Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK III

PEMERIKSAAN FUNGSI ENDOKRIN

Di Susun Oleh

Nama : Sri Wulantari


Nim : 18 3145 353 218
Kelas : 18 F

PRORAM STUDI DIV


TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
FAKULTAS FARMASI, TEKNOLOGI RUMAH SAKIT DAN INFORMATIKA
UNIVERSITAS MEGA REZKY MAKASSAR
TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar Belakang
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untuk memengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa
pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan.
Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah,
kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstestin.
Gangguan endokrin adalah penyakit yang terkait dengan kelenjar endokrin
pada tubuh. Sistem endokrin adalah jaringan kelenjar yang menghasilkan
hormon, yang merupakan sinyal kimia yang dikeluarkan melalui aliran darah.
Hormon membantu tubuh mengatur berbagai proses, seperti nafsu makan,
pernapasan, pertumbuhan, keseimbangan cairan, feminisasi, dan virilisasi
(pembentukan tanda-tanda seks sekunder seperti pembesaran payudara atau
testis), serta pengendalian berat badan.
Sel-sel poenyusun endokrin dapat dibedakan menjadi dua yaitu sel
neurosekretori dan sel endokrin sejati.sel nuurosekretori adalah sel yang
berbentuk seperti sel saraf, tetapi berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh
sel saraf pada hipotalamus. Sel tersebut memperlihatkan fungsi edokrin
sehingga dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin sesungguhnya, semua
sel yang dapat menghasilkan sekret disebut sebgai sel sekretori.
Oleh karna itu, sel saraf yang terdapat pada hipotalamus disebuut sel
neurosekretori. Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin klasik, yaitu sel
endokrin yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak
memiliki bentuk seperti sel saraf. Kelenjar endokrin sejati melepaskan hormon
yang dihasilkan secara langsung kedalam darah ( cairan tubuh). Kelenjar
endokrin sejati dapat ditemukan pada hewan yang memepunyai sistem
sirkulasi, baik invertebrata maupun vertebrata.
Oleh karena itu pada pratikum kali ini dilakukan untuk mengetahui kadar
hormon yang di produksi kelenjar tiroid.
I.2 Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui hasil pemeriksaan dari fungsi endokrin
(FT4,TSH,T4,T3).
I.3 Perinsip Percobaan
Di dalam tubuh kita terdapat 2 sistem yang bertanggug jawab terhadap
pengaruturan lingkuganinternal. Penghantaran informasi yang cepat dan terarah
diatur oleh sistem saraf. Sedangkan pengaturan fugsi sel secara global dan
pengaturan yag berlagsung lebih lama berada di bawahtanggung jawab sistem
endokrin melalui penghatar informasi kimiawi yang dikenal denganistilah hormon
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductkess)


