Anda di halaman 1dari 30

SISTEM ENDOKRIN

DOSEN PENGAMPUH:

SITTI DHIA UL HAQ S. ST., M. Kes

OLEH:
1.HIKMA HIDAYAH (B2215401003)
2.DIAN RANI (B2215401008)
3.ELANG KURNIATI (B2215401010)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA PERSADA MUNA
2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah tentang Sistem Endokrin
sesuai dengan waktu yang telah diberikan, dalam penyusunan makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan namun demikian penulis telah berusaha semaksimal
mungkin agar hasil dari tulisan ini tidak menyimpang dari ketentuan-ketentuan
yang ada.

Atas dukungan dari be rbagai pihak akhirnya penulis bisa menyelesaikan


makalah ini. Untuk itu, dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terima
kasih kepada dosen yang mengajar mata kuliah Anatomi Fisiologi yang memberikan
pengajaran dan arahan dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi
kesempurnaan makalah ini, dan mudah-mudahan ini dapat bermanfaat bagi kita
semua.

Raha, 6 Desember 2022

Penulis

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB 1................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................5
1.3 Tujuan......................................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Defenisi Sistem Endokrin.........................................................................................6
2.2 Fungsi Kelenjar Endokrin........................................................................................7
2.3 Jenis-jenis Kelenjar Endokrin...................................................................................9
2.4 Macam-macam Hormon Reproduksi............................................................12
2.5 Sekresi dan Distribusi Hormon..............................................................................14
2.7 Kontrol Aktivitas Hormon......................................................................................21
2.8 Masalah Pada Sistem Endokrin..............................................................................22
BAB III...........................................................................................................................24
PENUTUP.......................................................................................................................24
3.1 Kesimpulan............................................................................................................24
3.2 Saran......................................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................26

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang artinya “sekret ke dalam”.masuk


sirkulasi ke dalam darah yaitu hormone (merangsang). Sistem endokrin adalah
kontrol kelenjar tanpa saluran (ductiess) yang menghasilkan hormone yang
tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain.
Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan” dan dbawa oleh aliran darah ke
berbagai sel dalam tubuh yang selanjutnya akan menerjemahkan “pesan” tersebut
menjadi tindakan. (Evi L. D, 2014).

Sistem endokrin terdiri atas badan-badan jaringan kelenjar,seperti tiroid,tapi


juga terdiri atas kelenjar yang ada didalam suatu organ tertentu, seperti testis,
ovarium, dan jantung. Sistem endokrin menggunakan hormone ntuk
mengendalikan dan mengatur fungsi tubuh sama seperti sistem saraf
menggunakan sinyal listrik kecil. Kedua system berinteraksi di otak dan saling
meengkapi, tapi mereka cenderung bekerja dengan kecepatan yang berbeda. Jika
kelenjar endokrin mengalami kelainan fungsi, maka kadar hormone di dalam
darah bias menjadi iggi atau rendah, sehingga mengganggu fungsi tubuh. Untuk
mengendalikan fungsi endokrin, maka pelepasan setiap hormone harus di atur
dalam batas-batas yang tepat. (Philip E. P, 2001).

Sistem endokrin merupakan sistem yang unik karena terdiri dari kelompok
berbagai kelenjar atau jaringan yang tersebar di seluruh tubuh. Kelenjar tubuh
memiliki fungsi baik eksokrin atau endokrin. Kelenjar eksokrin, termasuk kelenjar
keringat dan kelenjar lakrimal, bertanggung jawab untuk mengeluarkan zat
langsung ke saluran yang mengarah ke daerah sasaran. Endokrin Istilah (endo-
dalam, Crin-mensekresikan) ini menunjukkan bahwa sekresi dibentuk oleh
kelenjar secara langsung masuk ke darah atau limfa sirkulasi dan perjalanan ke
jaringan target, dan bukan diangkut melalui tuba atau duktus. Sekresi ini, disebut
hormon, yang merupakan bahan kimia yang memicu atau mengontrol aktivitas

1
organ, sistem, atau kelenjar lain di bagian tubuh lain (White, Duncan, & Baumle,
2013).

Hormon adalah zat yang dilepaskan ke dalam aliran darah dari suatu
kelenjar atau organ, yang mempengaruhi kegiatan di dalam sel-sel. Sebagian besar
hormon merupakan protein yang terdiri dari rantai asam amino dengan panjang
yang berbeda-beda. Sisanya merupakan steroid, yaitu zat lemak yang merupakan
derivat dari kolesterol. Hormon dalam jumlah yang sangat kecil bisa memicu
respon tubuh yang sangat luas. Seringkali terjadi gangguan atau
ketidakseimbangan hormon baru diketahui setelah terdeteksi adanya
ketidaknormalan sistem reproduksi, masih banyak lagi penyakit akibat
ketidakseimbangan pada hormon, pada gangguan hormon dengan kadar yang
rendah. Pengembalian fungsi hormonal tubuh bisa cukup dengan gaya hidup
sehat, namun pada gangguan hormonal tertentu, tindakan pemberian obat suntik
dengan kadar tinggi sekalipun tidak memberikan hasil yang optimal.

Hormon juga memainkan peran penting dalam mengatur proses homeostasis


seperti: metabolism, tumbang, keseimbangan cairan dan elektrolit, proses
reproduksi, dan siklus bangun dan tidur (Timby & Smith, 2010).

Umumnya, hormon ini diproduksi oleh kelenjar endokrin, tetapi beberapa


juga diproduksi oleh jaringan lain. mukosa Gastrointestinal (GI) menghasilkan
hormon (misalnya, gastrin, enterogastrone, secretin, cholecystokinin) yang
penting dalam proses pencernaan; ginjal menghasilkan erythropoietin, suatu
hormon yang merangsang sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah;
dan sel-sel darah putih memproduksi sitokin (protein menyerupai hormon) yang
aktif berpartisipasi dalam respon inflamasi dan kekebalan tubuh. Sistem
kekebalan tubuh dan sistem saraf memiliki hubungan yang unik dengan sistem
endokrin.

Bahan kimia seperti neurotransmitter (misalnya, epinefrin) yang dirilis oleh


Sistem saraf, juga dapat berfungsi sebagai hormon bila diperlukan. .(Porth &
Matfin, 2009).

2
Sistem kekebalan tubuh merespon pengenalan asing agen dengan cara
pembawa pesan kimiawi (sitokin), yang berupa protein menyerupai hormon, dan
diatur adrenal kortikosteroid hormon (Smeltzer, Hinkle, Bare, & Cheever. 2010).

Saraf dan sistem endokrin bertindak bersama-sama untuk


mengkoordinasikan fungsi semua sistem tubuh. Ingat bahwa sistem saraf bekerja
melalui impuls saraf (potensial aksi) yang dilakukan di sepanjang akson neuron.
Pada sinaps, impuls saraf memicu pelepasan mediator (utusan) molekul yang
disebut neurotransmitter. Sistem endokrin juga mengontrol aktivitas tubuh dengan
melepaskan mediator, yang disebut hormon, tetapi alat kontrol dari dua sistem
yang sangat berbeda. Tanggapan dari sistem endokrin sering lebih lambat
daripada respon sistem saraf; meskipun beberapa hormon bertindak dalam
hitungan detik, sebagian besar berlangsung beberapa menit atau lebih untuk
menghasilkan sebuah respon. Efek dari sistem aktivasi saraf umumnya lebih
singkat dibandingkan sistem endokrin. Sistem saraf bekerja pada otot-otot dan
kelenjar tertentu. Pengaruh sistem endokrin jauh lebih luas; membantu mengatur
hampir semua jenis sel tubuh. Kami juga akan memiliki beberapa kesempatan
untuk melihat bagaimana sistem saraf dan endokrin berfungsi bersama-sama
sebagai interlocking "supersystem". Misalnya, bagian-bagian tertentu dari sistem
saraf merangsang atau menghambat pelepasan hormon oleh sistem endokrin
(Tortora & Derrickson, 2014).

