Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FISIOLOGI HEWAN

“SISTEM ENDOKRIN/HORMON”

OLEH

NAMA : ABEL PUTRI SHALSABILA


NIM 08041382126083
KELOMPOK : XII (DUA BELAS)
ASISTEN : DEVA PUTRI APRILLIA

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Biologi merupakan salah satu ilmu yang sangat penting bagi kehidupan. Hal
ini disebabkan biologi adalah suatu ilmu pengetahuan alam yang mempelajari
mengenai kehidupan dunia dari segala aspek, mempelajari tentang makhluk hidup,
lingkungan, ataupun interaksi antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Biologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu bios artinya hidup dan logos artinya
ilmu atau belajar tentang sesuatu. Biologi adalah ilmu alam yang mempelajari
kehidupan, dan organisme hidup, termasuk struktur, fungsi, pertumbuhan, evolusi,
persebaran, dan taksonominya. Biologi merupakan disiplin ilmu sebagai bagian
dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) (Sayogo dan William, 2020).
Salah satu cabang ilmu biologi adalah fisiologi hewan. Fisiologi hewan
merupakan ilmu yang mempelajari tentang fungsi dasar dan mekanisme kerja
organ di dalam tubuh hewan dalam kondisi normal, yaitu dalam rangka
menciptakan kondisi seimbang. Kajian Fisiologi Hewan meliputi pemahaman
konsep dasar, komparasi atau perbandingan pada berbagai kelompok hewan,
variasi lingkungan internal maupun eksternal, dan pembahasan mekanisme aksi
hingga subsel dan molekuler terbatas. Beberapa sub bab yang dipelajari dalam
Fisiologi Hewan yaitu, enzim pencernaan, darah dan sistem transpot, reproduksi,
serta respirasi (Utomo et al., 2018).
Kelenjar-kelenjar endokrin utama meliputi kelenjar pituitari, tiroid, paratiroid,
pankreas, adrenal, ovarium (pada wanita), dan testis (pada pria). Kelenjar-kelenjar
ini melepaskan hormon ke dalam aliran darah, yang kemudian dibawa ke sel-sel
target dalam tubuh. Hormon ini berinteraksi dengan reseptor pada sel-sel target
untuk mengatur berbagai proses biologis (Fitriani dan Fadilla, 2020).
Sistem endokrin adalah salah satu sistem pengatur dalam tubuh manusia
yang berfungsi mengendalikan berbagai proses tubuh dengan menggunakan
hormon sebagai pesan-pesan kimia. Sistem endokrin mengendalikan berbagai
fungsi tubuh, termasuk pengaturan kadar gula darah, pertumbuhan dan
perkembangan, metabolisme, fungsi organ reproduksi, regulasi tekanan darah, dan

Universitas Sriwijaya
banyak proses lainnya. Sistem endokrin bekerja bersama dengan sistem saraf
untuk mengkoordinasikan berbagai tindakan tubuh dan menjaga homeostasis,
yaitu keseimbangan internal (Purbowati, 2020).
Sistem endokrin bekerja bersama sistem saraf untuk mengatur berbagai
fungsi tubuh, dan ketidakseimbangan dalam produksi hormon dapat menyebabkan
berbagai masalah kesehatan. Pemahaman tentang sistem endokrin dan hormon
penting dalam ilmu biologi dan kedokteran untuk mendiagnosis dan mengobati
gangguan hormon serta mengoptimalkan kesehatan manusia. Kelenjar endokrin
atau kelenjar buntu adalah kelenjar yang mengirimkan hasil sekresinya langsung
ke dalam darah yang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau
saluran dan hasil sekresinya disebut hormone (Ormazabal et al., 2018).
Hormon merupakan suatu zat yang dihasilkan oleh suatu bagian dalam tubuh.
Organ yang berperan dalam sekresi hormon dinamakan kelenjar endokrin. Disebut
demikian karena hormon yang disekresikan diedarkan ke seluruh tubuh oleh darah
dan tanpa melewati saluran khusus. Di pihak lain, terdapat pula kelenjar eksokrin
yang mengedarkan hasil sekresinya melalui saluran khusus. Walaupun jumlah
yang diperlukan sedikit, namun keberadaan hormon dalam tubuh sangatlah
penting. Ini dapat diketahui dari fungsinya yang berperan antara lain dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan tubuh, proses reproduksi, metabolisme zat, dan
lain sebagainya (Susanti et al., 2021).
Hormon adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
dalam tubuh dan dilepaskan ke dalam aliran darah. Hormon berperan sebagai
pengatur dan koordinator dalam berbagai proses biologis dan fisiologis dalam
tubuh. Mereka berinteraksi dengan reseptor pada sel-sel target, memengaruhi
fungsi sel-sel tersebut, dan mengontrol berbagai fungsi tubuh, seperti
pertumbuhan, metabolisme, reproduksi, tekanan darah, dan banyak proses lainnya.
Hormon adalah komponen penting dalam sistem endokrin yang bekerja bersama
dengan sistem saraf untuk menjaga keseimbangan (Rustanti et al., 2019).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sistem saraf pusat
dan kelenjar endokrin.

