Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MANDIRI DOSEN PENGAMPU

Mata Kuliah Agama BAB III Sholahudin Hasan Al-Bandjari, S.Ag, M.Si

TOLERANSI dan BATASANNYA


MENURUT AGAMA ISLAM
DISERTAI DENGAN DALILNYA

Disusun Oleh :
Nurul Muthemainna
(2011407815401015)

Mata Kuliah Agama Semester I

Akademi Kebidanan Borneo Medistra

Balikpapan

Tahun Ajaran 2020/2021


KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam. Atas izin dan
karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah tepat waktu. Tak lupa pula saya haturkan
shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah Muhammad SAW. Semoga syafa’atnya
mengalir pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan makalah berjudul “Toleransi dan batasannya dalam agama beserta dalilnya”
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama . Pada makalah diuraikan apa saja
fungsi agama bagi kehidupan, darimana agama itu berasal, dan kenapa kita harus beragama.

Selama proses penyusunan makalah, saya mendapatkan bantuan dan bimbingan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu, saya berterima kasih kepada:

1. Bapak Sholahudin Hasan Al-Bandjari, S.Ag, M.Si selaku dosen mata kuliah Agama

2. Kedua orang tua yang telah memberikan dukungan atas semua tugas kuliah saya

Akhirul kalam, saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan
saya agar bapak dosen berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.

Wassalamualaikum wr.wb

Balikpapan, 12 Oktober 2020

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 1

C. Tujuan ........................................................................................................ 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi ................................................................................ 2

B. Trilogi Kerukunan Umat Beragama ........................................................ 4

C. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia ............................................. 5

D. Landasan Hukum ................................................................................... 6

E. Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama ................................. 6

F. Toleransi Menurut Dalil Al-Qur’an ........................................................ 9

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................................ 12

B. Kritik dan Saran ...................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan
tercipta berkat adanya toleransi dalam kehidupan beragama.Toleransi adalah sikap
saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun,
khususnya dalam masalah kehidupan beragama.Kerukunan umat beragama adalah hal
yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di negeri ini.Sila
Ketuhanan yang maha Esa mempunyai makna bahwa segala aspek penyelenggaraan
hidup bernegara harus sesuai dengan nilai-nilai yang berasal dari Tuhan.Karena sejak
awal pembentukan bangsa ini, bahwa negara Indonesia berdasarkan atas
Ketuhanan.Maksudnya adalah bahwa masyarakat Indonesia merupakan manusia yang
mempunyai iman dan kepercayaan terhadap Tuhan, dan iman kepercayaan inilah yang
menjadi dasar dalam hidup berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.Kebebasan
beragama pada hakikatnya adalah dasar bagi terciptanya kerukunan antar umat
beragama.Tanpa kebebasan beragama tidak mungkin ada kerukunan antar umat
beragama.Kebebasan beragama adalah hak setiap manusia.Hak untuk menyembah
Tuhan diberikan oleh Tuhan, dan tidak ada seorang pun yang boleh
mencabutnya.Demikian juga sebaliknya, toleransi antarumat beragama adalah cara
agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi
tidak dapat diabaikan.Dalam pembukaaan UUD 1945 pasal 29 ayat 2 disebutkan
bahwa “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya
masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya it”.
Olehnya itu kita sebagai warga Negara sudah sepatutnya menjunjung tinggi sikap
saling toleransi antar umat beragama dan saling menghormati antar hak dan
kewajiban yang ada diantara kita demi keutuhan Negara.

. RUMUSAN MASALAH
1.  Apa pengertian toleransi?
2.  Apa yang dimaksud dengan trilogi kerukunan umat beragama ?
3.   Bagaimana kerukunan umat beragama di Indonesia ?
4.   Apa saja landasan hukum yang di gunakan ?
5.   Bagaimana upaya mewujudkan kerukunan beragama ?
6. Bagaiamana Toleransi menurut dalil Al-Qur’an ?

C. TUJUAN PENULISAN
1.Dapat mengetahui pengertian toleransi.
2.Dapat mengetahui makna dari trilogi kerukunan umat beragama secara terperinci
3.Dapat mengetahui kerukanan umat beragama di Indonesia
4.Dapat mengetahui landasan hukum yang di gunakan
5.Dapat memahami bagaimana upaya mewujudkan kerukunan beragama
6. Dapat mengetahui bagaimana toleransi menurut dalil di dalam Al-Qur’an

