Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PRAKTIKUM

“PEMERIKSAAN SEDIMEN URINE”

DISUSUN OLEH :
GUSTI AYU RATIH WULANDARI
(211310843)

DOSEN PENGAMPU :
PUTU AYU PARWATI, S.ST.,M.Si

D3 TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2022
A. PENGERTIAN :
Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian
akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine
diperlukan untuk membuang molekulmolekul sisa dalam darah yang disaring
oleh ginjal untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Dalam mempertahankan
homeostasis tubuh, peran urine sangat penting karena sebagai pembuang cairan
oleh tubuh adalah melalui proses sekresi urine (Wahyundari, 2016). Sehingga
komposisi urine dapat mencerminkan kemampuan ginjal untuk menahan dan
menyerap bahan-bahan yang penting untuk metabolisme dasar dan
mempertahankan homeostasis tubuh. Urinalisis adalah analisa fisik, kimia, dan
mikroskopik terhadap urine. Sampai saat ini, urine diperiksa secara manual
terhadap berbagai kandungannya, tetapi saat ini digunakan berbagai strip reagen
untuk melakukan skrining kimia dengan cepat.urinalisis berguna untuk
mendiagnosa penyakit ginjal atau infeksi saluran kemih, dan untuk mendeteksi
adanya penyakit metabolic yang tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji
urinalisis rutin dilakukan seperti warna, tampilan, dan bau urine diperiksa, serta
pH, protein, keton, glukosa dan bilirubin diperiksa secara strip reagen. Berat
jenis diukur dengan urinometer, dan pemeriksaan mikroskopik urine sedimen
urine dilakukan untuk mendeteksi eritrosit, leukosit, epitel, kristal dan bakteri.
Urinalisis adalah pemeriksaan spesimen urine secara fisik, kimia dan
mikroskopik (Hardjoeno, dan Fitriyani, 2007).
Urinalisis tidak hanya menggambarkan gangguan keadaan intrinsik ginjal,
tetapi juga memberi 11 bukti yang penting tidak hanya pada kondisi kerusakan
primer dari ginjal dan taktus urinearius. Perubahan pada urine mungkin menjadi
pertanda yang pertama kali muncul pada penyakit vaskuler yang serius (Bishop
dkk, 1996). Pemeriksaan urinalisis merupakan pemeriksaan yang sering
dikerjakan pada praktik dokter sehari-hari, apalagi kasus urologi. Pemeriksaan
ini menurut Purnomo tahun 2011 meliputi :

a) Makroskopik dengan menilai warna, bau dan berat jenis urine.


b) Kimiawi meliputi pemeriksaaan derajat keasaman/ Ph, protein, dan gula
dalam urine.
c) Mikroskopik mencari kemungkinan adanya sel- sel, cast (silinder), atau
bentukan lain didalam urine.

B. TUJUAN :
Pemeriksaan urine bertujuan untuk menunjang diagnosis kelainan di luar ginjal
seperti kelainan metabolism karbohidrat, fungsi hati, gangguan keseimbangan
asam basa, kelainan ginjal, dan saluran kemih seperti infeksi traktus urinarius.

C. PRINSIP :
Urine mengandung elemen-elemen sisa hasil metabolism didalam tubuh,
elemen tersebut ada yang secara normal dikeluarkan secara bersama-sama urine
tetapi ada pula dikeluarkan pada keadaan tertentu. Elemen-elemen tersebut
dapat dipisahkan dari urine dengan jalan dicentrifuge. Elemen akan mengendap
dana endapan dilihat dibawah mikroskop.

