Oleh :
KEMENTRIAN KESEHATAN RI
2019
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan makroskopis dan
pemeriksaan kimia cairan transudate dan eksudat.
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan kimia cairan transudate dan eksudat.
II. METODE
1. Pemeriksaan Makroskopis
Metode yang digunakan dalam metode pemeriksaan
Makroskopis adalah pengamatan langsung.
2. Pemeriksaa Kimia
Metode yang digunakan utuk membedakan cairan eksudat dan
transudat adalah metode Rivalta. Pemeriksaan kadar Glukosa dan
Protein yang terdapat dalam cairan transudat dan eksudat mengikuti
metode yang dimiliki oleh masing – masing reagen.
III. PRINSIP
1. Metode pengamatan langsung
Volume
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan
hasilnya dibaca setinggi miniskus bawah.
Warna
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara
visual dengan cahaya terang.
Kekeruhan
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual
dengan cahaya tembus.
Bau
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman
Berat Jenis
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi
miniskus bawah
Bekuan
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa
2. Metode Rivalta
Tes Rivalta
Seromucin dengan asam asetat akan terbentuk kekeruhan
Pemeriksaan Glukosa dan Protein (mebikuti reagen yang
digunakan)
Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum) pleura
yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc cairan. Efusi
cairan pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura atau Efusi pleura adalah
suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di
dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan
dan pengeluaran cairan pleura .
Pada orang normal rongga pleura ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi
untuk mencegah melekatnya pleura viseralis dengan pleura parietalis, sehingga
dengan demikian gerakan paru (mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan
mulus. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20
ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan
pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan
cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau eksudat. Transudat
hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik,
sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang
menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan
transudat dan eksudat.
A. Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:
1. Transudat
Keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat.Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:
2. Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein
transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah
pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan
terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa
yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa. Protein yang terdapat dalam cairan pleura
kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening
ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan konsentasi
protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.
Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:
a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)
b. Tumor pada pleura
c. Iinfark paru,
d. Karsinoma bronkogenik
e. Radiasi,
f. Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus Eritematosis).
Metode yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah metode makriskopis
dan rivalta, metode tersebut digunakan untuk membedakan sampel yang kita gunakan
adalah cairan transudat atau eksudat. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah
makroskopis dengan mengamati secara visual, yaitu dengan mengamati volume,
warna, bau,bekuan, dan vikositas atau kekentalan cairan. Dari praktikum hasil metode
makroskopis memiliki hasil volume 10 ml, warna kuning jernih kekeruhan, tidak
memiliki bau, tidak ada bekuan dan kentas jadi berdasarkan hasil tersebut sampel
adalah cairan transudat, karena secara visual transudat tidak memeliki bekuan dan
warnanya jernih. Metode berikutnya adalah metode rivaltametode ini menggunakan
asam asetat dan kemudian dilihat terbentuk kekeruhan atau tidak, jika keruh sampel
yang digunakan adalah eksudat dan sebaliknya, pertama-tama menggunakan tabung
reaksi kemudian memipet aquadest menggunakan pipet ukur 10 ml, kemudian
masukan 1 tetes asam asetat dan berikutny masukan sampel atau cairan pleura
sebanyak 1 tetes, kemudian homogenkan dan diamati pada cahaya terang dan amati
kekeruhanya. Pada praktikum rivalta didapatkan hasil warna yang jernih, bisa
diputuskan bahwa sampel tersebut adalah transudat. Dari kedua tes yang telah
dilakukan keduanya menunjukan bahwa sampel tersebut adalah cairan transudat.
IX. SIMPULAN
Metode yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah metode makriskopis
dan rivalta, metode tersebut digunakan untuk membedakan sampel yang kita gunakan
adalah cairan transudat atau eksudat.. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah
makroskopis dengan mengamati secara visual, yaitu dengan mengamati volume,
warna, bau,bekuan, dan vikositas atau kekentalan cairan. Metode berikutnya adalah
metode rivalta metode ini menggunakan asam asetat dan kemudian dilihat terbentuk
kekeruhan atau tidak, jika keruh sampel yang digunakan adalah eksudat dan
sebaliknya, pertama-tama menggunakan tabung reaksi kemudian memipet aquadest
menggunakan pipet ukur 10 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI
Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid II,
edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38