Sebagian besar hormone kelenjar endokrin dikontrol oleh kelenjar hipofisis


dan mekanisme feedback. Tingkat hormon dalam darah diatur oleh mekanisme
homeostasis disebut negatif feedback. Jika kadar hormon dalam darah dibawah
normal, negative feedback merespon kelenjar endokrin tertentu menghasilan
banyak hormone, yang ketika naik ke tingkat yang normal menyebabkan
penurunan produksi mekanisme positif feedback juga terjadi dalam sistem
endokrin. Produksi mekanisme positif feedback juga terjadi dalam sistem
endokrin. Dalam positif feedback, kenaikan tingkat satu hormone akan memicu
pelepasan hormone lain. Hal ni terjadi selama siklus menstruasi wanita. (White et
al. 2013). Hormon membantu mengatur fungsi organ bersama system saraf.

3
Sistem regulasi ganda ini, dimana sistem saraf lebih cepat mempengaruhi organ
dibanding sstem hormon. Sehingga menghasilkan kontrol yang tepat bagi fungsi
tubuh. Kelenjar-kelenjar endokrn terdiri dari sel sekretori disusn dalam cluster
disebut acini. Tidak ada salurannya tersendiri, namun kelenjar kaya akan suplay
darah sehingga hasil produk hormone bias masuk melalui pembuluh darah dengan
cepat. Dalam keadaan fisiologis yang sehat, konsentrasi hormone dalam aliran
darah dipertahankan pada tingkat relative konstan. Negatif feedback/ umpan balik
negatif adalah mekanisme untuk mengatur konsentrasi hormone dalam darah.
Ketika konsentrasi hormon meningkat, produksi hormon akan dihambat.
Sebaliknya, ketika konsentrasi hormon berkurang maka produksi hormone akan
lebih ditingkatkan. Hormon pada umumnya diangkut dalam cairan tubuh, dan
jumlah hormone tertentu yang bersikulasi pada tubuh maka akan disesuaikan.
(Smeltzer et al. 2010).

Walaupun hormon beredar ke seluruh tubuh dalam darah, hal itu hanya
memberikan efek sel target spesifik. Hormon, seperti neutransmitter,
mempengaruhi sel target mereka dengan mengikat kimia reseptor protein yang
spesifik. Hanya sel target untuk diberikan hormon memiliki reseptor yang
mengikat dan mengenali hormone. Sebagai contoh, Thyroid Stimulating Hormon
(TSH) mengikat reseptor pada kelenjar-kelenjar tiroid, tetai tidak mengikat sel-sel
ovarium karena sel-sel ovarium tidak memiliki reseptor TSH. Reseptor eperti
rotein selule lainnya, yang terus menerus disintesis dan rusak. Umumnya, sel
target memiliki 2000-100.000 reseptor untuk hormone tertentu. Jika hormon yang
ada lebih, jumlah reseptor sel target dapat menurun yang disebut efek down-
regulasi. Misalnya, ketika sel-sel testis yang terkena konsentrasi tinggi
Luteinizing Hormon (LH), jumlah reseptor LH menurun. Down Regulation
membuat sel target kurang sensitif terhadap hormon. Sebaliknya, ketika hormon
kekurangan, jumlah reseptor munkin meningkat. Fenomena ini yang dikenal
sebagai up-regulasi, membuat target sel lebih sensitive terhadap hormon.

Hormon sintetis yang memblokir reseptor hormon bisa sebagai obat.


Contoh, RU486 (mifepristone), yang digunakan untuk menginduksi aborsi,

4
mengikat reseptor progesteron (hormon seks wanita) dan mencegah progesteron
dari mengerahkan efek normal, dalam hal ini, mempersiapkan lapisan rahim untuk
implantasi. Ketika RU486 diberikan kepada wanita hamil, kondisi rahim yang
dibutuhkan untuk memelihara suatu embrio tidak dipertahankan, perkembangan
embrio berhenti, dan embrio terkelupas bersama dengan lapisan rahim. Contoh ini
menggambarkan prinsip endokrin yang penting. Jika hormon dicegah dari
berinteraksi dengan reseptornya, hormon tidak dapat melakukan fungsi normal.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini, ialah:


1) Apa yang dimaksud dengan sistem endokrin?
2) Jelaskan definisi fungsi kelenjar endokrin!
3) Jelaskan jenis-jenis kelenjar endokrin!
4) Jelaskan hormon yang berhubungan dengan reproduksi!
5) Apa yang dimaksud dengan sekresi dan distribusi hormon?
6) Apa yang dimaksud dengan mekanisme umpan balik hormon?
7) Apa yang dimaksud dengan kontrol aktivitas hormon?
8) Apa sajakah masalah pada sistem endokrin?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini, ialah:

1) Mampu menjelaskan sistem endokrin


2) Mampu menjelaskan definisi fungsi kelenjar endokrin
3) Mampu menjelaskan jenis-jenis kelenjar endokrin
4) Mampu menjelaskan hormon yang berhubungan dengan reproduksi
5) Mampu menjelaskan sekresi dan distribusi hormon
6) Mampu menjelaskan mekanisme umpan balik hormon
7) Mampu menjelaskan kontrol aktivitas hormon
8) Mampu menjelaskan masalah pada sistem endokrin

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Defenisi Sistem Endokrin

Sistem adalah seperangkat komponen yang bekerjasama secara


terkoordinasi untuk mencapai suatu atau beberapa tujuan. Sistem tersebut
merupakan struktur yang terbatas dengan masukan (input) dan keluaran (out put)
tertentu sesuai tujuan sistem. Biasanya masukan berasal dari sistem lain dan
keluarannya akan menjadi masukan bagi sistem lain atau kembali ke sistem
semula. Melalui hubungan semacam itu dapat terbentuk jejaring (net work) dalam
sistem yang lebih besar (supersystem) dengan melibatkan beragam struktur yang
lebih majemuk, misalnya yang berlangsung dalam tubuh manusia. Hampir semua
proses dalam tubuh terselenggara melalui sistem yang secara langsung atau tidak
langsung mendapat masukan kembali dari hasil keluarannya sendiri yang telah
termodifikasi sehingga terbentuk suatu sirkuit umpan balik (feedback circuit).

