Anda di halaman 1dari 32

lOMoARcPSD|33046152

Pengkajian Keperawatan Sistem Endokrin

Ilmu keperawatan (Universitas Riau)

Studocu is not sponsored or endorsed by any college or university


Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)
MAKALAH
PENGKAJIAN LANJUT KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“PENGKAJIAN KEPERAWATAN SISTEM ENDOKRIN”

MATA KULIAH :

KEPERAWATAN MEDIKAL

BEDAH

DI SUSUN OLEH

SOFIA YULIDAR

HAFNI

PROGRAM STUDI

KEPERAWATAN FAKULTAS

KEPERAWATAN UNIVERSITAS

RIAU

2023 / 2024

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI....................................................................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................................1

B. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II SISTEM ENDOKRIN........................................................................................................2

A. Anatomi Fisiologi.................................................................................................................2

1. Kelenjar Pituitary..............................................................................................................3

2. Kelenjar Pineal..................................................................................................................6

3. Kelenjar Tiroid..................................................................................................................6

4. Kelenjar Pratiroid..............................................................................................................7

5. Kelenjar Adrenal...............................................................................................................7

6. Kelenjar Pankreas.............................................................................................................8

7. Efek Hormon terhadap Sel Target....................................................................................9

8. Kontrol Produksi dan Sekresi Hormon...........................................................................10

B. Pengkajian Sistem Endokrin...............................................................................................12

1. Data Subyektif.................................................................................................................12

2. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................14

3. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................17

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................19

A. Kesimpulan.........................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................ii

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan sistem yang “slow – acting” namun merupakan
sistem yang sangat kuat yang bekerja bersama – sama dengan sistem nervus untuk
menjaga homestasis. Istilah homeostatis merujuk pada regulasi lingkungan internal untuk
menjaga keseimbangan fisiologis normal dan fungsi tubuh. Sistem endokrin lebih banyak
terlibat pada regulasi homeostasis jangka panjang, beberapa pelapasan hormon bisa
memiliki efek dalam waktu singkat tapi kebanyakan memiliki efek dengan onset yang
lama namun lebih bertahan lama (Ian Peate, 2014).

Kelenjar endokrin mensekresi hormon, suatu zat kimiawi yang mempercepat atau
melambatkan proses fisiologis tubuh langsung ke aliran darah. Hormon bersirkulasi
dalam darah menuju reseptor pada sel targetnya, dan memainkan peranan penting dalam
regulasi homeostatis (Timby & SMith, 2010). Disfungsi endokrin bisa mengakibatkan
hipersekresi atau hiposekresi hormon, onset gejala sepsifik disfungsi endokrin hampir
sama dengan gejala penyakit lainnya, namun pada tahap lanjut apabila tidak diketahui
segera akan dapat mengancam jiwa (Lewis, Dirkensen, Heitkemper, Li, & Bucher, 2014).
Oleh karena itu pengkajian keperawatan yang tepat dan terfokus harus bisa dilakukan
untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat.

B. Tujuan
1. Untuk memahami anatomi fisiologis dari sistem endokrin
2. Untuk memahami pegkajian keperawatan lanjut pada sistem endokrin

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


BAB II

SISTEM ENDOKRIN

A. Anatomi Fisiologi
Struktur sistem endokrin bisa dibagi menjadi tiga tipe utama, yaitu:

• Kelenjar endokrin
Merupakan organ yang memiliki fungsi hanya memproduksi dan melepaskan
hormon, antara lain kelenjar pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, dan
kelenjar adrenal
• Organ yang tidak murni kelenjar
Yaitu organ yang memiliki fungsi lain selain memproduksi hormon, tetapi
sebagian besar fungsinya adalah memrpduksi hormon, seperti hipotalamus, dan
pankreas
• Jaringan dan organ lain yang juga memproduksi hormon
Area sel yang memproduksi hormon yang ditemukan pada dinding usus halus,
perut, jantung, hepar dan kulit.

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


Gambar 2.1 Lokasi Organ Endokrin dan Organ Lain yang Sekresi

Hormon Fungsi utama dari sistem endokrin antara lain:

• Homeostatis, membantu menjaga lingkungan internal tubuh


• Penyipanan dan metabolisme substrate energi (karbohidrat, protein, dan lemak)
• Regulasi pertumbuhan dan perkembangan
• Regulasi reproduksi dan fungsi seksual tubuh
• Kontrol respon tubuh terhadap stimulus eksternal (khususnya stress)
• Membantu menjaga ritme sirkadian tubuh

(Ian Peate, 2014)

1. Kelenjar Pituitary
Disebut dengan hipofisis, yang dibagi atas dua regio utama yaitu posterior
(neurohypophisis) dan anterior (adenohypofisis).