D. DASAR TEORI :
Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga hemostatis cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra (Gandasoebrata, 2007).
a. Ciri-Ciri Urine normal
Jumlah urin normal rata-rata adalah 1-2 liter sehari, tetapi berbeda-beda
sesuai dengan jumlah cairan yang dimasukkan. Banyaknya bertambah pula
bila terlampau banyak protein yang dimakan, sehingga tersedia cukup
cairan yang diperlukan untuk melarutkan ureanya. Urin yang normal
warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya tajam, reaksinya
sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata 6, berat jenisnya berkisar
dari 1003 sampai 1030, jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung
dari masuknya (intake) cairan serta faktor lainnya. Warna bening muda
apabila dibiarkan akan menjadi keruh, warna kuning tergantung dari
kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya. Bau khas air kemih bila
dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak (Gandasoebrata, 2007).
Urinalisis merupakan salah satu pemeriksaan laboratorium yang memeriksa
senyawa-senyawa yang terkandung di dalam urin. Pemeriksaan tersebut
meliputi pemeriksaan makroskopis, pemeriksaan mikroskopis dan
pemeriksaan kimia.
Manfaat pemeriksaan urinalisis antara lain:
• Diagnostik infeksi saluran kemih
• Pemeriksaan batu ginjal
• Pemeriksaan ginjal
• Skrining kesehatan
• Evaluasi berbagai penyakit ginjal
• Memantau perkembangan penyakit ginjal

b. Pemeriksaan Sedimen Urin


Pemeriksaan sedimen urin merupakan sebagian penting dalam pemeriksaan
penyaring. Pemeriksaan sedimen dapat memberi data mengenai saluran
kemih mulai dari ginjal sampai kepada ujung uretra yang tidak mungkin
dapat diperoleh dengan pemeriksaan lain. Cara untuk mengetahu adanya
infeksi saluran kemih, maka dilakukan pemeriksaan mikroskopis urin.
Pemeriksaan sedimen urin termasuk pemeriksaan rutin. Urin yang dipakai
untuk itu adalah urin segar. Urin yang paling baik untuk pemeriksaan
sedimen ialah urin pekat yaitu urin yang mempunyai berat jenis tinggi.
Pemeriksaan sedimen urin ini diusahakan menyebut hasil pemeriksaan
secara semikuantitatif dengan menyebut jumlah unsur sedimen yang
bermakna berlapang pandang (Gandasoebrata, 2007). Sedimen urin secara
mikroskopis dapat diidentifikasikan sebagai unsur-unsur yang terdapat
dalam urin, keadaan normal sedimen urin mengandung unsur-unsur dalam
jumlah sedikit.
• Sirkulasi darah : sel darah putih, seldarah merah.
• Cemaran dari saluran kelamin : spermatozoa, sel epitel, silinder.
• Luar tubuh atau unsur asing : bakteri, fungi.

c. Pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urin


Untuk mengetahui adanya infeksi saluran kemih, maka dilakukan
pemeriksaan makroskopis dan mikroskopis urin.
1. Pemeriksaan makroskopis urin
Pemeriksaan makroskopis adalah pemeriksaan yang dilakukan langsung
dengan mata tanpa penambahan reagen atau zat kimia tertentu.
Pemeriksaan makroskopis meliputi pemeriksaan volume, warna,
kejernihan, bau, pemeriksaan derajat keasaman (pH) dan berat jenis.
2. Pemeriksaan mikroskopis urine
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu
pemeriksaan sedimen urin. Pemeriksaan mikroskopis dilakukan dengan
memutar (centrifuge) urin lalu mengamati endapan urin di bwah
mikroskop. tes ini bertujuan untuk mengamati unsur-unsur organik (sel-
sel: eritosit,leukosit,epitel), silinder, silindroid, benang lendir; unsur
anorganik (kristal,garam amorf); elemen lain (bakteri, sel jamur, parasit,
Trichomonas sp., spermatozoa). Pemeriksaan ini menggunakan urin
yang baru dikemihkan untuk menghindari perubahan morfologi unsur
sedimen.
Syarat-syarat pemeriksaan sedimen adalah:
• Urin baru, bila tidak bisa maka sebaiknya disimpan dalam kulkas
maksimal 1 jam disimpan dengan diberi pengawet.
• Urin pagi,karena urin pagi lebih kental dan bahan-bahan yang
terbentuk belu rusak atau lisis.
• Botol penampung harus bersih dan hindari dari kontaminasi
(Gandasoebrata, 2007).
• Eritrosit
Dalam keadaan normal,jumlah eritrosit 0 – 2 seleritrosit dalam urin.
Jumlah sel eritrosit yang meningkat menandakan adanya trauma
atau pendarahan pada ginjal dan saluran kemih, infeksi, tumor,batu
ginjal.
• Leukosit
Dalam keadaan normal, jumlah leukosit dalam urin adalah 0 - 4 sel.
Peningkatan jumlah leukosit menunjukkan adanya
peradangan,infeksi atau tumor.
• Epitel
Ini adalah sel yang menyusun permukaan bagian dalam ginjal dan
saluran kemih. Sel-sel epitel hampir selalu ada dalam urin, apalagi
yang berasal dari kandung kemih (vesica urinary), urethra dan
vagina.
• Silinder (cast)
Ini adalah mukoprotein yang dinamakan protein Tam Horsfal yang
terbentuk di tubulus ginjal. Terdapat beberapa jenis silinder, yaitu :
silinder hialin, silinder granuler, silinder eritrosit, silindir leukosit,
silinder epitel dan silinder lilin (wax cast). Silinder hialin
menunjukkan kepadairitasi atau kelainan yang ringan. Sedangkan
silinder-silinder yang lainnya menunjukkan kelainan atau kerusakan
yang lebih berat pada tubulus ginjal.
• Kristal
Dalam keadaan fisiologik atau normal, garam-garam yang
dikeluarkan bersama urin (misalnya oksalat,asam urat, fosfat,
cystin) akan terkristalisasi (mengeras) dan sering tidak dianggap
sesuatu yang berarti. Pembentukan kristal atau garam amorf
dipengaruhi oleh jenis makanan, banyaknya makanan, kecepatan
metabolisme dan konsentrasi urin (tergantung banyak sedikitnya
minum). Yang perlu diwaspadai jika kristal-kristal tersebut ternyata
berpotensi terhadap pembentukan batu ginjal. Batu terbentuk jika
konsentrasi garam-garam tersebut melampaui keseimbangan
kelarutan. Butir- butir mengendap dalam saluran urin, mengeras dan
terbentuk batu.
• Benang lender
Benang lendir ini didapat pada iritasi permukaan selaput lendir
saluran.
E. ALAT DAN BAHAN
ALAT
No. Nama Gambar Fungsi

1. Objek glass Sebagai tempat


sampel yang akan
diamati di bawah
mikroskop

2. Cover glass Sebagai penutup


objek glass

3. Mikropipet Untuk mengambil


sampel endapan urin

5. Pipet tetes Untuk mengambil


sampel endapan urin
6. Mikroskop Alat untuk
mengamati preparat

BAHAN

No. Nama Gambar Keterangan

1. Sample Pasien A (27 Tahun) /


Endapan Urin I Perempuan / Sample
Urin / Berwarna : Kuning
Keruh

2. Sample Pasien B (17 Tahun) /


Endapan Urin Perempuan / Sample
II Urin / Berwarna :
Kuning Agak Keruh
3. Sample Pasien C (45 Tahun) /
Endapan Urin Laki-laki/ Sample Urin /
III Berwarna : Kuning
Keruh

F. PROSEDUR KERJA
1. Menghomogenkan sampel urin terlebih dahulu, kemudian dipindahkan ke
dalam tabung centrifuge sebanyak 10 ml.
2. Mengcentrifuge dengan kecepatan relative rendah (sekitar 1500-2000 rpm)
selama 5 menit
3. Tabung dibalik dengan cepat (decanting) untuk membuang supernatant
sehingga tersisa endapan kira-kira 0,2 – 0,5 ml
4. Meneteskan endapan keatas objek glass dan ditutupi dengan cover glass
5. Endapan pertama kali dipertiksa di bawah mikroskop dengan pembesaran
rendah menggunakan lensa objektif 10x, disebut lapang pandang lemah (
LPL ) atau low power field (LPF) untuk mengidentifikasi benda-benda
besar seperti silinder dan Kristal
6. Selanjutnya, pemeriksaan dilakukan dengan kekuatan tinggi menggunakan
lensa objektif 40x, disebut lapang pandang kuat (LPK) atau high power field
(HPF) untuk mengidentifikasi sel (eritrosit, leukosit, epitel), ragi, bakteri,
trichomonas, filament lender, sel sperma. Jika identifikasi silinder atau
Kristal belum jelas, pengamatan dengan lapang pandang kuat juga dapat
dilakukan.
G. NILAI NORMAL DAN INTERPRETASI