Sistem endokrin merupakan sistem pengatur tubuh, terdiri dari kelenjar–


kelenjar endokrin yang mengeluarkan bahan kimia disebut hormone. Kelenjar
endokrin tidak memiliki saluran tertentu untuk membawa hasil sekresinya ke
tempat tertentu. Sehingga hormon disekresikan ke tempat tertentu. Sehingga
hormon disekresikan langsung ke kapiler darah dan bersikulasi dalam system
peredaran darah ke seluruh tubuh. Setiap hormone memberikan efek yang sangat
spesifik pada organ tertentu, yang disebut organ target atau jaringan target. Sistem
Endokrin (bersama dengan sistem saraf), mengontrol dan mengatur aktivitas
tubuh yang kompleks. Sistem ini mengatur aktivitas tubuh dengan mengeluarkan
zat kimia kompleks (hormon) ke dalam aliran darah. Sekresi ini berasal dari
berbagai kelenjar yang mengendalikan berbagai organ tubuh.

Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran ( ductless )


yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak sebagai “Pembawa Pesan ”
dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel didalam tubuh, yang selanjutnya

6
akan menerjemahkan “ pesan ” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin
tidak memasukkan kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar-kelenjar lain
dalam saluran gastrointestin.

Kelenjar endokrin merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran, yang


menyalurkan sekresi hormonnya langsung ke dalam darah. Hormon tersebut
memberikan efeknya ke organ atau jaringan target. Beberapa hormon seperti
insulin dan tiroksin mempunyai banyak organ target. Beberapa hormon seperti
insulin dan tiroksin mempunyai banyak organ target. Hormon lain seperti
kalsitonin dan beberapa kelenjar hipofisis, hanya memiliki stu atau beberapa
organ target. Dalam kaitanya dengan sistem saraf, mengontrol dan memadukan
fungsi tubuh. Bila sistem endokrin umumnya bekerja melalui hormon, maka
sistem saraf bekerja melalui neutransmiter yang dihasilkan melalui ujung-ujung
saraf.

Sistem endokrin terdiri dari hipofisis, hipotalamus, tiroid, paratiroid,


pankreas, adrenal, timus, ovarium, dan testis. Sistem endokrin tidak semudah
seperti sistem tubuh yang lain. Ketika membahas ketidakseimbangan sistem
endokrin, seringkali adanya variasi yaitu meningkat atau menurun (misalnya,
hipertiroidisme dengan hipotiroidisme) (Daniels & Nicoll. 2012).

Secara umum, sistem endokrin dan hormon-hormonnya membantu


mengatur pertumbuhan, penggunaan makanan untuk menghasilkan energi,
ketahanan terhadap stres, pH cairan tubuh dan keseimbangan cairan, serta
reproduksi.

2.2 Fungsi Kelenjar Endokrin


Sistem endokrin memiliki kemiripan dengan sistem saraf pada manusia
karena keduanya berperan dalam mengontrol dan memadukan satu sama lain. Jika
sistem endokrin mengontrol proses tubuh yang berlangsung lambat, sistem saraf
mengatur proses tubuh yang berlangsung cepat seperti pernapasan dan
metabolisme. Meskipun saling berpengaruh, kedua sistem ini memiliki

7
penghubung yang berbeda. Sistem saraf terhubung menggunakan implus saraf dan
neurotransmitter, sementara sistem endokrin dihubungkan oleh senyawa kimia
yang disebut hormon.

Seiring dengan saraf, sistem endokrin berfungsi untuk mempertahankan


homeostasis selama istrahat dan olahraga. Saraf dan sistem endokrin juga bekerja
sama untuk memulai dan mengendalikan gerakan, dan semua gerakan yang
melibatkan proses fisiologis. Dimana sistem saraf bertidak cepat (hampir seketika)
menyampaikan pesan impuls saraf, sistem endokrin memiliki respon lebih lambat
tapi lebih tahan lama dari impuls sistem saraf. (Pearsce, Evelyn C, 2011).

Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi dan


menambah kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan psikologis. Secara
keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat dalam tubuh memiliki fungsi
yang berbeda-beda tergantung dari mana kelenjar tersebut dihasilkan. Akan tetapi,
secara umum fungsi kelenjar endokrin adalah:

 Penghasil hormon, kelenjar endokrin bertugas untuk menghasilkan


berbagai macam jenis hormon yang nantinya akan disalurkan ke
darah apabila diperlukan oleh jaringan tubuh tertentu.
 Mengontrol aktivitas, kelenjar endokrin bertugas untuk mengontrol
aktivitas dari kelenjar tubuh agar dapat berfungsi dengan normal da
maksimal.
 Merangsang aktivitas, kelenjar endokrin juga bertugas untuk
merangsang aktivitas kelenjar tubuh untuk kemudian disampaikan ke
sistem saraf dan menciptakan suatu efek dari rangsangan tersebut.
 Pertumbuhan jaringan, kelenjar endokrin juga memengaruhi
pertumbuhan jaringan pada manusia agar jaringan tersebut berfungsi
maksimal.
 Mengatur metabolisme, kelenjar endokrin juga berfungsi untuk
mengatur metabolism dalam tubuh, sistem oksidasi tubuh serta
bertugas untuk meningkatkan absorpsi glukosa dalam tubuh dan ada
usus halus.

8
 Metabolisme zat, kelenjar endokrin bertugas untuk mempengaruhi
fungsi metabolism lemak, vitamin, metabolism protein, mineral, air dan
hidrat aranga dalam tubuh agar optimal.

Melepaskan hormon langsung ke aliran darah. Kelenjar membangun


mekanisme umpan balik yang menjaga keseimangan hormon, dan mencegah
sekresi hormon berlebih. Konsentrasi hormon yang rendah akan sering memicu
kelenjar untuk mengeluarkannya. Setelah konsentrasi hormon dalam darah naik
dan mencukupi, maka kelenjar berhenti mengeluarkan, sampai konsentrasi
hormon turun kembali. Mekanisme kerja ini seperti umpan balik, yang merupakan
karakteristik sebagian besar kelenjar menyebabkan siklus sekresi hormon.

2.3 Jenis-jenis Kelenjar Endokrin

a. Hipofisis

Kelenjar hipofisis terletak pada dasar otak besar dan menghasilkan


bermacam-macam hormon yang mengatur kelenjar lainnya. Oleh karena itu,
kelenjar hipofisis disebut kelenjar pengendali (master of gland). Kelenjar hipofisis
dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian anterior, bagian tengah, dan bangian
posterior.
b. Tiroid (Kelenjar Gondok)
Tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping kembar dan keduanya
terdapat daerah yang tersusun berlapis seperti susunan genting pada atap rumah.
Kelenjar ini terdapat dibawah jakun didepan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan
hormon tiroksin yang memengaruhi metabolisme sel tubuh dan pengaturan suhu
tubuh.
Tiroksin mengandung banyak yodium. Kekurangan yodium pada makanan
dalam waktu panjang menyebabkan pembesaran kelenjar gondok karena kelenjar
ini harus bekerja keras untuk membentuk tiroksin. Kekurangan tiroksin
menurunkan kecepatan metabolisme sehingga pertumbuhan lambat dan

9
kecerdasan menurun. Bila ini terjadi pada anak-anak mengakibatkan kretinisme,
yaitu kelainan fisik dan mental yang menyebabkan anak tumbuh kerdil dan idiot.

