Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM URINALISA DAN CAIRAN TUBUH

PEMERIKSAAN MAKROSKOPIS DAN KIMIA CAIRAN TRANSUDAT DAN


EKSUDAT

Oleh :

Desak Made DwiPitriawati ( P07134018105 )

Kadek Dita Pradnya Paramita (P07134018107)

I Gusti Ayu Redina Matua Dewi (P07134018108)

Bella Agustina Halimah (P07134018109)

Made Gita CandraDewi (P07134018110)

Koming Risa Sridevi Novitasari (P07134018111)

I Made Kembar Karmayasa (P07134018112)

KEMENTRIAN KESEHATAN RI

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

2019
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengetahui pemeriksaan makroskopis dan
pemeriksaan kimia cairan transudate dan eksudat.
2. Mahasiswa dapat menginterpretasikan hasil pemeriksaan makroskopis
dan pemeriksaan kimia cairan transudate dan eksudat.
II. METODE
1. Pemeriksaan Makroskopis
Metode yang digunakan dalam metode pemeriksaan
Makroskopis adalah pengamatan langsung.
2. Pemeriksaa Kimia
Metode yang digunakan utuk membedakan cairan eksudat dan
transudat adalah metode Rivalta. Pemeriksaan kadar Glukosa dan
Protein yang terdapat dalam cairan transudat dan eksudat mengikuti
metode yang dimiliki oleh masing – masing reagen.
III. PRINSIP
1. Metode pengamatan langsung
 Volume
Volume transudat dan eksudat diukur dengan gelas ukur dan
hasilnya dibaca setinggi miniskus bawah.
 Warna
Warna cairan diamati pada ketebalan cairan 7 – 10 cm secara
visual dengan cahaya terang.
 Kekeruhan
Kekeruhan cairan diamati pada ketebalan 7 – 10 cm secara visual
dengan cahaya tembus.
 Bau
Bau dapat dirasakan dengan indera penciuman
 Berat Jenis
Berat jenis cairan dilihat pada tangkai urinometer setinggi
miniskus bawah
 Bekuan
Sifat-sifat bekuan dapat diamati dengan mata biasa
2. Metode Rivalta
 Tes Rivalta
Seromucin dengan asam asetat akan terbentuk kekeruhan
 Pemeriksaan Glukosa dan Protein (mebikuti reagen yang
digunakan)

IV. DASAR TEORI

Efusi pleura adalah adanya penumpukan cairan dalam rongga (kavum) pleura
yang melebihi batas normal. Dalam keadaan normal terdapat 10-20 cc cairan. Efusi
cairan pleura adalah penimbunan cairan pada rongga pleura atau Efusi pleura adalah
suatu keadaan dimana terdapatnya cairan pleura dalam jumlah yang berlebihan di
dalam rongga pleura, yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pembentukan
dan pengeluaran cairan pleura .
Pada orang normal rongga pleura ini juga selalu ada cairannya yang berfungsi
untuk mencegah melekatnya pleura viseralis dengan pleura parietalis, sehingga
dengan demikian gerakan paru (mengembang dan mengecil) dapat berjalan dengan
mulus. Dalam keadaan normal, jumlah cairan dalam rongga pleura sekitar 10-20
ml. Cairan pleura komposisinya sama dengan cairan plasma, kecuali pada cairan
pleura mempunyai kadar protein lebih rendah yaitu < 1,5 gr/dl.
Efusi pleura umumnya diklasifikasikan berdasarkan mekanisme pembentukan
cairan dan kimiawi cairan menjadi 2 yaitu atas transudat atau eksudat. Transudat
hasil dari ketidakseimbangan antara tekanan onkotik dengan tekanan hidrostatik,
sedangkan eksudat adalah hasil dari peradangan pleura atau drainase limfatik yang
menurun. Dalam beberapa kasus mungkin terjadi kombinasi antara karakteristk cairan
transudat dan eksudat.
A. Klasifikasi berasarkan mekanisme pembentukan cairan:

1. Transudat
Keadaan normal cairan pleura yang jumlahnya sedikit itu adalah
transudat.Transudat terjadi apabila terjadi ketidakseimbangan antara tekanan kapiler
hidrostatik dan koloid osmotic, sehingga terbentuknya cairan pada satu sisi pleura
melebihi reabsorpsinya oleh pleura lainnya. Biasanya hal ini terjadi pada:

1. Meningkatnya tekanan kapiler sistemik


2. Meningkatnya tekanan kapiler pulmoner
3. Menurunnya tekanan koloid osmotic dalam pleura
4. Menurunnya tekanan intra pleura

Penyakit-penyakit yang menyertai transudat adalah:


a. Gagal jantung kiri (terbanyak)
b. Sindrom nefrotik
c. Obstruksi vena cava superior
d. Asites pada sirosis hati (asites menembus suatu defek diafragma atau masuk
melalui saluran getah bening) (Halim, 2001).