yang menghasilkan hormon tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah
untukmempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa
pesan” dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang
selanjutnya akan menerjemahkan ”pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem
endokrin tidak memasukan kelenjar eksokrin seperti kelenjar lludah, kelenjar
keringat dan kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastroinstentin
(Manurung,2017).
Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran, yang
menyalurkan sekresi hormonnya langsung ke dalam darah. hormon tersebut
memberikan efeknya ke organ atau jaringan target. Beberapa hormon seperti
insulin dan tiroksin mempunyai banyak organ target. Hormon lain seperti
kalsitonin dan beberapa hormon hipofisis, hanya memiliki satu atau beberapa
organ target (Manurung,2017).
Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia
yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati duktus atau saluran
dan dari sekresi tersebut adalah hormon. Hormon adalah zat kimia yang dibawa
dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk
melakukan tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh pada banyak
proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh,
dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin
meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium
atau testis (Utomo,2017).
Meskipun berperan sangat penting dalam tubuh, ada banyak gangguan
kelenjar endokrin yang belum diketahui. Salah satu gangguan pada kelenjar
endokrin adalah Diabetes Melitus (Utomo,2017). Terdapat dua tipe kelenjar yaitu
eksotrin dan endoktrin. Kelenjar eksotrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus
pada permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan traktus
intestinal. Kelenjar endoktrin termaksud hepar, pankreas (kelenjar eksokrin dan
endokrin), payudara dan kelenjar lakriminalis unutk air mata. Sebaliknya,
kelenjar endokri melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah
(Rumahorbo,1999). Meskipun kerja sistem saraf agak berbeda dengan cara
kerja hormon, tetapi terdapat kaitan antara keduanya, seperti beberapa kelenjar
yang akan bersekresi bila ada rangsang yang datang dari saraf. Ukuran kelenjar
endokrin biasanya kecil saja namun sangat vaskuler. Kelenjar endokrin yang
terdapat pada hewan-hewan vertebrata antara lain meliputi : kelenjar hipofise,
kelenjar pankreas, kelenjar adrenal, kelenjar tiroid dan paratiroid, kelenjar gonad
mencakup ovarium dan testis, serta beberapa organ yang juga menghasilkan
hormon-hormon tertentu seperti ginjal, lambung, usus kecil, dan plasenta
(Hernawati,2008).
Hormon berasal dari kata yunani, hormein yang berarti memacu atau
menggalakan. Hormon adalah senyawa khas yang dihasilkan organ tubuh tertentu,
bekerja memacu fungsi organ tubuh tertentu sehingga akan terlihat hasilnya.
Artinya meskioun dibutuhkan dalam jumlah terbatas, namun fungsinya cukup
menentukan. Hormon di tubuh kita dihasilkan oleh kelenjar endokrin. Kelenjar
tersebut tidak memiliki saluran khusus sehingga hormon yang dihasilkan langsung
diedarkan oleh darah. Proses pengeluaran hormon dari kelenjar disebut inkresi
(Wijaya,2008). Menurut Wijaya (2008) , secara umum fungsi hormon adalah
sebagai berikut:
a. Mengtrol pertumbuhan tubuh
b. Mengatur reproduksi, yang meliputi perkembangan sifat kelamin
sekunder pada laki-laki dan perempuan
c. Mempertahankan hemeostasis (keseimbangan keadaan tubuh dengan
lingkungan sekitar)
d. Mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kegiatan antar sistem hormon
dan saraf
Hormon dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang sangat terbatas.
Kelebihan atau kekurangan hormon dapat mengakibatkan gangguan fungsi tubuh.
Kekurangan satu jenis hormon tidak dapat digantikan oleh hormon yang lain.