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari kata “ Tolerare ” yang berasal dari bahasa latin yang berarti
dengan sabar membiarkan sesuatu. Jadi pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap
atau perilakumanusia yang tidak menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau
menghormati setiap tindakan yang orang lain lakukan.Toleransi juga dapat dikatakan istilah
dalam konteks sosial budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang
adanya deskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat.Contohnya adalah toleransi beragama dimana
penganut mayoritas dalam suatu masyarakat mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
Istilah toleransi juga digunakan dengan menggunakan definisi “kelompok” yang lebih
luas , misalnya partai politik, orientasi seksual, dan lain-lain. Hingga saat ini masih banyak
kontroversi dan kritik mengenai prinsip-prinsip toleransi baik dari kaum liberal maupun
konservatif. Jadi toleransi antar umat beragama berarti suatu sikap manusia sebagai umat
yang beragama dan mempunyai keyakinan, untuk menghormati dan menghargai manusia
yang beragama lain.
Dalam masyarakat berdasarkan pancasila terutama sila pertama, bertaqwa kepada
tuhan menurut agama dan kepercayaan masing-masing adalah mutlak.Semua agama
menghargai manusia maka dari itu semua umat beragama juga wajib saling menghargai.
Dengan demikian antar umat beragama yang berlainan akan terbina kerukunan hidup.
Sebagaimana dalam konsep hidup beragama mencakup tiga kerukunan, yakni: Kerukunan
intern umat beragama, Kerukunan antar umat beragama dan, Kerukunan antara umat
beragama dengan Pemerintah. Hal ini harus dihormati, ditaati dan dijalankan dengan
kecerdasan hati, bukan dengan kekuatan otot bahkan dengan cara anarkis.Kerukunan umat
beragama adalah hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup di
negeri ini.
Seperti yang kita ketahui, Indonesia memiliki keragaman yang begitu banyak.Tak
hanya masalah adat istiadat atau budaya seni, tapi juga termasuk agama.Walau mayoritas
penduduk Indonesia memeluk agama Islam, ada beberapa agama lain yang juga dianut
penduduk ini. Kristen, Khatilik, Hindu, dan Budha adalah contoh agama yang juga banyak
dipeluk oleh warga Indonesia. Setiap agama tentu punya aturan masing-masing dalam
beribadah.Namun perbedaan ini bukanlah alasan untuk berpecah belah. Sebagai satu saudara
dalam tanah air yang sama, kita harus menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia agar
negara ini tetap menjadi satu kesatuan yang utuh Persamaan Membangun Kerukunan Antar
Umat Beragama. Tidak bisa dibantah bahwa pada akhir-akhir ini, ketidak rukunan antar dan
antara umat beragama (yang terpicu karena bangkitnya fanatisme keagamaan) menghasilkan
berbagai ketidak harmonisan di tengah-tengah hidup dan kehidupan berbangsa, bernegara,
dan bermasyarakat.
Oleh sebab itu, perlu orang-orang yang menunjukkan diri sebagai manusia beriman
(dan beragama) dengan taat, namun berwawasan terbuka, toleran, rukun dengan mereka yang
berbeda agama.Disinilah letak salah satu peran umat beragama dalam rangka hubungan antar
umat beragama, yaitu mampu beriman dengan setia dan sungguh-sungguh, sekaligus tidak
menunjukkan fanatik agama dan fanatisme keagamaan.Di balik aspek perkembangan agama-
agama, ada hal yang penting pada agama yang tak berubah, yaitu credo atau pengakuan
iman.Credo merupakan sesuatu khas, dan mungkin tidak bisa dijelaskan secara logika, karena
menyangkut iman atau percaya kepada sesuatu di luar jangkauan kemampuan nalar manusia.
2
Dan seringkali credo tersebut menjadikan umat agama-agama melakukan pembedaan
satu sama lain. Dari pembedaan, karena berbagai sebab, bisa berkembang menjadi
pemisahan, salah pengertian, beda persepsi, dan lain sebagainya, kemudian berujung pada
konflik.
Di samping itu, hal-hal lain seperti pembangunan tempat ibadah, ikon-ikon atau
lambang keagamaan, cara dan suasana penyembahan atau ibadah, termasuk di dalamnya
perayaan keagamaan, seringkali menjadi faktor ketidaknyamanan pada hubungan antar umat
beragama. Jika semua bentuk pembedaan serta ketidaknyamanan itu dipelihara dan dibiarkan
oleh masing-masing tokoh dan umat beragama, maka akan merusak hubungan antar manusia,
kemudian merasuk ke berbagai aspek hidup dan kehidupan. Misalnya, masyarakat mudah
terjerumus ke dalam pertikaian berdasarkan agama (di samping perbedaan suku, ras dan
golongan).
Untuk mencegah semuanya itu, salah satu langkah yang penting dan harus terjadi
adalah kerukunan umat beragama.Suatu bentuk kegiatan yang harus dilakukan oleh semua
pemimpin dan umat beragama.
Toleransi sendiri terbagi atas tiga yaitu :
1.      Negatif
Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai.Isi ajaran dan penganutnya hanya dibiarkan
saja karena menguntungkan dalam keadaan terpaksa.Contoh PKI atau orang-orang yang
beraliran komunis di Indonesia pada zamanIndonesia baru merdeka.
2.      Positif
Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.Contoh Anda beragama
Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain didasari oleh keyakinan pada ajaran agama
Anda, tetapi penganutnya atau manusianya Anda hargai.
3.      Ekumenis
Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsur-
unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan
sendiri.Contoh Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen tetapi
berbeda aliran atau paham.Dalam kehidupan beragama sikap toleransi ini sangatlah
dibutuhkan, karena dengan sikap toleransi ini kehidupan antar umat beragama dapat tetap
berlangsung dengan tetap saling menghargai dan memelihara hak dan kewajiban masing-
masing.
Mengingat pentingnya toleransi, maka ia harus diajarkan kepada anak-anak baik
dilingkungan formal maupun lingkungan informal. Di lingkungan formal contohnya siswa
dapat dibekali tentang nilai-nilai yang berkaitan dengan kerukunan umat beragama melalui
bidang studi Agama, Kewarganegaraan, ataupun melalui aspek pengembangan diri seperti
Pramuka, PMR, OSIS, dll. Hal yang sama dapat juga dilakukan di lingkungan informal oleh
orang tua kepada anak-anaknya melalui pengajaran nilai-nilai yang diajarkan sedini mungkin
di rumah.
Ada beberapa manfaat yang akan kita dapatkan dengan menanamkan sikap toleransi,
manfaat tersebut adalah:
1.      Hidup bermasyarakat akan lebih tentram
2.      Persatuan, bangsa Indonesia, akan terwujud
3.      Pembangunan Negara akan lebih mudah