2. Eksudat
Eksudat merupakan cairan yang terbentuk melalui membrane kapiler yang
permeabelnya abnormal dan berisi protein berkonsentrasi tinggi dibandingkan protein
transudat. Bila terjadi proses peradangan maka permeabilitas kapiler pembuluh darah
pleura meningkat sehingga sel mesotelial berubah menjadi bulat atau kuboidal dan
terjadi pengeluaran cairan ke dalam rongga pleura. Penyebab pleuritis eksudativa
yang paling sering adalah karena mikobakterium tuberkulosis dan dikenal sebagai
pleuritis eksudativa tuberkulosa. Protein yang terdapat dalam cairan pleura
kebanyakan berasal dari saluran getah bening. Kegagalan aliran protein getah bening
ini (misalnya pada pleuritis tuberkulosis) akan menyebabkan peningkatan konsentasi
protein cairan pleura, sehingga menimbulkan eksudat.
Penyakit yang menyertai eksudat, antara lain:
a. Infeksi (tuberkulosis, pneumonia)
b. Tumor pada pleura
c. Iinfark paru,
d. Karsinoma bronkogenik
e. Radiasi,
f. Penyakit dan jaringan ikat/ kolagen/ SLE (Sistemic Lupus Eritematosis).

B. Pemeriksaan Cairan Pleura


1. Makroskopis Cairan Pleura
Pada pemeriksaan cairan pleura ini meliputi : jumlah, warna, kerjernihan, bau,
berat jenis, dan bekuan. Pada pemeriksaan ini akan membedakan yang tergolong
cairan transudat dan cairan eksudat.
Transudat terjadi sebagai akibat proses bukan radang oleh gangguan
kesetimbangan cairan badan (tekanan osmosis koloid, stasis dalam kapiler atau
tekanan hidrostatik, kerusakan endotel). Pemeriksaan cairan transudat ini yaitu
transudat dengan ciri-ciri transudat spesifik : cairan jernih, encer, kuning muda, berat
jenis 1010 atau setidak-tidaknya kurang dari 1018, tidak menyusun bekuan (tidak ada
fibrinogen), kadar protein kurang dari 2,5 g/dl, kadar glukosa kira-kira sama seperti
dalam plasma darah, jumlah sel, dan bersifat steril.
Eksudat berkaitan dengan salah satu proses peradangan. Pemeriksaan cairan
eksudat dengan ciri-ciri eksudat spesifik : keruh (berkeping-keping, purulent,
mengandung darah, chyloid), kental, warna bermacam-macam, berat jenis lebih dari
1018, sering ada bekuan (oleh fibrinogen), kadar protein lebih dari 4,0 g/dl, kadar
glukosa jauh kurang dari kadar dalam plasma darah.
2. Pemeriksaan Kimia Cairan Pleura
Pada pemeriksaan kimia cairan pleura meliputi kadar glukosa dan protein
dalam cairan itu. Cairan rongga dalam keadaan normal mempunyai susunan plasma
darah tanpa albumin dan globulin-globulin. Transudat mempunyai kadar glukosa
sama seperti plasma, sedangkan untuk cairan eksudat mengandung banyak leulkosit.
Pada pengujian protein dalam transudat yaitu fibrinogen dalam transudat kadarnya
rendah sekitar antara 300-400 mg/dl dan dalam eksudat kadar protein sekitar 4-6 g/dl
atau lebih tinggi.
V. ALAT DAN BAHAN
1. Pemeriksaan Makroskopis
a. Alat
 Pipet tetes
 Centrifuge
 Pipet ukur
 Bold filler
 Tabung reaksi
b. Bahan
 Cairan pleura
 Akuades
2. Pemeriksaan Kimia
a. Alat
 Pipet tetes
 Centrifuge
 Pipet ukur
 Bold filler
 Tabung reaksi
b. Bahan
 Cairan pleura
 Akuades
VI. PROSEDUR KERJA DAN INTERPRETASI HASIL
a. Metode Makroskopis
Dengan cara mengamati secara langsung
1. Jumlah
Jumlah semua cairan menentukan luas kelainan
2. Warna
 Warna transudat kekuningan
 Warna eksudat bermacam-macam, tergantung penyebabnya.
Eksudat karena radang ringangan tidak jauh berbeda dengan
eksudat
3. Kejernihan
 Transudat murni : Kelihatan jernih
 Eksudat : Keruh
4. Bau
Biasanya transudat maupun eksudat tidak memiliki bau bermakna,
Timbulnya bau mengarah pada eksudat
5. Berat Jenis
Harunya segera dipeperiksa sebelum terjadi bekuan. Jika sampel
mencukupi dapat dilakukan dengan urinometer, jika hanya sedikit
sebaiknya digunakan refrektometer.
6. Bekuan
Perhatikan terjadi bekuan ( Renggang, berkeping, atau sangat halus).
Bekuan itu tersusun dari fibrin dan di dapat pada Eksudat.
b. Metode Rivalta
1. Ditambahkan 10 ml aquadest ke dalam tabung reaksi
kemudian ditambahkan 1 tetes asetat glacial
2. Ditambahkan 1 tetes cairan pleura
3. Dihomogenkan dan diamati warna, kejernihan, adanya
keruhan pada cahaya terang
 Intepretasi :
- Transudat : Negatif (tidak keruh/jernih)
- Eksudat : Positif (Keruh)

