Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Urobilin adalah pigmen alami dalam urine yang menghasilkan warna
kuning. Ketika urine kental, urobilin dapat membenuk warna orange
kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan drajat oksidasi (kamus
kesehatan).
Urin merupakan keluaran akhir yang dihasilkan ginjal sebagai akibat
kelebihan urine dari penyaringan unsur-unsur plasma  (Frandson, 1992). Urine
atau urin merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinasi. Eksreksi urine diperlukan
untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal
dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urine disaring di dalam ginjal,
dibawa melalui ureter menuju kandung kemih, akhirnya dibuang keluar tubuh
melalui uretra (Ningsih, 2012). Proses pembentukan urin di dalam ginjal
melalui tiga tahapan yaitu filtrasi (penyaringan), reabsorpsi (penyerapan
kembali), dan augmentasi (penambahan) (Budiyanto, 2013).
Pada kondisi normal, urine tidak mengandung bilirubin. Adanya bilirubin
dalam urine dalam urine mengidentifikasikan adanya kerusakan sel hati atau
adanya sumbatan pada saluran empedu.peningkatan urobilin dalam urine
menggambarkan adanya kerusakan sel hati atauperombakan hemoglobin yang
meningkat. Sedangkan ketika terjadi endapan pada saluran empedu, urobilin
tidak dijumpai dalam urine (kiana, 2013).
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti sering mendengar istilah urine.
Bukan hanya mendengar namun kita selalu menemui dan melakukan
pembuangan urine atau metabolisme tubuh melalui urine yang biasa kita sebut
buang air kecil (BAK). Buang air kecil merupakan suatu hal yang normal
namun kenormalan tersebut dapat menjadi tidak normal apabila urine yang kita
keluarkan tidak seperti biasanya. Mengalami perubahan warna atau merasakan
nyeri saat melakukan proses buang air kecil. Jika hal itu terjadi maka yang
perlu kita lakukan adalah dengan cara melakukan pemeriksaan. Pemeriksaan
urine merupakan pemeriksaan yang menggunakan bahan atau specimen urine.
Pemeriksaan pada urine dapat menentukan penyakit apa yang sedang diderita
oleh seseorang.
Oleh karna itu perlu dilakukan pemeriksaan urobilin pada urin dengan
preaksi schlesinger untuk mengetahu ada tidaknya kandungan urobilin pada
urin yang akan diperiksa.
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu untuk mengetahui cara kerja
dari pemeriksaan urobilin pada urin dengan preaksi schlesinger dan untuk
mengetahui adatidaknya urobilin pada urin yang akan diperiksa.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian urobilin
Urobilin adalah pigmen alami dalam urin yang menghasilkan warna
kuning. Ketika urin kental, urobilin dapat membuat tampilan warna oranye-
kemerahan yang intensitasnya bervariasi dengan derajat oksidasi, dan kadang-
kadang menyebabkan kencing terlihat merah atau berdarah. Banyak tes urin
(urinalisis) yang memantau jumlah urobilin dalam urin karena merupakan zat
penting dalam metabolisme/ produksi urin. Tingkat urobilin dapat memberikan
wawasan tentang efektivitas fungsi saluran kemih.
B. Mekanisme pembentukan urobilin dan urobilinogen
Bilirubin terkonjugasi yang mencapai ileum terminal dan kolon dihidrolisa
oleh enzym bakteri β glukoronidase dan pigmen yang bebas dari glukoronida
direduksi oleh bakteri usus menjadi urobilinogen, suatu senyawa tetrapirol tak
berwarna. Sejumlah urobilinogen diabsorbsi kembali dari usus ke perdarahan
portal dan dibawa ke ginjal kemudian dioksidasi menjadi urobilin yang
memberi warna kuning pada urine. Sebagian besar urobilinogen berada pada
feces akan dioksidasi oleh bakteri usus membentuk sterkobilin yang berwarna
kuning kecoklatan. (Yayan, 2010).
Empedu, yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri usus mengubah bilirubin menjadi
urobilinogen. Sejumlah besar urobilinogen berkurang di faeses, sejumlah besar
kembali ke hati melalui aliran darah; di sini urobilinogen diproses ulang
menjadi empedu, dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan oleh ginjal ke dalam
urin. Ekskresi urobilinogen ke dalam urine kira-kira 1-4 mg/24jam. Ekskresi
mencapai kadar puncak antara jam 14.00 – 16.00, oleh karena itu dianjurkan
pengambilan sampel dilakukan pada jam-jam tersebut.
C. Masalah klinis urobilin dan urobilinogen
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal
yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan
(ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan
parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan
hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus,
mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit.  Hasil positif juga dapat diperoleh
setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau
sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.
Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker
pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya
sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
D.  Pemeriksaan Urobilin dan urobilinogen
Pemeriksaan urobilin sendiri harus bebas dari billirubin jadi jika ada