Dilaporkan Normal + ++ +++ ++++

Eritrosit/LPK 0-3 4-8 8-30 >30 Penuh

Leukosit/LPK 0-4 5-20 20-50 >50 Penuh

Silinder/Kristal/LPL 0-1 1-5 5-10 10-20 >30

Keterangan :
• Khusus untuk kristal kalsium oksalat : + masih dinyatakan normal, ++ dan
+++ sudah dinayatakan abnormal.

H. HASIL PENGAMATAN
Berdasarkan praktikum Pemeriksaan Sedimen Urin yang dilaksanakan hari
Selasa 16 Oktober 2022 di Laboratorium Patologi Klinik RSUD Kabupaten
Buleleng, di dapatkan hasil di bawah ini :

Identifikasi Sampel 1.

Nama : Pasien A
Umur : 27 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Sampel : Urin
Viskositas : Cair
Warna : Kuning Keruh

Makroskopis
Hasil Satuan Nilai Normal

Volume Urine 30 mL

Warna Kuning Kuning


Kejernihan Keruh Jernih

Kimia

Hasil Satuan Nilai Normal


pH 9.0 4.8 – 7.4
Berat Jenis 1.015 1.005 – 1.030
Protein 1+ mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Urobulin Normal mg/dL Normal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif mg/dL Negatif
Leukosit 3+ Leuco/uL Negatif
Eritrosit Negatif Eri/µ Negatif

Mikroskopis

Hasil Satuan Nilai Normal


Epitel Gepeng 40 - 45 /LPK 0–1
Epitel Bulat 0–2 /LPK 0–1
Leukosit 50 - 55 /LPB 0–2
Eritrosit 0–2 /LPB 0–1
Kristal /LPK Negatif
- Amorph Urat Positif /LPK Negatif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Bakteri Positif /LPK Negatif
Trichomonas Sp Positif /LPK Negatif
Hasil Pengamatan Mikroskop

Identifikasi Sampel 2.

Nama : Pasien B
Umur : 17 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Jenis Sampel : Urin
Viskositas : Cair
Warna : Kuning Agak Keruh

Makroskopis
Hasil Satuan Nilai Normal

Volume Urine 30 mL

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Agak Keruh Jernih


Kimia

Hasil Satuan Nilai Normal


pH 6.0 4.8 – 7.4
Berat Jenis 1.025 1.005 – 1.030
Protein 1+ mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Urobulin 3+ mg/dL Normal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif mg/dL Negatif
Leukosit Negatif Leuco/uL Negatif
Eritrosit Negatif Eri/µ Negatif

Mikroskopis

Hasil Satuan Nilai Normal


Epitel Gepeng 25 – 30 /LPK 0–1
Epitel Bulat Negatif /LPK 0–1
Leukosit 0–2 /LPB 0–2
Eritrosit 0–2 /LPB 0–1
Kristal Negatif /LPK Negatif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Bakteri Positif Negatif

Hasil Pengamatan Mikroskop


Identifikasi Sampel 3.

