DISUSUN OLEH :
Gusti Ayu Ratih Wulandari (211310843)
DOSEN PENGAMPU :
A.A Gde Oka Widana , M.Pd.H
i
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyusun paper yang
berjudul “Keragaman Beragama dan Problematika Intoleransi” Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak A.A Gde Oka Widana , M.Pd.H selaku dosen
mata kuliah Agama, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyusun paper ini. Semoga tugas yang telah diberikan ini dapat menambah wawasan
dan pengetahuan kita.
Dalam penyusunan paper ini, penulis banyak mendapat tantangan dan hambatan
akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa teratasi. Olehnya itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini, semoga bantuannya mendapat balasan
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari
bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca sangat penulis
Akhir kata semoga paper ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian..
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang bersifat pluralisme, artinya adalah negara Indonesia
Keanekaragaman ini adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Keanekaragaman
berikut dapat menjadi modal bangsa untuk maju dan berkembang dengan berbagai
potensi yang dimiliki bangsa Indonesia. Sebagai sebuah negara yang memiliki beragam
kemajemukan, Indonesia memiliki ruang atau celah yang cukup besar bagi munculnya
potensi gesekan antar masyarakat sebagai akibat perbedaan keyakinan dari para
memiliki makna yang mendalam dari sekedar perbedaan sebagai pilihan individu,
perbedaan ini merupakan warisan secara historis dan mengakar dari nenek moyang atau
keluarga.
kekayaan yang muncul akibat adanya perbedaan keyakinan, yang menjadi sarana
mayoritas dan minoritas, sebagai sebuah kekayaan budaya guna mempersatukan bangsa,
akan sangat dipengaruhi oleh nilai – nilai toleransi yang berkembang di tempat
kelompok itu berada. Pada sebuah negara yang multikultural seperti Indonesia,
penggolongan tersebut tetap akan berpotensi memunculkan celah dan gesekan sosial
1
yang cukup tinggi. Ketika suatu kelompok, memahami perasaan superioritas sebagai
sesuatu yang benar, maka tanpa disadari akan mengakibatkan nilai keyakinan,
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Intoleransi
sebagai rasa tidak tenggang rasa atau kebalikan dari kata toleransi. Sedangkan
toleransi didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai bersifat
berbeda atau 10 bertentangan dengan pendirian sendiri. Sikap toleran tidak berarti
membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui kebebasan serta hak -
hak asasi para penganutnya”. Di Indonesia masih sangat banyak contoh – contoh
baik adanya tetapi jika dilihat dari internet, banyak sekali kasus intoleransi yang
pemahaman saja bisa terjadi intoleransi yang dapat memicu adanya konflik.
Setidaknya konflik yang terjadi tersebut berasal dari intra agama atau yang sering
disebut dengan konflik antar mazhab, yang diakibat oleh adanya perbedaan
pemahaman dari ajaran agama itu sendiri. Pemahaman terhadap agama tersebut
memilika dua pendekatan yaitu pertama agama yang dipahami oleh masyarakat
sebagai doktrin, dan kedua agama yang dipahami masyarakat sebagai aktualisasi
dari doktrin tersebut. Melihat dari beberapa teori yang dipaparkan ahli, intoleransi
bisa terjadi karena kurang adanya pemahaman manusia dalam melihat perbedaan
antar sesama manusia khusunya pada masalah yang menyangkut aspek agama,
3
karena aspek agama merupakan aspek yang sangat sensitif jika disalah artikan oleh
