang baik
dari agama yang dianut dan membuang yang buruk, dan ajaran agamanya
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Responden yang menjawab “Tidak”
memiliki alasan semua agama sama, dan semua orang memiliki kepercayaan dan
keyakinan masing-masing yang dihormati sehingga agama tidak bisa mencerminkan
pandangan atau pola pikir seseorang terhadap agama lain. Dapat disimpulkan,
bahwa setiap responden memiliki alasan tersendiri mengapa agama yang dianut
mempengaruhi pandangan responden terhadap agama lain. Alasan dari jawaban
yang ada menunjukkan bahwa faktor internal seperti keyakinan dan pemahaman
tentang konsep agama yang berbeda-beda.

2.2.1. Rumusan Masalah 1

Bab 1 : pendahuluan
Gambar 2.3 Hasil Kuesioner Bagaimana Agama yang Dianut Dapat
Membuat Seseorang Memiliki Pola Pikir Yang Sempit tentang Keberagaman
yang Ada.

Setelah menanyakan pandangan pribadi responden tentang agama yang


dianut mempengaruhi pandangan anda terhadap agama lain, peneliti
menanyakan pandangan responden tentang apakah agama dapat membuat
seseorang memiliki pola pikir yang sempit tentang keberagaman agama yang
ada. Didapatkan hasil sebesar 36.8% (7 responden) menjawab “Ya”. Alasan
dari responden menjawab “Ya” adalah karena adanya pemikiran dan
tindakan radikalisme sebagai salah salah bentuk kurangnya menghargai
perbedaan agama yang ada, adanya individu atau kelompok yang terlalu
religius yang menganggap agama yang dianutnya terlalu benar, dan
kurangnya toleransi akan agama lain. Mayoritas responden menjawab
“Mungkin” sebesar 47.4% (9 orang). Alasan dari responden menjawab

7
“Mungkin” adalah karena tidak diajarkan nilai toleransi, pandangan dan pola
pikir setiap orang yang berbeda-beda, dan pemahaman agama setiap orang
yang berbeda. Sebanyak 15.8% (3 orang) menjawab “Tidak”. Alasan dari
jawaban “tidak” adalah karena di agama tidak pernah diajarkan kejahatan,
dan di dalam agama tidak ada yang memaksa seseorang untuk percaya
kepada Tuhan selain keyakinan umat tersebut akan Tuhan yang diyakini. Dari
jawaban dan alasan-alasan yang telah diberikan responden dapat diambil
kesimpulan bahwa setiap umat beragama bisa saja memiliki pola pikir yang
sempit dalam memandang perbedaan agama namun perlu diperhatikan
adanya beberapa faktor penentu mengapa seseorang dapat memiliki
kecenderungan seperti karakter, sikap, hubungan sosial, dan pemahaman
akan agama.

2.2.2. Rumusan Masalah 2

Gambar 2.4 Hasil Kuesioner Apakah Lingkungan Sekitar Telah Menjunjung


Tinggi Nilai Toleransi Sebagai Masyarakat Beragama.

Berdasarkan Hasil Kuesioner yang diberikan kepada Kelas Bahasa


Indonesia J1 didapati bahwa sebanyak 78,9% (15 orang) mahasiswa
menjawab “Ya” bahwa masyarakat telah menjunjung tinggi nilai toleransi
sebagai umat beragama. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa
telah merealisasikan toleransi dalam konteks perbedaan agama. Kemudian
sebanyak 15,8% (3 orang) menjawab “Tidak” dan 5,3%(1 orang) menjawab
“Option 3” yang merupakan kesalahan teknis. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa di kelas Bahasa Indonesia J1 telah menjunjung tinggi nilai
toleransi terhadap umat beragama.

8
Gambar 2.5 Hasil Kuesioner Pentingnya Toleransi akan Perbedaan Agama
Dalam Kehidupan Sehari-hari.
Berdasarkan Hasil Pertanyaan Seberapa pentingnya toleransi akan
perbedaan agama di Indonesia terutama dalam kehidupan sehari-hari
sebanyak 84,2% (16 orang) mahasiswa menjawab “Sangat Penting”.
Kemudian sebanyak 15,8% (3 orang) menjawab “Cukup Penting”, dan tidak
ada yang menjawab bahwa toleransi akan perbedaan beragama kurang
penting atau tidak penting. Sehingga kesimpulan dari pertanyaan ini didapati
bahwa sebagai mahasiswa kelas Bahasa Indonesia J1 toleransi akan
perbedaan agama dalam kehidupan sehari-hari sangatlah penting.
Responden dapat merasakan toleransi karena adanya keanekaragaman di
Universitas Kristen Petra terutama di kelas Bahasa Indonesia J1.

Gambar 2.6 Hasil Kuesioner Pola Pikir Sempit Dalam memandang


Perbedaan Agama Akan Mengganggu Sikap Toleransi Dalam Kehidupan
Beragama.
Berdasarkan Hasil Pertanyaan apakah pola pikir sempit dapat menggangu
sikap toleransi dalam kehidupan beragama pada mahasiswa Bahasa
Indonesia kelas J1 Universitas Kristen Petra sebanyak 94,7% (16 orang)
mahasiswa menjawab “Ya”. Kemudian sebanyak 5,3% (1 orang) menjawab

9
“Tidak”. Alasan mahasiswa yang menjawab Ya karena pola pikir sempit dapat
mengikis toleransi terhadap umat bergama, dapat merugikan pihak lain
contohnya kaum minoritas, dapat merusak hubungan dan tali persaudaraan
umat beragam, dapat menyebabkan terjadinya perilaku menyimpang berupa
kekerasan atau perpecahan, serta menumbuhkan egoisme. Alasan
mahasiswa menjawab Tidak karena pola pikir sempit ini sebenarnya harus
didefinisikan sebagai apa dahulu. Apabila pola sempit yang dimaksud adalah
kurangnya pengetahuan tentang agama lain, maka tidak akan mengganggu
sikap toleransi selama orang tersebut tidak memiliki pemikiran yang radikal.
Jadi jawaban yang lebih tepat adalah "tergantung”. Kesimpulan dari
pertanyaan ini didapati bahwa sebagai mahasiswa kelas Bahasa Indonesia J1
pola pikir sempit dalam memandang perbedaan agama akan menggangu
sikap toleransi dalam kehidupan beragama.

