Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

MENYIKAPI KEBERAGAMAN DALAM PERSPEKTIF Al-QUR’AN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir dan Isu-Isu Kontemporer

Dosen Pengampu : Muhammad Zaenudin, M.Pd.I

Disusun oleh:

Kelompok 6 / PAI 6F

1. Halimah Nur Baiti (203111181)


2. Linda Nur Azizah (203111188)
3. Septi Munawaroh (203111199)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN MAS SAID SURAKARTA
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
taufiq, hidayah, dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada
Nabi Muhammad SAW, sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah Menyikapi
Keberagaman Dalam Perspektif Al-Qur‟an.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Tafsir dan Isu-isu
Kontemporer. Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak terlepas dari bantuan
dan dukungan dari berbagai pihak yakni Bapak Muhammad Zaenudin, M.Pd.I selaku dosen
pengampu mata kuliah Tafsir dan Isu-isu Kontemporer. Untuk itu kami ucapkan terima kasih
atas bantuan dalam berbagai bentuk.

Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan
perlu adanya penyempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca yang kemudian akan penulis jadikan sebagai evaluasi. Semoga
dengan adanya makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca umumnya.

Sukoharjo, 4 Maret 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................1

A. Latar Belakang ...........................................................................................................1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................................1
C. Tujuan ........................................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................3

A. Pengertian Keberagaman ........................................................................................... 3


B. Keberagaman Masyarakat Indonesia .........................................................................4
C. Pandangan Al-Qur‟an Mengenai Keberagaman ....................................................... 4
D. Upaya Menyikapi Adanya Keberagaman .................................................................7

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 11

A. Kesimpulan ................................................................................................................ 11

B. Saran .......................................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari
campur tangan individu lain. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya antar sesama
individu saling membutuhkan bantuan dan pertolongan. Seagaimana kita ketahui
Indonesia merupakan negara dengan tingkat populasi masyarakat yang heterogen
dimana tersusun atas persatuan bangsa dengan keberagaman suku dan ras.
Hal ini tidak dipungkiri jika terkadang kita dihadapkan oleh banyaknya perbedaan
antara individu satu dengan lainnya. Secara harfiah tidak bisa dipungkiri bahwa corak
pemikiran antara individu satu dengan lainnya tertu berbeda, sesuai dengan bagaimana
kebiasan dan lingkungan dimana mereka tinggal. Demikian tentu dalam menjalani
kehidupan sosialnya tidak bisa dipungkiri adanya gesekan-gesekan yang dapat terjadi
antar kelompok masyarakat, baik yang berkaitan dengan ras maupun agama.
Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat, maka
diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga gesekan-gesekan
yang dapat menimbulkan pertikaian dapat dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk
saling menjaga hak dan kewajiban di antara mereka. Sebagai warga negara sudah
sepatutnya menjunjung tinggi sikap saling toleransi antar umat beragama dan saling
menghormati antar hak dan kewajiban yang ada di antara kita demi keutuhan negara.
Sebagaimana agama islam sebagai rahmatan lil „alamin yang menjadi sebuah
kekuatan positif, kreatif, konstruktif, dan inspiratif. Dimana Islam mengajarkan kita
bagaimana cara menyikapi perbedaan, menciptakan perdamaian dan kedamaian, cinta
asih, kasih sayang, persaudaraan, persahabatan dan rasa prikemanusiaan yang
mendalam dalam muammalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari keberagaman?
2. Bagaimana Keberagaman Masyarakat Indonesia?
3. Bagaimana Pandangan Al-Qur‟an mengenai keberagaman?
4. Bagaimana upaya dalam menyikapi adanya keberagaman?

1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari keberagaman
2. Untuk mengetahui Keberagaman masyarakat Indonesia
3. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur‟an mengenai keberagaman
4. Untuk mengetahui upaya dalam menyikapi adanya keberagaman