3
B. Trilogi Kerukunan umat Beragama
Hidup di era sekarang ini masyarakat dihadapkan pada kondisi kehidupan yang serba
majemuk dalam segala bidang kehidupan.Semua keberanekaragaman ada dalam bidang
politik, sosial, dan budaya. Dalam berpolitik misalnya adanya perbedaan partai, perbedaan
sudut pandang dalam isu-isu nasional, maupun perbedaan falsafah dan ideologi yang dianut
oleh masing-masing orang meskipun, di Indonesia sendiri sudah ada ideologi pemersatu
yakni pancasila. Sedangkan dalam bidang sosial dan budaya adalah adanya perbedaan suku,
etnik, adat-istiadat, norma, termasuk agama yang masing-masing dianut oleh warga negara
Indonesia.
Kemajuan teknologi transportasi dan komunikasi dewasa ini semakin mempercepat
arus interaksi antara satu dengan yang lainnya sehingga keberagaman pun tidak hanya dalam
lingkup terbatas disekitar tempat tinggal akan tetapi juga dalam interaksi dengan orang lain
pada media cetak maupun elektronik yang sekarang ini maju seperti jejaring sosial misal
facebook dan twiter juga email account.
Meskipun hanya melalui jejaring sosial, terkadang bisa timbul kekisruhan, percecokan
dan saling lempar hujatan menjadi hal yang biasa.Seolah-olah di dalam dunia maya etika,
toleransi dan prinsip hidup toleransi menjadi hal yang asing dan tidak berlaku.Hal-hal
tersebut diatas diperparah dengan adanya isu SARA yang dimanfaatkan oleh segelintir orang
untuk men-teror dan mengambil keuntungan dalam kekisruhan yang terjadi di
masyarakat.Hal ini sangat berbahaya dan mengancam terbentuknya kebhinekaan yang telah
terjalin bertahun-tahun lamanya bersemayam di tanah air kita tercinta Indonesia.
Maka, hendaknyalah masyarakat mau kembali kepada ideologi pancasila dan kembali
mengenal trilogi kerukunan antar umat beragama.Inilah yang mampu menjadi solusi untuk
meredam konflik yang tengah terjadi dalam kehidupan berbangsa sekarang ini.
Dalam setiap jenjang pendidikan, selalu dikenalkan adanya trilogi kerukunan umat
beragama yang harus dijunjung oleh masing-masing warga negara Indonesia guna
terbentuknya kerukunan, kedamaian, dan terciptanya stabilitas nasional. Trilogi kerukunan
umat beragama itu antara lain adalah:
1.      Kerukunan intern umat beragama.
2.      Kerukunan antar umat beragama.
3.      Kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah.

Hal-hal tersebut diataslah yang menjadi nilai-nilai yang bisa diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga tercipta kehidupan bermasyarakat yang madani, aman dan
sejahtera.Kerukunan intern umat beragama berarti adanya kesepahaman dan kesatuan untuk
melakukan amalan dan ajaran agama yang dipeluk dengan menghormati adanya perbedaan
yang masih bisa ditolerir. Misal dalam islam ada NU, Muhammadiyah, dsb. Dalam protestan
ada GBI, Pantekosta dsb.Dalam katolik ada Roma dan ortodoks.
Hendaknya dalam intern masing-masing agama tercipta suatu kerukunan dan kebersatuan
dalam masing-masing agama.Kemudian, kerukunan antar umat beragama adalah
menciptakan persatuan antar agama agar tidak terjadi saling merendahkan dan menganggap
agama yang dianutnya paling baik.Ini perlu dilakukan untuk menghindari terbentuknya
fanatisme ekstrim yang membahayakan keamanan, dan ketertiban umum.
Bentuk nyata yang bisa dilakukan adalah dengan adanya dialog antar umat beragama
yang didalamnya bukan membahas perbedaan, akan tetapi memperbincangkan kerukunan,
dan perdamaian hidup dalam bermasyarakat. Intinya adalah bahwa masing-masing agama
mengajarkan untuk hidup dalam kedamaian dan ketentraman.