VII. HASIL PENGAMATAN


a. Makroskopis Cairan Transudat Dan Eksudat
o Volume : 10 ml
o Warna : Kuning jernih kekeruhan
o Bau : Tidak berbau
o Bekuan : ( - ) tidak ada bekuan
o Viskosita : Kental
b. Rivalta Cairan Transudat Dan Eksudat
o Transudat : Negatif ( Tidak keruh / Jernih )
VIII. PEMBAHASAN

Metode yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah metode makriskopis
dan rivalta, metode tersebut digunakan untuk membedakan sampel yang kita gunakan
adalah cairan transudat atau eksudat. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah
makroskopis dengan mengamati secara visual, yaitu dengan mengamati volume,
warna, bau,bekuan, dan vikositas atau kekentalan cairan. Dari praktikum hasil metode
makroskopis memiliki hasil volume 10 ml, warna kuning jernih kekeruhan, tidak
memiliki bau, tidak ada bekuan dan kentas jadi berdasarkan hasil tersebut sampel
adalah cairan transudat, karena secara visual transudat tidak memeliki bekuan dan
warnanya jernih. Metode berikutnya adalah metode rivaltametode ini menggunakan
asam asetat dan kemudian dilihat terbentuk kekeruhan atau tidak, jika keruh sampel
yang digunakan adalah eksudat dan sebaliknya, pertama-tama menggunakan tabung
reaksi kemudian memipet aquadest menggunakan pipet ukur 10 ml, kemudian
masukan 1 tetes asam asetat dan berikutny masukan sampel atau cairan pleura
sebanyak 1 tetes, kemudian homogenkan dan diamati pada cahaya terang dan amati
kekeruhanya. Pada praktikum rivalta didapatkan hasil warna yang jernih, bisa
diputuskan bahwa sampel tersebut adalah transudat. Dari kedua tes yang telah
dilakukan keduanya menunjukan bahwa sampel tersebut adalah cairan transudat.
IX. SIMPULAN

Metode yang di gunakan dalam praktikum kali ini adalah metode makriskopis
dan rivalta, metode tersebut digunakan untuk membedakan sampel yang kita gunakan
adalah cairan transudat atau eksudat.. Metode pemeriksaan yang dilakukan adalah
makroskopis dengan mengamati secara visual, yaitu dengan mengamati volume,
warna, bau,bekuan, dan vikositas atau kekentalan cairan. Metode berikutnya adalah
metode rivalta metode ini menggunakan asam asetat dan kemudian dilihat terbentuk
kekeruhan atau tidak, jika keruh sampel yang digunakan adalah eksudat dan
sebaliknya, pertama-tama menggunakan tabung reaksi kemudian memipet aquadest
menggunakan pipet ukur 10 ml.
DAFTAR PUSTAKA

Bahar, Asril. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Ed. 3. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI

Gandasoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat


Agung.

Halim H. Penyakit-penyakit pleura, dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam, Jilid II,
edisi ke-3, Gaya Baru.Jakarta.2001; 927-38

Anda mungkin juga menyukai