a) Kelenjar Hipofisis Posterior

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


Kelenjar ini menyimpan antidiuretik hormon (ADH) dan oxitocin, yaang
sebenarnya diproduksi oleh hipotalamus. Pelepasannya distimulasi oleh impuls saraf
dari hipotalamus. ADH meningkatkan reabsorbsi cairan di tubulus renal kembali ke
dalam darah sehingga volume darah dan tekanan darah kemballi normal dan
mengurangi output urine. Stimulus sekresi ADH adalah kurangya jumlah cairan
tubuh (dehidrasi). Saat tubuh mengalami kehilangan cairan dan tidak ada
penggantinya, maka osmoreseptor pada hipotalamus akan mendeteksi peningkatan
tekanan osmotik darah dan megirimkan impuls ke hipofisis poterior agar mensekresi
ADH untuk mencegah kekurangan cairan lebih lanjut. Dalam kasus pendarahan,
ADH disekresi sangat banyak sehingga menyebabkan vasokonstriksi arteriole yang
meningkatkan tekanan darah untuk menjaga homeostasis.
Oxitosin menyebabkan kontraksi otot pada kelenjar uterus dan mamae. Pada akhir
kehamilan, peregangan serviks menimbulkan impuls sensori pada hipotalamus, yang
akan meneruskan impuls ke kelenjar hipofisis posterior untuk melepaskan oksitosin,
sehingga menimbulkan kontraksi yang kuat pada miometrium pada proses kelahiran.
Pada proses menyususi, hisapan bayi menimbulkan impuls sensori dari mammae ke
hipotalamus, pelepasan oksitosin saat ini menimbulkan kontraksi otot sekitar duktus
mamae dan melepaskan asi yag disebut dengan ejeksi asi.
b) Kelenjar Hipofisis Anterior
Hipofisis anterior mensekresi hormonnya sebagai respon terhadap pelepasan
hormon dari hipotalamus. Kelenjar ini mensintesis dan sekresi growth hormone
(GH), thyroid stimulating horone (TSH), adrenocorticotropic hormone, prolactin,
follicle-stimulating hormone (FSH), dan luteinezing hormone (LH).
• GH meningkatkan divisi sel pada saat mitosis yang terjado pada proses
pertumbuhan, selaain itu juga meningkatkan transport asam amino ke dalam sel
dan penggunaan dalam sintesis protein. GH juga meningkatkan pelapasan lemak
dari jaringan adiposa, dan penggunaan lemak untuk produksi energi. Sekresi GH
diatur oleh growth hormone releasing hormone (GHRH), dan growth hormone
inhibitng hormone (GHIH) yang berasal dari hipotalamus. GHRH diproduksi
selama hipoglikemia atau meningkatnya kadar asam amino dalam darah yang
akan diubah menjadi energi. GHIH disekresi selama hiperglikemia ketika

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


karbohidrat tersedia untuk diubah menjadi energi dan mobilisasi lemak tidak
menjadi penting.
• Thyrois stimulating hormone (TSH) hanya memiliki satu organ target yaitu
kelenjar tiroid. TSH menstimulasi pertumbuhan tiroid dan sekresi dua
hormonnya yaitu thyroxine (T4) dan triioditironin (T3). Sekresi TSH di stimulasi
oleh troponin – releasing hormone (TRH)dari hipotalamus ketika laju
metabolisme meningkat dan membutuhkan tyroxine.
• Adenocorticotropic Hormone (ACTH) menstimulasi sekresi kortisol dan hormon
dari korteks adrenal. Corticotropin releasing hormon (CRH) dari hipotalamus
menstimulasi pelepasan ACTH. CRH diproduksi saat situasi stress fisiologis,
seperti cedera, penyakit, latihan atau hipoglikemia
• Prolaktin menginisiasi dan menjaga produksi asi oleh kelenjar mamaria.
Hipotalamus memproduksi prolactin releasing hormone dan prolactin inhibiting
hormone (PIH), prolactin tidak diproduksi dalam jumlah yang sangat banyak
sampai pada akhir kehamilan dan kadar progesteron dan estrogen turun.
Kegiatan merawat bayi akan menurunkan PIH sehingga kadar prlaktin
meningkat.
• Follicle stimulating hormone (FSH), yaitu gonadotropic hormone dan yang
merupaka organ targetnya adalah ovarium dan testis. Pada wanita, FSH
menstimulasi pertumbuhan ovum pada ovarium dan sekresi estrogen oleh sel
folikel ovarium. Pada pria, FSH menginisasi produksi sperma pada tubulus
seminiferus testis. FSH disekresi sebagai respon terhadap gonadotropin releasing
hormon (GnRH) dari hipotalamus.
• Luteineizing hormone (LH), merupakan hormon gonadotropin lainnya yang
sekresinya akibat peningkatan GnRH dari hipotalamus. Pada wanita, LH
menyebabkan ovulasi dan stimulasi rupturnya folikel ovarium menjadi corpus
luteum dan memulai sekresi progesteron bersamaan dengan estrogen. Pada pria,
LH menstimulasi sekresi testosteron oleh sel intestinal dan testis.
(WIlliams & Hopper, 2007)