4
Terakhir adalah kerukunan umat beragama dengan pemerintah, maksudnya adalah dalam
hidup beragama, masyarakat tidak lepas dari adanya aturan pemerintah setempat yang
mengatur tentang kehidupan bermasyarakat. Masyarakat tidak boleh hanya mentaati aturan
dalam agamanya masing-masing, akan tetapi juga harus mentaati hukum yang berlaku di
negara Indonesia. Bahwasanya Indonesia itu bukan negara agama tetapi adalah negara bagi
orang yang beragama.
Tentunya, hal-hal diatas juga bisa diaplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara yang di dalamnya terdapat beraneka macam suku, agama, ras dan budaya yang
berbeda satu sama lainnya. Dalam rangka menciptakan keberhasilan pembangunan di bidang
agama khususnya dalam hal pembinaan kerukunan hidup beragama yang dinamis, maka
semua pihak baik pemerintah maupun umat beragama berkewajiban dan sangat
berkepentingan untuk senantiasa berusaha membina dan memelihara bagi terciptanya suasana
dan kehidupan beragama yang penuh kerukunan.
Pembinaan dan pemeliharaan kerukunan tersebut antara lain; dengan cara menghindarkan
serta menghilangkan permasalahan yang muncul dilingkungan umat beragama dan
masyarakat pada umumnya. Sehingga umat beragamapun dapat terhindar dari permasalahan
yang akan merugikan bagi terciptanya stabilitas serta kelancaran jalannya pembangunan.
Oleh karena itu, semua pihak baik umat beragama, pemerintah atau instansi terkait
maupun pihak lainnya sangat berperan aktif dan sangat mempengaruhi demi terwujudnya
nilai-nilai yang berujung pada kehidupan yang rukun dan damai antar umat beragama.
Dengan tidak menimbulkan konflik atau permasalahan yang ada, menghindari konflik yang
muncul serta mencari solusi terhadap permasalahan yang ada.Dengan demikian umat
beragama dapat benar-benar merasakan ketentraman dan kerukunan dalam kehidupan
diantara umat beragama.
Jadi, kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para
pemeluk agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang
lainnya. Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu
hal, dapat diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-
masalah sosial kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan.
Dengan semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan
menumbuhkan sikap dan rasa berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan
dan dapat memahami bila berada di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara
kerukunan antar umat beragama.

C. Kerukunan Umat Beragama di Indonesia


Kerukunan umat beragama adalah program pemerintah meliputi semua agama, semua
warga negara RI.Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden
Soeharto dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: “Pemerintah tidak akan
menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi
mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat
agar melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama”.Pada tahun 1972
dilaksanakan dialog antar umat beragama. Dialog tersebut adalah suatu forum percakapan
antar tokoh-tokoh agama, pemuka masyarakat dan pemerintah. Tujuannya adalah untuk
mewujudkan kesadaran bersama dan menjalin hubungan pribadi yang akrab dalam
menghadapi masalah masyarakat.Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan
mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa.

5
D. Landasan Hukum
Landasan Idiil, yaitu Pancasila (sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa).
Landasan Konstitusional, yaitu Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 29 ayat 1: “Negara
berdasar atas Ketuhanan Yang Maha Esa”. Dan Pasal 29 ayat 2: “Negara menjamin
kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Landasan Strategis,
Yaitu Ketatapan MPR No.IV tahun 1999 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara.
Dalam GBHN dan Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) tahun 2000, dinyatakan
bahwa sasaran pembangunan bidang agama adalah terciptanya suasana kehidupan beragama
dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yang penuh keimanan dan ketaqwaan,
penuh kerukunan yang dinamis antar umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa, secara bersama-sama makin memperkuat landasan spiritual., moral dan etika bagi
pembangunan nasional, yang tercermin dalam suasana kehidupan yang harmonis, serta dalam
kukuhnya persatuan dan kesatuan bangsa selaras dengan penghayatan dan pengamalan
Pancasila.

Landasan Operasional ,
UU No. 1/PNPS/l 965 tentang larangan dan pencegahan penodaan dan penghinaan agama
Keputusan bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama RI.No.01/Ber/Mdn/1969
tentang pelaksanaan aparat pemerintah yang menjamin ketertiban dan kelancaran
pelaksanaan dan pengembangan ibadah pemeluk agama oleh pemeluknya.
SK. Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri RI. No.01/1979 tentang tata cara pelaksanaan
pensyiaran agama dan bantuan luar negeri kepada lembaga-lembaga keagamaan swasta di
Indonesia.
Surat edaran Menteri Agama RI. No.MA/432.1981 tentang penyelenggaraan peringatan hari
besar keagamaan .