Kekurangan yodium yang masih ringan dapat diperbaiki dengan


menambahkan garam yodium di dalam makanan. Produksi tiroksin yang
berlebihan menyebabkan penyakit eksoftalmik tiroid (Morbus Baseldowi) dengan
gejala sebagai berikut; kecepatan metabolisme meningkat, denyut nadi bertambah,
gelisah, gugup, dan merasa demam. Gejala lain yang nampak adalah bolata
menonjol keluar (eksotalmus) dan kelenjar tiroid membesar.

c. Paratiroid/ Kelenjar Anak Gondok


Paratiroid menempel pada kelenjar tiroid. Kelenjar ini menghasilkan
parathormon yang berfungsi mengatur kandungan fosfor dan kalsium dalam
darah. Kekurangan hormon ini menyebabkan tetani dengan gejala: kadar kapur
dalam darah menurun, kejang di tangan dan kaki, jari-jari tangan membengkok
kearag pangkal, gelisah, sukar tidur, dan kesemutan.
Tumor paratiroid menyebabkan kadar prathormon terlalu banyak di dalam
darah. Hal ini mengakibatkan terambilnya fosfor dan kalsium dalam tulang,
sehingga urine banyak mengandung kapur dan fosfor. Pada orang yang terserang
poenyakit ini tulang mufdah sekali patah. Penyakit ini disebut Von
Recklinghousen.
d. Kelenjar Adrenal/ Suprarenal/ Anak Ginjal
Kelenjar ini berbentuk bola, menempel pada bagian atas ginjal. Pada setiap
ginjal terdapat satu bkelenjar suprarenal yang di bagi menjadi dua bagian, yaitu
bagian luar (korteks) dan bagian tengah (medula). Kelenjar bagian korteks
menghasilkan hormon kortison yang terdiri atas mineralkortikoid yang membantu
metabolisme garam natrium dan kalium serta menjaga keseimbangan hormon
seks; dan glukokortikoid berfungsi membantu metabolisme karbohidrat.
Kelenjar bagian medula menghasilkan hormon adrenalin dan hormon
noradrelin. Hormon adrenalin menyebabkan meningkatnya denyut jantung,
kecepatan pernafasan, dan tekanan darah ( menyempitkan pembuluh darah ).

10
Hormon noradrenalin bekerja secara antagonis terhadap adrenalin yaitu berfungsi
menurunkan tekanan darah dan denyut jantung.

Kerusakan pada bagian korteks mengakibatkan penyakit Addison dengan


gejala-gejala; timbul kelahan, nafsu makan berkurang, mual, muntah-muntah,
terasa sakit dalam tubuh. Dalam keadaan ketakutan atau dalam keadaan bahaya,
produksi adrenalin meningkat sehingga denyut jantung meningkat dan memompa
darah lebih banyak. Gejala lainnya adalah melebarnya saluran bronkiolus,
melebarnya pupil mata, kelopak mata terbuka lebar, dan diikuti dengan rambut
berdiri.
e. Pankreas
Ada beberapa kelompok sel pada pankreas yang dikenal sebagai pulau
Langerhans. Bagian in berfungsi sebangai kelenjar endokrin yang menghasilkan
hormon insulin. Hormon ini berfungsi mengatur konsentrasi glukosa dalam darah.
Kelebihan glukosa tersebut dikeluarkan bersama urine. Tanda-tanda diabetes
melitus yaitu sering mengeluarkan urine dalam jumlah banyak, sering merasa haus
dan lapar, serta badan terasa lemas.
Selain menghasilkan hormon insulin, pankreas juga menghasilkan hormon
glukagon yang bekerja antagonis dengan hormon insulin.
f. Kelenjar Gonad
Pada manusia, gonad atau kelenjar seks berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Pada laki-laki disebut testis, sedangkan pada perempuan disebut
ovarium. Testis dan ovarium mensekresikan hormon seks yang berperan dalam
produksi sel-sel kelamin.

g. Kelenjar Timus
Kelenjar timus adalah organ kecil di belakang tulang dada yang berperan
ganda untuk sistem limfatik dan sistem endokrin. Sebagai bagian dari sistem
limfatik, kelenjar timus ikut berperan dalam fungsi imunitas tubuh. 
Sementara itu, sebagai bagian dari sistem endokrin, kelenjar timus turut
menghasilkan hormon yang turut digunakan untuk menopang sistem imun.
Kelenjar timus tidak bekerja sampai akhir hayat manusia.

11
Kelenjar ini akan menyusut secara perlahan saat masa pubertas dan
kemudian tergantikan oleh lemak. Saat seseorang menginjak usia 75 tahun,
sebagian besar kelenjar timus akan berubah menjadi jaringan lemak. Namun
untungnya, fungsi kelenjar timus untuk tubuh bisa dirasakan seumur hidup.
Kelenjar timus berlokasi di belakang tulang dada dan depan jantung di
antara paru-paru. Namun, pada beberapa kasus, kelenjar ini bisa muncul di area
lain, seperti leher, kelenjar tiroid, atau permukaan paru-paru.
h. Kelenjar Epifisis
Sampai sekarang peranan kelenjar epifisis pada manusisa belum diketahui.
Namun, kelenjar epifisis pada katak berfungsi untuk mengatur pigmen melanin.
Peranannya adalah saat katak dalam kondisi yang tidak menguntungkan, pigmen
melanin akan mengumpul dan berakibat kulit katak menjadi pucat.
i. Kelenjar Langerhans
Kelenjar Langerhans terdapat di dalam pankreas. Tugasnya menghasilkan
hormon insulin. Fungsi hormon ini besifat antagonis dengan fungsi hormon
adrenalin, yaitu mengubah gula mejadi glikogen dalam hati dan otot. Hiposekresi
insulin menyebabkan penyakit diabetes mellitus (kencing manis). (Evi L. D,
2014).

2.4 Hormon Yang Berhubungan Dengan Reproduksi


Hormon reproduksi erat kaitannya dengan kesehatan organ reproduksi
seseorang. Baik pada pria maupun wanita, hormon reproduksi terlibat dalam
kesuburan dan seksualitas.
Hormon reproduksi mulai diproduksi dan berkerja mulai sejak memasuki
masa remaja. Saat itu, hormon-hormon ini memengaruhi perubahan fisik saat
memasuki masa pubertas, seperti payudara yang mulai membesar pada anak
perempuan dan dada yang lebih bidang pada anak laki-laki.
Macam-macam Hormon Reproduksi  
Berikut ini adalah beberapa hormon reproduksi pada pria dan wanita, yaitu:
 Follicle Stimulating Hormone ( FSH )