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


Gambar 2.3 Hubungan Kelenjar pituitary dengan organ terget

2. Kelenjar Pineal
Berlokasi di otak dan terdiri dari sel fotoreseptif, dengan fungsi utamanya adalah
sekresi hormon melatonin. Sekresi melatonin meningkat sebagai respon terhadap gelap,
dan menurun pada keadaan terang. Kelenjar ini membantu pengaturan ritme sirkadian
dan sistem reproduktif pada awal pubertas (Lewis et al., 2014)

3. Kelenjar Tiroid
Berlokasi di leher bawah anterior trachea, dibagi menjadi dua lobus lateral yang
disatukan oleh jaringan pengikat yang disebut isthmus (Timby & SMith, 2010). Kelenjar
tirooid merupakan organ yang memiliki banyak vaskuler, dan ukurannya diatur oleh TSH
dari hipofisis anterior. Tiga hormon yang diproduksi dan disekresi oleh kelenjar tiroid
adalah tiroksin (T4), triiodothyronin (T3), dan calcitonin.

• Tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3)


6

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


T4 merupakan sebagian besar hormon yag diproduksi oleh kelenjar tiorid
(90%), namun T3 memiliki efek metabolik yang lebih besar. 20% dari T3
yang beredar disekresi langsung oleh kelenjar tiroid, dan sisanya
merupakan konversi dari T4, iodine merupakan kkomponen penting dalam
sekresi keddua hormon ini. Kedua hormon ini mempengaruhi laju
metabolisme, kebutuhan kalori, konsumsi oksigen, metabolisme lemak
dan karbohidrat, pertumbuhan dan perkembangan, fungsi otak, aktivitas
sistem saraf lainnya. Lebih dari 99% hormon tiroid berikatan dengan
protein plasma khusunya tiroksin berikatan dengan globulin yang
disintesis oleh hati. Hanya hormon yang tidak berikatan yang aktif secara
biologis.

• Calcitonin
Diproduksi oleh sel c kelenjar tiroid sebagai respon terhadap tingginya
kadar calcium yang beredar. Calcitonin menghambat transfer calciium dari
tulang ke darah, meningkatkan penyimpanan kalsium dalam tulang dan
meningkatkan ekresi ginjal terhdap kalsium dan fosfat sehingga
menurunkan kadal serum calcium. Calcitonin dan PTH mengatur
keseimbangan kalsium.

4. Kelenjar Pratiroid
Kelenjar ini mensekresi paratiroid hormon atau biasa disebut parathormone
(PTH). Fungsi utamanya adalah mengatur kadar calcium darah. PTH bekerja pada tulang,
ginjal dan secara tidak langsung pada intestinal. PTH menstimulasi perpindahan calcium
dari tulang ke darah dan menghambat pembentukan tulang sehingga meningkatkan
kasium dan fosfat serum. PTH juga menstimlasi konversi vitamin D pada ginjal menjadi
bentuk yang lebih aktif (1,25 dehydroxyvitamin D). Bentuk aktif vitamin D ini membantu
absorbsi calcium dan fosfor oleh traktus gastrointestinal, yang akan meningkatkan
mineralisasi tulang. Saat kadar serum calcium rendah, sekresi PTH meningkat. Kadar
vitamin D yang tinggi akan menghambat PTH, dan kadar magnesium yang rendah akan
menstimulasi sekresi PTH.

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


5. Kelenjar Adrenal
a) Medulla adrenal
Merupakan bagian dalam dari kelenjar dan terdiri dari nueron postganglion simpatis.
Medulla mensekresi katekolamin epinefrin (adrenaline), norepinefrin (noradrenalin)
dan dopamine. Katekolamin disintesis dari asam amino fenilalanin
b) Korteks adrenal
Sekresi beberapa hormon steroid, termasuk glucocorticoid, mineralocorticoid, dan
androgen. Kolesterrol merupakan prekursor sintesis hormon steroid. Glucocorticoid
(cortisol) dinamakan karena efeknya terhadap metabolisme glukosa, dan
mineralokortikoid (aldosterone) penting untuk menjaaga keseimbangan cairan dan
elektrolit. Istilah kortikosteroid merujuk pada hormon yang disintesis oleh korteks
addrenal kecuali androgen.
• Cortisol, penting untuk menjaga keidupan dan melindungi tubuh dari stress.
Cortisol disekresi dalam pola diurnal. Kontrol utama dari kortisol adalah feedback
negatif yang melibatkan corticotropin releasing hormon (CRH) dari hipotalamus.
CRH menstimulasi sekresi ACTH dari hipofisis anterior. Fungsi utama cortisol
adalah mengatur konsentrasi glukosa darah melalui stimulasi gluconeogenesis.
Cortisol menurunkaan penggunaan glukosa di perifer saat keadaan puasa, inhibisi
sitensis protein, dan stimulasi mobilisasi gliserol dan asam lemak bebas. Kortisol
juga membantu dalam menjaga integritas vaskular, dan volume cairan melalui
aksinya pada reseptor mineralokortikoid. Kadar kortisol meningkat pada keadaan
stress, luka bakar, infeksi, demam, cemas, dan hipoglikemia.