bilirubin buang dahulu dengan cara menmbahkan calsiumhidroxida dalam urin
kemudian saringalah dan pakai filtratnya untuk pemeriksaan urobilin.
Prosedur pemeriksaaan urobilin pertama kali kita menyiapkan alat dan
bahan seprti tabung reaksi, pipet, gelas ukur dll. Kemudian untuk bahan reagen
lugol kita membuatnya dengan resep jodium 1 gram, kaliumjodida 2 gram
setelah itu ad aquadest sebanyak 300 ml. Untuk pemuatan reagen schlesinger
timbang zink-acetat 10 gram kemudian larutkan dalam alkohol 95% sebanyak
100 ml, kocok kuat-kuat setelh itu simpan dalam botol, dan jika ada sisa reagen
yang tidak larut biarkan ikut masukkan dalam botol.
Kemudian masuk dalam proses pemeriksaan, pertama masukkan 5 ml
sampel urin kedalam tabung reaksi. Perhatikan ada fluorensi atau tidak, jika
ada maka sampel tidak bisa untu pemeriksaan karena akan menjadikan hasil
positif palsu. Setelah itu jika tidak ada fluorensi tambahkan 2 – 4 tetes reagen
lugol yang sudah disiapkan tadi, homogenkan kemudian biarkan selama 5
menit. Jika waktu sudah cukup tambahakan 5 ml reagen Schlesinger,
homogenkan kemudian saring dengan kertas saring. Filtrat yang dihasilkan dari
penyeringan tersebut kemudian amatilah dengan cahaya matahari berpantul
dengan latar belakang berwarna hitam. Pembacaan hasil dilihat ada atau
tidaknya fluorensi hijau dengan nilai positif 1 atau positif 2. Pada urin normal
akan menjadikan hasil positif 1 (+) dan jika didapatka hasil negatif atau positif
2 (+ +) maka kemungkinan sampel urin dalam keadaan abnormal. Pemeriksaan
urobilin sendiri lebih bagus jika bersamaan dengan test urobilinogen dengan
catatan sampel urin masih segar.
Jika sampel tidak segar maka lakukan pemeriksaan urobilin saja karena
untuk pemeriksaan urobuilinogen dihasruskan menggunakan sampel yang
masih segar jika tidak ada mengahasilkan negatif palsu. Pemeriksaan
urobilinogen harus menggunakan sampel urin yang segar karena jika
uobilinogen yang terlalu lama terkena udara dan terkena sinar matahari maka
akan dioksidasi menjadi urobilin.
Maka dari itu juga pemeriksaan ini juga didampingi dengan pemeriksaan
urobilin. Selain memakai urin segar pengambilan sampel yang baik untuk urin
segar atau sewaktu lebih bagus diambil pada sore hari untuk pemeriksaan
urobilinogen. Pemeriksaan urobilinoen sendiri menggunakan reaksi dengan
reagen Ehelich yang kemudian akan merubah sampel urin jika positif
urobinogen maka akan berubah menjadi merah. Perlu diingat juga bahwa
pemeriksaan ini tidak boleh adanya billirubin layaknya pemeriksaan urobilin.
Maka alahkan baiknya billirubin diabuang terlebih dahulu dengan
menmbahkan calciumhidroxsida kemudian kocok dan saringlah. Setelah
disarih pakailah filtrat untuk pemeriksaan urobilinogen.
Prosedur pemeriksaan robilinogen, pertama siapkan reagen Ehrlich. Cara
pembuatan regaen ehrlich yaitu timbanglah paradimethyamino-benzaldehida 2
gram, tuangkan asam hidroclorida pekat 20 ml kemudian tambahkan aquadest
80 ml, kemudian simpan pada botol yang berwarna coklat. Regen sudah di buat
kemudian tuang 1 ml regen wallace dan diamond kedalam tabung reaksi
kemudian tambahkan 10 ml sampel urin homogenkan, biarkan 3- 5 menit.
Kemudian bacalah hasilnya dengan cara melihat dari atas kebawah dalam
tabung reaksi itu yang didirikan vertikal dan dibawahnya diberi kertas
berwarna putih. Jika warna yang terlihat samar-samar saja maka pemeriksaan
dianggap selesai namun jika warna merah terlihat jelas lanjutkan dengan
pengenceran sampel urin. Dengan cara buatlah deretan pengenceran urin dari
10 kali samapai 100 kali atau lebih tinggi, lihat tabel. Jika sudah melakukan
pengenceran maka ulangi pmeriksaan wallace dan diamond. Kemudian hasil
pemeriksaan dilaporkan dengan menyebutkan pada pengenceran tertinggi yang
masih terlihat warna merah dan juga pengenceran berapakah yang tidak terlihat
warna merah lagi.
BAB III
METODE PRAKTIKUM
A. Waktu dan tempat
1. Waktu
Adapun waktu yang di gunakan pada praktikum kali ini yaitu:
Hari : Senin
Tanggal : 04 November 2019
Waktu : 10.00-12.00
2. Tempat
Adapun tempat yang digunakan pada prktikum kali ini yaitu
dilaboratorium patologi DIV Teknologi Laboratorium Medis Universitas
Rezky Makassar Gedung D Lantai 2.
B. Alat dan Bahan
1. Alat 2. Bahan
a) Tabung reaksi a) Urin
b) Raktabung b) Larutan Schlesinger
c) Gelas Kimia c) Kertas Saring
d) Pipet tetes
C. Prosedur Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Dimasukan 5 ml urin kedalam tabung reaksi
3. Dimasukan 5 ml preaksi schlesinger dengan kedalam tabung yang berisi
urin 4. kemudia di campurkan, lalu disaring dengan kertas saring
5. Diamati dan periksa jika ada florosensi dalam filtrat dan di uji dengan
cahaya matahari pantul atau dengan senter dengan latar belakang
hitam.
D. Prinsip Kerja
Urin yang dimasukan sebnayak 5 ml kemudia dimasukan preaksi
Schlesinger sebanyak 5 ml zat itu baru kemudian timbul oleh oxidasi
urobilinogen kemudian disaring dan diaamati dengan cahaya matahari pantul
atau dengan senter maka floresensi dalam filtrat akan terlihat.