12
Hormon reproduksi FSH diproduksi di kelenjar pituitari, yaitu kelenjar di
otak yang berukuran sebesar kacang polong. Hormon ini memiliki peranan
penting terhadap perkembangan seksual seseorang.
Selain memengaruhi perubahan fisik saat memasuki masa pubertas, hormon FSH
pada wanita juga memiliki peran terhadap proses pembentukan sel telur di
ovarium serta turut mengendalikan silus menstruasi. Sementara pada pria, hormon
FSH berfungsi untuk mengendalikan produksi sperma dan perkembangan organ
kelamin.
 Luteinizing Hormone ( LH )
Hormon LH juga diproduksi di kelenjar pituitari dan kerjanya saling
melengkapo dengan hormon FSH. Pada wanita, hormon reproduksi ini
memengaruhi kerja ovarium, pelepasan sel telur (ovulasi), siklus menstruasi, dan
kesuburan. Sementara pada pria, LH merangsang produksi testosteron, yang
memengaruhi tingkat produksi sperma pria.
 Hormon Testosteron
Kadar hormon testosteron pada pria lebih tinggi dibandingkan wanita.
Hormon ini akan mengalami peningkatan selama masa pubertas, kemudian mulai
menurun sejak memasuki usia 30 tahun.
Fungsi hormon testosteron pada pria antara lain mengendalikan gairah
seksual, produksi sperma, kepadatan tulang, dan juga massa otot, sehingga
hormon ini mampu memengaruhi perubahan fisik dan emosional pria secara
signifikan.
Sementara itu, fungsi hormon testosteron pada wanita adalah mengontrol
suasana hati dan gairah seksual, menjaga tulang tetap kuat, meringankan nyeri,
dan menjaga kemampuan berpikir.
 Hormon Esterogen
Kadar hormon estrogen pada wanita lebih tinggi dibandingkan pria.
Hormon esterogen pada wanita memiliki peran penting dalam perkembangan
seksual saat masa pubertas. Selain itu, hormon ini juga berperan mengendalikan
pertumbuhan dinding rahim selama siklus menstruasi dan masa awal kehamilan,

13
serta mengatur berbagai proses metabolisme, termasuk pertumbuhan tulang dan
kadar kolesterol.
Sementara pada pria, salah satu fungsi estrogen adalah mengontrol
kesehatan sperma. Namun, jika kadar estrogen pada pria terlalu tinggi, dapat
terjadi penurunan kualitas sperma dan disfungsi ereksi.
Kesehatan hormon reproduksi dapat dijaga dengan menerapkan gaya hidup
sehat seperti mengonsumsi makanan sehat dan kaya nutrisi, melakukan olahraga
dengan rutin, mengelola stres dengan baik, dan memenuhi waktu tidur yang
cukup.
Selain itu, bila masih memiliki kebiasaan merokok dan mengonsumsi
alkohol, dianjurkan untuk mulai meninggalkannya.
Ketidak seimbangan kadar hormon reproduksi dapat menyebabkan
berbagai macam masalah kesehatan, mulai dari obesitas hingga osteoporosis. Pada
wanita, hal ini bisa ditandai dengan tidak teraturnya siklus menstruasi, sedangkan
pada pria bisa ditandai dengan penurunan gairah seksual.

2.5 Sekresi dan Distribusi Hormon

Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting; hormon peptida dari protein,


hormon steroid dari kolesterol, dan hormon tiroid serta katekolamin dari asam
amino. Hormon-hormon ini bekerjasama dengan sistem saraf pusat sebagai fungsi
pengatur dalam berbagai kejadian dan metabolisme dalam tubuh. Jika hormone
sudah berinteraksi dengan reseptor di dalam atau pada sel-sel target, maka
komunikasi intraseluler dimulai. Untuk itu perlu diketahui mengenai proses
pengaturan sekresi hormon , pengikatan dengan protein transpor, pengikatan
dengan reseptor dan kemampuan untuk didegradasi dan dibersihkan agar tidak
memberikan dampak metabolisme yang berkepanjangan.

1. Peptida
Hormon peptida merupakan protein dengan beragam ukuran. Protein yang
disintesis disisipkan ke dalam vesikel untuk sekresi, dilipat, dan dapat diproses

14
melalui proteolisis atau modifikasi lain. Pelipatan di tentukan oleh rangkaian
primer protein maupun oleh protein tambahan.
Untuk sekresi, protein disisipkan kedalam reticulum endoplasmic, yang
akhirnya mencapaivesikel resitorik. Setelah transpor protein kedalam reticulum
endoplasmik, protein bergerak melalui suatu seri kompartemen khusus,
dimodifikasi sebelum dilepaskan. Vesikel bergerak ke dan berfusi dengan
aparatus Golgi. Vesikel ini ditutupi oleh suatu lapisan protein yang
memungkinkan untuk berikatan dengan membran aparatus Golgi. Vesikel ini
kemudian berfusi yang memerlukan hidrolisis ATP dan protein lain, termasuk
protein pengikat GTP (dan hidrolisis GTF). Akhirnya, vesikel ke luar dari
jaringan trans-Golgi dan diangkut ke permukaan sel, berfusi dengan membran
untuk menyampaikan isinya ke luar sel. Gerakan dari vesikel-vesikel ke
permukaan terjadi sepanjang jalur mikrotubulus.

Hormon-hormon dilepaskan dari sel sebagai respons terhadap rangsangan


sebagian besar sel-sel endokrin (hipofisis, paratiroid, pankreas) menggunakan
lintasan sekretorik yang diatur; dengan demikian, mereka menyimpan hormone
peptida dalam granula sekretorik, dan melepaskannya sebagai respons terhadap
rangsangan. Dengan menyimpan produk ini, sel sekretorik mampu untuk
melepaskannya dalam periode yang pendek dengan kecepatan melebihi
kemampuan sintesis sel. Hal ini merupakan kasus pada pulau Langerhans
pankreas, kelenjar paratiroid, dan kelenjar hipofisis. Namun, hati, yang
melepaskan angiotensin, dan plasenta, yang melepaskan CG dan laktogen plasenta
(korionik somatomamatropin), hanya menggunakan lintasan tetap. Vesikel dari
dua lintasan ini berbeda; dari lintasan yang diatur terkemas dengan protein
sekretorik hingga konsentrasi sangat tinggi, memberikan densitas sangat tinggi
dalam mikrografi elektron. Granula ini ber-akumulasi dalam sel tanpa adanya
suatu rangsangan sekretorik hingga menyebabkan pelepasan dari kandungannya
melalui fusi dengan membrana sel. Pada beberapa kasus, hormon juga
disekresikan bersama protein lain. Neurofisin, dilepaskan dari prekursor menjadi
vasopresin dan oksitosin, mengikat hormon-hormon ini dan menyertai mereka

15
dari tempat sintesis dalam hipotalamus ke tempat sintesis mereka pada hipofisis
anterior. Beberapa peptida mengalami sedikit modifikasi lanjutan, seperti halnya
dengan GH dan PRL. Pada kasus lain, pembelahan dari "prohormon" di dalam sel
menghasilkan hormon akhir. Contohnya proinsulin diubah menjadi insulin dengan
pengangkatan rangkaian peptida C, meninggalkan rantai A dan B yang melekat
melalui ikatan disulfida. ACTH, suatu protein asam amino-39, dan beberapa
peptida lainnya(Fragmen terminal-N, betali protein) dilepaskan secara proteolitik
dari protein yang lebih besar propriomelanokortin (POMC) dalam hipofisis
interior.

Berbagai hormon juga dapat diproses pada tempat yang berbeda. Sebagian
besar protein diproses dalam granula sekretorik padat dari lintasan sekresi yang
diatur. Pembelahan dari proinsulin menjadi insulin, prorenin menjadi renin, dan
POMC menjadi peptidanya merupakan contoh-contohnya. Dalam susunan saraf
pusat, beberapa peptida (contohnya, TRH) diproses dalam perikarya neuronal,
sementara yang lain diproses dalam akson dan terminal (prekursor GnRH).