Nama : Pasien C
Umur : 45 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Jenis Sampel : Urin
Viskositas : Cair
Warna : Kuning Keruh

Makroskopis
Hasil Satuan Nilai Normal

Volume Urine 30 mL

Warna Kuning Kuning

Kejernihan Keruh Jernih

Kimia

Hasil Satuan Nilai Normal

pH 5.0 4.8 – 7.4


Berat Jenis 1.015 1.005 – 1.030
Protein 2+ mg/dL Negatif
Glukosa Negatif mg/dL Negatif
Urobulin Normal mg/dL Normal
Bilirubin Negatif mg/dL Negatif
Keton Negatif mg/dL Negatif
Nitrit Negatif mg/dL Negatif
Leukosit 3+ Leuco/uL Negatif
Eritrosit +/- Eri/µ Negatif
Mikroskopis

Hasil Satuan Nilai Normal


Epitel Gepeng 10 - 15 /LPK 0–1
Epitel Bulat Negatif /LPK 0–1
Leukosit 55 - 60 /LPB 0–2
Eritrosit 0–2 /LPB 0–1
Kristal Negatif /LPK Negatif
Silinder Negatif /LPK Negatif
Bakteri Positif Negatif
Jamur Positif /LPK 0–1

Hasil Pengamatan Mikroskop


I. PEMBAHASAN

Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine adalah suatu larutan
kompleks yang mengandung bahan-bahan organik dan anorganik sisa dari
metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh gamerolus ginjal dan dikeluarkan dari tubuh
melalui saluran kemih. Ekskresi urin diperlukan untuk membuang molekul-
molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga hemostatis
cairan tubuh. Urin disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung
kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra (Gandasoebrata, 2007).

Unsur-unsur sedimen dibagi 2 yaitu :

• Golongan organik yang berasal dari suatu organ atau jaringan contohnya :
Sel epitel, silinder, leukosit, eritrosit, spermatozoa, potongan-potongan
jaringan, bakteri, jamur, dan parasit.
• Golongan anorganik yaitu bahan yang berassal dari suatu jaringan
contohnya : bahan amorf, Kristal-kristal dalam urin.

Pemeriksaan mikroskopis urine yaitu pemeriksaan sedimen urine. Pemeriksaan


mikroskopis urine penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan
saluran kemih, serta berat atau ringannya suatu penyakit. Urine yang dipakai adalah
urine sewaktu yang segar atau urine yang dikumpulkan dengan pengawet formalin.
Pemeriksaan sedimen urine dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil ( 10 X
) yang dinamakan lapang pandang kecil atau Lpk. Selain itu dipakai lensa objektif
besar ( 40 X ) yang dinamakan lapang pandang besar atau Lpb. Jumlah unsur
sedimen bermakna dilaporkan secra semi kualitatif, yaitu jumlah rata-rata per Lpk
untuk silinder dan Lpb untuk eritrosit dan leukosit. (Melinda Ayu. 2011).

Urinalisis adalah pemeriksaan sampel urin secara makroskopis, kimia, dan


mikroskopik. Tes makroskopis meliputi warna, kejernihan, pH, berat jenis, bau, dan
pengukuran volume. Tes mikroskopis yang diperiksa adalah sedimen urin dengan
menggunakan mikroskop, sedangkan tes kimia dilakukan dengan menggunakan
carik celup yang dilakukan secara manual maupun dengan menggunakan alat urin
analyzer. Adapun tes khusus meliputi tes biakan urin, protein kualitatif 24 jam,
hemosiderin urin, oval fat bodies, dan lain – lain sesuai kebutuhan khusus. Sedimen
urin adalah unsur-unsur yang tidak larut di dalam urin yang berasal dari darah,
ginjal, dan saluran kemih seperti eritrosit, lekosit, sel epitel, torak, bakteri, kristal,
jamur dan parasit. Tes sedimen urin atau tes mikroskopis dipergunakan untuk
mengidentifikasi unsur-unsur sedimen sehingga dipakai untuk mendeteksi kelainan
ginjal dan saluran kemih, selain itu tes sedimen urin dapat juga dipakai untuk
memantau perjalan penyakit ginjal dan saluran kemih setelah pengobatan (8). Tes
sedimen urin dapat menggunakan metode Shih-Yung yang merupakan metode
penentuan sedimen urin yang menunjukkan ketelitian dan ketepatan yang lebih baik
dibandingkan dengan cara semi kuantitatif, mengurangi penularan penyakit karena
penggunaan tabung sentrifus, kamar hitung sekali pakai (disposible). Selain itu,
metode ShihYung memberikan pelaporan secara kuantitatif. Pada tes sedimen urin
volume sampel urin yang dibutuhkan menurut standar adalah 12 ml, setelah
disentifugasi secara otomatis tersisa ±0,6 ml sedimen urin. (Neuzil, 2006)