Glucocorticoid menghambat respon inflamasi sebagai antiinflamasi dengan cara


menstabilkan membran sel lisosom, dan mencegah peningkatan permiabilitas
kapiler. Penstabilan lisosom menurunkan pelepasan enzim proteolitik dan efeknya
terhadap perusakan disekitar jaringan.

Aldosteron merupakan mineraalokortikoid yang menjaga volume cairan


ekstraseluler. Hormon ini bekerja pada tubulus renal untuk menginisiasi
reabsorbsi renal terhadap natrium dan ekresi potassium dan ion hidrogen. Sintesis

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


dan stimulasi aldosteron di stimulasi oleh angiotensin II, hiponatermia dan
hiperkalemia

Androgen adrenal, korteks adrenal mensekresi sejumlah kecil androgen yang


dikonversi steroid seks pada jaringan perifer; testosteron pada pria dan estrogen
pada wanita. Adrenal androgen yang paling umum adalah dehydroepiandosteron
(DHEA), dan androsteneddione.

6. Kelenjar Pankreas
Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin, bagian yang mesekresi hormon
disebut dengan pulau langerhans. Pulau ini hanya sekitar 2% dari luas kelenjar, dan
terdiri dari 4 tipe sel sekresi hormon yaitu α, β, delta dan F. Sel α memproduksi dan
sekresi glukagon, sedangkan insulin dan amylin diproduksi dan sekresi oleh sel β.
Somatostatin diproduksi dan sekresi oleh sel delta, polipeptida pakreatik diproduksi dan
disekresi oleh sel F.

Glucagon, dilepaskan sebagai respon terhadap rendahnya kadar glukosa darah ingesti
protein, dan latihan. Glucagon meningkatkan glukosa darah dengan menstimulasi
glycogenolysis, gluconeogenesis, dan ketogenesis. Pada saat keadaan puasa, hormon
seperti katekolamin, kortisol dan glukagon melakukan katabolisme untuk menyediakan
glukosa sebagai energi.

Insulin, merupakan regulator prinsi dari metabolisme dan penyimpanan karbohidrat,


lemak dan protein yang dicerna. Peningkatan kadar glukosa darah merupakan stimulus
utama sintesis dan sekresi insulin. Stimulus lain antara lain, peningkatan kadar assam
amino dan stimulus vagal. Sekresi insulin biasa dihambat dengan hipoglikemia,
katekolamin, glukagon, hipokalemia, somatostatin. Efek utama insulin dalam
metabolisme glukosa terjadi di dalam hepar, dimana insulin membantu penggabungan
glukoksa menjadi glikogen dan trigliserida. Efek lainnya terjadi di jaringan perifer,
dimana insulin membantu glukosa masuk ke dalam sel, transpor asam amino melewati
membran dan sintesisnya menjadi protein dan transport trigliserida ke jaringan adiposa
(Lewis et al., 2014).

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


7. Efek Hormon terhadap Sel Target
Ukuran dan fungsi hormmon terhadap sel targetnya melalui dua mekanisme,
yaitu:

a) Konsentrasi hormon dalam darah atau cairan ekstraseluler, yang ditentukan oleh tiga
faktor:
• Jumlah produksi hormon
• Jumlah penghantar hormon, aliran darah ke organ atau sel target
• Waktu paroh hormon, merupakan waktu penghancuran dan eliminasi
hormon
b) Perubahan dalam jumlah reseptor yang tersedia, respetor bisa upregulated dan
downregulated. Upregulasi adalah pembentukan reseptor lebih banyak sebagai
respon terhadap kurangnya kadar hormon yang beredar, sel menjadi sangat responsif
terhadap hormon. Downregulasi adalah pengurangan jumlah reseptor sebagai respon
sel terhadap memanjangnya periode kadar hormon yang beredar sehingga sel
menjadi kurang responsif terhadap hormon.
Pada saat reseptor teraktivasi oleh kehadiran hormon, ada beberapa mekanisme yang
mengakibatkan perubahan aktivitas sel:
a) Perubahan permiabelitas membran sel dengan pembukaan atau penutupan kanal ion
pada membran sel
b) Sintesis protein atau regulasi molekul terhadap sel
c) Aktivasi atau deaktivasi enzim
d) Aktivitas sekresi
e) Simulasi mitosis