E. Reaksi Kimia

Schelesinger 5ml + urin 5ml = Negatif (-)

F. Dokumentasi
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pembahasan
Pada praktikum ali ini yang dilakukan pada hari Senin 04 November 2019
pukul 10.00-12.00. Bertepat di laboratorium patologi DIV Teknologi
Laboratorium Medis Gedung D Lantai 2 STIKIP Universitas Mega Rezky
Makssar.
Dalam urin segar praktis tidak ada urobilin, zat itu baru kemudian timbul
oleh urabilinogen jika ada florasensi sebelum diberikan reagen schlesinger
mungkin hal itu disebabkan oleh zat-zat yang merupakan adanya floresensi
muti vitamin atau vitamin B compleks karna itu juga, terdapat urabilinogen
dapat menambahkan lebih banyak kekurangan dari tes schlesinger. Jika kedua
melisist di lakukan berdampingan dan dilinlensinger maka dilakukan
kemungkinan salah satu macam darurat ludol yang terjadi disebut dan yang
memberat reaksi positif palsu pada best terhadap urobilinogen
Bakteri-bakteri dalam usus akan mengubah bilirubi menjadi
urobilinogen ,karna karna proses oksidasi, urobilinogen berubah menjadi
urabilin, suatu zat yang membutuhkan warna khas pada urin. Sedangkan pada
sambatan saluran empedu urobilin tidak dapat dijumpai pada urin. peningkatan
urobilinogen dalam urin menggambarkan adanya kerusakan sel urobilinogen
dalam urin menggambarkan adanya kerusakan sel hati (misalnya hepatitis) atau
peningkatan perpmbakan hemoglobin.
Urobilin merupakan hasil oksidan dari urabilinogen ,baik secara langsung
kemudian didiamkan dalam udara terbuka. Dengan pengetahuan ini maka bila
ada pemeriksaan urobilin dengan urin yang baru harus dilakukan oleh sedian
buatan yaitu dengan reagen lugol gunanya untuk mengosidasi urabilinogen
menjadi urobilin dengan oksigen.
Dari hasil pengamatan yang kamilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
saat pemeriksaan urabilin dan urobilinogen hasilnya negatif dan juga
urobilinogen yang menandakan bahwa pasien Tn.J dikatakan normal.

BAB V
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum yang telah di lakukan yaitu kami dapat
mengetahui cara kerja dari uji schlesinger pada pemeriksaan urobilinogen urin
dan pada pasien bernama Tn. J hasil pemeriksaanya Negatif yang menandakan
bahwa kadar urobilinogen normal.
DAFTAR PUSTAKA

Arianda Dedy,2015. Kimia klinik. jakarta. UB.DUBUSHING


Gandasoebrata, 1968, Penuntun Laboratorium Klinik, Dian Rakyat, Jakarta.
Hasdianah. 2014. Patologi & patofisiologi penyakit. Yogyakarta : Nuha Medika

Anda mungkin juga menyukai