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Keberagaman
Keberagaman atau diversity dalam pengertian secara umum sebagai pernyataan
bervariasi dan mengacu pada perbedaan. Adapun istilah keberagaman ini berasal dari
kata dasar “ragam”, yang mana dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
memiliki arti macam, jenis, warna, corak, dan tingkah laku. 1 Maksudnya adalah ragam
ini berarti sesuatu yang memiliki jenis, warna, atau corak yang berbeda-beda dan hidup
bersama di suatu kehidupan nyata. Apabila mengikuti konteks masyarakat, maka
keberagaman ini menunjuk pada suatu kondisi dalam kehidupan bermasyarakat dimana
setiap individunya memiliki perbedaan di berbagai bidang, mulai dari gender, suku
bangsa, ras, agama, ideologi, budaya, bahasa, hingga pemikiran.
Menurut Frederick A. Miller dan Judith H. Katz (2002: 198) berpendapat bahwa
keberagaman merupakan tentang identitas sosial kelompok yang meliputi suatu
organisasi. Lebih lanjut James L. Gibson, Jhon M. Ivancevich dan James H. Donnelly,
Jr. (2000: 43) berpandangan bahwa keberagaman adalah pebedaan fisik dan budaya
yang sangat luas yang menunjukkan aneka macam perbedaan manusia. kemudian R.
Roosevelt Thomas, Jr. (2006: 203) menyatakan bahwa keberagaman tenaga kerja dapat
terjadi dalam berbagai cara, tidak hanya berupa ras dan gender, tetapi juga umur,
orientasi seksual, latar belakang pendidikan dan asal geografis. 2
Dari uraian tersebut di atas, tampak bahwa cara para ahli mengungkapkan
pengertian keberagaman sangat bervariasi, namun menunjukkan adanya persamaan.
Keberagaman menyangkut aspek yang sangat luas, dapat dilihat dari tingkatannya dan
faktor yang mempengaruhunya. Keberagaman dapat terjadi pada tingkat individu,
kelompok, organisasi, komunitas, dan masyarakat. Keberagaman juga sangat
dipengaruhi oleh latar belakang demografis dan budaya sumber daya manusia, kondisi
lingkungan internal tempat kerja dan kondisi eksternal masyarakat yang dihadapi.
Keberagaman adalah suatu kondisi dalam masyarakat yang berbeda suku, agama,
ras dan antar golongan. Keberagaman tersebutlah suatu kemajemukan yang dimilki
bangsa Indonesia yang merupakan kekayaan serta keindahan yang menjadi sutau ciri
1
Kadek Perdiana and Gede Deva Maruta Ambara, ‘Potret Harmonis Masyarakat Multikultur Di Desa Panji
Anom’, Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 1.1 (2015), 21–28
2
Zaenal Arifin, ‘Membangun Persatuan Dalam Keberagaman Dalam Perspektif Islam’, Jurnal Wahana Karya
Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika, 3.2 (2019), 480–86.

3
khas bagi bangsa (Sukini, 2017: 57). Dapat dirumuskan pengertian keberagaman
sebagai variasi dari berbagai macam kombinasi elemen demokrafis sumber daya
manusia,organisasional, komunitas, masyarakat, dan budaya.
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman tentang
keberagaman ialah pemahaman mengenai suatu kondisi masyarakat yang memiliki
perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan. Pemahaman tentang keberagaman
yang dipahami dapat membuat masyarakat mengetahui nilai dari suatu keberagaman
dan mampu berperilaku mengharagai serta menghormati keberagaman yang dimiliki
agar terciptanya persatuan dan kesatuan negara.
B. Keberagaman Masyarakat Indonesia
Indonesia memiliki banyak etnis, suku, agama budaya serta kebiasaan di dalamnya.
Hal ini membuat Indonesia memiliki kekhasan mengenai budaya dan adat istiadat.
Keberagaman yang dimiliki Indonesia merupakan ketetapan dari Tuhan Yang Maha
Kuasa. Tidak mudah untuk mengelola keberagaman, sehingga hal tersebut patut
disyukuri dan dijaga dengan baik. Diperlukan peran dari pemerintah dan seluruh warga
Indonesia untuk menjaga keberagaman tersebut agar dapat menjadi kekuatan bagi
bangsa untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa. (Sukini, 2017: 69).
Bangsa Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak, tidak hanya masalah
adat istiadat atau budaya seni, bahasa dan ras, tetapi juga termasuk masalah
agama.Walaupun mayoritas penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa
agama dan keyakinan lain yang juga dianut penduduk ini. Kristen, Katolik, Hindu,
Budha dan Khonghucu adalah contoh agama yang juga tidak sedikit dipeluk oleh warga
Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam beribadah.
Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara
dalam tanah air yang sama, setiap warga Indonesia berkewajiaban menjaga kerukunan
umat beragama di Indonesia agar negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh dan
mencapai tujuannya sebagai negara yang makmur dan berkeadilan sosial.3
C. Pandangan Al-Qur’an Mengenai Keberagaman
Islam merupkan salah satu agama yang memiliki pengikut terbanyak di Indonesia,
bahkan Islam merupakan salah satu agama yang memiliki pengikut mayoritas
terbanyak didunia. Dalam kaitannya dengan agama, Islam merupakan petunjuk bagi

