DI SUSUN OLEH :
1. Gallang Satria Mujito
2. Intan Nurcahyaningsih
3. Rada Febria Kurnawati
4. Riszi Ramadhani
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada penulis sehingga oenulis berhasil menyelesaikan Makalah ini. Dalam
proses penyusunan tugas ini penyusun menemui beberapa hambatan, namun berkat dukungan
materil dari berbagai pihak, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan cukup baik.
Oleh karena itu, melalui kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih kepada semua
pihak terkait yang telah membantu terselesaikannya tugas ini.
Penulis menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,
segala saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
perbaikan pada tugas selanjutnya. Harapan penyusun semoga tugas ini bermanfaat khususnya
bagi penyusun dan bagi pembaca lain pada umumnya.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
LANDASAN TEORI
Nilai-Nilai Multikultural
Keragaman-keragaman yang ada, sering disebutkan dengan istilah yang berbeda-beda,
Muhammad Yusri FM (2008: 1) mengungkapkan bahwa ada tiga istilah yang sering digunakan
untuk menggambarkan masyarakat yang terdiri dari agama, ras, bahasa, dan budaya yang
berbeda, yakni pluralitas (plurality), keragaman (diversity), dan multikultural (multicultural).
Ketiga-tiganya sama-sama merepresentasikan hal sama yaitu keadaan lebih dari satu atau
jamak. Lebih lanjut Farida Hanum dan Setya Raharja (2011: 114) menjelaskan bahwa
keragaman itu berpengaruh terhadap tingkah laku, sikap, dan pola pikir manusia, sehingga
manusia memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores) bahkan adat
istiadat (customs) yang berbeda satu sama lain. Bilamana keadaan di atas tidak dapat dipahami
dengan baik oleh pihak satu dan lainnya, maka akan sangat rawan terjadi persinggungan-
persinggungan yang kemudian berbuah pada adanya konflik. Disinilah perlu kiranya nilai-nilai
multikultural mengambil perannya.
Nilai-nilai multikultural yang dalam Farida Hanum dan Setya Raharja (2011: 116)
dikatakan dalam bahasa visi-misi pendidikan multikultural dengan selalu menegakkan dan
menghargai pluralisme, demokrasi, dan humanisme, kemudian dengan ketiga hal tersebut siswa
diharapkan menjadi generasi yang selalu menjunjung tinggi moralitas, 11 kedisiplinan,
kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam berperilaku sehari-hari. Sementara itu menurut
H.A.R Tilaar dalam Zakiyatun Baidhawy dalam Maemunah (2007: 77-95) menjelaskan
beberapa nilai-nilai multikultural yang ada, sekurang-kurangnya terdapat indikator-indikator
sebagai berikut: belajar hidup dalam perbedaan, membangun saling percaya (mutual trust),
memelihara saling pengertian (mutual understanding), menjunjung sikap saling menghargai
(mutual respect), terbuka dalam berpikir, apresiasi dan interdepedensi, resolusi konflik dan
rekonsiliasi nir kekerasan. Sedangkan untuk memahami nilai-nilai multikultural secara umum
terdapat empat nilai inti (core values) antara lain: Pertama, apresiasi terhadap adanya kenyataan
pluralitas budaya dalam masyarakat. Kedua, pengakuan terhadap harkat manusia dan hak asasi
manusia. Ketiga, pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia. Keempat, pengembangan
tanggung jawab manusia terhadap planet bumi.
3
BAB II
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Keragaman dan kesetaraan dapat menyadarkan kepada manusia bahwa keragaman
merupakan keniscayaan hidup manusia, termasuk di Indonesia. Dalam
paham multikulturalisme, kesederajatan, dan atau kesetaraan sangat dihargai untuk semua
budaya yang ada dalam masyarakat. Paham ini sebenanya merupakan bentuk akomodasi dari
budaya arus utama (besar) terhadap munculnya budaya-budaya kecil yang datang dari berbagai
kelompok. Itulah sebabnya, penting sekarang ini membahas keragaman dan kesetaraan dalam
hidup manusia.
A. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dalam penulisan makalah ini
kami mengemukakan perumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa makna manusia, keragaman dan keserataan ?
2. Apa faktor yang mempengaruhi keragaman di Indonesia ?
3. Apa pengaruh keragaman terhadap kehidupan beragama, bermasyarakat, bernegara, dan
kehidupan global ?
4. Apa saja problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam ?
B. TUJUAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Manusia, keragaman dan kesetaraan.
2. Mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi keragaman di Indonesia.
3. Mengetahui apa yang memengaruhi keragaman terhadap kehidupan beragama,
bermasyarakat, bernegara, dan kehidupan global.
4. Mengetahui apa yang saja problematika diskriminasi dalam masyarakat yang beragam.
4
BAB III
PEMBAHASAN
Manusia atau Orang dapat diartikan berbeda-beda dari segi biologis, rohani, dan
istilah kebudayaan, atau secara campuran. Secara biologis, manusia diklasifikasikan
sebagai Homo sapiens (Bahasa Latin yang berarti "manusia yang tahu"), sebuah
spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Dalam hal kerohanian, mereka dijelaskan menggunakan konsep jiwa yang bervariasi
yang, dalam agama, dimengerti dalam hubungannya dengan kekuatan ketuhanan atau makhluk
hidup; dalam mitos, mereka juga seringkali dibandingkan dengan ras lain.
Dalam antropologi kebudayaan, mereka dijelaskan berdasarkan penggunaan bahasanya,
organisasi mereka dalam masyarakat majemuk serta perkembangan teknologinya, dan terutama
berdasarkan kemampuannya untuk membentuk kelompok, dan lembaga untuk dukungan satu
sama lain serta pertolongan.
Penggolongan manusia yang paling utama adalah berdasarkan jenis kelaminnya. Secara
alamiah, jenis kelamin seorang anak yang baru lahir entah laki-laki atau perempuan. Anak
muda laki-laki dikenal sebagai putra dan laki-laki dewasa sebagai pria. Anak muda perempuan
dikenal sebagai putri dan perempuan dewasa sebagai wanita.
Penggolongan lainnya adalah berdasarkan usia, mulai dari janin, bayi, balita, anak-
anak, remaja, akil balik, pemuda/i, dewasa, dan (orang) tua.Selain itu masih banyak
penggolongan-penggolongan yang lainnya, berdasarkan ciri-ciri fisik (warna kulit, rambut,
mata; bentuk hidung; tinggi badan), afiliasi sosio-politik-agama (penganut agama/kepercayaan
XYZ, warga negara XYZ, anggota partai XYZ), hubungan kekerabatan (keluarga: keluarga
dekat, keluarga jauh, keluarga tiri, keluarga angkat, keluarga asuh; teman; musuh) dan lain
sebagainya.
Keragaman atau diversity dipergunaka dalam pengertian secara umum sebagai pernyataan
yang bervariasi. Inculison adalah pengikutsertaan semua organisasi secara penuhdan dengan
rasa hormat, tanpa memandang gender, agama, ras, warna kulit, orientasi seksual,asal Negara,
umur atau kemampuan fisik, dalam aktivitas dan kehidupan organisasi.Frederick A. Miller dan
Judith H. Katz (2002: 197-199). Keberagaman adalah menunjukanadanya perbedaan,
kesamaan dan teganganyang berhubungan, yang terjadi pada setiap bauranyang dapat timbul
diantara elemen dari collective mixtureR. Roosevelt Thomas, Jr.,2006:101).