Universitas Sriwijaya
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sistem Endokrin


Sistem endokrin adalah sistem dalam tubuh yang terdiri dari kelenjar
endokrin yang menghasilkan hormon. Hormon-hormon ini diangkut melalui aliran
darah ke berbagai bagian tubuh dan berperan dalam mengatur berbagai fungsi
biologis, seperti pertumbuhan, metabolisme, reproduksi, dan respons terhadap
stres. Kelenjar endokrin utama meliputi kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, pankreas,
kelenjar pituitari, dan banyak lagi. Sistem endokrin bekerja bersama dengan
sistem saraf untuk mengatur fungsi tubuh dan menjaga keseimbangan internal.
Kelenjar Endokrin adalah kelenjar yang mengirim hasil sekresinya langsung ke
dalam darah yang beredar dalam jaringan, kelenjar ini tidak memiliki saluran tapi
mensekresi hormon langsung ke dalam darah (Rian et al., 2021).

2.2. Macam-macam Kelenjar Sistem Endokrin


2.2.1. Kelenjar Tiroid
Kelenjar tiroid adalah kelenjar endokrin yang terletak di leher, di bagian
depan tenggorokan. Fungsi utama kelenjar tiroid adalah menghasilkan hormon
tiroid, terutama tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3), yang mengatur metabolisme
tubuh. Hormon tiroid berperan penting dalam mengontrol berat badan, suhu tubuh,
energi, dan sejumlah proses biologis lainnya. Kelenjar tiroid juga memainkan
peran kunci dalam pengaturan pertumbuhan, perkembangan, dan fungsi sistem
saraf pusat. Ketidakseimbangan hormon tiroid dapat mengakibatkan masalah
kesehatan seperti hipertiroidisme (kelenjar tiroid terlalu aktif) atau hipotiroidisme
(kelenjar tiroid kurang aktif). (Nugroho, 2018).
2.2.2. Kelenjar Pituitari
Kelenjar pituitari, juga dikenal sebagai kelenjar hipofisis, adalah kelenjar
endokrin kecil yang terletak di dasar otak, tepat di bawah hipotalamus. Kelenjar
pituitari memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur berbagai fungsi
tubuh dengan mengendalikan pelepasan hormon-hormon tertentu. Kelenjar
pituitari bertindak sebagai pusat pengendali untuk banyak fungsi hormon dalam

Universitas Sriwijaya
tubuh dan bekerja dalam koordinasi dengan hipotalamus, yang mengirimkan
sinyal untuk merangsang produksi hormon pituitari (Arifin, 2021).
2.2.3. Pankreas
Kelenjar pankreas adalah organ penting dalam sistem pencernaan dan
sistem endokrin, kelenjar pankreas terletak di perut Sebagian besar pankreas
adalah eksokrin, yang berarti menghasilkan enzim pencernaan. Enzim-enzim ini
dikeluarkan ke dalam duodenum (bagian awal usus halus) dan membantu dalam
pencernaan makanan, khususnya pencernaan karbohidrat, lemak, dan protein.
Ketika pankreas mengalami masalah, seperti gangguan dalam produksi insulin
(seperti diabetes), ini dapat menyebabkan masalah kesehatan serius terkait dengan
metabolisme gula darah (Sayogo dan William, 2020).
2.2.4. Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal, juga dikenal sebagai kelenjar suprarenal, adalah dua
kelenjar kecil yang terletak di atas ginjal dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal
sangat penting dalam mengatur respons tubuh terhadap stres, menjaga
keseimbangan elektrolit, serta memainkan peran dalam metabolisme dan sistem
hormonal tubuh. Ketidakseimbangan dalam hormon-hormon adrenal bisa
mengakibatkan masalah kesehatan seperti sindrom Cushing (kadar kortisol yang
tinggi) atau penyakit Addison (kadar kortisol yang rendah) (Purbowati, 2020).