orang yang tidak memiliki keyakinan atau agama yang sama. Indikator dalam
melihat sebuah informasi atau konten atau komentar itu merupakan sesuatu yang
intoleransi dapat dilihat dari tidak adanya kesamaan dalam berpendapat. Seperti
yang dikatakan oleh dosen komunikasi pada wawancara bahwa Salah satu cara yang
mudah untuk melihat bahwa konten atau informasi atau komentar itu memuat unsur
intolerasi yaitu dengan adanya penolakan terhadap perbedaan, maka itu salah satu
tidak mungkin untuk dihindari. Keragaman tersebut menyimpan potensi yang dapat
memperkaya warna hidup. Setiap pihak, baik individu maupun komunitas dapat
dalam keragaman tersimpan juga potensi destruktif yang meresahkan yang dapat
itu, berbagai upaya dilakukan agar potensi destruktif ini tidak meledak dan
berkelanjutan. Salah satu cara yang banyak dilakukan adalah memperkokoh nilai
toleransi beragama. Toleransi menurut KBBI (Alwi, et al., 2002:1478) adalah sifat
atau sikap toleran. Sikap toleran yang dimaksud adalah sikap menenggang
terhadap ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan
4
peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan
dengan pergaulan manusia dan manusia dan lingkungannya. Pada masyarakat yang
bahwa ada tiga prinsip umum dalam merespon keanekaragaman agama : pertama,
logika bersama, Yang Satu yang berwujud banyak. Kedua, agama sebagai alat,
karenanya wahyu dan doktrin dari agama- agama adalah jalan atau dalam tradisi
Islam disebut syariat untuk menuju Yang Satu. Ketiga, pengenaan kriteria yang
mengingat ada lima agama yang diakui resmi oleh pemerintah, yaitu Islam, 6
Kristen Protestan, Kristen Katolik, Hindu, dan Budha. Suryana (2011: 133)
yang ada dengan melebur kepada satu totalitas (sinkretisme agama) dengan
menjadikan agama-agama yang ada itu sebagai unsur dari agama totalitas tersebut.
Urgensi dari kerukunan adalah mewujudkan kesatuan pandangan dan sikap guna
sehingga tidak ada pihak yang melepaskan diri dari tanggung jawab atau
istilah dalam konteks sosial, budaya, dan agama yang berarti sikap dan perbuatan
atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya
5
terarah pada pemberian tempat yang luas bagi keberagaman dan perbedaan yang ada
pada individu atau kelompok-kelompok lain. Oleh sebab itu, perlu ditekankan
individu atau kelompok tertentu untuk disesuaikan dengan kondisi atau keadaan
orang atau kelompok lain, atau sebaliknya mengorbankan hak-hak orang lain untuk
dialihkan sesuai dengan keadaan atau kondisi kelompok tertentu. Toleransi justru
masing individu atau kelompok tersebut, namun di dalamnya diikat dan disatukan
kebudayaan dunia kita, bentuk ekspresi kita dan tata cara sebagai manusia. Hal itu
kata hati dan kepercayaan. Toleransi adalah harmoni dalam perbedaan (UNESCO
pengertian bahwa setiap orang harus mampu melihat perbedaan pada diri orang lain
atau kelompok lain sebagai sesuatu yang tidak perlu dipertentangkan. Sesuatu yang
berbeda pada orang lain hendaknya dipandang sebagai bagian yang dapat menjadi
memiliki nilai manfaat apabila digali dan dipahami dengan lebih arif. Imron (2000:
pastur, pendeta, dan lain sebagainya) dan pemimpin organisasi keagamaan dalam
Para pemimpin ini perlu menunjukkan sikap dan tindakan yang bersahabat dengan
6
individu maupun kelompok yang menganut agama lain, atau agama yang sama
tetapi berbeda faham. Suasana sejuk yang jauh dari konflik perlu diusahakan oleh
fanatisme buta pada agama sehingga menganggap kelompok beragama lain sebagai
musuhnya. Selain itu, Imron (2000: 95) menambahkan perlunya mengefektifkan dan