Mixture atau bauran dapat terdiri beberapa dimensi keberagaman. Dapat beruparas, gender,
etnis, asal daerah, umur, afiliasi politik, kelas sosial-ekonomi, atau orientasiseksual, atau
mungkin kombinasi dari factor-faktor tersebut.Dengan demikian, dapat dirumuskan pengrtian
keberagaman sebagai variasi namunmenunjukan adanya persamaan. Keberagaman
menyangkut aspek yang sangat luas, dapatterjadi pada tingkatan individu, kelompok,
organisasi, komunitas dan masyarakat.Keberagaman sangat dipenagruhi oleh latar belakang
demografis dan budaya sumber dayamanusia kondisi lingkungan internal dan kondisi eksternal
masyarakat.Mengelola keberagaman berpusat pada pengembanagn budaya dan
perubahan, yangdilakukan dengan berdasarkan pada.
5
1. Kebersamaan, keterbukaan, dan kejujuran
2. Memperhatikan perbedaan dan kesamaan di antara sumber daya manusia
3. Melakukan pelatihan multi dimensi.
Keragaman berasal dari kata ragam yang menurut Kamus Besar Bahasa Indonesi(KBBI)
artinya adalah tingkah laku; macam, jenis; langgam; warna, corak; laras, tata
bahasa.Keragaman yang dimaksud adalah kondisi masyarakat di mana terdapat perbedaan-
perbedaandalam erbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi,
adatkesopanan, serta situasi ekonomi.Kesederajatan berasal dari kata sederajat yang menurut
Kamus Besar BahasaIndonesia (KBBI) artinya adalah sama tingkatan (pangkat, keudukan).
Dengan demikian konteks kesederajatan di sini adalah suatu kondisi di mana dalam perbedaan
dan keberagaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dalam
satutingkatan hirarki.
6
2. Agama dan Keyakinan
Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi manusia. Ikatanyang
dimaksud bersal dari suatu kekuatan yan lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatangaib yang
tidak dapat ditangkap dengan panca indra. Namun mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap kehidupan manusia sehari-hari (Harun Nasution: 10).Agama sebagai bentuk
keyakinan memang sulit diukur secara tepat dan terperinci.Hal ini pula yang barang kali
menyulitkan para ahli untuk memberikan definisi yang tepattentang agama. Namun apapun
bentuk kepercayaan yang dianggap sebagai agama, baikdalam agama primitive maupun agama
monoteisme. Menurut Robert H. Thouless.Fakta menunjukan bahwa agama berpusat pada
Tuhan atau dewa-dewa sebagaiukuran yang menentukan yang tak boleh diabaikan. (psikologi
agama: 14)Masalah agama tak akan mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat.
Dalam praktiknya fungsi agama dalam masyarakat antara lain:
5. Kesenjangan Ekonomi
Bagi sebagian Negara berkembang, perekonomian akan menjadi satu perhatian yang terus
ditingatkan. Namun umumnya, masyarakat kita berada di golongan tingkat ekonomi menengah
7
kebawah. Hal ini tentu saja menjadi sebuah pemicu adanya kesenjangan yang tidak dapat
dihindari lagi.
6. Kesenjangan Sosial
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dengan bermacam tingkat,
pangkat dan strata sosial yang hirarkis. Hal ini, dapat terlihat dan dirasakan jelas dengan adanya
penggolongan orang berdasarkan kasta. Hal inilah yang dapat menimbulkan kesenjangan sosial
yang dapat membahayakan bagi kerukunan masyarakat. Tak hanya itu, bahkan bisa menjadi
sebuah pemicu perang antar etnis atau suku
.
C. Hakekat Keragaman Dan Kesetaraan Manusia
Sudah menjadi fakta social dan fakta sejarah kehidupan. sehingga pernah muncul
penindasan, perendahan, penghancuran dan penghapusan rasa atau etnis tertentu. dalam sejarah
kehidupan manusia pernah tumbuh ideology atau pemahaman bahwa orang berkulit hitam
ladalah berbeda, mereka lebih rendah dan dari yang berkulit putih. contohnya di indonesia, etnis
tionghoa memperoleh perlakuan diskriminatif, baik secara social dan politik dari suku-suku lain
di indonesia. dan ternyata semua yang telah terjadi adalah kekeliruan, karena perlakuan
merendahkan martabat orang atau bangsa lain adalah tindakan tidak masuk akal dan
menyesatkan, sementara semua orang dan semua bangsa adalah sama dan sederajat.