Jika kandungan granula sekretorik dilepaskan sebagai respons terhadap


suatu stimulus, maka membrana granula berfusi dengan membran sel, kandungan

dari granula kemudian dilepaskan melalui eksositosis. Ca2+ penting untuk proses-
proses ini. Obat-obatan yang merangsang pelepasan hormon polipeptida dan
katekolamin merangsang influks Ca2+ ke dalam sitoplasma melalui saluran Ca2+
spesifik. Hal ini memicu fusi dari vesikel sekretorik dengan membran dan
pelepasan dari hormone yang disimpan. Dengan demikian, aktivator dari saluran
Ca2+ dan fosfolipase C akan meningkatkan sekresi. Dalam sel B pankreas, kadar
glukosa yang tinggi meningkatkan kadar ATP intraselular yang pada glirannya
menghambat efluks K+ melalui saluran membran, menimbulkan depolarisasi
membran dan pembukaan dari saluran Ca2+. Peningkatan Ca2+ kemudian

membuka saluran K+, menimbulkan repolarisasi membran dan dengan demikian


mengakhiri rangsangan sekresi. cAMP juga dapat merangsang sekresi hormon
melalui suatu fosforilase yang dirangsang kinase serta aktivasi dari saluran Ca2+.

16
2. Hormon Tiroid

Hormon tiroid hanya disintesis dalam kelenjar tiroid, walaupun sekitar


70%
dari hormon steroid aktif yang utama, T3, dihasilkan dalam jaringan perifer
melalui
deiodinasi dari tiroksin; T4. Sel-sel kelenjar tiroid mengkonsentrasikan iodium
untuk sintesis hormon tiroid melalui transpor aktif. Sel kelenjar tiroid tersusun
dalam folikel-folikel yang mengelilingi bahan koloidal, dan menghasilkan suatu
glikoprotein yang besar, tiroglobulin. Iodium dioksidasi dengan cepat dan
disatukan
dengan cincin aromatik tirosin pada tiroglobulin (organifikasi). Residu tirosin
kemudian dirangkai bersama untuk menghasilkan tironin. Organifikasi dan
perangkaian dikatalisir oleh peroksidase tiroid pada permukaan apeks sel dalam
mikrovili yang meluas ke dalam ruang koloid. Tiroglobulin dilepaskan bersama
dengan tironin yang melekat padanya ke dalam folikel, dan bertindak sebagai
suatu
cadangan bagi hormon. Hormon tiroid dibentuk oleh ambilan balik dari
tiroglobulin melalui endositosis dan pencernaan proteolitik oleh hydrolase
lisosoma dan peroksidase tiroid, menghasilkan berbagai tironin. Dalam keadaan
normal, kelenjar melepaskan T4 dan T3 dalam rasio sekitar 10:1, kemungkinan
melalui suatu mekanisme transpor aktif (1,2,3).

3. Steroid
Hormon steroid dihasilkan adrenal, ovarium, testis, plasenta, dan pada
tingkat tertentu di jaringan perifer. Steroid berasal dari kolesterol yang dihasilkan
melalui sintesis de novo atau melalui ambilan dari LDL melalui reseptor LDL.
Terdapat sejumlah cadangan kolesterol dalam ester kolesterol sel-sel
steroidogenik. Jika kelenjar penghasil steroid dirangsang, kolesterol ini
dibebaskan melalui stimulasi dan esterase kolesterol, dan sejumlah kolesterol

17
tambahan dihasilkan melalui stimulasi sintesis kolesterol oleh kelenjar. Namun,
dengan berjalannya waktu, ambilan kolesterol yang ditingkatkan merupakan
mekanisme yang utama untuk meningkatkan steroidogenesis. Kelenjar-kelenjar
ini mempunyai konsentrasi reseptor LDL yang tinggi yang akan lebih meningkat
oleh rangsangan steroidogenik seperti hormon tropik. Hal ini sebagian besar
disebabkan oleh habisnya kolesterol intraselular Penurunan ini juga meningkatkan
sintesis kolesterol, yang selanjutnya mempermudah steroidogenesis. Produksi
steroid selelah rangsangan seperti ini dapat sepuluh kali lebih banyak dari
produksi basal (1,2,4).

Langkah yang membatasi kecepatan dalam produksi hormon steroid


adalah pembelahan dari kolesterol untuk membentuk pregnenolon melalui kerja
dari suatu enzim pembelah sisi kolesterolP450 sitokrom (P450scc) yang terletak
pada membrana mitokondrial bagian dalam. Enzim ini menggunakan suatu
flavoprotein, suatu protein sulfur besi; NADPH; dan oksigen. Kolesterol
dihidroksilasi pada C22 dan kemudian pada CZp dan produk ini dibelah untuk
menghasilkan pregnenolon ditambah isokapraldehid. Aktivitas langkah ini diatur
oleh rangsang
tropik utama (ACTH, FSH, LH, CG) pada seluruh jaringan steroidogenik.

Kemudian pregnenolon bergerak ke luar dari mitokondria ke reticulum


endoplasmik, yang akan mengalami serangkaian modifikasi. Gerakan precursor
seperti ini antara mitokondria dan retikulum endoplasmik dapat dipermudah oleh
protein karier sterol atau gerakan pada permukaan membrana.

Dalam zona fasikulata adrenokortikal dan zona retikularis , pregnenolon


secara berturutan diubah menjadi 17-OH-pregnenolone ( oleh sitokrom
P450c17 ), 17P-OH-progesteron (oleh kompleks enzim 3-hidroksisteroid
dehidrogenase-4,5-isomerase, yang mengubah ikatan ganda 5,0 menjadi -4,5-),
dan 11-deoksikortisol ( oleh sitokrom P450 c21 ). Produksi 17-OH-pregnerolon

dari pregnenolon disebut sebagai lintasan 5 karena ikatan ganda-5,6 dilestarikan.

18
Kemudian 11 -7 deoksikertisal mengalir kembali ke dalam mitokondria di mana
kertisol, produk akhir yang aktif, dibentuk melalui 11--hidroksilasi melalui kerja
sitokrom P-150c11. Enzi mini tidak ditemukan dalam Gonad, yang tidak
menghasilkan kortisol atau aldosterone.
Glomerulosa adrenal menghasilkan progesteron dari pregnenolon meIalui
kerja dari 3-hidroksisteroid dehidrogenase 4,5 isomerase. Hal ini disebut
lintasan

4. Granulosa tidak memiliki sitokrom P4 50c17 dan secara unik mengandung

suatu P450c 11AS (oksidase metil kartikosteron I). Progesteron dihidroksilasi


pada C21 oleh P450c21 untk menghasilkan 11-deaksikortikosteron (DOC) dan
oleh
P450c11AS pada C11 untuk menghasilkan kortikosteron, yang diubah menjadi
aldosteron melalui penambahan dari suatu gugusan aldehid pada posisi 18 melaui
aktivitas dari P45011AS (1,2,3).
a) Klasifikasi Hormon
Klasifikasi hormon berdasarkan strukturnya dapat dibedakan menjadi
hormon yang larut di dalam air atau yang larut dalam lemak.
 Hormon yang larut dalam air termasuk polipeptida (misalnya insulin,
gluka Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya
estrogen, progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin
(tiroksin) gon, hormon adrenokortikotropik (ACTH), gastrin) dan
katekolamin (dopamin,norepinefrin,epinefrin).
 Hormon yang larut dalam lemak termasuk steroid (misalnya estrogen,
progesteron, testosteron, glukokortikoid, aldosteron) dan tironin
(tiroksin).
b) Karakteristik Hormon
Meskipun setiap hormon adalah unik dan mempunyai fungsi dan struktur
tersendiri, namun semua hormon mempunyai karakteristik berikut.
Hormon disekresikan ke dalam salah satu dari tiga pola berikut:

