MATA KULIAH :
KEPERAWATAN MEDIKAL
BEDAH
DI SUSUN OLEH
SOFIA YULIDAR
HAFNI
PROGRAM STUDI
KEPERAWATAN FAKULTAS
KEPERAWATAN UNIVERSITAS
RIAU
2023 / 2024
DAFTAR ISI....................................................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
B. Tujuan...................................................................................................................................1
A. Anatomi Fisiologi.................................................................................................................2
1. Kelenjar Pituitary..............................................................................................................3
2. Kelenjar Pineal..................................................................................................................6
3. Kelenjar Tiroid..................................................................................................................6
4. Kelenjar Pratiroid..............................................................................................................7
5. Kelenjar Adrenal...............................................................................................................7
6. Kelenjar Pankreas.............................................................................................................8
1. Data Subyektif.................................................................................................................12
2. Pemeriksaan Fisik...........................................................................................................14
3. Pemeriksaan Diagnostik..................................................................................................17
A. Kesimpulan.........................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................ii
A. Latar Belakang
Sistem endokrin merupakan sistem yang “slow – acting” namun merupakan
sistem yang sangat kuat yang bekerja bersama – sama dengan sistem nervus untuk
menjaga homestasis. Istilah homeostatis merujuk pada regulasi lingkungan internal untuk
menjaga keseimbangan fisiologis normal dan fungsi tubuh. Sistem endokrin lebih banyak
terlibat pada regulasi homeostasis jangka panjang, beberapa pelapasan hormon bisa
memiliki efek dalam waktu singkat tapi kebanyakan memiliki efek dengan onset yang
lama namun lebih bertahan lama (Ian Peate, 2014).
Kelenjar endokrin mensekresi hormon, suatu zat kimiawi yang mempercepat atau
melambatkan proses fisiologis tubuh langsung ke aliran darah. Hormon bersirkulasi
dalam darah menuju reseptor pada sel targetnya, dan memainkan peranan penting dalam
regulasi homeostatis (Timby & SMith, 2010). Disfungsi endokrin bisa mengakibatkan
hipersekresi atau hiposekresi hormon, onset gejala sepsifik disfungsi endokrin hampir
sama dengan gejala penyakit lainnya, namun pada tahap lanjut apabila tidak diketahui
segera akan dapat mengancam jiwa (Lewis, Dirkensen, Heitkemper, Li, & Bucher, 2014).
Oleh karena itu pengkajian keperawatan yang tepat dan terfokus harus bisa dilakukan
untuk menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat.
B. Tujuan
1. Untuk memahami anatomi fisiologis dari sistem endokrin
2. Untuk memahami pegkajian keperawatan lanjut pada sistem endokrin
SISTEM ENDOKRIN
A. Anatomi Fisiologi
Struktur sistem endokrin bisa dibagi menjadi tiga tipe utama, yaitu:
• Kelenjar endokrin
Merupakan organ yang memiliki fungsi hanya memproduksi dan melepaskan
hormon, antara lain kelenjar pituitary, kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid, dan
kelenjar adrenal
• Organ yang tidak murni kelenjar
Yaitu organ yang memiliki fungsi lain selain memproduksi hormon, tetapi
sebagian besar fungsinya adalah memrpduksi hormon, seperti hipotalamus, dan
pankreas
• Jaringan dan organ lain yang juga memproduksi hormon
Area sel yang memproduksi hormon yang ditemukan pada dinding usus halus,
perut, jantung, hepar dan kulit.
1. Kelenjar Pituitary
Disebut dengan hipofisis, yang dibagi atas dua regio utama yaitu posterior
(neurohypophisis) dan anterior (adenohypofisis).
2. Kelenjar Pineal
Berlokasi di otak dan terdiri dari sel fotoreseptif, dengan fungsi utamanya adalah
sekresi hormon melatonin. Sekresi melatonin meningkat sebagai respon terhadap gelap,
dan menurun pada keadaan terang. Kelenjar ini membantu pengaturan ritme sirkadian
dan sistem reproduktif pada awal pubertas (Lewis et al., 2014)
3. Kelenjar Tiroid
Berlokasi di leher bawah anterior trachea, dibagi menjadi dua lobus lateral yang
disatukan oleh jaringan pengikat yang disebut isthmus (Timby & SMith, 2010). Kelenjar
tirooid merupakan organ yang memiliki banyak vaskuler, dan ukurannya diatur oleh TSH
dari hipofisis anterior. Tiga hormon yang diproduksi dan disekresi oleh kelenjar tiroid
adalah tiroksin (T4), triiodothyronin (T3), dan calcitonin.
• Calcitonin
Diproduksi oleh sel c kelenjar tiroid sebagai respon terhadap tingginya
kadar calcium yang beredar. Calcitonin menghambat transfer calciium dari
tulang ke darah, meningkatkan penyimpanan kalsium dalam tulang dan
meningkatkan ekresi ginjal terhdap kalsium dan fosfat sehingga
menurunkan kadal serum calcium. Calcitonin dan PTH mengatur
keseimbangan kalsium.
4. Kelenjar Pratiroid
Kelenjar ini mensekresi paratiroid hormon atau biasa disebut parathormone
(PTH). Fungsi utamanya adalah mengatur kadar calcium darah. PTH bekerja pada tulang,
ginjal dan secara tidak langsung pada intestinal. PTH menstimulasi perpindahan calcium
dari tulang ke darah dan menghambat pembentukan tulang sehingga meningkatkan
kasium dan fosfat serum. PTH juga menstimlasi konversi vitamin D pada ginjal menjadi
bentuk yang lebih aktif (1,25 dehydroxyvitamin D). Bentuk aktif vitamin D ini membantu
absorbsi calcium dan fosfor oleh traktus gastrointestinal, yang akan meningkatkan
mineralisasi tulang. Saat kadar serum calcium rendah, sekresi PTH meningkat. Kadar
vitamin D yang tinggi akan menghambat PTH, dan kadar magnesium yang rendah akan
menstimulasi sekresi PTH.