E. Upaya Mewujudkan Kerukunan Umat Beragama


Menciptakan kerukunan umat beragama baik di tingkat daerah, provinsi, maupun pemerintah
merupakan kewajiban seluruh warga negara beserta instansi pemerintah lainnya. Mulai dari
tanggung jawab mengenai ketentraman, keamanan, dan ketertiban termasuk memfasilitasi
terwujudnya kerukunan umat beragama, menumbuh kembangkan keharmonisan saling
pengertian, saling menghormati, dan saling percaya di antara umat beragama bahkan
menertibkan rumah ibadah.
Dalam hal ini untuk menciptakan kerukunan umat beragama dapat dilakukan dengan cara-
cara sebagai berikut:
1.      Saling tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama
2.      Tidak memaksakan seseorang untuk memeluk agama tertentu.
3.      Melaksanakan ibadah sesuai agamanya
4.      Mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun peraturan Negara atau
Pemerintah.

6
Sikap tenggang rasa, menghargai, dan toleransi antar umat beragama merupakan
indikasi dari konsep trilogi kerukunan.Seperti dalam pembahasan sebelumnya upaya
mewujudkan dan memelihara kerukunan hidup umat beragama, tidak boleh memaksakan
seseorang untuk memeluk agama tertentu.Karena hal ini menyangkut hak asasi manusia
(HAM) yang telah diberikan kebebasan untuk memilih baik yang berkaitan dengan
kepercayaan, maupun diluar konteks yang berkaitan dengan hal itu.
Kerukunan antar umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara, apabila
masing-masing umat beragama dapat mematuhi aturan-aturan yang diajarkan oleh agamanya
masing-masing serta mematuhi peraturan yang telah disahkan Negara atau sebuah instansi
pemerintahan.Umat beragama tidak diperkenankan untuk membuat aturan-aturan pribadi atau
kelompok, yang berakibat pada timbulnya konflik atau perpecahan diantara umat beragama
yang diakibatkan karena adanya kepentingan ataupun misi secara pribadi dan golongan.
Selain itu, agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa
terpelihara, perlu memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara
mantap dalam bentuk. :
1.      Memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta antar umat
beragama dengan pemerintah.
2.      Membangun harmoni sosial dan persatuan nasional, dalam bentuk upaya mendorong dan
mengarahkan seluruh umat beragama untuk hidup rukun dalam bingkai teologi dan
implementasi dalam menciptakan kebersamaan dan sikap toleransi.
3.      Menciptakan suasana kehidupan beragama yang kondusif, dalam rangka memantapkan
pendalaman dan penghayatan agama serta pengamalan agama, yang mendukung bagi
pembinaan kerukunan hidup intern umat beragama dan antar umat beragama.
4.      Melakukan eksplorasi secara luas tentang pentingnya nilai-nilai kemanusiaan dari seluruh
keyakinan plural umat manusia, yang fungsinya dijadikan sebagai pedoman bersama dalam
melaksanakan prinsip-prinsip berpolitik dan berinteraksi sosial satu sama lainnya dengan
memperlihatkan adanya sikap keteladanan.
5.      Melakukan pendalaman nilai-nilai spiritual yang implementatif bagi kemanusiaan yang
mengarahkan kepada nilai-nilai ketuhanan, agar tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan
nila-nilai sosial kemasyarakatan maupun sosial keagamaan.
6.      Menempatkan cinta dan kasih dalam kehidupan umat beragama dengan cara menghilangkan
rasa saling curiga terhadap pemeluk agama lain, sehingga akan tercipta suasana kerukunan
yang manusiawi tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu.
7.      Menyadari bahwa perbedaan adalah suatu realita dalam kehidupan bermasyarakat, oleh sebab
itu hendaknya hal ini dijadikan mozaik yang dapat memperindah fenomena kehidupan
beragama.

Dalam upaya memantapkan kerukunan itu, hal serius yang harus diperhatikan adalah
fungsi pemuka agama, tokoh masyarakat dan pemerintah. Dalam hal ini pemuka agama,
tokoh masyarakat adalah figur yang dapat diteladani dan dapat membimbing, sehingga apa
yang diperbuat mereka akan dipercayai dan diikuti secara taat. Selain itu mereka sangat
berperan dalam membina umat beragama dengan pengetahuan dan wawasannya dalam
pengetahuan agama.Kemudian pemerintah juga berperan dan bertanggung jawab demi
terwujud dan terbinanya kerukunan hidup umat beragama.

7
Hal ini menunjukkan bahwa kualitas umat beragama di Indonesia belum berfungsi
seperti seharusnya, yang diajarkan oleh agama masing-masing.Sehingga ada kemungkinan
timbul konflik di antara umat beragama. Oleh karena itu dalam hal ini, ”pemerintah sebagai
pelayan, mediator atau fasilitator merupakan salah satu elemen yang dapat menentukan
kualitas atau persoalan umat beragama tersebut. Pada prinsipnya, umat beragama perlu dibina
melalui pelayanan aparat pemerintah yang memiliki peran dan fungsi strategis dalam
menentukan kualitas kehidupan umat beragama, melalui kebijakannya.
Untuk menjaga dan meningkatkan kerukunan hidup umat beragama dan keutuhan
bangsa, perlu dilakukan upaya-upaya:
1. Meningkatkan efektifitas fungsi lembaga-lembaga kearifan lokal dan keagamaan
masyarakat;
2.Meningkatkan wawasan keagamaan masyarakat;
3.Menggalakkan kerjasama sosial kemanusiaan lintas agama, budaya, etnis dan profesi
4.Memperkaya wawasan dan pengalaman tentang kerukunan melalui program kurikuler di
lingkungan lembaga pendidikan.