2.3. Hormon
Hormon adalah senyawa kimia yang diproduksi oleh kelenjar endokrin
dalam tubuh manusia dan hewan. Hormon berperan sebagai pesan kimia yang
dikirimkan melalui aliran darah ke berbagai bagian tubuh untuk mengatur
berbagai fungsi biologis. Fungsi-fungsi hormon meliputi pengaturan pertumbuhan,
metabolisme, reproduksi, perkembangan seksual, regulasi tekanan darah, dan
banyak aspek lain dari kesehatan dan keseimbangan dalam tubuh. Contoh hormon
dalam tubuh manusia meliputi insulin (mengatur gula darah), hormon tiroid
(mengatur metabolisme), hormon pertumbuhan (mengatur pertumbuhan sel dan
jaringan), estrogen dan testosteron, serta banyak hormon lain yang mengendalikan
berbagai aspek fungsi tubuh (Sofwan dan Aryenti, 2022).

Universitas Sriwijaya
BAB 3
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 31 Oktober 2023 pukul
08.00 – 10.00 WIB. Bertempatan di Laboratorium Biosistematika Hewan Jurusan
Biologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah alat suntik dan gelas piala.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah aquades, glukosa,
ikan lemon (Labidochromis caeruleus), insulin15 U/ml dan insulin 30 U/ml.

3.3. Cara Kerja


Pertama diletakkan seekor ikan mas kecil pada gelas piala yang berisi 200
ml air yang ditetesi 20 tetes insulin. Diamati baik-baik saat insulin dan air
berdifusi melalui membran insang menuju ke aliran darah. Kemudian hasil akan
terlihat dari peningkatan kadar insulin dalam darah adalah penurunan kadar gula
darah menjadi dibawah normal. Akibatnya ikan akan mengalami iritabilitas,
konvulsi atau komaSaat gejala-gejala diatas terjadi, pindahkan ikan ke gelas piala
yang berisi 200 ml air dan 1/2 sendok teh glukosa. Hasil positif apabila ikan
kembali normal.

Universitas Sriwijaya
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut.
Hasil Pengamatan
Gerakan Renang Tingkat Kecemasan Gerak Operkulum

Melambat pada Sedikit cemas dan


Ikan A
detik ke-35. agresif tetapi Melemah pada
(Insulin
Berenang naik kelincahannya 00,43 detik
15 U/ml)
turun berkurang
Melambat pada
Ikan B
detik ke-32. Rendah, pasif, Melemah pada
(Insulin
Berenang di cenderung diam 00,40
30 U/ml)
dasar gelas

Bagian yang Perlakuan 1 Perlakuan 2


diamati (Air 200 ml + Gula) (Air 200 ml)
Berenang di dasar, tetapi Berenang di dasar dan bergerak
Gerakan Renang sirip perut bergerak memutar, tetapi gerakan sirip
sangat cepat perut sedikit lambat
Gerakan
Operkulum
136 kali 120 kali
(selama 2 menit)