Setiap hormon memiliki fungsi yang spesifik dan organ tubuh yang
dipengaruhinya juga spesifik (Furqonita,2007) Hormon ada yang berpengaruh
seketika dan ada juga memerlukan waktu yang lama. Hormon yang memiliki
pengaruh seketika contohnya hormon adrenalin yang dihasilkan oleh kelenjar
anak ginjal yang dapat berfungsi mempercepat denyut jantung. Hormon yang
memberikan pengaruh dalam jangka waktu yang lama contohnya hormon
somatotropin yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis yang berfungsi dalam
pertumbuhan (Furqonita,2007).
Hormon steroid berasal dari kolestrol yang disintesis di jaringan dari asetil
KoA, diekstraksi dari simpanan kolestrol ester intrasel atau diserap dalam bentuk
lipoprotein yang mengandung kolestrol yang diinternalisasi melalui proses yang
diperantarai oleh reseptor membran plasma. Secara umum, glukortiod dan
progestin mengandung 21 karbon. Komplemen spesifik enzim yang terdapat
dalam sel suatu organ menentukan hormon apa yang dapat disintesis oleh organ
bersangkutan (Marks,2000)
Hormon tiroid mempengaruhi keseimbangan energi melalui beberapa
mekanisme. Hormon tiroid merangsang tingkat metabolisme dengan mempercepat
jalur sintetik anabolisme dan katabolisme, yang meningkatkan proses
pengambilan energi. Hormon tiroid juga berperan penting untuk termogenesis
fakultatif dan meningkatkan asupan makanan. Penelitian lain menduga peran
hormon tiroid dalam mengatur termogenesis saat udara dingin dan diinduksi oleh
diet yang disesuai dengan suhu selama beraktifitas. Poros hipotalamik pituitari
tiroid (HPT) mengatur energy expenditure, termogenesis, konsumsi oksigen, dan
metabolisme makanan. Kerusakan poros hipotalamus paratiroid dan tiroid (HPT)
berdampak pada metabolisme, termogenesis, dan berat badan. Rerata produksi
dan peningkatan metabolisme kortisol telah dilaporkan pada keadaan obesitas,
tetapi kadar dalam serum umumnya normal (Mexitalia,2011).
Dua macam hormon utama yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid yaitu
Tiroksin (T4) dan Triiodotironin (T3).3 Dalam sirkulasi darah, kadar T4 jauh
lebih banyak jika dibandingkan dengan kadar T3 sehingga hal tersebut akan lebih
memudahkan pendeteksian kadar T4 tetapi tetap tidak mengabaikan T3. Hal
tersebut didasarkan kenyataan bahwa pada akhirnya hampir semua dari T4 akan
diubah menjadi T3 di perifer karena T3 tersebut mempunyai kemampuan untuk
berikatan dengan reseptor tiroid di inti sel-sel target dengan afinitas 10 kali lebih
besar dibandingkan dengan T4 dan mempunyai aktivitas yang secara proporsional
lebih besar pula (Kurniawati,2015). Sebagian besar T3 dan T4 terikat secara
reversible dengan protein plasma dalam sirkulasi darah seperti Thyroxine-
binding-globulin (TBG) untuk diangkut ke jaringan perifer, sedangkan sebagian
lagi beredar bebas tanpa terikat dengan protein sebagai freeT4 (FT4) dan FreeT3
(FT3) (Kurniawati,2015).
Kebanyakan uji tiroid dilakukan dengan menggunakan salah satu dari dua
cara terkait imunologis, yaitu secara kompetitif atau berlapis (sandwich) (lihat
Tabel 2). Metode kompetitif digunakan untuk uji hormon tiroid. Dalam cara ini,
sejumlah kecil antibodi terhadap hormon tiroid diinkubasikan bersama serum
pasien dan sejumlah hormon tiroid tertentu yang kadarnya sudah diketahui dan
selanjutnya di beri tanda. Hormon yang ditandai dan tidak, bersaingan untuk
mengikat antibodi. Jumlah tanda yang terikat dengan antibodi bersebanding
terbalik dengan jumlah hormon di serum pasien. Hasil uji imunologis dengan
metode kompetitif dapat dipengaruhi oleh komponen yang memiliki struktur yang
sama dengan yang akan diperiksa (Kurniawan,2015).
BAB III
METODE KERJA
III.1 ALAT
a. Spektrofotometer sunostik (semi automatik)
b. Mikropipet 1000 µL dan 20 µL
c. Tabung reaksi
d. microwells
e. Stopwatch
f. Rak tabung
g. Micro reader