~ Menghormati Dan Memelihara Hak Dan Kewajiban Antar Umat Beragama


Pengertian Hak
     
Hak adalah sesuatu yang mutlak menjadi milik kita dan penggunaannya tergantung
kepada kita sendiri.Contoh dari hak adalah:
1.      Setiap warga negara berhak mendapatkan perlindungan hukum;
2.      Setiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak;
3.      Setiap warga negara memiliki kedudukan yang sama di mata hukum dan di dalam
4.      Setiap warga negara bebas untuk memilih, memeluk dan menjalankan agama dan
kepercayaan masing-masing yang dipercayai;
5.      Setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran;
6.      Setiap warga negara berhak mempertahankan wilayah negara kesatuan Indonesia atau nkri
dari serangan musuh;dan
7.      Setiap warga negara memiliki hak sama dalam kemerdekaan berserikat, berkumpul
mengeluarkan pendapat secara lisan dan tulisan sesuai undang-undang yang berlaku.
Pengertian Kewajiban
Kewajiban adalah sesuatu yg dilakukan dengan tanggung jawab.Contoh dari kewajiban
adalah:
1.      Setiap warga negara memiliki kewajiban untuk berperan serta dalam membela,
mempertahankan kedaulatan negara indonesia dari serangan musuh;
2.      Setiap warga negara wajib membayar pajak dan retribusi yang telah ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan pemerintah daerah (pemda);
3.      Setiap warga negara wajib mentaati serta menjunjung tinggi dasar negara, hukum dan
pemerintahan tanpa terkecuali, serta dijalankan dengan sebaik-baiknya;
4.      Setiap warga negara berkewajiban taat, tunduk dan patuh terhadap segala hukum yang
berlaku di wilayah negara Indonesia;dan
5.      Setiap warga negara wajib turut serta dalam pembangunan untuk membangun bangsa agar
bangsa kita bisa berkembang dan maju ke arah yang lebih baik.

8
Kewajiban merupakan hal yang harus dikerjakan atau dilaksanankan.Jika tidak
dilaksanankan dapat mendatangkan sanksi bagi yang melanggarnya.Sedangkan hak adalah
kekuasaan untuk melakukan sesuatu.Namun, kekuasaan tersebut dibatasi oleh undang-
undang. Pembatasan ini harus dilakukan agar pelaksanaan hak seseorang tidak sampai
melanggar hak orang lain. Jadi pelaksanaan hak dan kewajiban haruslah seimbang, artinya,
kita tidak boleh terus menuntut hak tanpa memenuhi kewajiban.Indonesia adalah bangsa yang
terdiri dari beragam suku dan agama, dengan adanya sikap toleransi dan sikap menjaga hak
dan kewajiban antar umat beragama, diharapkan masalah-masalah yang berkaitan dengan
sara tidak muncuk kepermukaan.
Dalam kehidupan masyarakat sikap toleransi ini harus tetap dibina, jangan sampai
bangsa Indonesia terpecah antara satu sama lain.Toleransi Hak dan kewajiban dalam umat
beragama telah tertanam dalam nilai-nilai yang ada pada pancasila. Indonesia adalah Negara
majemuk yang terdiri dari berbagai macam etnis dan agama, tanpa adanya sikap saling
menghormati antara hak dan kewajiban maka akan dapat muncul berbagai macam gesekan-
gesekan antar umat beragama.
Pemeluk agama mayoritas wajib menghargai ajaran dan keyakinan pemeluk agama
lain, karena dalam UUD 1945 Pasal 29 ayat 2 dikatakan bahwa “setiap warga diberi
kemerdekaan atau kebebasan untuk memeluk agamanya masing-masing dan beribadat
menurut agama dan kepercayaannya.” Hal ini berarti kita tidak boleh memaksakan kehendak,
terutama dalam hal kepercayaan, kepada penganut agama lain, termasuk mengejek ajaran dan
cara peribadatan mereka.

F. Toleransi Menurut Dalil Al-Qur’an

Islam mengajak kepada umatnya untuk selalu menjalin kehidupan yang harmonis antara
sesama umat manusia. Agama Islam merupakan agama yang penuh dengan toleransi. Toleransi dalam
Islam bukan hanya terdapat dalam ajaran secara tekstual, tetapi juga telah menjadi karakter dan tabiat
hampir seluruh umat Islam dari zaman Muhammad SAW sampai sekarang ini.  Toleransi dalam
Islam sudah ada sejak dulu, yaitu sejak zaman nabi Muhammad SAW sampai sekarang. Kebenaran
toleransi antar umat beragama dalam Islam seharusnya tidak diragukan lagi apalagi dengan adanya
bukti-bukti yang telah diuraikan. 

Dengan data-data tersebut tergambarlah bahwa sikap lapang dada umat Islam, baik
yang ditunjukkan oleh Rasulullah, para sahabat serta para pejuang Islam ketika menyiarkan
agama Islam yang berhadapan dengan agama lain sangatlah tinggi, sebab meskipun mereka
dihina atau disakiti mereka tetap tenang saja dan selalu bersikap ramah tamah terhadap orang
yang menyakitinya itu. 

