DOSEN PENGAMPUH:
OLEH:
1.HIKMA HIDAYAH (B2215401003)
2.DIAN RANI (B2215401008)
3.ELANG KURNIATI (B2215401010)
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem Endokrin
sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis telah berusaha semaksimal
mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang ada.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.
Penulis
DAFTAR ISI
ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Defenisi Sistem Endokrin.........................................................................................6
2.2 Fungsi Kelenjar Endokrin........................................................................................7
2.3 Jenis-jenis Kelenjar Endokrin...................................................................................9
2.4 Macam-macam Hormon Reproduksi............................................................12
2.5 Sekresi dan Distribusi Hormon..............................................................................14
2.7 Kontrol Aktivitas Hormon......................................................................................21
2.8 Masalah Pada Sistem Endokrin..............................................................................22
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan............................................................................................................24
3.2 Saran......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Sistem endokrin merupakan sistem yang unik karena terdiri dari kelompok
berbagai kelenjar atau jaringan yang tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar tubuh
memiliki fungsi baik eksokrin atau endokrin. Kelenjar eksokrin, termasuk kelenjar
keringat dan kelenjar lakrimal, bertanggung jawab untuk mengeluarkan zat
langsung ke saluran yang mengarah ke daerah sasaran. Endokrin Istilah (endo-
dalam, Crin-mensekresikan) ini menunjukkan bahwa sekresi dibentuk oleh
kelenjar secara langsung masuk ke darah atau limfa sirkulasi dan perjalanan ke
jaringan target, dan bukan diangkut melalui tuba atau duktus. Sekresi ini, disebut
hormon, yang merupakan bahan kimia yang memicu atau mengontrol aktivitas
1
organ, sistem, atau kelenjar lain di bagian tubuh lain (White, Duncan, & Baumle,
2013).
Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu
kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar
hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang
yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan
derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu
respon tubuh yang sangat luas. Seringkali terjadi gangguan atau
ketidakseimbangan hormon baru diketahui setelah terdeteksi adanya
ketidaknormalan sistem reproduksi, masih banyak lagi penyakit akibat
ketidakseimbangan pada hormon, pada gangguan hormon dengan kadar yang
rendah. Pengembalian fungsi hormonal tubuh bisa cukup dengan gaya hidup
sehat, namun pada gangguan hormonal tertentu, tindakan pemberian obat suntik
dengan kadar tinggi sekalipun tidak memberikan hasil yang optimal.
2
Sistem kekebalan tubuh merespon pengenalan asing agen dengan cara
pembawa pesan kimiawi (sitokin), yang berupa protein menyerupai hormon, dan
diatur adrenal kortikosteroid hormon (Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever. 2010).
3
Sistem regulasi ganda ini, dimana sistem saraf lebih cepat mempengaruhi organ
dibanding sstem hormon. Sehingga menghasilkan kontrol yang tepat bagi fungsi
tubuh. Kelenjar-kelenjar endokrn terdiri dari sel sekretori disusn dalam cluster
disebut acini. Tidak ada salurannya tersendiri, namun kelenjar kaya akan suplay
darah sehingga hasil produk hormone bias masuk melalui pembuluh darah dengan
cepat. Dalam keadaan fisiologis yang sehat, konsentrasi hormone dalam aliran
darah dipertahankan pada tingkat relative konstan. Negatif feedback/ umpan balik
negatif adalah mekanisme untuk mengatur konsentrasi hormone dalam darah.
Ketika konsentrasi hormon meningkat, produksi hormon akan dihambat.
Sebaliknya, ketika konsentrasi hormon berkurang maka produksi hormone akan
lebih ditingkatkan. Hormon pada umumnya diangkut dalam cairan tubuh, dan
jumlah hormone tertentu yang bersikulasi pada tubuh maka akan disesuaikan.
(Smeltzer et al. 2010).
Walaupun hormon beredar ke seluruh tubuh dalam darah, hal itu hanya
memberikan efek sel target spesifik. Hormon, seperti neutransmitter,
mempengaruhi sel target mereka dengan mengikat kimia reseptor protein yang
spesifik. Hanya sel target untuk diberikan hormon memiliki reseptor yang
mengikat dan mengenali hormone. Sebagai contoh, Thyroid Stimulating Hormon
(TSH) mengikat reseptor pada kelenjar-kelenjar tiroid, tetai tidak mengikat sel-sel
ovarium karena sel-sel ovarium tidak memiliki reseptor TSH. Reseptor eperti
rotein selule lainnya, yang terus menerus disintesis dan rusak. Umumnya, sel
target memiliki 2000-100.000 reseptor untuk hormone tertentu. Jika hormon yang
ada lebih, jumlah reseptor sel target dapat menurun yang disebut efek down-
regulasi. Misalnya, ketika sel-sel testis yang terkena konsentrasi tinggi
Luteinizing Hormon (LH), jumlah reseptor LH menurun. Down Regulation
membuat sel target kurang sensitif terhadap hormon. Sebaliknya, ketika hormon
kekurangan, jumlah reseptor munkin meningkat. Fenomena ini yang dikenal
sebagai up-regulasi, membuat target sel lebih sensitive terhadap hormon.