III.2 BAHAN
a. Serum darah
b. enzyme conjugate
c. wash buffer concentrate
d. absorbent paper.
e. TMB substrate solution
f. stop solution
III.3 PRINSIP REAKSI
a. Pemeriksaan T3 Pemeriksaan T3 metode ECLIA menggunakan prinsip
kompetitif dengan waktu pemeriksaan selama 18 menit.
b. Pemeriksaan T4 Prinsip kompetitif dengan waktu Pemeriksaan selama
18 menit.
c. Prinsip Pemeriksaan TSH Pemeriksaan TSH menggunakan prinsip
sandwich dengan waktu pemeriksaan selama 18 menit.
d. Prinsip Pemeriksaan FT4 Pemeriksaan FT4 menggunakan prinsip
kompetitif dengan waktu Pemeriksaan selama 18 menit. III
III.4 METODE KERJA (4 METODE KERJA)
a. ECLIA
b. ELFA
c. EIA

III.5 CARA KERJA


a. Pemeriksaan T3
1. Disiapkan microwells sesuai jumlah sampel
2. Dimasukkan 50 µL standar, sampel dan kontrol pada wells yang
sesuai
3. Ditambahkan 50 µL reagen antiodi dalam tiap well. Campur
hingga rata selama 30 detik
4. Ditambahkan 100 µL working conjugate reagent pada tiap well.
Campur hingga rata selama 30 detik
5. Diinkubasi pada suhu kamar selama 60 menit.
6. Dibuang campuran inkubasi dengan cepat.
7. Dicuci dan bilas 5 kali dengan distilled atau deionized water.
8. Dihilangkan sisa air dengan absorbent paper.
9. Ditambahkan 100 µL TMB substrate solution pada tiap well,
campur selama 10 detik.
10. Diinkubasi pada suhu kamar selama 20 menit
11. Dihentikan reaksi dengan menambahkan 100 µL stop solution
pada tiap well.
12. Dicampur selama 30 detik.
13. Dibaca pada 450 nm dengan microwell reader dalam 15 menit.
b. Pemeriksaan T4 1
1. Disiapkan microwells sesuai jumlah sampel
2. Dimasukkan 25 µL standar, sampel dan kontrol pada wells yang sesuai
3. Ditambahkan 100 µL working conjugate reagen dalam tiap well.
4. Dicampur hingga rata selama 30 detik
5. Diinkubasi pada suhu kamar selama 60 menit
6. Dibuang campuran inkubasi dengan cepat.
7. Dicuci dan bilas 5 kali dengan distilled atau deionized water.
8. Di hilangkan sisa air dengan absorbent paper.
9. Ditambahkan 100 µL TMB substrate solution pada tiap well, campur
selama 10 detik.
10. Diinkubasi pada suhu kamar selama 20 menit
11. Dihentikan reaksi dengan menambahkan 100 µL stop solution pada tiap
well.
12. Dicampur hingga rata selama 30 detik 31
13. Absorbans dibaca pada 450 nm dengan microwell reader dalam 15 menit.
c. Pemeriksaan (TSH)
1. Disiapkan microwells sesuai jumlah sampel
2. Dimasukkan 100 µL standar, sampel dan kontrol pada wells yang sesuai
3. Ditambahkan 100 µL enzyme conjugate dalam tiap well.
4. Dicampur hingga rata selama 30 detik
5. Dicnkubasi pada suhu kamar (20-30oC) selama 60 menit
6. Dibuang campuran inkubasi dengan cepat.
7. Dicuci dan bilas 5 kali dengan wash buffer concentrate (1x).
8. Dihilangkan sisa air dengan absorbent paper.
9. Ditambahkan 100 µL TMB substrate solution pada tiap well, campur
selama 5 detik. AntiTSH Antibod i Sampe l Anti TSH antibodi (goat)
10. Diinkubasi pada suhu kamar selama 20 menit
11. Dihentikan reaksi dengan menambahkan 100 µL stop solution pada tiap
well.
12. Dicampur hingga rata selama 30 detik
13. Absorbans dibaca pada 450 nm dengan microwell reader dalam 15 menit.
d. Pemeriksaan FT4
1. Disiapkan microplate wells untuk tiap standar, kontrol dan spesimen pasien
untuk diperiksa secara duplikat.
2. Dimasukkan 50 µL standar, sampel dan kontrol pada wells yang sesuai.
3. Ditambahkan 100 µL larutan Thyroxine enzyme conjugate dalam tiap well.
4. Dicampur hingga rata selama 20-30 detik
5. Diinkubasi pada suhu kamar selama 60 menit
6. Dibuang campuran inkubasi dengan cepat. Cuci dan bilas 5 kali dengan
distilled atau deionized water. Hilangkan sisa air dengan absorbent paper
7. Ditambahkan 200 µL working substrate solution (reagen A:B= 1:1) pada
tiap well, campur selama 10 detik.
8. Dinkubasi pada suhu kamar dengan kondisi gelap selama 20 menit 43
9. Dihentikan reaksi dengan menambahkan 50 µL stop solution (3N HCl) pada
tiap well.
10. Dicampur hingga rata selama 30 detik
11. Absorbans dibaca pada 450 nm dengan microwell reader dalam 30 men
DAFTAR PUSTAKA

Furqonita, Deswaty. 2007. Biologi. Jakarta : Yudhistira.

Hernawatii. 2008. Sistem Endokrin. Jakarta : Universitas Pendidikan


Indonesia
http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/197003311
9 97022-HERNAWATI/FILE_23. pdf

Kurniawan, Liong Boy Dan Arif Mansyur. 2015. Diagnosis Tiroid. Makassar :
Universitas Hasanuddin file:///C:/Users/saab/Downloads/1285-2100-1SM
%20(1).pdf

Kurniawati, Nining. dkk. 2015. Hubungan Kadar FT4 Dengan Gejala Klinis Yang
Terkait Efek Simpatis Berdasarkan Indek Wayne Pada Nagari Koto Salak
Kabupaten Dharmasraya. Padang : Universitas Andalas Padang
file:///C:/Users/saab/Downloads/270-537-1-SM%20(1).pdf

Manurung, nixson. 2017. Sistem endokrin. Yogyakarta : Deepublish


Marks, Dawn. 2000. Biokimia Kedokteran Dasar. Jakarta : EGC

Mexatalia, Maria . dkk. 2011. Hubungan Fungsi Tiroid Dengan Energy


Expenditure Pada Remaja. Semarang : Universitas Diponegoro Semarang
file:///C:/Users/saab/Downloads/487-1234-1-SM.pdf

Rumahorbo, Horma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Ganguan Sistem


Endokrin. Jakarta : EGC

Utomo, Didin Wahyu. ddk. 2017. Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit
Pada Sistem Endokrin Manusia Dengan Metode Dempster-Shafer. Surabaya
: Universitas Brawijaya file:///C:/Users/saab/Downloads/279-1-1232-1-
1020170619.pdf

Wijaya, Agung. 2008. Biologi. Jakarta : Grasindo

Anda mungkin juga menyukai