19
 Sekresi diurnal adalah pola yang naik dan turun dalam periode 24
jam. Kortisol adalah contoh hormon diurnal. Kadar kortisol
meningkat pada pagi hari dan turun pada malam hari.
 Pola sekresi hormonal pulsatif dan siklik naik turun sepanjang
waktu tertentu, seperti bulanan. Estrogen adalah non siklik dengan
puncak dan lembahnya menyebabkan siklus menstruasi.
 Tipe sekresi hormonal yang ketiga adalah variabel dan tergantung
pada kadar subtrat lainnya. Hormon paratiroid disekresi dalam
berespons terhadap kadar kalsium serum.

2.6 Mekanisme Umpan Balik Hormon


Mekanisme umpan balik juga disebut sebagai sistem umpan balik
atau umpan balik adalah siklus peristiwa di mana keadaan aspek tertentu dari
kondisi tubuh disebut kondisi terkendali misalnya suhu yang terus dimonitor dan
disesuaikan sesuai untuk menjaga nilai kondisi terkendali dalam kisaran yang
aman sehingga tubuh terus berfungsi berhasil sebagai lawan mengalami kerusakan
misalnya karena over-heating.
Hormon bekerja dalam sistem umpan balik. Umpan balik dapat bersifat
posistif atau negative dan memungkinkan tubuh untuk dipertahankan dalam
situasi lingkungan optimal. Hormon mengontrol laju aktivitas selular.
Pada sistem endokrin umpan balik mengacu kepada efek yang ditimbulkan
oleh pengaktifan suatu jaringan sasaran oleh hormon terhadap pelepasan hormon
tersebut lebih lanjut. Setiap hormon terhadap pelepasannya oleh suatu sinyal
khusus. Setelah dilepaskan hormone mempengaruhi organ sasarannya dan
menimbulkan respons yang mengurangi pelepasan hormon tersebut lebih lanjut.
Kadar hormon diatur oleh mekanisme umpan balik konsetrasi hormon harus
diertahankan karena hormon memiliki efek yang kuat. Pada system umpan balik
merupakan sarana yang ideal untuk mensekresi kadar hormon karena melibatkan
pemantauan konstan dan membuat penyesuaian untuk menjaga kadar hormon
yang stabil.

20
2.7 Kontrol Aktivitas Hormon
Pada prinsipnya kontrol produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus
(bagian dari otak). Hipotalamus adalah bagian otak yang mengeluarkan hormon
untuk mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh. Fungsi hipotalamus yang paling
utama adalah homeostasis, yaitu memastikan dan mempertahankan semua sistem
tubuh tetap berjalan stabil. Hipotalamus mengontrol sekresi banyak kelenjar yang
lain, terutama melalui kelenjar pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar
lain. Hipotalamus melepaskan hormon-hormon ke bagian lain dari otak, yaitu
kelenjar pituitari. Kelenjar ini kemudian akan mengirimkan hormon tersebut ke
berbagai organ tubuh lainnya.
Beragam hormon yang dihasilkan hipotalamus memainkan peranan penting
dalam banyak fungsi tubuh. Jika fungsi hipotalamus mengalami gangguan, hal ini
tentu akan memengaruhi keseimbangan hormon dalam tubuh secara keseluruhan.
Fungsi Hipotalamus
Meski berukuran kecil, fungsi hipotalamus sangat penting dalam
pengendalian fungsi tubuh. Tidak hanya mengontrol suhu tubuh, rasa lapar, dan
haus, fungsi hipotalamus juga berkaitan dengan kemampuan tubuh untuk
mengendalikan beberapa hal lain, seperti:

 Mengontrol denyut jantung


 Mengendalikan suasana hati
 Mengelola dorongan seks
 Mengatur siklus fisiologis harian, seperti kualitas maupun kuantitas tidur

Selain itu, hipotalamus dianggap pula sebagai pengatur semua fungsi hormonal
dalam tubuh. Hal ini karena hipotalamus bekerja sama dengan kelenjar pituitari
dalam menjaga peran berbagai kelenjar penghasil hormon di tubuh, seperti
kelenjar tiroid, ovarium, atau testis.

Hormon yang Dihasilkan Hipotalamus

Ada beberapa hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus, antara lain:


1. Hormon Antirediutik
Hormon ini berfungsi untuk mengatur keseimbangan kadar air dalam
tubuh, termasuk volume darah, yang pada akhirnya memengaruhi tekanan
darah.
2. Hormon oksitosin
Hormon oksitosin memengaruhi sistem reproduksi, seperti proses
persalinan, gairah seksual, maupun ejakulasi. Hormon ini juga

21
mengendalikan berbagai perilaku dan emosi manusia seperti mengurangi
rasa cemas serta membangun ikatan emosional antara ibu dan bayi dalam
proses menyusui.
3. Hormon Samostatin
Hormon ini berperan dalam menghambat kelenjar pituitari untuk
menghasilkan hormon tertentu, seperti hormon pertumbuhan dan TSH
(thyroid-stimulating hormone).
4. Hormon pelepas hormon pertumbuhan
Hormon dengan istilah growth hormone-releasing hormon (GHRH) ini
berperan dalam memicu kelenjar pituitari untuk menghasilkan hormon
pertumbuhan yang memengaruhi tumbuh kembang anak serta metabolisme
karbohidrat dan lemak dalam tubuh.
5. Hormon pelepas gonadotropin
Hormon dengan istilah gonadotropin-releasing hormon (GnRH) ini bekerja
dengan merangsang pelepasan hormon yang berhubungan dengan fungsi
reproduksi seperti proses menstruasi dan pematangan organ seksual,
terutama pada masa pubertas.
6. Hormon Pelepas Kartikotropin
Hormon yang dikenal dengan istilah corticotropin-releasing hormon
(CRH) ini memiliki peran dalam mengontrol respons tubuh terhadap stres
fisik dan emosional serta bertanggung jawab dalam mengontrol suhu
tubuh, rasa lapar, dan haus.
7. Hormon Pelepas Tirotropin
Hormon dengan sebutan thyrotropin-releasing hormone (TRH) ini lebih
berperan dalam merangsang produksi hormon tiroid untuk mengendalikan
metabolisme tubuh, sistem kardiovaskular, perkembangan otak, kendali
otot, serta kesehatan pencernaan dan tulang

2.8 Masalah Pada Sistem Endokrin

Masalah pada sistem endokrin akan menyebabkan beberapa penyakit yang


berkaitan erat dengan kelenjar tersebut. Diantaranya yaitu malnutrisi, diabetes,
gangguan haid, jantung, hipertensi, hingga gangguan pencernaan.