Martin buber (1985) menjelaskan pada pendekatan “saya-engkau” bahwa manusia menjadi
memahami identitasnya ketika berhadapan dengan tuhan sebagai engkau, bahwa manusia itu
lemah dihadapan tuhan. dengan kata lain, keberadaan manusia satu dengan yang lain menjadi
setara, karena mereka adalah sama-sama ciptaan tuhan. seringkali manusia tidak mampu
mentransformasikan kontradiksi di dalam dirinya bahwa dirinya adalah menjadi dirinya sendiri
ketika berhadapan dengan orang lain yang sama. kontradiksi dalam pikiran, perkataan, dan
tindakan inilah yang melahirkan konflik antar orang. seharusnya hubungan manusia dengan
tuhan yang bertujuan memulihkan jiwanya menjadi manusia utuh, menjadi sumber dan
kerangka membangun hubungan antar manusia. melalui relasi tersebut, manusia yang utuh
membagi makna absolute yang tidak akan dipahami melalui diri sendiri.
Perspektif ham yang sejalan dengan perspektif agama, merupakan dasar secara hukum,
politik, social budaya, ekonomi, dan moral mengenai pernyataan bahwa pada dasarnya adalah
setara dan sederajat, walau ada perbedaan di antara mereka. dokumen ham merupakan dasar
yang diakui oleh hampir semua bangsa di dunia bahwa tidak ada pengecualian semua manusia
adalah sama dan sederajat. Oleh karena itu segala bentukbentuk perendahan, penindasan, dan
tindakan lain yang bertujuan mendeskriminasi perlu dihilangkan dan dilawan.
Dari uraian diatas secara jelas menyebutkan bahwa manusia pada hakekatnya adalah sama
dan sederajat. perbedaan secara fisik tidak dapat menjadi dasar atau legitimasi bagi munculnya
tindakan yang bertujuan meniadakan keberadaan orang lain. sebab, dengan beertindak
meniadakan atau menghancurkaan orang lain, sebet ulnya pada saat yang sama sedang terjadi
pengingkaran terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk yang juga berharga. Justru keragaman
itu menjadi penanda bahwa seharusnya dalam kehidupan bersama satu sama lain bisa saling
8
melengkapi. seperti mozaik yang terdiri dari banyak macam kaca dan bisa membentuk sebuah
gambar yang bagus, demikian juga keragaman seharusnya saling mengisi untuk membentuk
sebuah kehidupan masyarakat yang penuh keindahan dan harmoni.
1. Kemajemukan Sosial
Kemajemukan social, berkaitan dengan relasi antar orang atau antar kelompok dalam
masyarakat. Misalnya : perbedaan jenis kelamin, asal usul keluarga atau kesukuan, perbedaan
ideology atau wawasan berpikir, perbedaan kepemilikan barang-barang atau pendapatan
ekonomi.
Kemajemukan social dapat dibedakan dalam 3 hal penting :
a. Perbedaan Gender Atau Seksualitas
Gender merupakan kerangka social yang diciptakan manusia untuk membedakan laki-laki
dan perempuan. Kerangka social ini tidak dibangun secara ilmiah tetapi dibangun berdasarkan
prasangka yang berkembang dalam masyarakat, misalnya perempuan selalu diidentikkan
dengan manusia yang lemah dan cengeng, oleh karenanya wajar jika perempuan tidak
diperbolehkan menjadi pemimpin dalam masyarakat. Padahal, tidak selalu setiap perempuan
adalah seperti yang dibuat dalam kerangka gender tersebut. Sementara itu seksualitas adalah
pembeda karena jenis kelamin. Karena perbedaan seks bersifat kodrati, maka yang bisa
melahirkan dan menyusui hanyalah perempuan.
c. Perbedaan Ekonomi
Perbedaan ini paling mudah dilihat, yang dalam terminology marxisme tampak sebagai
perbedaan kelas social (golongan kaya-miskin), yang sering menimbulkan ketegangan dan
konflik antar golongan.
