Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

PERCOBAAN III
“PEMERIKSAAN CAIRAN SEREBROSPINAL”

DI SUSUN OLEH:

NAMA :FENNY PUTRI ALLO LATORUMO


NIM :A201601034
KELAS :A1
KELOMPOK :II (DUA)
INSTRUKTUR :WA ODE GUSTIANI PURNAMASARI, AMAK, S.ST

PROGRAM STUDI D IV ANALIS KESEHATAN


STIKES MANDALA WALUYA
KENDARI
2018
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Cairan serebrospinal merupakan cairan bening yang berada di otak
dan sterna serta ruang subrachnoid yang mengelilingi otak dan medulla
spinalis “sumsum tulang belakang” cairan ini memiliki tekanan yang
konstan dan memiliki ruangan-ruangan yang saling berhubungan satu
sama lain.

Cairan serebrospinal dihasilkan oleh pleksus choriodeus ventriculus


lateralis yaitu suatu ruangan yang terletak didalam otak manusia yang
kemudian cairan yang dihasilkan dialirkan ke ventrikel lateralis. Cairan
serebrospinal berfungsi sebagai peredam mekanis terhadap kejut.

Cairan ini juga memberikan pelumasan antara tulang dan sekitarnya


dan otak dengan sumsum tulang belakang. Ketika seseorang mengalami
cedera kepala, cairan ini bertindak sebagai bantal yang akan
meminimalisir atau mengurangi efek dari pada cedera tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut sangat penting dilakukan


praktikum ini. Agar kita dapat mengetahui tentang cairan serebrospinalis
yang membantu dalam diagnosa penyakit-penyakit.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk mendiagnosa penyakit-penyakit
neurologi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF) adalah cairan yang


menggenangi otak dan akord tulang belakang. Cairan serebrospinal
adalah satu dari tiga komponen utama di dalam tengkorak, dua lainnya
adalah pembuluh darah dan otak itu sendiri. CSF diproduksi oleh pleksus
koroid, serangkaian pembuluh darah infolded bahwa proyek ke dalam
ventrikel otak, dan itu diserap ke dalam sistem vena. Jika produksi
melebihi penyerapan, tekanan CSF naik, dan hasilnya adalah
hidrosefalus. Ini juga dapat terjadi jika jalur CSF yang terhambat,
menyebabkan cairan menumpuk. CSF diperoleh dalam pungsi lumbal
dianalisa untuk mendeteksi penyakit. (Adams R.D. 2007)

Cairan serebrospinal yang berada di ruang subarakhnoid merupakan


salah satu proteksi untuk melindungi jaringan otak dan medula spinalis
terhadap trauma atau gangguan dari luar. Pada orang dewasa volume
intrakranial kurang lebih 1700 ml, volume otak sekitar 1400 ml, volume
cairan serebrospinal 52-162 ml (rata-rata 104 ml) dan darah sekitar 150
ml. 80% dari jaringan otak terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra
sel. Rata-rata cairan serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 ml/menit atau
500 ml/hari, sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150
ml dalam sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa
pembentukan, sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah
cairan serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal
diganti 4-5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat
merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik. (Sid Gilman M.D.
2007).

Pemeriksaan cairan serebrospinal sangat membantu dalam


mendiagnosa penyakit-penyakit neurologi. Selain itu juga untuk evaluasi
pengobatan dan perjalanan penyakit, serta menentukan prognosa
penyakit.Pemeriksaan cairan serebrospinal adalah suatu tindakan yang
aman, tidak mahal dan cepat untuk menetapkan diagnosa,
mengidentifikasi organism penyebab serta dapat untuk melakukan test
sensitivitas antibiotika. (Gandasoebrata R. 2007).
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu Dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 30
November 2018 pukul 14.00 WITA sampai selesai, bertempat di
Laboratorum Klinik D-IV Analis Kesehatan STIKES Mandala
Waluya Kendari.

B. Alat Dan Bahan


1. Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Pipet tetes
b. Tabung reaksi
c. Bunsen
d. Cawan porselin
e. Gegep
2. Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:
a. Aquades
b. Asam asetat
c. Cairan serebrospinal

C. Prosedur Kerja
1. Pra Analitik
a. Persiapan pasien
Hindari sampel bercampur darah pada saat
melakukan pungsi.
b. Prinsip
Membandingkan warna cairan otak dengan larutan
jernih dengan latar belakang berwarna terang.

2. Analitik
a. Pemeriksaan Makroskopik
1. Warna
a. Tabung reaksi pertama di isi aquades secukupnya
sebagai pembanding.
b. Tabung reaksi ke dua di isi cairan serebrospinal.
c. Dibandingkan warna tabung pertama dan ke dua.
b. Pemeriksaan Kima
1. Kekeruhan
a. Tabung reaksi pertama di isi aquades secukupnya
sebagai pembanding.
b. Tabung reaksi kedua diisi cairan serebrospinal
ditambahkan asam asetet.
c. Dibandingkan kekeruhan tabung pertama dan ke dua.
2. Bekuan
a. Tabung reaksi yang diisi cairan serebrospinal
ditambahkan asam asetet dipanaskan.
b. Selanjutnya dibandingkan dengan tabung yang berisi
aquades.

3. Pasca Analitik

Nilai rujukan :

a. Warna

1. Normal : cairan otak tidak berwarna atau jernih.

2. Waran merah : adanya darah didalam sampel.

3. Warna coklat : adanya perdarahan kronik karena


eritrosit yang hemolisis dan jika diendapkan supernatan
akan berwaran kuning.