Beberapa hormon bisa memiliki efek yang hebat walaupun konsetrasinya rendah
sehingga diperukan hormon aktif segera dikluarkan dari darah untuk menccegah
stimulasi konstan pada sel target

8. Kontrol Produksi dan Sekresi Hormon


Pembentukan dan pelepasan hormon diawali oleh stimulus, baik internal maupun
eksternal, yang tercepat adalah peningkatan kadar glukosa darah atau situasi dingin.
Sintesis dan pelepasan hormon lebih lanjut dilakukan dengan mekanisme umpan balik

10

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


negatif. Inisiasi stimulus pelepasan hormon biasanya melalui satu dari tiga tipe ini, antara
lain:

a) Humoral, merupakan respon terhadap perubahan kadar ion dan nutrien dalam
darah. Contohnya hormon paratiroid di stimulasi oleh rendahnya kadar ion calcium
dalam darah
b) Neural, respon akibat stimulus saraf. Misalnya peningkatan aktivitas parasimpatis
akan meningkatkan stimulus pelepasan katekolamin (adrenalin dan noradrenalin)
dari medulla adrenal
c) Hormonal, respon terhadap pelepasan hormon lain oleh kelenjar atau organ
endokrin lainnya.misalnya pelepasan TSH dari hipofisi anterior yang distimulasi
oleh produksi dan pelepasan hormon T4 dari kelenjar tiroid.

(Ian Peate, 2014)

11

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


Gambar 2.4 Mekanisme Umpan Balik Negatif

12

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


B. Pengkajian Sistem Endokrin
1. Data Subyektif
Informasi yang didapatkan dari pasien bisa menyediakan petunjuk penting
terhadap kelainan sistem endokrin

a) Riwayat kesehatan dahulu


• Adanya riwayat keluhan fatigue, kelemahan
• Riwayat siklus menstruasi
• Catat kapan kaluhan mulai dirasakan, apakah mendadak atau bertahap.
• Apakah pernah melakukan tes diagnostik menggunakan iodin dalam tiga
bulan terakhir
• Obat – obatan yang sebelumnya atau sedang dikonsumsi
• Kondisi emosional klien sebelumnya
• Apakah klien sebelumnya pernah menjalani prosedur operasi
b) Riwayat kesehatan keluarga
• Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang sama
• Apakah ada anggota keluarga yang mendderita penyakit sistem endokrin
lainnya
c) Riwayat kesehatan sekarang
Tanyakan keluhan klien terhadap tanda dan gejala gangguan sistem endokrin
seperti fatigue, perubahan personaliti, kseulitan untuk tidur, sering berkemih,
penurunan berat badan secara mendadak.
Pola nutrisi metabolik
Klien mengatakan perubahan nafsu makan dan berat badan mengindikasikan
adanya gangguan pada sistem endokrin. Penurunan berat badan dengan
peningkatan nafsu makan mengindikasikan hipertiroid ataupun diabetes mellitus.
Obesitas abdominal, striae abdominal, dan ekstremitas yang kurus terjadi pada
pasien dengan hipercortisolism. Obese individual kemungkinan akan berkembang
menjadi diabetes mellitus tipe 2. Tanyakan apakah ada masalah nausea, vomit,
kesulitan menelan, perubahan ukuran leher mengindikasikan pembesaran kelenjar
tiroid. Penigkatan aktivitas SNS termasuk, palpitasi, gelisah, berkeringat, dan

13

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


tremor mengindikasikan disfungsi hormon tiroid atau yang lebih jarang tumor
medulla adrenal. Intoleransi terhadap panas atau dingin mengindikasikan
hipertiroid atau hipotiroid.
Tanyakan adanya perubahan kulit khususnya pada wajah, leher, tangan dan
kerutan pada tubuh, serta tanyakan juga perubahan distribusi rambut pada bagian
tubuh manapun. Perubahan pada tekstur kulit, menebal dan lebih kering
mengindikasikan disfungsi sistem endokrin. Peningkatan pertumbuhan rambut
tubuh mungkin terjadi hiiperkortisolism, pasien dengan hipotiroid mungkin
mengatakan kulitnya terasa kasar, sedangkan pada hipertiorid kulitnya terasa
berambut.
Pola Eliminasi
Peningkatan rasa haus atau berkemih terjadi pada klien dengan diabetes mellitus
atau diabetes insipidus, frekuensi defekasi yang sering mengindikasikan
hipertiroidism atau neuropathy otonom diabetes mellitus. Konstipasi juga
ditemukan pada klien dengan hipotiroid, hipoparatiroid, dan hipopituitarism.
Pola aktiviatas
Tanyakan apakah ada perubahan pada aktivitas klien, bagaimana level energinya
apakah berkurang, apakah klien merasakan fatigue dengan atau tanpa aktivitas,
dan apakah klien membutuhkan energi yang lebih untuk aktivitas dasar
Pola istirahat tidur
Tanyakan kebiasaan tidur klien, identifikasi apakah adanya nocturia yang
mengganggu pola tidur. Tanyakan apakah klien mengorok yang mengindikasikan
apnea saat tidur yang biasanya terjadi pada pria yang menderita diabetes
Pola Kognitif
Pasien dengan disfungsi endokrin mungkin mengalami apatis atau depresi,
tanyakan pada klien atau keluarga tentang adanya perubahan kognitif, selain itu
kesulitan dalam menngigat dan konsentrasi juga meruakan tanda defisit.
Pandangan kabur atau ganda juga merupakan tanda defisit endokrin, sakit kepala
merupakan tanda abnormalitas pertumbuhan pituitary.
(WIlliams & Hopper, 2007)

