Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN
SISTEM ENDOKRIN/HORMON

OLEH

NAMA : NAJWA MAHARANI S


NIM : 08041282126043
KELOMPOK : X (SEPULUH)
ASISTEN : YUYUN WAHYUNI

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap individu hewan memiliki dan membutuhkan suatu lingkungan
tertentu sebagai tempat hidupnya. Dalam rangka mempertahankan hidup, hewan
memerlukan kemampuan untuk menyelenggarakan berbagai fungsi kehidupan
seperti berkembang biak, bernapas, makan, dan juga bergerak. Setiap jenis
lingkungan memberikan tantangan yang berbeda terhadap hewan dan akan
ditanggapi dengan cara tertentu yang spesifik. Tanggapan hewan ini akan bertujuan
untuk menjaga keadaan homeostatis pada tubuh hewan. Kondisi homeostatis ialah
kondisi dimana lingkungan dalam tubuh hewan tetap seimbang (Isnaeni, 2006).
Sel merupakan suatu unit dasar biologi. Membran sel merupakan lapisan
terluar dari sel dan membatasi sel dari lingkungan serta pengatur keluar
masuknya zat. Membran sel penting untuk kehidupan sel karena sebagai
tempat berlangsungnya reaksi metabolisme, karena pada membran terdapat
sejumlah enzim dan berfungsi metabolisme (Handayani et al,2021).
Sel merupakan kesatuan struktural, fungsional, dan herediter yang terkecil
penyusun organisme (makhluk hidup). Bahan penyusun sel antara lain protoplasma,
air, protein, lipid, karbohidrat, serta nukleotida dan asam nukleat, Protoplasma
merupakan segumpal massa yang memiliki tanda-tanda hidup. Protoplasma
memiliki sifat-sifat dan tanda-tanda structural, kimiawi, maupun fisiko kimiawi,
serupa untuk semua sel (Khusnah, 2021).
Sistem endokrin merupakan sistem pengatur tubuh, terdiri dari kelenjar–
kelenjar endokrin yang mengeluarkan bahan kimia disebut hormon. Jenis kelenjar,
dan nama-nama hormon yang dikeluarkan. Kelenjar endokrin tidak memiliki
saluran tertentu untuk membawa hasil sekresinya ke tempat tertentu. Sehingga
hormon disekresikan langsung ke kapiler darah dan bersirkulasi dalam sistem
peredaran darah ke seluruh tubuh (Handayani et al., 2020).
Setiap hormon memberikan efek yang sangat spesifik pada organ tertentu,
yang disebut organ target atau jaringan target. Secara umum, sistem endokrin dan
hormon-hormonnya membantu mengatur pertumbuhan, penggunaan makanan
untuk menghasilkan energi, ketahanan terhadap stres, pH cairan tubuh dan
keseimbangan cairan, serta reproduksi (Handayani et al., 2020).
Sistem endokrin merupakan sistem yang unik karena terdiri dari kelompok
berbagai kelenjar atau jaringan yang tersebar di seluruh tubuh. Endokrin Istilah
(endo-dalam, Crin-mensekresikan) ini menunjukkan bahwa sekresi dibentuk oleh
kelenjar secara langsung masuk ke darah atau limfa sirkulasi dan perjalanan ke
jaringan target, dan bukan diangkut melalui tuba atau duktus. Sekresi ini, disebut
hormon, yang merupakan bahan kimia yang memicu atau mengontrol aktivitas
organ, sistem, atau kelenjar lain di bagian tubuh lain (Syamsul dan Natzir, 2023).
Jika kadar hormon dalam darah di bawah normal, negatif feedback
merespon kelenjar endokrin tertentu untuk menghasilkan lebih banyak hormon,
yang ketika naik ke tingkat normal menyebabkan penurunan produksi. Mekanisme
positive feedback juga terjadi dalam sistem endokrin. Dalam positive feedback,
kenaikan tingkat satu hormon akan memicu pelepasan hormon. Hal ini terjadi
selama siklus menstruasi wanita. (Syamsul dan Natzir, 2023).
Sistem endokrin terdiri dari kelenjar dan jaringan yang menghasilkan
hormon untuk mengatur dan mengkoordinasikan fungsi –fungsi alat vital
tubuh.Sistem endokrin terdiri dari hipofisis, hipotalamus, tiroid, paratiroid,
pankreas, adrenal, timus, ovarium, dan testis. Sebagian besar hormon yang
diperlukan dalam jumlah yang sangat kecil, tingkat sirkulasi biasanya rendah.
Kelenjar endokrin termasuk hipofisis, tiroid, paratiroid, adrenal, dan kelenjar
pineal (Syamsul dan Natzir, 2023).
Selain itu, beberapa organ dan jaringan tidak eksklusif diklasifikasikan
sebagai kelenjar endokrin tapi mengandung sel-sel yang mengeluarkan
hormon,termasuk hipotalamus, timus, pankreas, ovarium, testis, ginjal, lambung,
jantung, usus kecil, kulit, jantung, jaringan adiposa, dan plasenta. Secara bersama-
sama, semua kelenjar endokrin dan sel-sel yang mensekresi hormon merupakan
sistem endokrin (Syamsul dan Natzir, 2023).
1.2 Tujuan Praktikum
Tujuan pada praktikum kali ini untuk mengetahui mekanisme yang berbeda
dari aksi hormon dan mengetahui hubungan antara sistem saraf pusat dan kelenjar
endokrin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar yang menyebar dan mengeluarkan
sekresi ke dalam pembuluh darah daripada mengeluarkannya melalui saluran.
Kelenjar endokrin biasanya disebut kelenjar pluggable karena mereka tidak
memiliki saluran ekskretoris khusus. Sekresi dari usus buntu terdiri dari hormon.
Hormon adalah senyawa kimia tertentu yang dapat mempengaruhi metabolisme
tubuh. Bagian tubuh yang dipengaruhi oleh hormon disebut area/organ sasaran.
Hormon dapat menargetkan area yang berbeda (hampir semua bagian tubuh), tetapi
beberapa spesifik organ. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin. Kelenjar
endokrin mengeluarkan senyawa yang disebut hormon. Hormon adalah senyawa
protein/steroid yang mengatur proses fisiologis dalam tubuh (Safira et al., 2023).
Sistem endokrin merupakan sistem pengatur tubuh, terdiri dari kelenjar–
kelenjar endokrin yang mengeluarkan bahan kimia disebut hormon. Jenis kelenjar,
dan nama-nama hormon yang dikeluarkan. Kelenjar endokrin tidak memiliki
saluran tertentu untuk membawa hasil sekresinya ke tempat tertentu. Sehingga
hormon disekresikan langsung ke kapiler darah dan bersirkulasi dalam sistem
peredaran darah ke seluruh tubuh (Handayani et al., 2020).