4
mengikat reseptor progesteron (hormon seks wanita) dan mencegah progesteron
dari mengerahkan efek normal, dalam hal ini, mempersiapkan lapisan rahim untuk
implantasi. Ketika RU486 diberikan kepada wanita hamil, kondisi rahim yang
dibutuhkan untuk memelihara suatu embrio tidak dipertahankan, perkembangan
embrio berhenti, dan embrio terkelupas bersama dengan lapisan rahim. Contoh ini
menggambarkan prinsip endokrin yang penting. Jika hormon dicegah dari
berinteraksi dengan reseptornya, hormon tidak dapat melakukan fungsi normal.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, ialah:
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
akan menerjemahkan “ pesan ” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin
tidak memasukkan kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain
dalam saluran gastrointestin.
7
penghubung yang berbeda. Sistem saraf terhubung menggunakan implus saraf dan
neurotransmitter, sementara sistem endokrin dihubungkan oleh senyawa kimia
yang disebut hormon.
8
Metabolisme zat, kelenjar endokrin bertugas untuk mempengaruhi
fungsi metabolism lemak, vitamin, metabolism protein, mineral, air dan
hidrat aranga dalam tubuh agar optimal.
a. Hipofisis
9
kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme,
yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.
10
Hormon noradrenalin bekerja secara antagonis terhadap adrenalin yaitu berfungsi
menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.
g. Kelenjar Timus
Kelenjar timus adalah organ kecil di belakang tulang dada yang berperan
ganda untuk sistem limfatik dan sistem endokrin. Sebagai bagian dari sistem
limfatik, kelenjar timus ikut berperan dalam fungsi imunitas tubuh.
Sementara itu, sebagai bagian dari sistem endokrin, kelenjar timus turut
menghasilkan hormon yang turut digunakan untuk menopang sistem imun.
Kelenjar timus tidak bekerja sampai akhir hayat manusia.
11
Kelenjar ini akan menyusut secara perlahan saat masa pubertas dan
kemudian tergantikan oleh lemak. Saat seseorang menginjak usia 75 tahun,
sebagian besar kelenjar timus akan berubah menjadi jaringan lemak. Namun
untungnya, fungsi kelenjar timus untuk tubuh bisa dirasakan seumur hidup.
Kelenjar timus berlokasi di belakang tulang dada dan depan jantung di
antara paru-paru. Namun, pada beberapa kasus, kelenjar ini bisa muncul di area
lain, seperti leher, kelenjar tiroid, atau permukaan paru-paru.
h. Kelenjar Epifisis
Sampai sekarang peranan kelenjar epifisis pada manusisa belum diketahui.
Namun, kelenjar epifisis pada katak berfungsi untuk mengatur pigmen melanin.
Peranannya adalah saat katak dalam kondisi yang tidak menguntungkan, pigmen
melanin akan mengumpul dan berakibat kulit katak menjadi pucat.
i. Kelenjar Langerhans
Kelenjar Langerhans terdapat di dalam pankreas. Tugasnya menghasilkan
hormon insulin. Fungsi hormon ini besifat antagonis dengan fungsi hormon
adrenalin, yaitu mengubah gula mejadi glikogen dalam hati dan otot. Hiposekresi
insulin menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing manis). (Evi L. D,
2014).
12
Hormon reproduksi FSH diproduksi di kelenjar pituitari, yaitu kelenjar di
otak yang berukuran sebesar kacang polong. Hormon ini memiliki peranan
penting terhadap perkembangan seksual seseorang.
Selain memengaruhi perubahan fisik saat memasuki masa pubertas, hormon FSH
pada wanita juga memiliki peran terhadap proses pembentukan sel telur di
ovarium serta turut mengendalikan silus menstruasi. Sementara pada pria, hormon
FSH berfungsi untuk mengendalikan produksi sperma dan perkembangan organ
kelamin.