Pembentukan urin di dalam nefron melalui 3 fase yaitu; pertama, ultrafiltrasi yang
menghasilkan urin primer. Kedua, reabsorpsi komponen-komponen bermolekul
kecil. Ketigasisa dari penyerapan dialirkan kepapila renalis dan diekskresikan.
Oliguria (volume urin berkurang) ditemukan pada keadaan antara lain demam,
glomerulonefritis akut, gagal ginjal kronis dan infeksi saluran kemih. (Neuzil,
2006)

Cara yang dilakukan adalah menyiapkan sampel urin. Lalu sampel urin yang telah
dimasukkan ke dalam masing-masing tabung plastik dan ditutup dengan
penutupnya. Kemudian, di sentrifugasi 1500 rpm selama 5 menit. Dibuang
supernatan dengan cara membalikkan tabung dan secara otomatis urin tersisa ±0,6
ml sebagai sedimen. Ditambahkan 1 tetes pewarna sedimen lalu dilakukan
resuspensi sedimen urin dengan cara mengetukkan jari perlahan pada dinding
tabung. Diteteskan 1 tetes sedimen dengan menggunakan pipet penetes ke dalam
kamar hitung. Dilakukan pemeriksaan sedimen di bawah mikroskop, unsur sedimen
dihitung pada 4 bidang sedang dengan menggunakan pembesaran 10 x untuk
menghitung silinder dan pembesaran 40 x untuk menghitung sel. (Neuzil, 2006)
Unsur – unsur sedimen yang kurang bermakna, seperti : epitel atau kristal cukup
dilaporkan dengan ( + ) ada, ( ++ ) banyak, dan ( +++ ) banyak sekali. Lazim nya
unsur – unsur sedimen dibagi atas dua unsur yaitu unsur organik dan unsur
anorganik dan unsur organik. Unsur anorganik ialah unsur yang berasal dari suatu
organ atau jaringan, seperti asam urat, amorf, dan kristal sedangkan unsur organik
ialah unsur-unsur yang berasal dari suatu organ seperti : epitel, eritrosit, leukosit,
silinder, potongan jaringan,sperma, bakteri, parasit, epitel renal dan transisional,
lemak, jamur dan trichomonas. (Neuzil, 2006)

Berdasarkan hasil praktikum pemeriksaan sedimen urine yang dilaksanakan di


Laboratorium Patologi Klinik RSUD Kabupaten Buleleng , yaitu :

a) Sampel 1 ditemukan Epitel gepeng 45 - 50, Epitel Bulat 0 – 2 , Leukosit 50 -


55, Eritrosit 0 - 2, Amorph urat (+) , Bakteri (+), Tichomonas Sp (+)
b) Sampel 2 ditemukan Epitel gepeng 25 - 30 , Leukosit 0 – 2, Eritrosit 0 - 2,
Bakteri (+)
c) Sampel 3 ditemukan Epitel gepeng 10 – 15, Leukosit 55 – 60 , Eritrosit 0 – 2,
Bakteri (+), Jamur (+)