3
Dodi Afrian, ‘Analisis Pelaksanaan Nilai-Nilai Toleransi Sosial Mahasiswa Di Asrama Putra Kayong Ii Pontianak’,
Pendidikan Dan Pembelajaran, 8.7 (2019).

4
manusia menuju jalan yang lurus sesuai dengan tuntunan kitab suci Al Qur‟an yang
telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW. 4
Jika kita kaitkan dengan kontets dan perubahan zaman sekarang, bagaimana Islam
memandang keberagaman yang ada di Indonesia ini, bahkan di dunia. Sebagaimana
yang telah disebutkan berkali-kali oleh Allah SWT didalam Al Qur‟an. Islam sangat
menjunjung keberagaman, karena keberagaman merupakan sunatullah, yang harus kita
junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya. Dalam Islam perbedaan merupakan
sebuah fitrah manusia, pemaksaan terhadap sebuah sebuah perbedaan justru melanggar
fitrah tersebut, apalagi melakukan kekerasan untuk memaksakan kehendak menjadi hal
yang kontradiktif dengan makna Islam sendiri.
Menurut bahasa, kata Islam berarti tunduk, patuh, berserah diri, dan damai. Jadi
karakteristik dan watak dasar Islam sebenarnya adalah gagasan komprehnsif tentang
perlunya perdamaian dalam hidup dan kehidupan manusia. Islam diturunkan sebagai
agama untuk tujuan mewujudkan salam (keselamatan), kedamaian dan perdamaian.
Dengan demikan maka segala bentuk tindak kekerasan terorisme, anarkisme dan
ketidaksetujuan terhadap perbedaan sebenarnya bertentangan dengan watak dasar, visi
dan misi agama Islam.
Islam pada dasarnya memandang manusia dan kemanusian secara positif dan
optimistis. Dalam pandangan Islam, manusia berasal dari nenek moyang sama yaitu
keturunan Adam dan Hawa. Meskipun berasal dari rahim yang sama, akan tetapi
kemudian manusia menjadi berbeda suku, kaum, bangsa, negara, lengkap dengan
peradaban dan kebudayaan masing-masing. Semua perbedaan ini kemudian mendorong
untuk saling mengenal dan memberikan apresiasi satu dengan lainnya.
Seperti dalam Qs Al Hujurat:13, Allah SWT telah menyatakan
‫كُك ا ِا َّن‬ ِ ّ ٓ َ‫ٓ ٓ َٰيُّيه َا النَّ ُاس ِاَّنَّ َخلَ ْق ٓن ُ ُْك ِّم ْن َذكَ ٍر َّو ُاه ْٰٓث َو َج َعلْ ٓن ُ ُْك ُش ُع ْو اًب َّوقَ َب ۤاى َل ِل َت َع َارفُ ْوا ۚ ِا َّن اَ ْك َر َم ُ ُْك ِع ْند‬
ْ ُ ‫اّل َاْْ ٓق‬
ِٕ
‫اّل عَ ِل ْ ٌْي َخب ْ ٌِي‬
َ ّٓ
“Wahai para manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki,
dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku, supaya
kamu saling mengenal”. (Qs Al Hujurat ayat 13)5

4
Ibnu Hibban,Al-Tsiqat (Bairut: Dar al-Fikr, 1975), 2/157
5
Yusuf al-Qardhawi,Merasakan Kehadiran Tuhan, terj.(Yokyakarta: Mitra Pustaka,2003), 237