6. Kelenjar Pankreas
Pankreas memiliki fungsi eksokrin dan endokrin, bagian yang mesekresi hormon
disebut dengan pulau langerhans. Pulau ini hanya sekitar 2% dari luas kelenjar, dan
terdiri dari 4 tipe sel sekresi hormon yaitu α, β, delta dan F. Sel α memproduksi dan
sekresi glukagon, sedangkan insulin dan amylin diproduksi dan sekresi oleh sel β.
Somatostatin diproduksi dan sekresi oleh sel delta, polipeptida pakreatik diproduksi dan
disekresi oleh sel F.
Glucagon, dilepaskan sebagai respon terhadap rendahnya kadar glukosa darah ingesti
protein, dan latihan. Glucagon meningkatkan glukosa darah dengan menstimulasi
glycogenolysis, gluconeogenesis, dan ketogenesis. Pada saat keadaan puasa, hormon
seperti katekolamin, kortisol dan glukagon melakukan katabolisme untuk menyediakan
glukosa sebagai energi.
a) Konsentrasi hormon dalam darah atau cairan ekstraseluler, yang ditentukan oleh tiga
faktor:
• Jumlah produksi hormon
• Jumlah penghantar hormon, aliran darah ke organ atau sel target
• Waktu paroh hormon, merupakan waktu penghancuran dan eliminasi
hormon
b) Perubahan dalam jumlah reseptor yang tersedia, respetor bisa upregulated dan
downregulated. Upregulasi adalah pembentukan reseptor lebih banyak sebagai
respon terhadap kurangnya kadar hormon yang beredar, sel menjadi sangat responsif
terhadap hormon. Downregulasi adalah pengurangan jumlah reseptor sebagai respon
sel terhadap memanjangnya periode kadar hormon yang beredar sehingga sel
menjadi kurang responsif terhadap hormon.
Pada saat reseptor teraktivasi oleh kehadiran hormon, ada beberapa mekanisme yang
mengakibatkan perubahan aktivitas sel:
a) Perubahan permiabelitas membran sel dengan pembukaan atau penutupan kanal ion
pada membran sel
b) Sintesis protein atau regulasi molekul terhadap sel
c) Aktivasi atau deaktivasi enzim
d) Aktivitas sekresi
e) Simulasi mitosis
Beberapa hormon bisa memiliki efek yang hebat walaupun konsetrasinya rendah
sehingga diperukan hormon aktif segera dikluarkan dari darah untuk menccegah
stimulasi konstan pada sel target
10
a) Humoral, merupakan respon terhadap perubahan kadar ion dan nutrien dalam
darah. Contohnya hormon paratiroid di stimulasi oleh rendahnya kadar ion calcium
dalam darah
b) Neural, respon akibat stimulus saraf. Misalnya peningkatan aktivitas parasimpatis
akan meningkatkan stimulus pelepasan katekolamin (adrenalin dan noradrenalin)
dari medulla adrenal
c) Hormonal, respon terhadap pelepasan hormon lain oleh kelenjar atau organ
endokrin lainnya.misalnya pelepasan TSH dari hipofisi anterior yang distimulasi
oleh produksi dan pelepasan hormon T4 dari kelenjar tiroid.
11
12
13
14
15
16
17
b) Tes stimulasi
Sebuah bahan atau zat diinjeksikan ke dalam kelenjar, sehingga hormon
disekresikan oleh kelenjar kemudian di ukur kadar hormon dalam darah untuk
mengukur respon kelenjar terhadap stimulus. Contohnya tes simulasi TRH, injeksikan
TRH pada kelenjar, kemudian apabila kelenjar hipofisis bekerja dengan baik akan
mensekresi TSH, namun apabila ada masalah kadar T3 dan T4 akan meningkat dalam
darah.
c) Tes supresi
Tes ini kebalikan dari tes simulasi, contohnya apabila dexametason diinjeksikan
cortisol akan dilepaskan oleh korteks adrenal ditekan melalui mekanisme umpan balik
19
20
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengkajian dalam keperawatan merupakan tahapan utama yang dilakukan perawat
untuk menegakkan diagnosa yang dimulai dari anamnesa riwayat kesehatan klien,
melakukan pemeriksaan fisik, dan menilai pemeriksaan penunjang. Pengkajian harus
dilakukan secara komprehensif agar tidak ada data pasien yang akan hilang dan
menghambat perawat dalam menegakkan diagnosa serta menentukan intervensi yang
akan dilakukan. Selain pemeriksaan fisik, pengkajian pada hasil laboratorium ataupun
pemeriksaan diagnostik lainnya seperti usg, CT-Scan akan sangat membantu dalam
menegakkan diagnosa keperawatan demi memberikan pelayanan yang komprehensif
kepada pasien. Makalah mengenai pengkajian sistem endokrin ini sebagai pedoman
dalam melakukan pengkajian pada pasien dengan kasus gangguan sistem endokrin.
21
Lewis, S. L., Dirkensen, S. R., Heitkemper, M. M., Li, & Bucher, N. (2014). Medical - Surgical
Nursing: Assesment and Management of Clinical Problems (9th ed.). Canada: Mosby Elseivier.
Timby, B. K., & SMith, N. E. (2010). Introductory Medical - Surgical Nursing (10th ed.). China:
Lippincot Williams and WIlkins.
WIlliams, L. S., & Hopper, P. D. (2007). Medical Surgical. (J. Joyce, Ed.) (Third). Philadelphia: FA
Davis.
22
23
25
27
ii