Jika dilihat dari hasil pengamatan pasien dengan mengalami hematuria. Dapat
diartikan pada sampel mengalami hematuria karena terdapat eritrosit dalam urine.
Adanya eritrosit atau leukosit didalam sedimen urine mungkin terdapat didalam
urine wanita yang haid atau berasal dari saluran kemih. Dalam keadaan normal,
tidak dijumpai adanya eritrosit dalam sedimen urine, sedangkan leukosit hanya
terdapat 0 – 2 / Lpk dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritroisit dalam urine disebut Hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh
pendarahan dalam saluran kemih, sperti infark ginjal, nephorolithiasis, infeksi
saluran kemih, dan penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya jumlah
leukosit dalam jumlah banyak didalam sedimen urine disebut Piuria. Keadaan ini
sering dijumpai padfa infeksi saluran kemih, atau kontaminasi dengan sekret vagina
pada penderita dengan fluor lobus. (Neuzil, 2006).
Trikomoniasis adalah penyakit menular seksual yang disebabkan oleh parasit
Trichomonas vaginalis. Trikomoniasis dapat dicegah dengan perilaku seksual yang
aman, yaitu tidak bergonta-ganti pasangan seksual dan menggunakan kondom.
Trikomoniasis umumnya tidak bergejala. Bila muncul, gejala dapat timbul beberapa
hari setelah terinfeksi. Keluhan yang muncul bisa berupa nyeri saat berhubungan
seksual atau buang air kecil. Parasit ini dapat ditemukan di mana saja dan sifatnya
sangat mudah menular. Parasit Trichomonas vaginalis sering kali ditularkan
selama berhubungan seksual dari orang yang terinfeksi ke orang lain yang sehat.

Pada pasien A sampel urin yang diperiksa secara mikroskopis terdapat


positif bakteri Trichomonas vaginalis pada pembacaan di lapang pandag 40x
teridentifikasi jumlah 5 – 7

Silinder adalah endapan protein yang terbentuk didalam tubulus ginjal,


mempumyai matriks berupa glikoprotein ( protein tamm horsfall ) dan kadang-
kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembemntukan
silinder duipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain : osmolalitas, volume, pH,
dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubulus ginjal. Dikenal bermacam-
macam silinder yang berhubungan erat dengan berat atau ringannya penyakit ginjal.
Banyak peneliti setuju bahwea dalam keadaan normal biisa didapatkan sedikit
eritrosit, leukosit, dan silinder hialin. Terdapatnya silinder selular sperti silinder
leukosit, silinder eritrosit dan silinder epitel dan silinder berbutir selalu menunjukan
pada penyakit serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder leukosit dan pada
glimerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit.sedangkan pada penyakit
ginjal yang berjalan lanjut dapat ditemukan siluinder hialin dan silinder berbutir.
(Asriyani et al., 2016)

Kristal didalam urine tidak ada hubungan langsung dengan batu didalam
saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat,triple fosfat, dan bahan amorf
merupakan kristal yang sering ditemukan didalam sedimen dan tidak mempunyai
arti, karena kristal-kristal tersebut merupakan hasil metabolisme tubuh yang
normal. Tardapatnya unsur-unsur tersebut tergantung banyaknya makanan yang
dikomsumsi, kecepatan matbolisme dalam tubuh, dan kepekatan urine. Disamping
itu, mungkin didapatkan kristal lain yang didapat dari obat-obatan seperti : kristal
tirosin dan kristal leucin. (Asriyani et al., 2016). Epitel merupakan unsur organik
yang ada dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urine. Dalam keadaan
patologis, jumlah epitel ini mengikat seperti pada infeksi, radang, batu dalam
saluran kemih. Pada sindrom nefrotik didalam sedimen urine mungkin didapatkan
oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubulus ginjal yang mengalami degenerasi
lemak. (Asriyani et al., 2016). Adapun faktor – faktor kesalahan pada praktikum ini
yang mmungkinkan terjadinya hasil yang tidak akurat yaitu : Spesimen urine yang
ideal adalah urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin
dibuang dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah
disediakan. Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama
urine berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak
mencemari spesimen urin. (Cholacha, Acef. 2010).