Tingkat Pasif dan

Kelincahan Normal Mempertahankan


posisinya

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan bahwa ketika hormon dan
hormon glukagon memiliki fungsi yang berbeda, pada ikan yang dimasukkan ke
dalan air yang berisi hormon insulin membuat ikan menjadi stress dan koma.
Menurut Arifin (2021), hal ini karena hormon insulin menurunkan kadar gula
yang ada didalam darah ikan tersebut. Sebaliknya pada ikan yang dimasukkan ke
dalam air yang dicampur hormon glukagon membuat ikan menjadi bergerak
normal seperti biasa, karena hormon glukagon dapat meningkatkan kadar gula
dalam darah. Hormon glukagon adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar
pankreas. Glukagon memiliki peran penting dalam pengaturan kadar gula darah
dalam tubuh
Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh sel-sel beta dalam pankreas.
Menurut Rian et al. (2021), fungsi utama insulin adalah menurunkan kadar
glukosa (gula) dalam darah dengan cara memfasilitasi penyerapan glukosa oleh
sel-sel tubuh. Ketika Anda makan makanan yang mengandung karbohidrat, kadar
glukosa dalam darah naik. Insulin dilepaskan ke dalam aliran darah untuk
membantu sel-sel tubuh menyerap glukosa dan mengubahnya menjadi energi atau
menyimpannya dalam bentuk glikogen di hati dan otot.
Glukagon adalah hormon yang diproduksi oleh sel-sel alfa dalam pankreas.
Fungsi utama glukagon adalah meningkatkan kadar glukosa dalam darah ketika
kadar glukosa turun terlalu rendah. Menurut Fitriani dan Fadilla (2020), ketika
tubuh membutuhkan energi tambahan, seperti saat berolahraga, glukagon
dilepaskan untuk merangsang pemecahan glikogen di hati menjadi glukosa dan
melepaskan glukosa tersebut ke dalam aliran darah. Hormon glukagon adalah
salah satu elemen kunci dalam menjaga keseimbangan gula darah dalam tubuh
dan penting untuk menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.
Hormon insulin dan glukagon adalah dua hormon yang bekerja bersama-
sama untuk menjaga keseimbangan gula darah dalam tubuh. Keduanya diproduksi
oleh kelenjar pankreas. Menurut Purbowati (2020), kombinasi antara insulin dan
glukagon membantu menjaga keseimbangan gula darah dalam kisaran yang
normal. Kadar gula darah yang terlalu tinggi (hiperglikemia) dan terlalu rendah

Universitas Sriwijaya
(hipoglikemia) dapat menyebabkan masalah kesehatan serius, sehingga regulasi
yang tepat dari kedua hormon ini sangat penting.
Resistensi insulin adalah kondisi di mana sel-sel tubuh manusia tidak
merespons dengan baik terhadap hormon insulin. Ini berarti tubuh memerlukan
lebih banyak insulin untuk membantu sel-sel menyerap glukosa dari darah.
Menurut Susanti et al. (2021), resistensi insulin adalah faktor risiko utama dalam
pengembangan diabetes tipe 2, dan dapat menyebabkan peningkatan kadar gula
darah. Ketika seseorang memiliki resistensi insulin, pankreas akan merespons
dengan meningkatkan produksi insulin untuk mencoba menjaga kadar gula darah
dalam kisaran yang normal. Namun, seiring waktu, pankreas mungkin tidak dapat
memproduksi cukup insulin, dan ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2.
Faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada resistensi insulin meliputi
obesitas, ketidakaktifan fisik, genetika, pola makan yang buruk, dan faktor-faktor
lainnya. Menurut Nugroho (2018), resistensi insulin juga dapat menyebabkan
masalah kesehatan lainnya, seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, dan
gangguan metabolisme. Perubahan gaya hidup sehat, dan olahraga teratur, dapat
membantu mengelola dan mengurangi resistensi insulin. Jika Anda memiliki
kekhawatiran tentang resistensi insulin, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter
untuk evaluasi dan rekomendasi pengobatan yang sesuai.
Resistensi insulin ini tidak hanya ditemukan pada obesitas dengan diabetes
maupun prediabetes, tetapi juga ditemukan pada obesitas yang relatif euglikemia.
Menurut Rustanti et al. (2019), resistensi insulin pada obesitas yang relatif
euglikemia tidak berlanjut menjadi DM tipe 2 karena tidak terjadi kelainan sekresi
insulin oleh pankreas, sehingga kadar glukosa darah tetap normal walaupun
terjadi hiperinsulinemia. Oleh karena itu, meskipun resistensi insulin adalah faktor
risiko utama terjadinya intoleransi glukosa dan DM tipe 2.
Pencegahan resistensi insulin melibatkan perubahan gaya hidup sehat yang
dapat membantu menjaga kadar gula darah Anda dalam kisaran normal dan
mengurangi risiko terjadinya masalah kesehatan terkait resistensi insulin. Menurut
Arifin (2021), salah satu cara untuk mencegah terjadinya resitensi insulin adalah
dengan menjaga berat badan yang sehat atau mengurangi berat badan jika Anda
kelebihan berat badan dapat membantu mencegah resistensi insulin.