9
2. Kemajemukan Budaya
Keragaman budaya juga menjadi persoalan ketika dikaitkan dengan perbedaan social.
Munculah pandangan stereotip yaitu pandangan tentang sekelompok orang yang didefinisikan
karakternya kedalam grup. Pandangan tersebut bisa bersifat positif atau negatif. Sebagai
contoh, suatu bangsa dapat distereotipkan sebagai bangsa yang ramah atau tidak ramah.
Biasanya ciri-ciri dalam stereotip kebanyakan negatif, seperti cara bicara dan perilaku orang
batak kasar, cara bicara dan perilaku orang jawa lamban, orang cina pelit dan orang madura
suka berkelahi. Sejarah juga menjelaskan bahwa perbedaan budaya dan stereotip telah
menimbulkan banyak persoalan. Sindiran atau pelecehan tehadap budaya pernah terjadi dalam
sejarah kehidupan manusia seperti budaya atau orang tertentu sudah di cap buruk.Karena itu
dalam sejarah pernah terjadi pertobatan budaya. Penginjilan dan atau dakwah dari agama
tertentu pada masa lampau mencerminkan pandangan yang menganggap bahwa suatu budaya
tertentu lebih rendah dari budaya lain misalnya dalam konteks kekristenan sejarah pengijilan
selalu terkait dengan perendahan dan pelecehan budaya bahwa semua orang harus bertobat dan
masuk agama kristen yang baru dan menyelamatkan. Istilah budaya yang tinggi merupakan
milik keraton yang dipertentagkan dengan kebudayaan rakyat, milik orang biasa dan miskin
merupakan bentuk upaya membedakan sekaligus sindiran dan pelecehan antara suatu budaya
dengan yang lain. Sekarang ini muncul budaya global yang datang dari barat dan negara maju
10
berhadapan dengan budaya lokal. Budaya global tersebut memberikan dampak positif dan
negatif bagi budaya lokal.
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperkecil masalah yang diakibatkan oleh
pengaruh negative dari keragaman, yaitu :
Semangat Religius
Semangat Nasionalisme
Semangat Fluralisme
Dialog antar umat beragama
Membangun suatu pola komunikasi untuk interaksi maupun konfigurasi hubungan
antaragama, media, masa, dan harmonisasinya.
Sifat dasar yang selalu dimiliki oleh masyarakat majemuk sebagaimana dijelaskan oleh
(Van de Berghe).
F. Problematika Diskriminasi
Diskriminasi adalah setiap tindakan yang melakukan pembedaan terhadap seseorang atau
sekelompok orang berdasarkan ras, agama, suku, etnis, kelompok, golongan, status, kelas
sosial ekonomi, jenis kelamin, kondisi fisik, usia, orientasi seksual, pandangan ideologi, dan
politik serta batas negara dan kebangsaan seseorang.
Pasal 281 Ayat 2 UUD NKRI 1945 Telah menegaskan bahwa “ Setiap orang berhak
bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak perlindungan
terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu“.Sementara itu Pasal 3 UU No 30 Tahun
1999 tentang HAM Telah menegaskan bahwa“Setiap orang dilahirkan bebas dengan harkat dan
12
martabat yang sama dan sederajat” Komunitas Internasional telah mengakui bahwa
diskriminasi masih terjadi diberbagai belahan dunia, dan prinsip non diskriminasi harus
mengawali kesepakatan antar bangsa untuk dapat hidup dalam kebebasan, keadilan, dan
perdamaian.