terprogram dan kontinyu. Dengan forum komunikasi itu, para pemimpin agama
dapat duduk semeja menjalin hubungan akrab di antara mereka sehingga tercipta
klasik diartikan sebagai kekerasan atau ancaman kekerasan yang dilakukan untuk
menciptakan rasa takut dalam masyarakat (Hakim, 2004). Dengan berdalih pada
agama seseorang atau sekelompok orang melakukan kekerasan terhadap orang lain
sehingga orang lain atau kelompok merasa takut atau terancam hidupnya. Tindakan
intoleransi sering mengarah pada radikalisme. Alwi, et al. (2002: 919) mengartikan
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis. Paham ini
menganggap apa yang diyakini sebagai suatu kebenaran yang harus disebarluaskan
keyakinan yang dianut. Cara yang dilakukan dengan memaksakan kehendak kepada
orang lain atau menimbulkan kekerasan dan teror menimbulkan konflik sosial. 8
7
sering dikaitkan dengan agama. Imron (2000: 86) menyebutkan minimal ada dua
terjadi di kalangan pemeluk agama lain, yang terjadi pada umat Islam sangat
mencolok. Persoalannya adalah bahwa proses itu ternyata memuat potensi yang
berkembang, toleransi antar pemeluk agama menurun. Kedua, adanya dugaan bahwa
radikalisme sering juga terjadi pada umat Islam. Arif (2010: 113) menyatakan
bahwa radikalisme Islam sering muncul di “Islam Kota” yang tidak berada pada
rengkuhan budaya Islam. Dia menyatakan bahwa pesantren adalah wujud “Islam
desa” yang tidak terjadi radikalisme karena Islam telah lama tumbuh dalam struktur
budaya di pesantren. Berbeda dengan itu, “Islam kota” sering terseret pada
globalisasi Islam karena budaya Islam kurang merengkuh dengan baik. Sebagian
besar aktivis Islam tidak mengenyam pendidikan kultural Islam seperti pesantren.
Hal ini menyebabkan pemahaman para aktivis terhadap agama sangat dangkal dan
tidak substansial. Aktivis yang semacam inilah yang sering bertindak secara radikal
8
2.3 Intoleransi Beragama Yang Marak Terjadi Di Indonesia
kelompok agama, atau kelompok non-agama yang secara spesifik menolak untuk
agama. Namun, jika pernyataan bahwa kepercayaan atau praktik agamanya adalah benar
sementara agama atau kepercayaan lain adalah salah maka ini bukanlah termasuk
Pada saat ini intoleransi sedang menjadi buah bibir , intoleransi terjadi pada agama
maupun etnis tertentu yang minoritas. Fenomena kelompok teroris juga terus muncul
serta semakin banyak sindikat- sindikat jaringan kelompok teroris yang terus menerus
bertambah dan meluas, meskipun beberapa sindikat sudah ditumpas tetap saja jaringan
Pada Tahun 2015, jumlah pengaduan kasus intoleransi yaitu 87 kasus. Tahun 2016
hampir 100 kasus. Pada tahun 2017 jumlah pengaduan meningkat menjadi 155 kasus.
konflik, pemicu tindak kekerasan, dan beragam perilaku yang terkadang bukan sekadar
melahirkan kebencian, tapi juga permusuhan, dan peperangan dahsyat di antara sesame
pengorbanan, dan pengabdian kepada orang lain sering kali berakar pada pandangan
dunia keagamaan. Pada saat bersamaan, sejarah menunjukkan realitas agama yang
dikaitkan langsung dengan contoh terburuk sikap dan Tindakan manusia. Tak aneh bila
kemudian agama di dunia dinilai sebagai sesuatu yang paradoks. Indonesia adalah
9
bangsa yang memiliki keanekaragaman agama, ras, etnis, dan bahasa. Secara ilmiah, hal
tersebut tidak untuk dibeda-bedakan antara satu dan yang lainnya, justru perbedaan
agama untuk kepentingan politik, maupun terkait solusi pemerintah yang dalam
3. Sistem pendidikan juga dinilai menjadi salah satu sumber penyebab masalah
10
5. Kurang Menghormati.
6. Menganggap rendah pemeluk agama lain yang tidak sama dengan agama yang
dipeluknya.