5
Pada Tafsir Kemenag telah dijelaskan Wahai manusia! Sungguh, Kami telah
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, yakni berasal dari
keturunan yang sama yaitu Adam dan Hawa. Semua manusia sama saja derajat
kemanusiaannya, tidak ada perbedaan antara satu suku dengan suku lainnya. Kemudian
Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal
dan dengan demikian saling membantu satu sama lain, bukan saling mengolok-olok dan
saling memusuhi antara satu kelompok dengan lainnya. Allah tidak menyukai orang
yang memperlihatkan kesombongan dengan keturunan, kekayaan atau kepangkatan
karena sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling
bertakwa. Karena itu berusahalah untuk meningkatkan ketakwaan agar menjadi orang
yang mulia di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu baik yang
lahir maupun yang tersembunyi, Mahateliti sehingga tidak satu pun gerak-gerik dan
perbuatan manusia yang luput dari ilmu-Nya
Dari ayat Al Qur‟an tadi, itu menunjukan bahwa Allah sendirilah yang telah
menciptakan keberagaman, artinya keberagaman didunia ini mutlak adanya. Allah
menciptakan manusia dari asal yang sama sebagai keturunan Adam dan Hawa yang
tercipta dari tanah. Seluruh manusia sama di hadapan Allah, manusia menjadi mulia
bukan karena suku, warna kulit ataupun jenis kelamin melainkan karena ketaqwaannya.
Kemudian dijadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Tujuan penciptaan semacam
itu bukan untuk saling menjatuhkan, menghujat, dan bersombong-sombongan
melainkan agar masing-masing saling kenal-mengenal untuk menumbuhkan rasa saling
menghormati dan semangat saling tolong-menolong. Dari paparan ayat ini dapat di
pahami bahwa agama Islam secara normatif telah menguraikan tentang kesetaraan
dalam bermasyarakat yang tidak mendiskriminasikan kelompok lain.
Keberagaman sudah ada sejak zaman para sahabat, yaitu ketika Nabi wafat, para
sahabat saling mengklaim dirinyalah yang pantas untuk menjadi pengganti Nabi. Dan
bahkan sampai saat ini, keberagaman terus berkembang dengan pesatnya, sehingga
memunculkan banyak aliran kepercayaan.Prinsip-prinsip kebebasan, hak, menghormati
perbedaan telah lama dipraktikan oleh Islam sejak zaman Rasulullah. Implementasi
prinsip-prinsip tersebut dapat dilihat dalam piagam Madinah yang dikenal dalam
sejarah sebagai konstitusi tertulis pertama di dunia yang membuat dasar-dasar toleransi,
harmoni dan kebebasan bagi setiap penduduk untuk mendapatkan hak-hak dasar
manusia. Isi Piagam Madinah jika disimpulkan akan mendapatkan bahwa setiap

6
individu dan kelompok yang berada di kota Madinah mendapat jaminan hak,
kebebasan, dan perlindungan jiwa, harta dan agama.
Melihat keberagaman yang terjadi saat ini, Allah SWT. telah memberikan jalan
keluar untuk menyikapi keberagaman tersebut, yaitu pandanglah keberagaman sebagai
rahmat yang harus disyukuri, dan angaplah keragaman merupakan nikmat dari Allah.
Artinya, dengan adanya keberagaman kita bisa saling mengenal, berdialog, menguji
argument, dan saling mempertajam pikiran dalam mengembangkan kehidupan. Karena
jika tidak ada keberagaman, agama akan berjalan ditempat, artinya agama tidak
mempunyai ruang untuk memperluas pengetahuan.
Di dalam Al qur‟an Qs Ali Imran:103 telah disebutkan,
ِ ّ ٓ ‫اّل َ َِج ْي اعا َّو ََل َْ َف َّرقُ ْوا َۖو ْاذ ُك ُر ْوا ِه ْع َم َت‬
‫اّل عَلَ ْي ُ ُْك ِا ْذ ُك ْن ُ ُْت َا ْعدَ ۤا اء فَ َال َّ ََ َ َ ْ َْ قُلُ ْو ِب ُ ُْك‬ ِ ّ ٓ ‫َوا ْعتَ ِص ُم ْوا ِ َِب ْب ِل‬
ُ ّ ٓ ُْ ّ ِ ‫فَ َا ْص َب ْح ُ ُْت َِ ِن ْع َم ِتهٓ ِاخ َْواَّنا ۚ َو ُك ْن ُ ُْت عَ ٰٓل َش َفا ُح ْف َر ٍة ِّم َن النَّ ِار فَ َاهْقَ َذ ُ ُْك ِّمْنْ َا ا َك ٓذ ِ َِل ي ُ َب‬
‫اّل لَ ُ ُْك ٓايٓ ِته لَ َعل َّ ُ ُْك‬
‫َتَ ْتَدُ ْو َن‬
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu
bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah)
bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu
menjadi bersaudara, sedangkan (ketika itu) kamu berada di tepi jurang neraka, lalu
Allah menyelamatkan kamu dari sana. Demikianlah, Allah menerangkan ayat-ayat-Nya
kepadamu agar kamu mendapat petunjuk.” (Qs Ali Imran ayat 103)6
Dalam Tafsir kemenag dijelaskan bahwa Pada ayat ini Allah memerintah kaum
mukmin menjaga persatuan dan kesatuan. Dan berpegangteguhlah serta berusahalah
sekuat tenaga agar kamu semuanya bantu-membantu untuk menyatu pada tali (agama)
Allah agar kamu tidak tergelincir dari agama tersebut. Dan janganlah kamu bercerai
berai, saling bermusuhan dan mendengki, karena semua itu akan menjadikan kamu
lemah dan mudah dihancurkan. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika
mengeluarkan kamu dari kekufuran kepada keimanan dan menyatukan hati kalian
dalam persaudaraan, padahal kamu dahulu pada ( masa jahiliyyah ) saling bermusuhan,
saling membenci dan memerangi tiada henti dari generasi ke generasi, lalu Allah
mempersatukan hatimu dengan harapan dan tujuan yang sama yaitu memperoleh rida
Allah, sehingga dengan karuniany-Nya, yaitu agama islam, kamu menjadi bersaudara