Faktor pemicu dari masalah endokrin ada banyak sekali, diantaranya yang
paling umum terjadi adalah:

 Riwayat keluarga dengan gangguan endokrin


 Peningkatan kadar kolestrol
 Inaktivitas atau tubuh jarang bergerak
 Memiliki riwayat penyakit auto imun
 Pola makan tidak baik
 Kehamilan dengan masalah hipotiroididsme

22
 Baru melakukan operasi, atau mengalami trauma, infeksi, atau cedera
serius.

Masalah atau gangguan ada sistem endokrin bias menyebabkan berbagai


penyakit pada tubuh di antaranya:

1) Kelenjar pankreas, yaitu diabetes mellitus yang merupakan


gangguan endokrin paling umum. Ini terjadi saat pancreas
tidak menghasilkan cukup insulin atau tubuh tidak bias
secara optimal menggunakan insulin yang tersedia.
2) Masalah pada kelenjar hipofisis seperti akromegali (kelenjar
pituitari menghasilkan hormon pertumbuhan yang berlebih),
prolaktinoma (kelenjar pituitari menghasilkan hormon
prolactin berlebih).
3) Kelenjar tiroid seperti Hiportiroidisme (Kelenjar tiroid yang
over aktif), Hipotiroidisme (kelenjar tiroid underaktif)
penyakit graves (jenis hipertiroidisme dimana produksi
hormone tiroid berlebihan), Hahimoto’s thyroiditis
(produksi tiroid rendah karena diserang sistem imun).
4) Gangguan kelenjar adrenal, penyakit Addison (penurunan
produksi kortisol dan aldosterone), sindrom cushing
(kelebihan kortisol yang dihasilkan kelenjar adrenal).
5) Tekanan darah tinggi
6) Masalah berat badan
7) Osteoporosis
8) Kolestrol dan trigliserda tinggi
9) Infertilitas
10) Menopause

Hipotiroid kongenital sering terjadi pada ibu hamil. Risikonya jika ibu hamil
tidak menghasilkan kelenjar tiroid, pembentukan otak pada janinnya bisa
terganggu. (Marzuki, Nanis Sachrina, 2021).

23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis sistem endokrin yang telah dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Sistem endokrin merupakan sistem pengatur tubuh, terdiri dari kelenjar-
kelenjar endokrin yang mengeluarkan bahan kimia disebut hormon.
Kelenjar endokrin tidak memiliki saluran tertentu untuk membawa hasil
sekresinya ke tempat tertentu. Sehingga hormon disekresikan ke tempat
tertentu.
2. Sistem endokrin mengatur pertumbuhan, perkembangan dan reproduksi
dan menambah kapasitas tubuh untuk menangani stress fisik dan
psikologis. Secara keseluruhan, masing-masing kelenjar yang terdapat
dalam tubuh memiliki fungsi yang berbeda-beda tergantung dari mana
kelenjar tersebut dihasilkan.
3. Jenis-jenis kelenjar endokrin terdiri dari; hipofisis, tiroid, paratiroid,
kelenjar adrenal, kelenjar hipofisis, kelenjar epifisis, kelenjar langerhans,
kelenjar gonad, pankreas, kelenjar gonad.

4. Hormon reproduksi erat kaitannya dengan kesehatan organ reproduksi


seseorang. Baik pada pria maupun wanita, hormon reproduksi terlibat
dalam kesuburan dan seksualitas.
5. Macam-macam hormon reproduksi:
 Luteinizing Hormon (LH)
 Follicle Stimulating Hormon (FSH)
 Hormon Testoreno
 Hormon Esterogen
6. Hormon diturunkan dari unsur-unsur penting; hormon peptida dari protein,
hormon steroid dari kolesterol, dan hormon tiroid serta katekolamin dari

24
asam amino. Hormon-hormon ini bekerjasama dengan sistem saraf pusat
sebagai fungsi pengatur dalam berbagai kejadian dan metabolisme dalam
tubuh.
7. Mekanisme umpan balik juga disebut sebagai sistem umpan balik
atau umpan balik adalah siklus peristiwa di mana keadaan aspek tertentu
dari kondisi tubuh disebut kondisi terkendali misalnya suhu yang terus
dimonitor dan disesuaikan sesuai untuk menjaga nilai kondisi terkendali
dalam kisaran yang aman sehingga tubuh terus berfungsi berhasil sebagai
lawan mengalami kerusakan misalnya karena over-heating.
8. Pada prinsipnya kontrol produksi hormon dilakukan oleh hipotalamus
(bagian dari otak). Hipotalamus adalah bagian otak yang mengeluarkan
hormon untuk mengendalikan fungsi organ dan sel tubuh. Fungsi
hipotalamus yang paling utama adalah homeostasis, yaitu memastikan dan
mempertahankan semua sistem tubuh tetap berjalan stabil. Hipotalamus
mengontrol sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain. Hipotalamus
melepaskan hormon-hormon ke bagian lain dari otak, yaitu kelenjar
pituitari. Kelenjar ini kemudian akan mengirimkan hormon tersebut ke
berbagai organ tubuh lainnya.

3.2 Saran
Adapun saran yang disampaikan dalam hubungannya dengan analisis ini
adalah sebagai berikut:
 Kiranya dalam sistem endokrin dalam setiap sub judul dapat dicermati
dengan baik dan teliti agar dapat memahami materi dengan baik.
 Diperlukan enelitian berbagai kalangan agar terus mengembangkan
makalah ini sesuai perkembangan teknologi.

25
DAFTAR PUSTAKA

Manurung, Nixson. 2017. Sistem Endokrin. Jakarta: Deepublish.


Shahab, Alwi. 2017. Dasar-Dasar Endokrinologi. Jakarta Timur: Rayyana
Komunikasindo.
Setiawan, Meddy. 2021. Sistem Endokrin dan Diabetes Melitus. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang.
Arizka, Fauziyah Dwi, Ummu dan Erie, A. 2014. Sistem Pakar Identifikasi
Penyakit Gangguan Pada Sistem Hormon Manusia Bebasis Web.
http://repository.um-surabaya.ac.id/847/. Diakses pada 5 Desember 2022
Pukul 19. 02 WITA.
Purbowati, R. 2020. Sistem Endokrin. https://media.neliti.
com/media/publications/
publications/32874biologiumum3ce61119.pdf#page=23. Diakses pada 5
Desember 2022 Pukul 19.13 WITA.
Setiyo, Adi Nugroho. 2021. file:///C:/Users/USER/Downloads/ANATOMI%
20FISIOLOGI%20endokrin-2.pdf. Diakses pada 5 Desember 2022 Pukul
19.54 WITA.
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-sistem-endokrin. Diakses pada 6
Desember 2022 Pukul 12. 23 WITA.
https://lmsspada.kemdikbud.go.id/pluginfile.php/640991/mod_resource/content/
2/MAKALAH%20KEL.%201%20SISTEM%20ENDOKRIN.pdf. Diakses
pada 6 Desember 2022 Pukul 12.45 WITA.
https://osf.io/bk8ey/download. Diakses pada 6 Desember 2022 Pukul 18.54
WITA.
https://www.halodoc.com/kesehatan/gangguan-sistem-endokrin. Diakss ada
tanggal 6 Desember Pukul 19.02 WITA.

26
https://www.orami.co.id/magazine/kelenjar-timus. Diakses Pada 6 Desember
2022 Pukul 19. 24 WITA.

27

Anda mungkin juga menyukai