2.2.3. Rumusan Masalah 3

Gambar 2.6 Hasil Kuesioner Strategi Apa Yang Cocok Untuk Memerangi Pola
Pikir Yang Sempit Di Dalam Memandang Perbedaan Agama.

Berdasarkan Hasil Pertanyaan bagaimana strategi memerangi pola pikir


yang sempit di dalam memandang perbedaan agama didapatkan sebanyak
52,6% (10 orang) mahasiswa menjawab “Menghargai perbedaan yang ada”.
Kemudian sebanyak 10,5% (2 orang) menjawab “Menciptakan lingkungan
masyarakat yang rukun dan harmoni”, sebanyak 26,3% (5 orang) menjawab
“Memberikan sosialisasi dan pandangan tentang perbedaan agama” . 3
orang (5,3%) menjawab “Ketiga pilihan di atas” dan 1 orang (5,3%) menjawab
“Semua”. Mayoritas mahasiswa menjawab Strategi yang paling cocok adalah
mengamalkan sikap menghargai perbedaan yang ada. Kemudian untuk
strategi yang paling cocok kedua dan ketiga adalah Memberikan sosialisasi
dan pandangan tentang perbedaan agama dan Menciptakan lingkungan
masyarakat yang rukun dan harmoni. Strategi yang keempat dan kelima

10
adalah Ketiga pilihan di atas dan Semua. Alasan Mahasiswa memilih Ketiga
pilihan / semuanya adalah semua pilihan tersebut akan lebih menghasilkan
hasil yang efektif jika dijalankan secara komprehensif, dan ketiga pilihan hal
tersebut sama-sama merupakan hal yang penting. Sehingga kesimpulan dari
pertanyaan ini didapati bahwa sebagai mahasiswa kelas Bahasa Indonesia J1
merasa strategi yang paling tepat untuk memerangi pola pikir yang sempit di
dalam memandang perbedaan agama adalah menghargai perbedaan yang
ada.

11
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kelompok kami mengambil tema yaitu analisis strategi bagi umat beragama untuk
memerangi pola pikir yang sempit di dalam memandang perbedaan agama di kelas
bahasa indonesia J1. Hasil responsi yang kami peroleh yaitu banyak yang menjawab
bahwa agama yang responden anut mempengaruhi pandangan terhadap agama lain.
Dengan hasil responsi yang ada kami menyimpulkan bahwa nilai toleransi harus di
ajarkan, karena bila hanya mempelajari agama tertentu tidak akan menimbulkan nilai
toleransi bagi lingkungan sekitar. Dengan menghargai perbedaan agama yang ada,
akan menambah wawasan tentang bertoleransi. Sehingga tidak akan terjadi pola
pikir yang sempit.

3.2 Saran
Kita seharusnya memiliki nilai toleransi yang tinggi terhadap perbedaan yang ada,
karena kita juga sebagai umat beragama. Bila kita memliki kesadaran untuk
bertoleransi, tidak akan terjadi perbedaan atau dampak negatif yang tidak kita
inginkan. Edukasi mengenai perbedaan agama yang ada di kalangan masyarakat
dimulai dari masa sekolah dapat mengurangi kecenderungan adanya pola pikir yang
sempit dalam memandang perbedaan agama ketika beranjak dewasa. Karena
penelitian yang diteliti hanya berfokus pada mahasiswa kelas Bahasa Indonesia J1
maka diperlukan adanya penelitian lebih lanjut untuk ruang lingkup lainnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, M. (2021, June 9). Merawat Kerukunan Umat Beragama. Retrieved from
http://graduate.uinjkt.ac.id/?p=17323

Ardana, R. (2018). Faktor Pembentuk Pola Pikir Masyarakat Dusun Serut Kecamatan
Pengasih Kabupaten Kulon Progo Terhadap Olahraga dan Prestasi Akademik Di
Sekolah.(Thesis). Universitas Negeri Yogyakarta. Retrieved from
https://eprints.uny.ac.id/59312/

Narrow Minded. (2022). In Merriam-Webster Dictionary. Retrieved from


https://www.merriam-webster.com/dictionary/narrow-minded

Qodir, Z. (2016). Kaum Muda, Intoleransi, dan Radikalisme Agama. Jurnal Studi Pemuda.
5(1). 429-445. DOI: 10.22146/studipemudaugm.37127

Wahyudi, A. (2016). Konflik, Konsep Teori dan Permasalahan. Publiciana. 8(1), 38-52.
Retrieved from https://journal.unita.ac.id/index.php/publiciana/article/view/45

Wicaksono, H. Analisis Kriminologis: Serangan Bom Bunuh Diri di Surabaya. Deviance


Jurnal Kriminologi.2(2). 88-101. Retrieved from
https://journal.budiluhur.ac.id/index.php/deviance/article/view/912

13
LAMPIRAN
1. Contoh Kuesioner : Pertanyaan

14
15
2. Hasil Kuesioner: Jawaban dari Koresponden

16
17
18
19
20
21
22

Anda mungkin juga menyukai