8. Kaburnya batas antara memegang sikap teguh keyakinan agama dan toleransi
10. Para pemeluk agama tidak mampu mengontrol diri, sehingga tidak menghormati
11. Kecurigaan terhadap pihak lain, baik antar umat beragama, intern umat
akan sangat berbahaya bila tidak segera diselesaikan dengan cepat dan tegas.
Kritik atas intoleransi beragama adalah sistem yang mengatur tata keimanan
(kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa, serta tata kaidah yang
mengikatkan dirinya pada suatu agama, karena manusia membutuhkan pegangan hidup.
11
Dengan beragama, biasanya muncul kepercayaan dan ketenangan dalam diri, bahwa
semua yang dijalani ada yang mengatur, yakni Tuhan. Intoleransi adalah suatu kondisi
dimana suatu kelompok seperti masyarakat, kelompok agama, atau kelompok non-
agama yang secara spesifik menolak untuk menoleransi praktikpraktik, para penganut,
atau kepercayaan yang berlandaskan agama. Pada saat ini intoleransi sedang menjadi
buah bibir , intoleransi terjadi pada agama maupun etnis tertentu yang minoritas. Di
dunia luar makin banyak aliran- aliran yang mungkin terlihat aneh dan tumbuh bebas
serta dinamis tanpa terkendali. Banyak ustad/ ustadzah, mubaligh bahkan pemuka
agama yang tampil di televisi dengan pembicaraan humor dan lawak yang tidak
menyampaikan tersebut hanyalah iseng. Sikap intoleransi yang terjadi di Indonesia saat
ini tentunya tidak muncuk dengan sendirinya. Pastinya ada beberapa dorongan-
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain adalah pengalaman pribadi, kebudayaan,
pendidikan, media massa dal lain lain. Sikap individu terhadap berbagai hal
berkembang dan berjalan sesuai dengan interaksi dengan antar individu lainnya,
termasuk kegiatan kelompok yang ia ikuti sendiri ataupun kelompok yang tidak ia ikuti
/ kelompok lain. Pada saat ini Indonesia telah diguncang dengan adanya sikap sikap
atau pemikiran yang tidak kritis sehingga muncul berbagi masalah atau konflik yang
dan pelanggaran kebebasan beragama dipengaruhi oleh banyak faktor seperti faktor
sosial, ekonomi, politik, termasuk juga meningkatnya ujaran kebencian yang terjadi di
12
kalangan masyarakat, kelompok, ataupun ras. Ada empat pemicu yang membuat
2. Aksi pemaksaan hak asasi yang dilakukan oleh kaum mayoritas kepada pihak
3. Perbedaan adat istiadat juga dapat menjadi pemicu terjadinya kasus intoleransi,
faktor adat istiadat ini menyebabkan konflik yang dilator belakangi fanatisme/
fanatic kesukuan.
berbagai masalah atau konflik yang terjadi, mereka cenderung memihak pada
salah satu kubu dengan alasan yang bermacam macam seperti uang, agama,
1. Adanya perpecahan bangsa yang terjadi karena konflik sosial dalam kehidupan
bermasyarakat. Bisa karena ekonomi, status sosial, ras. Suku, agama dan
kebudayaan.
antar kelompok.
13
4. Terjadi kemunduran suatu bangsa dan Negara, karena pemerintah sulit
membangun kebijakan.
3. Tidak mementingkan suku bangsa sendiri atau sikap yang menganggap suku
6. Tidak mencari keuntungan diri sendiri dari pada kesejahteraan orang lain.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
beragama melanggar hak kebebasan beragama. Untuk menjaga persatuan ini maka umat
harus menjaga tali silaturrahmi antar manusia dan juga menjunjung tinggi toleransi.
Maka sudah seharusnya kita mampu menyikapi perbedaan dari sudut pandang yang
dalam hubungan masyarakat, sehingga kedamaian akan terus berjalan dan perpecahan
3.2 Saran
Namun, kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa, maka pasti ada kekurangan
dari isi makalah ini. Kami dengan terbuka menerima berbagai saran dan kritik yang
15
DAFTAR PUSTAKA
16