Universitas Sriwijaya
BAB 5
KESIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan telah didapatkan kesimpulan


berikut ini.
1. Hormon insulin menurunkan kadar gula yang ada didalam darah, sehingga
membuat ikan menjadi stress.
2. Hormon glukagon meningkatkan kadar gula darah, sehingga membuat ikan
bergerak menjadi normal.
3. Faktor-faktor yang dapat berkontribusi pada resistensi insulin meliputi
obesitas, ketidakaktifan fisik, genetika, pola makan yang buruk, dan faktor-
faktor lainnya
4. Sistem endokrin terdiri dari kelenjar tiroid, kelenjar adrenal, pankreas, dan
kelenjar pituitari.
5. Sistem endokrin bekerja bersama dengan sistem saraf untuk mengatur fungsi
tubuh dan menjaga keseimbangan internal.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Arifin, N. A.W. 2021. Hubungan Pengetahuan Pasien Diabetes Mellitus Tipe II


dengan Praktik Perawatan Kaki dalam Mencegah Luka di Wilayah
Kelurahan Cengkareng Barat. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Bengkulu. 9(1): 1-10.

Fitriani, F. dan Fadilla, R. 2020. Pengaruh Senam Diabetes Terhadap Penurunan


Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Mellitus. Jurnal Kesehatan
Dan Pembangunan. 10(19): 1-7.

Nugroho, R. A. 2018. Dasar-Dasar Endokrinologi. Samarinda: Mulawarman


University Press.

Ormazabal, V., Nair, S., Elfeky, O., Aguayo, C., Salomon, C. dan Zuñiga, F.A.,
2018. Association Between Insulin Resistance and The Development of
Cardiovascular Disease. Jurnal Cardiovaskular Diabetology. 17(122):
1-14.

Purbowati, R. 2020. Sistem Endokrin. Jawa Barat: Widina Bhakti Persada


Bandung.

Rian, H., Hendra, Budi, D. dan Erwin., A. 2021. Somatostatin. Jurnal Kedokteran.
10(2): 468-479.

Rustanti, N., Vifin, Z. N., Rosita, N. A., Dewi, M. K., Rachma, P., Choirun, N.,
Hartanti, S. W. dan Diana N. A. 2019. Pengaruh Yoghurt dan Soyghurt
Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) terhadap Kadar Glukosa Darah,
Insulin Serum, dan malondialdehyde Tikus Pra Sindrom Metabolik. The
Indonesian Journal of Nutrition. 8(1): 60-68.

Sayogo dan William. 2020. Gambaran Kelainan Sistem Saraf dan Endokrin Pada
Autisme. Prominentia Medical Journal. 1(1): 1-7.

Sofwan, A. dan Aryenti. 2022. Buku Ajar Anatomi Endokrin. Jakarta: Universitas
YARSI.

Susanti, A. M., Siti, C. dan Rina, P. S. 2021. Pengaruh Pemberian Jus Tomat
Terhadap Kadar Guladarah Sewaktu Pada Pasien Hiperglikemia.
Nusantara Hasana Journal. 3(1): 96-102.

Utomo, D. W., Suprapto, dan Hidayat, N. 2018. Pemodelan Sistem Pakar


Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode
Dempster-Shafer. Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu
Komputer. 1(9): 893-903.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Uji Pengaruh Volume Insulin Terhadap Fungsi Tubuh Ikan

Uji Pengaruh Penambahan Air Gula Setelah Pemberian Insulin pada Ikan

(Sumber: Dokumentasi pribadi, 2023).

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai