DALAM KEBERAGAMAN
Disusun oleh:
SAMPUL…………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………...….ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………iv
BAB I. PENDAHULUAN………………………………………………...……....1
1.3 Tujuan………………………………………….……………………………...3
3.1.1 Studi Kasus: Bom Makassar: ’Milineal’ terlibat bom bunuh diri dan
iming-iming ‘jalan pintas ke surga’…………………………………………..….10
ii
3.2 Intoleransi Beragama………………………………………………………...12
4.1 Kesimpulan…………………………………………………………………..14
4.2 Saran………………………………………………………..………………...14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………....15
iii
KATA PENGANTAR
Penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami menyadari bahwa
banyak kekurangan dan kelemahan pada penyusunan dan penulisan. Demi
kesempurnaan makalah ini, kami sangat berharap adanya perbaikan, kritik, dan
saran pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi penulis dan pembaca.
Penyusun,
Penulis
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kekerasan terdapat konflik yang belum terselesaikan. Konflik telah mencapai titik
kekerasan dapat dipastikan karena konflik teah tertangani secara keliru atau
konflik telah diabaikan (Sutanto, 2005).
Salah satu bentuk usaha yang bisa dilakukan, yaitu pemoderasi agama.
Pemoderasi agama sangat dibutuhkan untuk membangun persatuan beragama dan
meminimalisir kejadian-kejadian ini. Kata Moderasi yang berasal dari Bahasa
Latin Moderatio, yang berarti kesedangan (tidak kelebihan dan tidak kekurangan).
Secara Istilah, moderasi adalah sikap dan pandangan yang tidak berlebihan, tidak
ekstrem dan tidak radikal (tatharruf). Menurut Mantan Menteri Agama Lukman
Hakim, Moderasi agama adalah sebuah cara pandang terkait proses memahami
dan mengamalkan ajaran agama agar dalam melaksanakannya selalu dalam jalur
yang moderat. Moderat di sini dalam arti tidak berlebih-lebihan atau ekstrem.
2
1.2. Rumusan Masalah
Adapun manfaat dalam makalah yang berjudul moderasi beragama, antara lain:
3
1.5. Metode Pengumpulan Data
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
tengah-tengah antara kedua sisi yang saling bertolak belakang tersebut, sehingga
orang yang moderat atau wasit harus mampu menyikapi suatu persoalan dengan
memberikan porsi yang seimbang tanpa memberatkan salah satunya.
6
i) Kemanusiaan merupakan salah satu ajaran pokok yang ada dalam
islam, hakekat kemanusiaan dalam islam adalah memanusiakan
manusia dengan menghargai segala hak dan kewajiban yang dimiliki
oleh manusia itu sendiri, sehingga jika ada yang mengatas namakan
islam tapi melakukan perbuatan ekstremis/anarkis maka moderasi
beragama yang dimiliki oleh orang tersebut perlu dipertanyakan
ii) Kesepakatan komitmen ini sangat sesuai dengan keberagaman
masyarakat yang ada di Indonesia, keberagaman bagaikan pisau
bermata dua yang dapat membawa kemajuan atau kemunduran bagi
bangsa ini. Keberagaman juga dibahas dalam ayat Al-Quran yang
berarti Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-
bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal (QS.Al Hujurat
13). Dari ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa manusia sejatinya
tidak dapat dipisahkan dengan keberagaman sehingga diperlukan
komitmen terhadap sesama manusia beragama demi terciptanya
kedamaian dalam kehidupan.
iii) Tindakan menjaga toleransi, menurut Lukman hakim saifuddin, kalau
ada diantara kita yang mengatasnamakan agama lalu kemudian secara
fisik memaksakan diri, pandangan atau tindakan, kemudian
menimbulkan ancaman dan gangguan terhadap ketertiban umum, maka
disitulah kita bisa mengatakan sudah berlebih-lebihan.
2.3. Tujuan Moderasi Beragama
7
(ekstrem kanan), namun juga kelompok yang memiliki cara pandang, sikap, dan
perilaku beragama yang liberal (ekstrem kiri). Moderasi beragama bertujuan
untuk menengahi kedua kutub ekstrem tersebut dengan menekankan pentingnya
internalisasi ajaran agama secara substantif di satu sisi dan melakukan
kontekstualisasi teks agama di sisi lain.
Indonesia dengan keragaman budaya, suku, ras, agama, dan bahasa yang
dimilikinya menunjukkan bahwa Indonesia merupakan salah satu bangsa yang
memiliki masyarakat multikultural. Keberagaman tersebut merupakan kekuatan
yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia, namun dalam implementasinya, terkadang
berpotensi munculnya ketegangan atau konflik antar masyarakat, antar umat
beragama, atau bahkah internal umat beragama.
Menurut Lukman (2019, hal. 8), ada tiga alasan utama mengapa kita
memerlukan moderasi beragama. Pertama, salah satu esensi kehadiran agama
adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan,
termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawa. Karena moderasi beragama
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Sebagian manusia sering mengeksploitasi
ajaran agama untuk memenuhi kepentingan hawa nafsunya, kepentingan
hewaninya, dan tidak jarang juga untuk melegitimasi hasrat politiknya. Aksi-aksi
eksploitatif atas nama agama ini yang menyebabkan kehidupan beragama menjadi
tidak seimbang, cenderung ekstrem dan berlebih-lebihan. Dalam hal ini,
pentingnya moderasi beragama adalah karena ia menjadi cara mengembalikan
praktik beragama agar sesuai dengan esensinya, agar agama benar-benar berfungsi
menjaga harkat dan martabat manusia, tidak sebaliknya. Kedua, seiring dengan
perkembangan dan sebaran umat manusia, agama juga turut berkembang dan
tersebar. Karya-karya ulama sebelumnya yang ditulis dengan bahasa Arab tidak
lagi cukup untuk menutupi semua kompleksitas masalah kemanusiaan. Beberapa
teks agama mengalami multitafsir bahkan sebagian pemeluk agama tidak lagi
berpegang pada esensi dan hakikat ajaran agamanya melainkan fanatik terhadap
8
versi penafsiran yang mereka sukai dan terkadang penafsiran yang sejalan dengan
kepentingan politik mereka. Konteks ini yang menyebabkan pentingnya moderasi
beragama, agar peradaban manusia tidak musnah akibat konflik berlatar agama.
Ketiga, ekstremisme dan radikalisme dipercaya dapat merusak bangsa Indonesia
jika dibiarkan tumbuh berkembang. Karenanya, moderasi beragama amat penting
dijadikan cara pandang.
9
BAB III
Salah satu kejadian dalam hal ini adalah pengeboman bunuh diri di
Makassar. Kejadian itu berbentuk serangan seorang pemuda kelahiran
tahun 1995 yang berinsial L. Kejadian penyerangan pengeboman
berlangsung di sebuah gereja Katolik di Makassar, Sulawesi Selatan pada
hari Senin, 29 Maret 2021. Dia dan istrinya berusaha memasuki gereja
sebelum meledakkan diri. Potongan bagian tubuh pelaku dibawa oleh
petugas kepolisian. Aksi bom ini yang mengakibatkan 20 orang di wilayah
gereja itu luka-luka.
10
sosial menjadi target khas dari kelompok teroris dengan diming-imingi
jalan pintas ke surga jika melakukan bom bunuh diri.
Aksi bom bunuh diri yang terjadi Makassar pada tanggal 29 Maret
2021 ini merekrut kaum milineal didalamnya. Pengeboman yang didasari
iming-iming jalan pintas ke surga oleh para oknum teroris. Media yang
digunakan untuk perekrutan anak muda ini dijaring melalui media sosial.
Seperti yang kita ketahui, media sosial memiliki dampak positif maupun
dampak negatif. Buruk baiknya tergantung pada kesadaran kita masing-
masing. Pengontrolan diri untuk mengarahkan media sosial kearah yang
sesuai dengan norma atau aturan yang berlaku baik hukum, kesusilaan,
maupun agama.
11
menanamkan kesadaran dalam diri sendiri apa dampak yang akan dilalui
bukan hanya diri sendiri melainkan untuk generasi ke depan dan
lingkungannya jika terorisme terus menerus terjadi.
12
Mediasi dilakukan sekali lagi dengan dihadiri oleh Pak Camat, Pak
Lurah, Pak Dukuh, Ketua Pokgiat dan pejabat Pemda lainnya, dan
hasilnya ada sebagian warga yang menerima. Peraturan telah dicabut
karena melanggar UUD 1945. Namun, Slamet dan keluarganya hanya
diizinkan tinggal selama 6 bulan dengan sisa uang kontrak dikembalikan.
Pada kasus di atas, tindakan warga Dusun Karet telah berlebihan dan
berlaku tidak adil. Terlebih dengan adanya peraturan yang dipegang teguh
selama bertahun-tahun oleh warganya, bahwa pendatang non-Muslim
tidak diizinkan untuk tinggal. Padahal pendatang tersebut tidak
menimbulkan keributan sama sekali.
13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dalam makalah yang berjudul “Moderasi Beragama Membangun Persatuan
dalam Keberagamaan” ini bisa ditarik kesimpulan bahwasanya moderasi
beragama ini bisa meminimalisir kecenderungan masyarakat dalam berpikir
terhadap agama. Pemikirin radikal mengenai agama yang dipengaruhi oleh
oknum-oknum yang mengatasnamakan agama tidak luput sampai sekarang.
Namun, dengan adanya moderasi beragama ini bisa menyatukan dan
menghargai keberagaman agama di Indonesia dan merubah pola pikir
masyarakat jika yang memprovokasi anarkisme yang mengatasnamakan
agama itu bukanlah ajaran agama tersebut. Moderasi beragama ini sangat
penting bukan hanya dalam segi merubah pola pikir terhadap agama juga
menjalun persatuan keberagamaan terutama di Indonesia.
4.2 Saran
Dari permasalahan yang dibahas maka kita sebagai mahasiswa penerus bangsa
memiliki peran penting untuk dapat menjaga ketentraman kehidupan di
Indonesia dengan cara:
1. Mempelajari bagaimana cara islam menghadapi perbedaan
2. Menanamkan rasa toleransi dalam sanubari kita
3. Mengedepankan kepentingan bersama dibanding kepentingan pribadi
4. Mengamalkan nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari
5. Saling mengingatkan antar umat beragama terkait pentingnya moderasi
beragama
14
DAFTAR PUSTAKA
15