Epitel adalah sel yang berasal dari permukaan tubuh, seperti kulit,
pembuluh darah, saluran kemih, dan organ tubuh lainnya. Sel ini berperan sebagai
penghalang antara bagian dalam dan luar tubuh, sehingga dapat melindungi bagian
dalam tubuh dari virus. Jika dokter menjumpai adanya sejumlah kecil sel epitel di
dalam urine lewat mikroskop, kondisi ini terbilang normal. Kadar normal sel epitel
di dalam kencing manusia biasanya berkisar 0 – 4 sel per lapang pandang. Bila
angka sel epitel melebihi dari jumlah tersebut, artinya tubuh sedang mengalami
masalah, terutama di bagian sistem urologi, seperti ginjal dan kandung kemih.
Dokter biasanya menyarankan untuk menjalani pemeriksaan jumlah sel epitel jika
tes urine secara visual atau kimia menunjukkan hasil yang tidak normal.
J. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil Praktikum Pemeriksaan Sedimen Urine yang
dilaksanakan pada di Laboratorium Patologi Klinik. didapatkan kesimpulan
sebagai berikut :
1. Urin adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Urine adalah suatu
larutan kompleks yang mengandung bahan-bahan organik dan anorganik
sisa dari metabolisme tubuh yang di filtrasi oleh gamerolus ginjal dan
dikeluarkan dari tubuh melalui saluran kemih. Ekskresi urin diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh
ginjal dan untuk menjaga hemostatis cairan tubuh. Urin disaring di dalam
ginjal, dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang
keluar tubuh melalui uretra.
2. Sampel 1 ditemukan Epitel gepeng 45 - 50, Epitel Bulat 0 – 2 , Leukosit 50
- 55, Eritrosit 0 - 2, Amorph urat (+) , Bakteri (+), Tichomonas Sp (+)
Sampel 2 ditemukan Epitel gepeng 25 - 30 , Leukosit 0 – 2, Eritrosit 0 - 2,
Bakteri (+)
Sampel 3 ditemukan Epitel gepeng 10 – 15, Leukosit 55 – 60 , Eritrosit 0 –
2, Bakteri (+), Jamur (+)
3. Adapun faktor – faktor kesalahan pada praktikum ini yang mmungkinkan
terjadinya hasil yang tidak akurat yaitu : Spesimen urine yang ideal adalah
urine pancaran tengah (midstream), di mana aliran pertama urin dibuang
dan aliran urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan.
Pengumpulan urine selesai sebelum aliran urine habis. Aliran pertama urine
berfungsi untuk menyiram sel-sel dan mikroba dari luar uretra agar tidak
mencemari spesimen urin
DAFTAR PUSTAKA

Asriyani. 2016. Diperiksa, Y., Dari, K., Dan, J. A. M., Dari, L., Pada, J. A. M., &
Suspek, P. Perbedaan Hasil Pemeriksaan Sedimen Urine Yang Diperiksa
Kurang Dari 1 Jam Dan Lebih Dari 1 Jam Pada Pasien Suspek Infeksi
Saluran Kemih. Tersedia pada : http://repository.poltekkes-
kdi.ac.id/239/1/KTI WA ODE ASRIYANI.pdf. Diakses pada 16 Oktober
2018
Fauzyyah, A. 2017. Infeksi Saluran Kemih. Tersedia pada :
repository.unimus.ac.id/351/3/BAB%202.pdf. Diakses pada 16 Oktober
2018
Gandasoebrata. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik. Tersedia pada :
repository.unimus.ac.id/351/3/BAB%202.pdf. Diakses pada 16 Oktober
2018
Junita Sari, Fitri. 2010. Makalah Urinalisis. Tersedia pada:
http://www.academia.edu/9451620/makalah_urinalisis diakses pada 16
Oktober 2018.
Melinda Ayu. 2011. Laporan Praktikum Kimia Klinik Dasar Urin.Tersedia di
:http://www.academia.edu/34900876/Laporan_Praktikum_Kimia_Klinik_
Dasar_Urin diakses pada 16 Oktober 2018.
Neuzil, P. (2006). Pemeriksaan Sedimen Urine. Tersedia pada : Nucleic Acids
Research, 34(11), e77–e77. Diakses pada 16 Oktober 2018.

Anda mungkin juga menyukai