Hal inilah yang membuat orang-orang non Muslim tertarik dan kagum dengan agama
Islam, yang akhirnya membawa mereka untuk ikut dan memeluk agama yang dibawa oleh
nabi Muhammad saw. Dan membuktikan bahwa agama Islam itu tidak disiarkan dengan jalan
kekerasan dan peperangan. 

9
Adanya toleransi antar umat beragama dalam Islam ini juga telah dijelaskan dalam al-
Qur'an dan al-Hadits, yang keduanya merupakan pedoman hidup bagi umat Islam, yang
berisikan petunjuk dari Allah SWT berupa larangan yang harus dihindari dan kewajiban yang
harus dikerjakan oleh umat Islam.Toleransi mengandung pengertian kesediaan menerima
kenyataan pendapat yang berbeda-beda tentang kebenaran yang dianut. Dapat menghargai
keyakinan orang lain terhadap agama yang dipeluknya serta memberi kebebasan untuk
menjalankan apa yang dianutnya. 

Toleransi antar umat beragama dapat diwujudkan dalam bentuk Saling menghormati,
memberi kebebasan kepada pemeluk agama lain dalam menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya, dan saling tolong-menolong dalam hidup
bermasyarakat.Meskipun demikian antar umat beragama dapat diwujudkan sebagaimana
tersebut di atas, tetapi bukan berarti dalam melaksanakan toleransi ini dengan mencampur
adukkan antara kepentingan sosial dan aqidah. Dalam melaksanakan toleransi ada batasan-
batasan tertentu. Menurut Ali Machsum (Rais' Aam Nahdlatul Ulama) :

"Batasan toleransi itu ada menurut keyakinannya masing-masing. Islam menghormati


orang yang beragama Kristen, Budha, Hindu dan agama lainnya. Bukan karena dia Kristen,
Budha atau Hindu tapi Islam menghormati mereka sebagai umat Allah. Ciptaan Allah yang
wajib dikasihi. Islam mewajibkan untuk saling menghormati sesama umat beragama, tapi
akan murtad kalau dengan itu membenarkan agama lain... ..." (Hasanuddin, 1420 H : 42).

Dari pendapat yang disampaikan oleh Ali Machsum, tentang batasan toleransi ini,
membuktikan gambaran bahwa umat beragama bertoleransi dan menghormati orang lain
(umat beragama lain) itu dengan tidak memandang apa agama yang dipeluk oleh orang
tersebut melainkan dengan melihat bahwa dia adalah umat Allah atau ciptaan Allah yang
wajib dikasihi dan dihormati sebab sebagai umat beragama dan umat manusia wajib saling
meghormati dan mengasihi. 

Toleransi tidak dibenarkan dengan mengakui kebenaran semua agama. Sebab orang
salah kaprah dalam mengartikan dan melaksanakan toleransi. Misalnya, ada orang yang rela
mengorbankan syari'at agama dengan tidak minta izin pada tamunya untuk sholat malah
menunggui tamunya karena takut dibilang tidak toleransi dan tidak menghargai tamu. Bukan
seperti ini yang diinginkan dalam toleransi itu, toleransi antar umat beragama yang
diharapkan di sini adalah toleransi yang tidak menyangkut bidang akidah masing-masing
agama. Melainkan hanya menyangkut amal sosial antar sesama insan sosial, sesama warga
negara. sehingga tercipta persatuan dan kesatuan.

Setiap agama mempunyai ajaran sendiri-sendiri dan pada dasarnya tidak ada agama
yang mengajarkan kejelekan kepada penganutnya. Salah satu tujuan pokok ajaran agama
adalah pemeliharaan terhadap agama itu sendiri, yang antara lain menuntut peningkatan
pemahaman umat terhadap ajaran agamanya serta membentengi mereka dari setiap usaha
pencemaran atau pengaruh lain yang membuat akidah mereka tidak murni lagi (Quraish
Shihab, 1992 : 368). Begitu juga dengan agama Islam, dari Allah SWT tidak menghendaki
adanya pencampuran ajarannya dengan ajaran lain. Oleh karena itu untuk mengatisipasi hal
tersebut Islam telah memberikan batasan-batasan pada umatnya dalam melaksanakan
hubungan antar sesama manusia, apalagi dalam melaksanakan toleransi antar umat
beragama. 

10
Allah telah menurunkan kitab suci al-Qur'an kepada nabi Muhammad SAW untuk
disampaikan kepada umat manusia, guna dijadikan pegangan dan pedoman hidup. Dalam
kitab suci al-Qur'an inilah terdapat aturan tentang batasan-batasan dalam bertoleransi antar
umat beragama bagi umat Islam. 

Toleransi antar umat beragama tidak boleh dilaksanakan dengan kaum atau golongan
yang memusuhi umat Islam karena agama dan mengusir orang-orang Islam dari kampung
halamannya, kalau yang terjadi demikian maka umat Islam dilarang untuk bersahabat dengan
golongan tersebut.

Bahkan dalam situasi dan kondisi yang demikian itu, Allah memerintahkan dan
mewajibkan kepada umat Islam untuk berjihad dengan jiwa, raga dan harta bendanya untuk
membela agamanya, hal ini dijelaskan dalam frman Allah SWT:

َ‫يل ٱهَّلل ِ ٱلَّ ِذينَ يُ ٰقَتِلُونَ ُك ْم َواَل تَ ْعتَ ُد ٓو ۟ا ۚ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْعتَ ِدين‬ ۟ ُ‫َو ٰقَتِل‬
ِ ِ‫وا فِى َسب‬
Artinya : "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu
melampaui batas, karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas"
(QS. Al-Baqarah : 190).

Di samping itu Allah juga memberikan batasan toleransi itu hanya sebatas pada kepentingan
sosial atau kepentingan duniawi saja, tidak boleh menyangkut pautkan dengan masalah
aqidah agama, hal ini dijelaskan dalam fiman Allah surat Al-Kafirun ayat 1-6 :

‫قُلْ ٰيٓاَيُّهَا ْال ٰكفِرُوْ نَ ۙ ٓاَل اَ ْعبُ ُد َما تَ ْعبُ ُدوْ نَ َوٓاَل اَ ْنتُ ْم ٰعبِ ُدوْ نَ َمٓا اَ ْعبُ ۗ ُد‬
ۙ ‫َوٓاَل اَن َ۠ا عَابِ ٌد َّما َعبَ ْدتُّ ۙ ْم َوٓاَل اَ ْنتُ ْم ٰعبِ ُدوْ نَ َمٓا اَ ْعبُ ۗ ُد لَ ُك ْم ِد ْينُ ُك ْم َولِ َي ِدي ِْن‬

Artinya : "Katakanlah: "Hai orang-orang yang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan kamu tidak pernah
(pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmulah agamamu, dan untukkulah,
agamaku" (Qs. Al-Kafirun : 1-6).

Ayat di atas diturunkan kepada nabi Muhammad pada waktu nabi diajak oleh kaum
Musyrik Mekkah untuk mengadakan kompromi agama. Mereka (kaum Musyrik) mengajukan
syarat yang tidak bisa diterima oleh Nabi, syaratnya yaitu dengan mengadakan ibadah secara
bergantian, maksudnya, pada waktu-waktu tertentu kaum Musyrik melakukan ibadah seperti
yang diajarkan oleh nabi Muharnmad, dan sebaliknya nabi Muhammad SAW dan
pengikutnya pun harus mengikuti ibadah yang dilaksanakan oleh kaum Musyrik. Terhadap
keinginan kompromi semacam itu, Allah menurunkan wahyu sebagaimana tersebut dalam
surat Al-Kafirun bahwa kompromi agama tidak mungkin dilakukan umat Islam, biarlah
dalam hal ibadah ini masing-masing melaksanakan sesuai dengan keyakinannya (Ahmad
Azhar Basyir, 1993 : 240). Dan dengan surat ini secara tidak langsung Allah melarang keras
adanya kompromi agama serta memberi tahu kepada umat manusia terutama umat
Muhammad SAW, bahwa Islam tidak mengenal toleransi dalam hal keimanan dan
peribadatan (Maftuh Adnan, 1992 : 240). 

11
Hal ini sudah tidak bisa diganggu gugat, sebagai umat Islam kita harus
bisamelaksanakan semua itu, agar tidak tersesat.  Agama Islam tidak melarang umatnya
untuk melakukan hubungan dengan orang-orang non Islam, tetapi hubungannya harus sebatas
hubungan duniawi saja

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Kerukunan hidup umat beragama yang diharapkan adalah kerukunan antar para
pemeluk agama dalam semangat saling mengerti, memahami antara satu dengan yang
lainnya.Dengan kata lain secara bahasa mengerti artinya memahami, tahu tentang sesuatu hal,
dapat diartikan mengerti keadaan orang lain, tahu serta paham mengenai masalah-masalah
sosial kemasyarakatan, sehingga dapat merasakan apa yang orang lain rasakan. Dengan
semangat saling mengerti, memahami, dan tenggang rasa- maka akan menumbuhkan sikap
dan rasa berempati kepada siapa pun yang sedang mengalami kesulitan dan dapat memahami
bila berada di posisi orang lain. Sehingga akan terwujud dan terpelihara kerukunan antar
umat beragama.

B. Saran
Agar kerukunan hidup umat beragama dapat terwujud dan senantiasa terpelihara,
perlu memperhatikan upaya-upaya yang mendorong terjadinya kerukunan secara mantap
dalam bentuk memperkuat dasar-dasar kerukunan internal dan antar umat beragama, serta
antar umat beragama dengan pemerintah.

12
DAFTAR PUSTAKA

https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-16396771/surah-al-kafirun-ayat-
1-6-arab-latin-dan-artinya-dalam-bahasa-indonesia?page=2

https://tafsirweb.com/704-quran-surat-al-baqarah-ayat-190.html

Anda mungkin juga menyukai