6
Pengembangan, D., Islam, M., & Pehdahuluan,A. (n.d.). Kajian tentang Toleransi Beragama dalam Surat al-
kafirun X (1), 19-31

7
dalam satu keuarga Pada masa Jahiliah terjadi permusuhan selama ratusan tahun antara
suku 'Aus dan suku Khazraj. Setelah datangnya Islam mereka dapat bersatu dengan
penuh persahabatan. Menyaksikan kenyataan tersebut orang-orang Yahudi merasa tidak
senang dan menyuruh salah seorang diantara mereka meniupkan api perpecahan dengan
menyebutk kejadian waktu Perang Bu'as. Meskipun kedua suku tersebut sempat
terpancing dan hampir saja berperang, tetapi Nabi Muhammad berhasil mendamaikan
mereka. Demikian besar karunia Allah kepada kamu, sedangkan (ketika itu) kamu
sama sekali tidak menyadari bahwa ketika kamu saling bermusuhan, susungguhnya
kamu berada di tepi jurang neraka, karena hidup tanpa bimbingan wahyu, selalu
terbakar api kebencian, kemarahan dan permusuhan bahkan berakibat pada pemunuhan,
lalu dengan datangnya Islam Allah menyelamatkan kamu dari sana dan terciptalah
kedamaian di antara kamu. Demikianlah, Allah secara terus menerus menerangkan
ayat-ayat-Nya kepadamu agar kamu mendapat petunjuk secara terus-menerus dan tetap
bersatu padu dalam persaudaraan dan kekeluargaan
Pentingnya kata “persatuan” dalam tafsir tersebut di atas nampak jelas sebagai
ajaran agama yang harus dilakukan walaupun dalam kondisi atau konteks kehidupan
yang berbeda beda. Banyak cerminan/contoh kata kata sakral tersebut sering
digaunggaungkan untuk mengajak seseorang dalam mengatasi suatu permasalahan
yang melibatkan khalayak/kelompok.
Kalau kita artikan secara literal ayat diatas, maka yang ada keberagaman-
keberagaman tidak mendapatkan tempat. Keberagaman disini musti kita berikan
tempat, artinya keragaman itu pasti ada, dan yang terpenting adalah menempatkan
keberagaman ini, supaya dikelola dan di kaji secara baik dan benar, agar tidak
menimbulkan perpecahan dan hal-hal yang tidak kita inginkan. Dengan demikian,
keragaman akan mengerah kepada menejemen konfik yang disebut dengan”Mutual
Enrichment” arttinya, saling mengayakan, memperkaya, dengan kelompok lain, bukan
malah saling bertengkar. Karena masing-masing kelompok menginginkan sesuatu hal
yang baru yang belum pernah ia miliki, atau mereka temui. Artinya dengan adanya
keberagaman ini, mereka akan saling belajar, bertukar pikiran, dan beradu argument,
untuk mencari sebuah kebenaran. Persatuan dan dilarang bercerai berai merupakan
ajaran agama yang harus dilakukan, apabila terjadi bercerai berai, segeralah kembali
kepada tali (agama) Allah. Bahkan menurut alQurtubi, dengan bercerai berai akan
mengantarkan pada kebinasaan.