14

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


2. Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum:
Observasi tampilan umum klien, status mental klien apakah agitasi yang menandakan
hiertiroidism, pallor dan distribusi rambut yang merupakan tanda hipopituitarism,
vitiligo merupakan kondisi yang didasarkan pada gangguang endokrin dan hirsutism
yang merupakan tanda penyakit cushing (Ian Peate, 2014)
• Pemeriksaan tanda – tanda vital
Adanya perubahan temperatur, bradikardia, takikardia, hipotensi dan hipertensi
berhubungan dengan disfungsi endokrin
• Integumen
Inspeksi:
Warna rambut dan kuku. Catat adanya pigmentasi atau bruise. Hiperpigmentasi
merupakan tanda klasik penyakit adison. Kaji adanya luka, catat ukuran luka.
Palpasi:
Tekstur kulit dan kelembaban.
• Kepala
Inspeksi:
Ukuran dan kontur kepala, kesimetrisan wajah, kesimetrisan mata, adanya
exophtalmus yang berhubungan dengan hipertiroid. Lapang pandang yang berkurang
mungkin berhubungan dengan tumor pituitary. Inspeksi mukosa buccal, gigi, dan
lidah. Inspeksi rambut kepala, rambut rontok berhubungan dengan acromegali
(kelebihan GH)
Perkusi:
Perkusi nervus wajah adanya hiperrefleksia dan kontraksi otot wajah (Chvostek sign)

Gambar 2.5 Exophtalmus

15

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


• Leher
Inspeksi:
Isnpeksi leher saat klien menelan air, normalnya leher akan terlihat
simteris. Palpasi:
Palpasi leher untuk meraba adanya pembesaran kelenjar tiorid. Berdiri di belakang
klien, dengan jempol pada tengkuk klien, gunakan jari untuk palpasi isthmus tiroid
kemudian minta klien minum air dan rasakan kelenjar tiroid. Normalnya tidak teraba,
tapi apabila teraba nodules, pembesaran, asimetris, dan keras rujuk untuk
pemeriksaan lebih lanjut
Auskultasi:
Auskultasi sisi lateral tiroid menggunakan bell stetoskop untuk mendengarkan
adanya bunyi bruit, bunyi desah lembut menandakan penyakit goiter atau hipertiroid
• Thorak
Inspeksi:
Inpeksi ukuran thoraks dan karakteristik kulit thoraks. Catat adanya pembesaran
mamae pada pria yang mengindikasikan gynecomastia.
Auskultasi:
Auskultasi suara jantung tambahan dan suara paru (wheezing, atau hilangnya suara
nafas)
• Abdomen
Inspeksi:
Kontur abdomen, catat kesimetrisan dan warnanya. Sindroma cushing menyebabkan
kulit menjaadi rapuh dan striae pada abdomen. Catat adanya obesitas umum atau
obesitas abdomen
Auskultasi:
Asukultasi bising usus
Ekstremitas:
Kaji ukuran, bentuk kesimetrisan dan proporsi tangan dan kaki. Inspeksi pigmentasi,
lesi dan oedema. Evaluasi kekuatan otot dan reflek tendon dalam. Pada ekstremitas
atas, kaji adanya tremor. Spasme muskular pada tangan diperiksa dengan memasang

16

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


manset sphygmomanometer selama 3 menit (trousseau’s sign) mengindikasikan
hipoparatrioidism
Genitalia:
Inspeksi pola distribusi rambut, normalny pada pria berpola seperti diamond dan
wanita segitiga terbalik. Pada pria palpasi testis (Lewis et al., 2014).