Pada dasarnya diskriminasi tidak terjadi begitu saja, akan tetapi karena adanya
beberapafaktor penyebab antara lain adalah
a. Persaingan yang semakin ketat dalam berbagai bidang kehidupan, terutama ekonomi.
b. Adanya tekanan dan intimidasi yang biasanya dilakukan oleh kelompok yang dominan
terhadap kelompok atau golongan yang lebih lemah.
c. Ketidak berdayaan golongan miskin akan intimidasi yang mereka dapatkan membuat
mereka terus terpuruk dan menjadi korban diskriminasi.
Dari kajian yang dilakukan terhadap berbagai kasus disintekrasi bangsa dan hancurnyas
ebuah negara, dapat disimpulkan adanya enam faktor utama yang sedikit demi sedikit bisa
menjadi penyebab utama peruses itu, yaitu
a. Kegagalan kepemimpinan
b. Krisis ekonomi yang akut dan berlangsung lama
c. Krisis politik
d. Krisis sosial
e. Demoralisasi tentara dan polisi
f. Interfensi asing
Terciptanya “ Tungal Ika “ dalam masyarakat “ Bhineka “ dapat diwujudkan melalui “Integrasi
Kebudayaan “ atau “ Integrasi Nasional “.
Dalam hal ini maka tedapat teori yang menunjukkan penyebab konflik di tengah
masyarakatantara lain:
1. Teori hubungan masyarakat, memiliki pandangan bahwa konflik yang sering muncul
ditengah masyarakat disebabkan polarisasi yang terus terjadi, ketidak percayaan dan
permusuhan diantara kelompok yang berbeda, perbedaan bisa di latarbelakangi SARA
bahkan pilihan ideologi politiknya.
2. Teori identitas yang melihat bahwa konflik yang mengeras di masyarakat tidak lain
disebabkan identitas yang terancam yang sering berakar pada hilangnya sesuatu atau
penderitaan masa lalu yang tidak terselesaikan
3. Teori kesalahfahaman antar budaya, teori ini melihat konflik disebabkan
ketidakcocokandalam cara-cara berkomunikasi diantara budaya yang berbeda
4. Teori transformasi yang memfokuskan pada penyebab terjadi konflik adalah
ketidaksetaraan dan ketidakadilan yang muncul sebagai masalah sosial budaya dan
ekonomi.
13
H. Faktor-Faktor Terjadinya Perubahan Social
Keserajatan artinya setiap orang sebagai anggota masyarakat mempunyai hak dan
kewajiban, baik terhadap masyarakat maupun pemerintah dan Negara. Diskriminasi lebih
menunjukkan kepada suatu tindakan dalam kehidupan sehari-hari. Diskriminasi
dihubungkan dengan prasangka dan seolah-olah menyatu.
Usaha mengurangi atau menghilangkan prasangka dan diskriminasi antara lain dengan cara :
a. Perbaikan kondisi sosial ekonomi
b. Perluasan kesempatan belajar
c. Sikap terbuka dan sikap lapang
d. Menghilangkan sikap etnosentrsme
15
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Salah satu hal yang dapat dijadikan solusi adalah Bhineka Tunggal Ika yang merupakan
ungkapan yang menggambarkan masyarakat Indonesia yang “majemuk” atau
“heterogen”. Masyarakat Indonesia terwujud sebagai hasil interaksi sosial dari banyak suku
bangsa dan beraneka ragam latar belakang kebudayaan, agama, sejarah, dan tujuan yang sama
yang disebutKebudayaan Nasional.
http://iqbalpersada.blogspot.com/2013/03/hakikat-keragaman-dan- kesetaraan.html
http://erfanm.blogspot.com/2013/03/surah-al-ala-yang-maha-tinggi-dengan.html
http://stkip.files.wordpress.com/2013/03/isbd.pdf
17