4. Warna kuning : adanya ikterus atau kadar protein yang


tinggi, xanthokromia (kekuning-kuningan) pelepas Hb dari
eritrosit yang lisis.

5. Keabu-abu : adanya leukosit dalam jumlah banyak.

b. Kekeruhan

1. Normal : cairan otak tidak berwarna atau jernih.

2. Positif (+) : berkabut


3. Positif (++) : kekeruhan ringan

4. Positif (+++) : kekeruhan nyata

5. Positif (++++) : sangat keruh

c. Bekuan

1. Normal : tidak terlihat bekuan.

2. Bekuan : banyak darah masuk, banyaknya


fibrinogen yang berubah menjadi fibrin.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan
1. Data Pasien
Nama : Mister X
Umur : 29 tahun
Hari/ tanggal : Jumat,30 November 2018
Alamat : Kendari
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Data Pengamatan Makroskopis
Tabel 1. Hasil Pengamatan Pemeriksaan Makroskopis dan
Kimia

No Jenis Gambar Hasil


Pemeriks
aan
1. Warna Kuning

2. Kekeruhan Postif(++)
kekeruhan
ringan

3. Bekuan Positif
(bekuan)

 Interpertasi hasil:

Sampel pasien berwarna kuning karena adanya ikterus atau kadar


protein yang tinggi, kekeruhan ringan dan adanya bekuan disebabkan
trauma pungsi,mengiritasi tuberculosa.

B. Pembahaasan
Pemeriksaan makroskopis cairan serebrospinalis Pemeriksaan
makroskopis cairan serebrospinalis yang dilakukan meliputi pemeriksaan
warna dan kekeruhan, serta bekuan. Pemeriksaan warna dan bekuan
dilakukan dengan membandingkan warna dan kekeruhan sampel dengan
aquades. Sampel dituang dalam tabung reaksi dan diamati secara visual
dengan latar belakang putih dan terang. Hal ini dilakukan agar
pengamatan secara visual tidak mengalami ganguan. Warna cairan LCS
dibandingkan dengan aquades. Warna merah pada cairan LCS
menandakan bahwa adanya darah di dalam sampel, warna coklat
menandakan ada pendarahan kronik karena eritrosit yang hemolisis dan
jika diendapkan akan berwarna kuning, warna kuning menandakan
adanya ikterus atau kadar protein yang tinggi, keabu-abuan menandakan
adanya leukosit dalam jumlah banyak. Cairan LCS yang normal tidak
berwarna dan jernih

Cairan serebrospinalis diproduksi dari aliran darah arterial oleh


pleksus koroideus ventrikel ke-4 dan ke-3 otak melalui proses difusi,
pinositosis, dan transpor aktif. Sebagian kecil cairan LCS diproduksi oleh
sel ependim. Pada orang dewasa volume intrakranial kurang lebih 1700
mL, volume otak sekitar 1400 mL, volume cairan serebrospinal 52-162
mL (rata-rata 104 mL) dan darah sekitar 150 mL. 80% dari jaringan otak
terdiri dari cairan, baik ekstra sel maupun intra sel. Rata-rata cairan
serebrospinal dibentuk sebanyak 0,35 mL/menit atau 500 mL/hari,
sedangkan total volume cairan serebrospinal berkisar 75-150 mL dalam
sewaktu. Ini merupakan suatu kegiatan dinamis, berupa pembentukan,
sirkulasi dan absorpsi. Untuk mempertahankan jumlah cairan
serebrospinal tetap dalam sewaktu, maka cairan serebrospinal diganti 4 –
5 kali dalam sehari. Perubahan dalam cairan serebrospinal dapat
merupakan proses dasar patologi suatu kelainan klinik.

Pemeriksaan bekuan dilakukan dengan menuangkan sampel ke


dalam tabung reaksi dan diamati adanya bekuan, dan diterangkan sifatnya
seperti renggang, berkeping, sangat halus, dan lain sebagainya. Cairan
LCS normal tidak mengandung bekuan. Pada Meningitis tuberculosa
dapat dilihat terbentuknya bekuan yang sangat halus dan sangat
renggang yang mulai dibentuk pada permukaan cairan dan tumbuh
sampai ke pertengahan cairan. Meningitis purulenta dapat terlihat adanya
bekuan yang besar atau kasar. Pada sinroma froin dan pada pendarahan
besar terdapat bekuan en masse, yaitu cairan otak yang membeku
seluruhnya. Pada encephalitis dan poliomyelitis biasanya tidak terjadi
bekuan.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan pada praktikum ini yaitu pada sampel dapat
didiagnosa penyakit menginitis karena pada sampel di
dapatkan warna kuning pada cairan otak, dan terdapat keruhan
ringan atau (positif ++) serta ada bekuan, sedangkan pada
cairan otak tidak berwarna atau jernih atau tidak ada bekuan.

B. Saran
Saran saya pada praktikum selanjutnya sebaik nya praktikan
lebih memperhatikan lagi APD sebelum praktikum dilaksanakan.

DAFTAR PUSTAKA

Adams R.D. 2007. Disturbances of cerebrospinal fluid circulation,


including hydrocephalus and meningeal reaction, infection of the nervous
system, in principal of neurology. 6th ed . New York:McGraw Hill.

Gandasoebrata R. 2007. Penuntun Laboratorium Klinik . Jakarta : Dian


Rakyat

Sid Gilman M.D. 2007. The cerebrospinal fluid in Manter and Gat’z
Essentials of clinicalneuroanatomy and neurophysiology. 8th ed.
Philadelphia: Davis press.

Anda mungkin juga menyukai