8
Karena telah kita ketahui bahwa, ilmu Allah ibarat lautan sebagai tintanya, apabila
telah habis air lautan tersebut untuk menuliskan ilmu Allah, maka ilmu Allah tidak
akan pernah habis, karena sangking banyak dan tidak terbatasnya Ilmu Allah. Dan ilmu
Allah diturunkan didunia ini kedalam bentuk yang bermacam-macam, seperti seni,
sastra, bahasa dan lain sebagainya. Dan ilmu manusia adalah ilmu yang didapatkan
melalui satu orang dari sekian luasnya ilmu Allah, yang memercik kepada bebebrapa
orang dan ditangkap oleh beberapa orang dan seterusnya. Artinya jika kita hanya
mengendalkan apa yang telah kita dapatkan, dan kita tidak memasukan ilmu yang kita
dapat dari rang lain, maka ilmu yag kita peroleh akan sangat sedikit, dan akan sulit
sekali untuk menempatkan sebuah kebenaran, karena Ilmu Allah itu sangat luas.
Hal yang terpenting dari sekian banyak keragaman yang ada di negri ini, baik itu
partai, madzhab, kelompok, aliran, dan sebagainya, adalah menempatkan keberagan
pada posisi yang sebenarnya. Yaitu menempatkan keberagaman sebagai sebuah media
untuk mencari sebuah kerukunan.
D. Upaya Islam Dalam Menyikapi Adanya Keberagaman
Dalam menyikapi berbagai persoalan terkait keberagaman, Islam hadir sebagai agama
yang mengajarkan sikap moderat dan juga sikap toleransi, agar umat islam membangun
kerukunan antar agama dan mau menghargai berbagai perbedaan sehingga tercipta
keharmonisan dalam internal islam maupun antar agama.7
1) Sikap Tasamuh
Tasamuh dapat diartikan sebagai toleransi (tolerance), menurut KBBI toleransi
adalah sikap menghargai, membiarkan, membolehkan pendirian/pandangan yang
berbeda atau bertentangan dengan pendirian sendiri. Sikap tasamuh diperlukan
dalam internal islam sendiri maupun antar umat beragama. 8Dengan adanya
tasamuh ini maka kerukunan, persatuan (ukhuwah), dan keharmonisan akan
terwujud di Indonesia. Islam merupakan agama yang dinamis dan tetap relevan
digunakan dimanapun dan kapanpun. Oleh karena itu, umat islam harus bisa
memberikan kontribusi terhadap persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia, salah
satunya melalui implementasi tasamuh dalam kehidupan masyarakat.
Islam tidak melarang muslim untuk bermuamallah dengan non-muslim dalam hal
yang berkaitan dengan urusan dunia, tidak ada batasan bahwa muslim hanya boleh

7
https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-konsep-islam-tentang-keragaman-dalam-
keberagaman/8) diakses pada 04/03/23
8
4 Frithjof Schuon, The Preneal of Fhilosofi Muslim (Bandung: Mizan, 1993),76