17

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


18

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


3. Pemeriksaan Diagnostik
a) Tes Hormon
Dengan pengambilan sampel darah, seperti terlihat dalam tabel dibawah

b) Tes stimulasi
Sebuah bahan atau zat diinjeksikan ke dalam kelenjar, sehingga hormon
disekresikan oleh kelenjar kemudian di ukur kadar hormon dalam darah untuk
mengukur respon kelenjar terhadap stimulus. Contohnya tes simulasi TRH, injeksikan
TRH pada kelenjar, kemudian apabila kelenjar hipofisis bekerja dengan baik akan
mensekresi TSH, namun apabila ada masalah kadar T3 dan T4 akan meningkat dalam
darah.
c) Tes supresi
Tes ini kebalikan dari tes simulasi, contohnya apabila dexametason diinjeksikan
cortisol akan dilepaskan oleh korteks adrenal ditekan melalui mekanisme umpan balik

19

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


negatif. Apabila kortisol tidak tertekan maka dicurigai adanya gangguan korteks
adrenal.
d) Tes radiografi
Untuk identifikasi pembesaran kelenjar atau menetukan lokasi tumor

20

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pengkajian dalam keperawatan merupakan tahapan utama yang dilakukan perawat
untuk menegakkan diagnosa yang dimulai dari anamnesa riwayat kesehatan klien,
melakukan pemeriksaan fisik, dan menilai pemeriksaan penunjang. Pengkajian harus
dilakukan secara komprehensif agar tidak ada data pasien yang akan hilang dan
menghambat perawat dalam menegakkan diagnosa serta menentukan intervensi yang
akan dilakukan. Selain pemeriksaan fisik, pengkajian pada hasil laboratorium ataupun
pemeriksaan diagnostik lainnya seperti usg, CT-Scan akan sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa keperawatan demi memberikan pelayanan yang komprehensif
kepada pasien. Makalah mengenai pengkajian sistem endokrin ini sebagai pedoman
dalam melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus gangguan sistem endokrin.

21

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


DAFTAR PUSTAKA
Ian Peate. (2014). Nursing Practice Knowledge and Care. (I. Peate, K. Wild, & M. Nair, Eds.).
Chichester, West Sussex: Wiley Blackwell.

Lewis, S. L., Dirkensen, S. R., Heitkemper, M. M., Li, & Bucher, N. (2014). Medical - Surgical
Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (9th ed.). Canada: Mosby Elseivier.

Timby, B. K., & SMith, N. E. (2010). Introductory Medical - Surgical Nursing (10th ed.). China:
Lippincot Williams and WIlkins.

WIlliams, L. S., & Hopper, P. D. (2007). Medical Surgical. (J. Joyce, Ed.) (Third). Philadelphia: FA
Davis.

22

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


PEMERIKSAAN SISTEM ENDOKRIN

PENGERTIAN Melakukan pemeriksaan fisik sitem endokrin pada klien dengan


teknik cephalocaudal melalui inspeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi
TUJUAN Untuk menilai status kesehatan kesehatan klien ,
mengidentifikasi faktor resiko kesehatan dan tindakan
pencegahan, mengidentifikasi pemeriksaan penunjang yang
perlu dilakukan, mengevaluasi terhadap perawatan dan
pengobatan pada klien.
PERALATAN Alat :
- Status klien
- Dracing car beralas/baki beralas yang berisi alat2: tensimeter,
termometer, stetoskop, jam tangan, Botol 3 buah berisi cairan
(air bersih, desinfektant, air sabun ), kertas tissue, lampu
senter, otoskop, opthalmoskop (kalau perlu), meteran, refleks
hammer, garputala (kalau perlu), spekulum hidung, spatel
lidah, kaca laring, sarung tangan, bengkok, kassa steril,
timbangan berat badan, bahan aromatik, alat tulis
Klien dan lingkungan :
- Posisi
- SampiranPengosongan rektum dan kandung kemih (kalau
perlu)
PROSEDUR 1. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada klien
2. Catat nama klien dan tanggal pemeriksaan
3. Cuci tangan
4. Lakukan pemeriksaan keadaan umum / penampilan umum
klien
5. Lakukan pemeriksaan tanda vital
- suhu tubuh
- denyut nadi

23

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


- pernafasan
- tekanan darah
6. Lakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan jika
memungkinkan

7. Lakukan pemeriksaan kepala dan leher :


a. Kepala :
- Amati bentuk kepala, keadaan kulit kepala, keadaan
rambut dan wajah

- Rada ubun-ubun (bila umur < 2 tahun) dan adanya


benjolan

- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil


(ukuran, bentuk, respon terhadap cahaya), kornea,
konjungtiva, warna sklera
- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra
- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen (kp)

- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)


- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
b. Mata :
- Amati kelengkapan dan kesimetrisan mata, pupil,
kornea, konjungtiva, sklera

- Amati dan palpasi kelopak mata/palpebra


- Lakukan test ketajaman penglihatan dengan kartu
snellen (kp)

- Ukur tekanan bola mata dengan tonometer (kp)


- Lakukan test luas lapang pandang (kp)
c. Hidung :
- Amati posisi septum nasi
- Amati lubang hidung spt kelembaban, mukosa, sekret
24