2.2 Fungsi Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sistem kelenjar yang bekerja pada tubuh
manusia yang hasil sekresinya langsung ke dalam darah tanpa melewati
duktus sekresi tersebut . Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran
darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan
tindakan tertentu. Sistem endokrin sangat berpengaruh pada banyak proses
kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan
menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin
meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan
ovarium atau testis (Utomo et al.,2017).
2.3 Kelenjar-kelenjar Hormon
Hipotalamus adalah bagian otak yang mengeluarkan hormon untuk
mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh. Fungsi hipotalamus yang paling utama
adalah homeostasis, yaitu memastikan dan mempertahankan semua sistem tubuh
tetap berjalan stabil.Hipotalamus melepaskan hormon-hormon ke bagian lain dari
otak, yaitu kelenjar pituitari. Kelenjar ini kemudian akan mengirimkan hormon
tersebut ke berbagai organ tubuh lainnya. Hipotalamus adalah bagian otak yang
mengendalikan sistem kelenjar, mengatur hormon-hormon, dan mempengaruhi
pertumbuhan dan aktivitas tubuh lainnya, seperti detak jantung, fungsi pernapasan,
pencernaan, suhu tubuh dan rasa lapar (Rossalinna, 2019).
Kelenjar hipofisis, yang terletak di bawah dan sedikit di depan
hipotalamus. Suplai darah yang kaya dalam infundibulum,yang menghubungkan
dua kelenjar, membawa hormon pengatur dari hipotalamus ke kelenjar hipofisis.
Hipofisis memiliki lobus anterior dan posterior. Lobus anterior, atau
adenohipofisis, melepaskan hormon utama yang mengendalikan pertumbuhan
dan perkembangan manusia yaitu hormon pertumbuhan (Growth
Hormone/GH), hormon perangsang tiroid (Thyroid Stimulating Hormone
(TSH), prolaktin, gonadotrofin (Luteinizing dan hormon perangsang folikel),
dan hormon adrenocorticotropik (ACTH) (Candra, 2020).
Tiroid adalah kelenjar yang berada di bagian bawah leher. Kelenjar tiroid
selain sangat penting untuk memproduksi hormon pertumbuhan, Kelenjar ini juga
memproduksi hormon yang mempengaruhi setiap organ, jaringan dan sel tubuh
yang mengatur metabolisme tubuh dan fungsi organ, mempengaruhi detak jantung,
tingkat kolesterol, berat badan, tingkat energi, kekuatan otot, kondisi kulit, memori
dan kondisi lainnya (Syaifudin dan Nazir, 2006).
Pada pankreas adalah untuk menghasilkan hormon insulin dan glukagon.
Produk enzim akan disalurkan dari pancreas ke duodenum melalui saluran pancreas
utama. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glukogen, yang
menambah kadar gula dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan dari
hati. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang mana
mempercepat aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot. Insulin juga
merangsang hati untuk mengubah glukosa menjadi glikogen dan menyimpannya di
dalam sel-selnya (Sofwan dan Aryenti, 2022).
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 31 Oktober 2023. Pukul 08.00
sampai selesai. Bertempat di laboratorium Biosistematika Tumbuhan, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya, Indralaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan dalam praktikum ini meliputi gelas plastik, gelas ukur
250ml dan saringan ikan, sedangkan bahannya meliputi aquadest, gula pasir, ikan
hias, insulin, dan stopwatch.