9
bermuamalah dengan muslim saja. Bahkan Islam mengajarkan agar bermuamalah
dengan siapapun tanpa memandang agama, ras dan suku disertai dengan sikap adil
meskipun terhadap orang ataupun kelompok yang dibenci. Namun islam melarang
berhubungan, berkominikasi, maupun bersahabat terhadap orang-orang yang
memusuhi islam dan penganutnya. Orang orang yang merusak agama,
menumpahkan tanah air, dan memecah belah umat harus diadili dan diberi
hukuman secara tegas.
Sikap tasamuh (toleran) tidak hanya dalam internal umat islam, melainkan antar
agama juga harus saling membangun solidaritas, menjaga toleransi, dan
memberikan ruang yang luas terhadap umat selain islam untuk memeluk agama
sesuai dengan kepercayaan yang dimiliki. Wujud toleransi tentu akan menjadi lebih
fundamental apabila umat islam juga memberi kebebasan beragama terhadap umat
non-islam. Adapun kebebasan beragama merupakan suatu hak yang dimiliki
sesorang untuk memilih, menganut, maupun mengikuti agama sesuai dengan
kehendak dalam diri orang tersebut. Islam juga mengajarkan umat islam agar tidak
memaksa terhadap seseorang non-muslim untuk beragama islam. Dalam hal ini,
islam mengedepankan perdamaian antar agama dan mencegah adanya perpecahan,
permusuhan, dan pertikaian antar agama.
2) Tawasuth
Adapun yang dimaksud dengan tawasuth adalah moderat (wasathiyyah,
moderation), dalam islam moderat seringkali disebut dengan moderasi yang
memiliki arti pertengahan, diantara dua batas, atau tidak terlalu condong ke kanan
maupun ke kiri (tidak ekstrim). Wujud moderasi (moderat) dalam islam dibagi
menjadi empat garis besar yaitu moderat dalam persoalan akidah, ibadah, budi
pakerti (akhlak al-karimah), dan tasyri‟.
Konsep tawasuth merupakan sesuatu yang menjadi garis pemisah antara dua hal
yang berbeda (kontroversi) atau disebut dengan jalan tengah. Penengah ini tentu
akan menentang adanya pemikiran radikal (keras).
3) Musawah
Menurut alIsfahani, adil berarti persamaan atau al musawah. Orang yang adil adalah
orang yang melihat dan menetapkan sesuatu dalam ukuran yang sama. Islam
merupakan agama yang berprinsip musawah. Musawah diartikan Sebagai
kesejajaran atau kesetaraan,tidak memandang salaha satu pihak lebuh tinggi atau
lebih rendah. Dalam ajaran islam, al-Qur‟an tidak menolak realitas keberagaman

10
yang ada di masyarakat. Literasi al-Qur‟an menyebutkan bahwa keberagaman
merupakan wadah untuk saling mengenal dan saling menghargai. Karakteristik
masyarakat Indonesia yang beragam sejatinya dapat dijadikan ruang untuk
mengimplementasikan dan merepresentasikan ayat – ayat al-Qur‟an mengenai
keberagaman. (Sufyan, 2017)
Dalam masyarakat majemuk perbedaan menjadi sunnatullah dan merupakan
tonggak awal untuk menumbuhkan sikap toleransi. Semangat menjaga
keberagaman dan menghargai pluralitas yang ditumbuhkan dalam prinsip Bhineka
Tunggal Ika sejalan dengan apa yang disebutkan dalam surat Al-Maidah : 8 tentang
keadilan dan persamaan. Keadilan dalam memandang gender ( dzakar wa untsa ),
bangsa ( syuuba ), dan suku ( qobaail ) akan menciptakan tatanan social
kemasyarakatan yang harmoni. Prinsip – prinsip inilah yang dibawa dan
diimplikasikan oleh Rasulullah SAW dalam tatanan masyarakat Madinah di awal –
awal era hijrah dari Makkah. Substansi hijrah selain dimaknai perpindahan fisik
juga diartikan secara maknawi yaitu menghilangkan sekat sekat yang membedakan
antara si miskin dan si kaya, suku khazraj dan badui, kaum muhajirin dan anshar,
bahkan menempatkan kaum muslimin dan kaum yahudi dalam hal keadilan dan
perlindungan yang sama antara keduanya. Islam dan Keragaman atau heterogenitas
ini sejatinya bukanlah hal yang baru, terkhusus era globalisasi saja, akan tetapi
keragaman ini sudah ada sejak bagaimana Rosulullah membangun sebuah
masyarakat madani yang hidup berdampingan dengan heterogenitas baik suku,
etnis, golongan, budaya, maupun agama. Masyarakat muslim internal yang
dibangun oleh Rosulullah SAW pun tidak luput dari perbedaan dan pluralitas.
Kaum muhajirin yang berasal dari kota Makkah dan kaum Anshor yang merupakan
penduduk asli Madinah merupakan pluralitas yang nyata adanya. Kaum mukminin
yang memeluk islam di fase – fase awal, dan kaum mukminin yang baru saja
berislam,status social antara budak dan tuan, fakir dan kaya, di tambah suku – suku
yang amat beragam, bisa saja menjadi senjata runcing yang memcah belah
keislaman masyarakat madani kala itu. Akan tetapi, prinsip islam yang menjunjung
tinggi musawah ( persamaan ), adalah ( keadilan ), dan prinsip Takwa yang menjadi
tolok ukur tinggi rendahnya derajat manusia dihadapan Tuhannya menjadi
dinamisasi yang mampu meredam segala beda.(Imawan, 2020)9

9
al-Mawarid: J. Sy. & Hk. 2: 93-104 (2021)

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan dapat dibuat poin-poin penting sebagai
kesimpulan akhir, sebagai berikut:
1. Keberagaman ialah pemahaman mengenai suatu kondisi masyarakat yang memiliki
perbedaan suku, agama, ras dan antar golongan. Pemahaman tentang keberagaman
yang dipahami dapat membuat masyarakat mengetahui nilai dari suatu
keberagaman dan mampu berperilaku mengharagai serta menghormati
keberagaman yang dimiliki agar terciptanya persatuan dan kesatuan negara.
2. Bangsa Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak, tidak hanya masalah
adat istiadat atau budaya seni, bahasa dan ras, tetapi juga termasuk masalah agama.
Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara
dalam tanah air yang sama, setiap warga Indonesia berkewajiaban menjaga
kerukunan umat beragama di Indonesia.
3. Al-Qur‟an sangat menjunjung keberagaman, karena keberagaman merupakan
sunatullah, yang harus kita junjung tinggi dan kita hormati keberadaannya. Sebagai
agama yang bersumber pada Al-Qur‟an Islam adalah agama rahmatalil‟alamin,
yang menjunjung tinggi terhadap kelangsungan hidup di dunia ini, diantaranya yaitu
menjunjung nilai nilai kemanusiaan.
4. Dalam menyikapi berbagai persoalan terkait keberagaman, Islam hadir sebagai
agama berdasar pada Al-Qur‟an yang mengajarkan sikap moderat dan juga sikap
toleransi, agar umat islam membangun kerukunan antar agama dan mau menghargai
berbagai perbedaan sehingga tercipta keharmonisan dalam internal islam maupun
antar agama.
B. Saran
Dengan pembahasan makalah ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu
pengetahuan bagi pembaca dan pemakalah sendiri mengenai Menyikapi Keberagaman
dalam Perspektif Al-Qur’an. Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari masih
terdapat banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
mengharap kritik dan saran yang membangun sehingga dapat kami jadikan sebagai
bahan evaluasi agar kedepannya menjadi lebih baik lagi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Afrian, Dodi, „Analisis Pelaksanaan Nilai-Nilai Toleransi Sosial Mahasiswa Di Asrama


Putra Kayong Ii Pontianak‟, Pendidikan Dan Pembelajaran, 8.7 (2019)

Arif, D. B. (2013). Membingkai Keberagaman Indonesia: Perspektif Pendidikan


Kewarganegaraan Program kurikuler. Penguatan Kompetensi Calon Praktikan PPL
Program Studi PPKN, 1-23

Frithjof Schuon, The Preneal of Fhilosofi Muslim (Bandung: Mizan, 1993),76

Fazlul rahman. (n.d.). Tema Pokok Al-Qur‟an. Pustaka.

Hamka, B. (n.d.). Tasauf Moderen. Pustaka Panjimas.

Hamka, B. (1970). Hamka, Tafsir al-Azhar (pembimbing Masa: Jakarta, 1970). pembimbing
masa.

https://istighfarahmq.wordpress.com/2016/11/29/makalah-konsep-islam-tentang-keragaman-
dalam-keberagaman/8) diakses pada 04/03/23

Ibnu Hibban,Al-Tsiqat (Bairut: Dar al-Fikr, 1975), 2/157

Pengembangan, D., Islam, M., & Pehdahuluan,A. (n.d.). Kajian tentang Toleransi Beragama
dalam Surat al-kafirun X (1), 19-31

Perdiana, Kadek, and Gede Deva Maruta Ambara, „Potret Harmonis Masyarakat Multikultur
Di Desa Panji Anom‟, Jurnal Ilmiah Ilmu Sosial, 1.1 (2015), 21–28
<https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JIIS/article/download/20171/12199>

Sukini. 2017. Toleransi Beragama. Yogyakarta: Relasi Inti Media

Yusuf al-Qardhawi, Merasakan Kehadiran Tuhan, terj .(Yokyakarta: Mitra Pustaka, 2003),
237

Zaenal Arifin, „Membangun Persatuan Dalam Keberagaman Dalam Perspektif Islam‟,


Jurnal Wahana Karya Ilmiah_Pascasarjana (S2) PAI Unsika, 3.2 (2019), 480–86.

13

Anda mungkin juga menyukai