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


dan adanya polip, kalau perlu gunakan spekulum

-Amati adanya pernafasan cuping hidung

25

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


d. Telinga
- Amati dan raba bentuk telinga, ukuran telinga
dan ketegangan daun telinga
- Amati lubang telinga : adanya serumen, benda
asing, membran timpani
- Raba pembesaran kelenjar limfe di depan
telinga, belakang telinga
- Kalau perlu lakukan test pendengaran dengan memakai
garpu tala
e. Mulut dan faring :
- Amati keadaan bibir
- Amati warna bibir
- Amati keadaan gusi dan gigi
- Amati keadaan lidah
- Lakukan pemeriksaan rongga mulut (kalau
perlu menggunakan spatel lidah)
f. Leher :
- Amati dan raba posisi trakea
- Amati dan raba pembesaran kelenjar tiroid
• Derajat 0-a : kelenjar tiroid tidak teraba atau
bila teraba tidak lebih besar dari ukuran normal
• Derajat 0-b : kelenjar tiroid jelas teraba, tapi
tidak terlihat bila kepala dalam posisi normal
• Derajat I : mudah dan jelas teraba, terlihat
dengan kepala dalam posisi normal, dan terlihat
nodul
• Derajat II : jelas terlihat pembesaran  jarak dekat
• Derajat III : tampak jelas dari jauh
• Derajat IV : sangat besar
- Amati dan raba bendungan vena jugularis
- Raba nadi karotis
- Raba pembesaran kelenjar limfe di leher, supra
26

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


klavikula
- Auskultasi daerah leher , diatas kelenjar tiroid akan
terdengar suara bruit. Normalnya suara itu tidak ada
8. Lakukan pemeriksaan kulit/integumen dan kuku
a. Amati kebersihan kulit dan adanya kelainan
b. Amati warna kulit
c. Raba kehangatan kulit, kelembaban, tekstur dan turgor
d. Amati bentuk dan warna kuku
e. Amati warna telapak tangan
f. Cek CRT ( 4apillary refill time )
9. Lakukan pemeriksaan ketiak dan payudara (kalau perlu)
a. Amati ukuran, bentuk dan posisi, adanya
perubahan warna, pembengkakan dan luka
b. Raba adanya benjolan, nyeri tekan dan sekret
c. Raba pembesaran kelenjar limfe di ketiak
10. Lakukan pemeriksaan thorak bagian depan :
a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan dada,
adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Palpasi ictus cordis pada area intercosta ke-5 mid
klavikula kiri
e. Lakukan perkusi dada
f. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
g. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing,
rales, pleural friction rub
h. Auskultasi bunyi jantung I dan II serta bunyi jantung
tambahan (kalau ada)
i. Auskultasi bising jantung/murmur
11. Lakukan pemeriksaan thorak bagian belakang

27

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


a. Inspeksi bentuk dada , kesimetrisan pergerakan
dada, adanya retraksi interkosta
b. Palpasi kesimetrisan pergerakan dada
c. Palpasi taktil fremitus
d. Lakukan perkusi dada
e. Auskultasi suara nafas : trakeal, brinkhial,
bronkovesikuler dan vesikuler
f. Auskultasi suara nafas tambahan : ronkhi, wheezing,
rales, pleural friction rub
12. Lakukan pemeriksaan abdomen
a. Inspeksi bentuk, adanya massa dan pelebaran pembuluh
darah pada abdpmen
b. Auskultasi bising usus
c. Perkusi bunyi abdomen, cek adanya ascites
d. Palpasi nyeri, adanya benjolan, turgor
e. Palpasi hepar
f. Palpasi lien
g. Palpasi titik Mc,. Burney
h. Palpasi adanya retensio urine
i. Palpasi massa feses
13. Lakukan pemeriksaan genetalia dan daerah sekitarnya
(bila perlu) :
a. Genetalia pria
- Amati kebersihan rambut pubis, kulit sekitar
pubis, kelainan kulit penis dan skrotum,
lubang uretra
- Raba adanya benjolan atau kelainan pada
penis, skrotum dan testis
b. Genetalia wanita
- Amati rambut pubis, kulit sekitar pubis, bagian dalam
labio mayora dan labio minora, klitoris, lubang uretra
dan perdarahan
28

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)


-Raba daerah inguinal
Anus
Amatu adanya lubang anus (pada bayi baru lahir), kelainan pada anus, perineum
Raba adanya nyeri
Lakukan pemeriksaan muskuloskeletal (ekstremitas) :
Inspeksi kesimetrisan otot
Inspeksi struktur dan bentuk tulang leher, tulang belakang, ekstremitas atas dan
Amati ROM dan gaya berjalan
Palpasi adanya oedem
Uji kekuatan otot
Amati adanya kelainan pada ekstremitas
Rapikan klien
Bersihkan alat dan rapikan kembali tempat pemeriksaan
Cuci tangan

ii

Downloaded by Onis Rohnenti (onisrohnenti1@gmail.com)

Anda mungkin juga menyukai