3.3. Cara Kerja


3.3.1. Uji Pengaruh Volume Insulin Terhadap Fungsi Tubuh Ikan
Disiapkan ikan hias 2 ekor, dua gelas plastik yang berisi 125 ml air. Kemudian
ditambahkan 15 unit insulin ke gelas A dan 30 unit insulin ke gelas B. selanjutnya
dimasukkan ikan ke masing-masing gelas dan diamati pergerakan renang, gerakan
operkulum, serta tingkat stress ikan selama 2 menit.
3.3.2. Uji Pengaruh Penambahan Air Gula Setelah Pemberian Insulin pada
Ikan.
Disiapkan dua ekor ikan dengan massa yang sama, serta larutan yang berisi
200 ml air dan 40 unit insulin. Setelah itu dimasukkan kedua ikan tadi kedalam
larutan tersebut. Kemudian dipindahkan masing-masing ikan ke wadah berisi
larutan gula dan satu lagi ke dalam air biasa. Terakhir diamati perbedaan perilaku
kedua ikan tersebut.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan diperoleh hasil sebagai
berikut:

4.1.1. Uji Pengaruh Volume Insulin Terhadap Fungsi Tubuh Ikan


Hasil Pengamatan

Gerakan Renang Tingkat Gerak


Kecemasan Operkulum

Ikan A Melambat pada Sedikit cemas dan Melemah pada


(Insulin 15 detik ke-35. agresif tetapi 00,43 detik
unit/ml Berenang naik kelincahannya
turun berkurang

Ikan B Melambat pada Rendah, pasif, Melemah pada


(Insulin 30 detik ke-32. cenderung diam 00,40 detik
unit/ml) Berenang di dasar
gelas

4.1.2. Uji Pengaruh Penambahan Air Gula Setelah Pemberian Insulin pada
Ikan
Bagian yang Perlakuan 1 Perlakuan 2
diamati (Air 200 ml + Gula) (Air 200 ml)
Gerak Renang Berenang di dasar, Berenang di dasar dan
tetapi sirip perut bergerak memutar,
bergerak sangat cepat tetapi gerakan sirip
perut sedikit lambat

Gerak Operkulum 136 kali 120 kali


(selama 2 menit)

Tingkat Normal Pasif dan


Kelincahan mempertahankan
posisinya
4.2 Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang di telah dilakukan pada sistem endokrin
terhadap ikan A (Insulin 15 U/ml) akan melambat, sedikit cemas, agresif,
kelincahannya berkurang serta melemah pada 00,43 detik. Ikan B (Insulin 30 U/ml)
akan melambat kemudian menjadi rendah secara pasif dan cenderung diam serta
melemah pada 00,40 detik. Menurut Arifin (2021), hal ini karena hormon insulin
menurunkan kadar gula yang ada didalam darah ikan tersebut. Ikan yang
dimasukkan ke dalam air yang dicampur hormon glukagon membuat ikan bergerak
normal karena hormon glukagon dapat meningkatkan kadar gula dalam darah.
Glukagon diproduksi oleh sel-sel alfa pankreas. Glukagon membantu
meningkatkan kadar glukosa darah ketika kadar glukosa turun terlalu rendah.
Menurut Fitriani dan Fadilla (2020), ketika tubuh membutuhkan energi tambahan,
seperti saat berolahraga, glukagon dilepaskan untuk merangsang pemecahan
glikogen di hati menjadi glukosa dan melepaskan glukosa ke dalam aliran darah.
Hormon glukagon berperan dalam menjaga keseimbangan gula darah dalam tubuh
dan penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Pemberian insulin dengan larutan air dan gula terjadinya gerakan renang
pada ikan di perlakuan 1 dimana ikannya berenang di dasar, tetapi sirip perut
bergerak sangat cepat sedangkan di perlakuan 2 berenang di dasar dan bergerak
memutar, tetapi gerakan sirip perut sedikit lambat. Gerakan operkulum selama 2
menit pada perlakuan 1 terjadi sebanyak 136 kali dan pada perlakuan 2 sebanyak
120 kali. Tingkat kelincahan ikan pada perlakuan 1 termasuk normal sedangkan
perlakuan 2 pasif dengan mempertahankan posisinya. Menurut Wiyoto (2022),
Insulin menyebabkan sel-sel dalam hati, otot dan jaringan lemak menyerap glukosa
dari dalam darah serta menghentikan penggunaan lemak.
Kadar gula darah menurun, tubuh ikan akan melepaskan hormon
epinephrine (adrenalin) yang menyebabkan tubuh melepaskan simpanan gula ke
dalam darah. Pada saat gula darah semakin menurun maka tubuh akan mengalami
kekurangan glukosa untuk disuplai ke otak. Menurut Susanti (2021), adanya
peningkatan aktivitas gerakan ikan karena hypoglicemia di dalam darah ikan akibat
penyerapan glukosa darah secara berlebihan yang dipicu oleh keberadaan insulin
yang berlebihan.
Insulin dapat dikatakan sebagai hormon polipeptida yang diproduksi oleh
sel beta di pankreas dengan sifat anabolisme yang dapat memacu transfer glukosa
darah dan asam amino ke dalam sel. Glukosa ini di dalam sel nantinya akan
digunakan sebagai sumber energi dan dikonversi menjadi lemak di hati dan jaringan
adiposa. Menurut Ainur (2022), ikan secara umum mampu memproduksi hormon
insulin untuk mengontrol metabolisme glukosa dan protein di dalam tubuhnya.
Penambahan insulin harusnya mampu meningkatkan gerakan semua organ secara
signifikan terutama pada operkulum namun pada perlakuan justru insulin mampu
menurunkan kadar gula darah sehingga ikan akan melepaskan hormon epinephrine
yang menyebabkan tubuh melepaskan simpanan gula.
Hormon insulin dan glukagon adalah dua hormon yang bekerja
bersamasama untuk menjaga keseimbangan gula darah dalam tubuh. Keduanya
diproduksi oleh kelenjar pankreas. Menurut Purbowati (2020), kombinasi antara
insulin dan glukagon membantu menjaga keseimbangan gula darah dalam kisaran
yang normal. Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) dan terlalu
rendah (hipoglikemia) dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, sehingga
regulasi yang tepat dari kedua hormon ini sangat penting.
Resistensi insulin terjadi ketika sel-sel tubuh manusia tidak merespons
dengan baik hormon insulin. Kebutuhan insulin dalam kondisi seperti ini diperlukan
tubuh dalam kondisi yang tinggi. Menurut Susanti et al. (2021), resistensi insulin
menjadi faktor risiko utama pengembangan diabetes tipe 2 yang menyebabkan
peningkatan kadar gula darah. Ketika seseorang memiliki resistensi insulin,
pankreas akan merespons dengan meningkatkan produksi insulin untuk mencoba
menjaga kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, seiring waktu,
pankreas mungkin tidak dapat memproduksi cukup insulin, dan ini dapat
menyebabkan diabetes tipe 2.
Faktor-faktor yang berkontribusi pada resistensi insulin meliputi obesitas,
ketidakaktifan fisik, genetika, pola makan yang buruk dan faktor-faktor lainnya.
Menurut Nugroho (2018), resistensi insulin dapat menyebabkan masalah kesehatan
seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan gangguan metabolisme.
Perubahan gaya hidup sehat dan olahraga teratur dapat membantu mengelola dan
mengurangi resistensi insulin.
LAMPIRAN