Luteinizing Hormone ( LH )
Hormon LH juga diproduksi di kelenjar pituitari dan kerjanya saling
melengkapo dengan hormon FSH. Pada wanita, hormon reproduksi ini
memengaruhi kerja ovarium, pelepasan sel telur (ovulasi), siklus menstruasi, dan
kesuburan. Sementara pada pria, LH merangsang produksi testosteron, yang
memengaruhi tingkat produksi sperma pria.
Hormon Testosteron
Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
Hormon ini akan mengalami peningkatan selama masa pubertas, kemudian mulai
menurun sejak memasuki usia 30 tahun.
Fungsi hormon testosteron pada pria antara lain mengendalikan gairah
seksual, produksi sperma, kepadatan tulang, dan juga massa otot, sehingga
hormon ini mampu memengaruhi perubahan fisik dan emosional pria secara
signifikan.
Sementara itu, fungsi hormon testosteron pada wanita adalah mengontrol
suasana hati dan gairah seksual, menjaga tulang tetap kuat, meringankan nyeri,
dan menjaga kemampuan berpikir.
Hormon Esterogen
Kadar hormon estrogen pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
Hormon esterogen pada wanita memiliki peran penting dalam perkembangan
seksual saat masa pubertas. Selain itu, hormon ini juga berperan mengendalikan
pertumbuhan dinding rahim selama siklus menstruasi dan masa awal kehamilan,
13
serta mengatur berbagai proses metabolisme, termasuk pertumbuhan tulang dan
kadar kolesterol.
Sementara pada pria, salah satu fungsi estrogen adalah mengontrol
kesehatan sperma. Namun, jika kadar estrogen pada pria terlalu tinggi, dapat
terjadi penurunan kualitas sperma dan disfungsi ereksi.
Kesehatan hormon reproduksi dapat dijaga dengan menerapkan gaya hidup
sehat seperti mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi, melakukan olahraga
dengan rutin, mengelola stres dengan baik, dan memenuhi waktu tidur yang
cukup.
Selain itu, bila masih memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi
alkohol, dianjurkan untuk mulai meninggalkannya.
Ketidak seimbangan kadar hormon reproduksi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan, mulai dari obesitas hingga osteoporosis. Pada
wanita, hal ini bisa ditandai dengan tidak teraturnya siklus menstruasi, sedangkan
pada pria bisa ditandai dengan penurunan gairah seksual.
1. Peptida
Hormon peptida merupakan protein dengan beragam ukuran. Protein yang
disintesis disisipkan ke dalam vesikel untuk sekresi, dilipat, dan dapat diproses
14
melalui proteolisis atau modifikasi lain. Pelipatan di tentukan oleh rangkaian
primer protein maupun oleh protein tambahan.
Untuk sekresi, protein disisipkan kedalam reticulum endoplasmic, yang
akhirnya mencapaivesikel resitorik. Setelah transpor protein kedalam reticulum
endoplasmik, protein bergerak melalui suatu seri kompartemen khusus,
dimodifikasi sebelum dilepaskan. Vesikel bergerak ke dan berfusi dengan
aparatus Golgi. Vesikel ini ditutupi oleh suatu lapisan protein yang
memungkinkan untuk berikatan dengan membran aparatus Golgi. Vesikel ini
kemudian berfusi yang memerlukan hidrolisis ATP dan protein lain, termasuk
protein pengikat GTP (dan hidrolisis GTF). Akhirnya, vesikel ke luar dari
jaringan trans-Golgi dan diangkut ke permukaan sel, berfusi dengan membran
untuk menyampaikan isinya ke luar sel. Gerakan dari vesikel-vesikel ke
permukaan terjadi sepanjang jalur mikrotubulus.
15
dari tempat sintesis dalam hipotalamus ke tempat sintesis mereka pada hipofisis
anterior. Beberapa peptida mengalami sedikit modifikasi lanjutan, seperti halnya
dengan GH dan PRL. Pada kasus lain, pembelahan dari "prohormon" di dalam sel
menghasilkan hormon akhir. Contohnya proinsulin diubah menjadi insulin dengan
pengangkatan rangkaian peptida C, meninggalkan rantai A dan B yang melekat
melalui ikatan disulfida. ACTH, suatu protein asam amino-39, dan beberapa
peptida lainnya(Fragmen terminal-N, betali protein) dilepaskan secara proteolitik
dari protein yang lebih besar propriomelanokortin (POMC) dalam hipofisis
interior.
Berbagai hormon juga dapat diproses pada tempat yang berbeda. Sebagian
besar protein diproses dalam granula sekretorik padat dari lintasan sekresi yang
diatur. Pembelahan dari proinsulin menjadi insulin, prorenin menjadi renin, dan
POMC menjadi peptidanya merupakan contoh-contohnya. Dalam susunan saraf
pusat, beberapa peptida (contohnya, TRH) diproses dalam perikarya neuronal,
sementara yang lain diproses dalam akson dan terminal (prekursor GnRH).
dari granula kemudian dilepaskan melalui eksositosis. Ca2+ penting untuk proses-
proses ini. Obat-obatan yang merangsang pelepasan hormon polipeptida dan
katekolamin merangsang influks Ca2+ ke dalam sitoplasma melalui saluran Ca2+
spesifik. Hal ini memicu fusi dari vesikel sekretorik dengan membran dan
pelepasan dari hormone yang disimpan. Dengan demikian, aktivator dari saluran
Ca2+ dan fosfolipase C akan meningkatkan sekresi. Dalam sel B pankreas, kadar
glukosa yang tinggi meningkatkan kadar ATP intraselular yang pada glirannya
menghambat efluks K+ melalui saluran membran, menimbulkan depolarisasi
membran dan pembukaan dari saluran Ca2+. Peningkatan Ca2+ kemudian
16
2. Hormon Tiroid
3. Steroid
Hormon steroid dihasilkan adrenal, ovarium, testis, plasenta, dan pada
tingkat tertentu di jaringan perifer. Steroid berasal dari kolesterol yang dihasilkan
melalui sintesis de novo atau melalui ambilan dari LDL melalui reseptor LDL.
Terdapat sejumlah cadangan kolesterol dalam ester kolesterol sel-sel
steroidogenik. Jika kelenjar penghasil steroid dirangsang, kolesterol ini
dibebaskan melalui stimulasi dan esterase kolesterol, dan sejumlah kolesterol
17
tambahan dihasilkan melalui stimulasi sintesis kolesterol oleh kelenjar. Namun,
dengan berjalannya waktu, ambilan kolesterol yang ditingkatkan merupakan
mekanisme yang utama untuk meningkatkan steroidogenesis. Kelenjar-kelenjar
ini mempunyai konsentrasi reseptor LDL yang tinggi yang akan lebih meningkat
oleh rangsangan steroidogenik seperti hormon tropik. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh habisnya kolesterol intraselular Penurunan ini juga meningkatkan
sintesis kolesterol, yang selanjutnya mempermudah steroidogenesis. Produksi
steroid selelah rangsangan seperti ini dapat sepuluh kali lebih banyak dari
produksi basal (1,2,4).
18
Kemudian 11 -7 deoksikertisal mengalir kembali ke dalam mitokondria di mana
kertisol, produk akhir yang aktif, dibentuk melalui 11--hidroksilasi melalui kerja
sitokrom P-150c11. Enzi mini tidak ditemukan dalam Gonad, yang tidak
menghasilkan kortisol atau aldosterone.
Glomerulosa adrenal menghasilkan progesteron dari pregnenolon meIalui
kerja dari 3-hidroksisteroid dehidrogenase 4,5 isomerase. Hal ini disebut
lintasan
4. Granulosa tidak memiliki sitokrom P4 50c17 dan secara unik mengandung
19
Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24
jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol
meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari.
Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang
waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung
pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam
berespons terhadap kadar kalsium serum.
20
2.7 Kontrol Aktivitas Hormon
Pada prinsipnya kontrol produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus
(bagian dari otak). Hipotalamus adalah bagian otak yang mengeluarkan hormon
untuk mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh. Fungsi hipotalamus yang paling
utama adalah homeostasis, yaitu memastikan dan mempertahankan semua sistem
tubuh tetap berjalan stabil. Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang
lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar
lain. Hipotalamus melepaskan hormon-hormon ke bagian lain dari otak, yaitu
kelenjar pituitari. Kelenjar ini kemudian akan mengirimkan hormon tersebut ke
berbagai organ tubuh lainnya.
Beragam hormon yang dihasilkan hipotalamus memainkan peranan penting
dalam banyak fungsi tubuh. Jika fungsi hipotalamus mengalami gangguan, hal ini
tentu akan memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh secara keseluruhan.
Fungsi Hipotalamus
Meski berukuran kecil, fungsi hipotalamus sangat penting dalam
pengendalian fungsi tubuh. Tidak hanya mengontrol suhu tubuh, rasa lapar, dan
haus, fungsi hipotalamus juga berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk
mengendalikan beberapa hal lain, seperti:
Selain itu, hipotalamus dianggap pula sebagai pengatur semua fungsi hormonal
dalam tubuh. Hal ini karena hipotalamus bekerja sama dengan kelenjar pituitari
dalam menjaga peran berbagai kelenjar penghasil hormon di tubuh, seperti
kelenjar tiroid, ovarium, atau testis.