Gambar 1. Uji Pengaruh Volume Insulin Terhadap Fungsi Tubuh Ikan

Gambar 2. Uji Pengaruh Penambahan Air Gula Setelah Pemberian Insulin pada
Ikan
(Sumber: https://youtu.be/h6qzoxuqGUM?feature=shared, 2023)
DAFTAR PUSTAKA
Candra, Aryu. 2020. Patofisiologi Stunting. JNH (Journal of Nutrition and Health)
Vol.8 No.2 : 74-78.
Handayani, Maharani Retna Duhita, Ulinniam, Charliany Hetharia, Buala Junaedi
Sianturi, Muh. Sri Yusal, Eko Sutrisno, Rini Purbowati, Visi Tinta Manik,
Pelita Octorina, Hasria Alang, dan Eka Apriyanti. 2020. Biologi Umum.
Bandung : Penerbit Widina Bhakti Persada.
Handayani, Satya D., Sandriana J.N., Anggi K.H.H, Rivo H.D, Indarjani, Charliany
H., Maharani R.D, Arwin A., M. Sri Y., Buala J.S., Ulliniam, Fransina S.L.
2021. Fisiologi Hewan. Bandung : Widina Bhakti Persada.
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan . Yogyakarta : PT Kanisius.
Khusnah, Laila. 2021. Diktat Anatomi dan Fisiologi Hewan I. Jember : IAIN
Jember.
Rossalinna. 2019. Aromaterapi Lavender terhadap Pengurangan Mual Muntah pada
Ibu Hamil. Jambura Health and Sport Journal Vol. 1, No. 2 : 48-55.
Safira, Afifah , Muh. Fikri, Rahayu Minasa , Icha Ayunita Kahby , Mira Artinah,
Syarif Hidayat Amrullah. 2023. Sistem Saraf dan Endokrin Ikan. Jurnal
Biologi UIN ALAUDIN : 1-13.
Sofwan, Achmad dan Aryenti. 2022. Buku Ajar Anatomi Endokrin. Jakarta :
Universitas Yarsi.
Syaifudin, Mukh dan Fadil Nazir. 2006. Tindakan Protektif terhadap Tiroid pada
Kecelakaan Radiasi. Buletin Alara Volume 7 Nomor 3 : 67-75.
Syamsul, Damayanty dan Rosdiana Natzir. 2023. Anatomi Fisiologi Sistem
Endokrin. Makassar : Penerbit Tahta Media Group.
Utomo, Didin Wahyu, Suprapto, Nurul Hidayat. 2017. Pemodelan Sistem Pakar
Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode
Dempster-Shafer. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer Vol. 1, No. 9 : 893-903.

Anda mungkin juga menyukai