21
mengendalikan berbagai perilaku dan emosi manusia seperti mengurangi
rasa cemas serta membangun ikatan emosional antara ibu dan bayi dalam
proses menyusui.
3. Hormon Samostatin
Hormon ini berperan dalam menghambat kelenjar pituitari untuk
menghasilkan hormon tertentu, seperti hormon pertumbuhan dan TSH
(thyroid-stimulating hormone).
4. Hormon pelepas hormon pertumbuhan
Hormon dengan istilah growth hormone-releasing hormon (GHRH) ini
berperan dalam memicu kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon
pertumbuhan yang memengaruhi tumbuh kembang anak serta metabolisme
karbohidrat dan lemak dalam tubuh.
5. Hormon pelepas gonadotropin
Hormon dengan istilah gonadotropin-releasing hormon (GnRH) ini bekerja
dengan merangsang pelepasan hormon yang berhubungan dengan fungsi
reproduksi seperti proses menstruasi dan pematangan organ seksual,
terutama pada masa pubertas.
6. Hormon Pelepas Kartikotropin
Hormon yang dikenal dengan istilah corticotropin-releasing hormon
(CRH) ini memiliki peran dalam mengontrol respons tubuh terhadap stres
fisik dan emosional serta bertanggung jawab dalam mengontrol suhu
tubuh, rasa lapar, dan haus.
7. Hormon Pelepas Tirotropin
Hormon dengan sebutan thyrotropin-releasing hormone (TRH) ini lebih
berperan dalam merangsang produksi hormon tiroid untuk mengendalikan
metabolisme tubuh, sistem kardiovaskular, perkembangan otak, kendali
otot, serta kesehatan pencernaan dan tulang
Faktor pemicu dari masalah endokrin ada banyak sekali, diantaranya yang
paling umum terjadi adalah:
22
Baru melakukan operasi, atau mengalami trauma, infeksi, atau cedera
serius.
Hipotiroid kongenital sering terjadi pada ibu hamil. Risikonya jika ibu hamil
tidak menghasilkan kelenjar tiroid, pembentukan otak pada janinnya bisa
terganggu. (Marzuki, Nanis Sachrina, 2021).
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sistem endokrin yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem endokrin merupakan sistem pengatur tubuh, terdiri dari kelenjar-
kelenjar endokrin yang mengeluarkan bahan kimia disebut hormon.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran tertentu untuk membawa hasil
sekresinya ke tempat tertentu. Sehingga hormon disekresikan ke tempat
tertentu.
2. Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
dan menambah kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan
psikologis. Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat
dalam tubuh memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari mana
kelenjar tersebut dihasilkan.
3. Jenis-jenis kelenjar endokrin terdiri dari; hipofisis, tiroid, paratiroid,
kelenjar adrenal, kelenjar hipofisis, kelenjar epifisis, kelenjar langerhans,
kelenjar gonad, pankreas, kelenjar gonad.
24
asam amino. Hormon-hormon ini bekerjasama dengan sistem saraf pusat
sebagai fungsi pengatur dalam berbagai kejadian dan metabolisme dalam
tubuh.
7. Mekanisme umpan balik juga disebut sebagai sistem umpan balik
atau umpan balik adalah siklus peristiwa di mana keadaan aspek tertentu
dari kondisi tubuh disebut kondisi terkendali misalnya suhu yang terus
dimonitor dan disesuaikan sesuai untuk menjaga nilai kondisi terkendali
dalam kisaran yang aman sehingga tubuh terus berfungsi berhasil sebagai
lawan mengalami kerusakan misalnya karena over-heating.
8. Pada prinsipnya kontrol produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus
(bagian dari otak). Hipotalamus adalah bagian otak yang mengeluarkan
hormon untuk mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh. Fungsi
hipotalamus yang paling utama adalah homeostasis, yaitu memastikan dan
mempertahankan semua sistem tubuh tetap berjalan stabil. Hipotalamus
mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus
melepaskan hormon-hormon ke bagian lain dari otak, yaitu kelenjar
pituitari. Kelenjar ini kemudian akan mengirimkan hormon tersebut ke
berbagai organ tubuh lainnya.
3.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan dalam hubungannya dengan analisis ini
adalah sebagai berikut:
Kiranya dalam sistem endokrin dalam setiap sub judul dapat dicermati
dengan baik dan teliti agar dapat memahami materi dengan baik.
Diperlukan enelitian berbagai kalangan agar terus mengembangkan
makalah ini sesuai perkembangan teknologi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
https://www.orami.co.id/magazine/kelenjar-timus. Diakses Pada 6 Desember
2022 Pukul 19. 24 WITA.
27