Anda di halaman 1dari 41

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI “SISTEM ENDOKRIN”

Dosen Pembimbing :
Endang Uji Wahyuni, SKM. MKM

Disusun Oleh : Kelompok 8


Cholifah Wahyu Ari Handayani (P21345120015)
Dindya Luthfiah Fa’izah (P21345120018)
Febri Wulandari (P21345120026)

Kelas : 1D3A
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN JAKARTA 2
Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120
Telp. 021.739741, 7397643 Fax. 021.7397769
E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat, petunjuk dan karunia-Nya, makalah yang berjudul “Anatomi dan
Fisiologi Sistem Endokrin” ini telah selesai disusun untuk memenuhi tugas Anatomi
Fisiologi.

Tak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah
membantu dalam menyusun makalah ini, terutama kepada ibu Endang Uji Wahyuni,
SKM.MKM selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing kami sehingga
makalah ini telah selesai disusun.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk itu kami meminta maaf dan tentunya juga mengharapkan kritik
dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami dan bagi
para pembaca.
                                                                                                           

Jakarta, 13 November 2020

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... 2

BAB I...................................................................................................... 3

PEMBAHASAN.................................................................................... 4

1.1......................Gambaran Umum Sistem Endokrin (Karakteristik


Kelenjar-Kelenjar Dan Fungsi Sistem Endokrin)....................... 4
1.2..........Hormon (Jenis, Biokimia, Mekanisme Kerja, Pengaturan
Kecepatan Dan Jumlah Sekresi).................................................. 6
1.3..............Kelenjar Pituitari/Hipofisis (Morfologi, Pembentukan,
Penyimpanan Dan Pelepasan Hormon, Fungsi Hormon,
Kendali Sekresi Dan Kelainan Sekresi)...................................... 13
1.4........Kelenjar Tiroid Dan Paratiroid (Morfologi, Pembentukan,
Penyimpanan Dan Pelepasan Hormon, Fungsi Hormon,
Kendali Sekresi Dan Kelainan Sekresi)...................................... 22
1.5.......Kelenjar Adrenal (Morfologi, Pembentukan, Penyimpanan
Dan Pelepasan Hormon, Fungsi Hormon, Kendali Sekresi
Dan Kelainan Sekresi)................................................................. 27
1.6.....................Kelenjar Pankreas, Pineal Dan Timus (Morfologi,
Pembentukan, Penyimpanan Dan Pelepasan Hormon,
Fungsi Hormon, Kendali Sekresi Dan Kelainan Sekresi)........... 30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 42

3
BAB I

PEMBAHASAN

1.1.Gambaran Umum Sistem Endokrin


Sistem endokrin merupakan sebuah kompleks yang saling
mempengaruhi antara sejumlah hormon, termasuk hormon seks estrogen dan
androgen, dan sistem hormon lain seperti sistem tiroid. Estrogen seperti
estradiol (struktur bawah) adalah hormon yang mempengaruhi perkembangan
dan pemeliharaan karakteristik jenis kelamin perempuan, dan pematangan dan
fungsi organ seks.
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran
(ductless) yang menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui
aliran darah untuk mempengaruhi organ-organ lain. Hormon bertindak
sebagai "pembawa pesan" dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam
tubuh, yang selanjutnya akan menerjemahkan "pesan" tersebut menjadi suatu
tindakan. Sistem endokrin tidak memasukkan kelenjar eksokrin seperti
kelenjar ludah, kelenjar keringat, dan kelenjar kelenjar lain dalam saluran
gastroinstestin. Jaringan sekretoris disebut juga kelenjar internal karena
senyawa yang dihasilkan tidak keluar dari tubuh. Jaringan sekretoris dibagi
menjadi sel kelenjar, saluran kelenjar, dan saluran getah. Sel kelenjar
mengandung bermacam senyawa hasil metabolisme. Saluran kelanjar adalah
sel berdinding tipis dengan protoplasma yang kental mengelilingi suatu ruas
berisi senyawa yang dihasilkan oleh sel-sel tersebut. Saluran getah terdiri atas
sel-sel atau sederet sel yang mengalami fusi, berisi getah, dan membentuk
suatu sistem jaringan yang menembus jaringan-jaringan lain.
Organ utama dari sistem endokrin adalah:
a)   Hipotalamus
b)   Kelenjar hipofisa
c)   Kelenjar tiroid

4
d)   Kelenjar paratiroid
e)   Pulau-pulau pankreas
f)   Kelenjar adrenal
g)   Buah zakar
h)     Indung telur.

A. Karakteristik
Berikut ini merupakan karakteristik dari kelenjar endokrin yakni :
1. Kelenjar endokrin mempunyai siklus hormon yang rendah.
2. Kelenjar endokrin tidak mempunyai duktus.
3. Kelenjar endokrin mempunyai cadangan pembuluh darah yang
bagus.
4. Kelenjar endokrin dapat mensekresi berbagai jenis hormon dengan
jumlah yang banyak.
B. Kelenjar-kelenjar dan fungsi Sistem Endokrin
Terdapat dua tipe kelenjar yaitu eksokrin dan endokrin.
Kelenjar eksokrin melepaskan sekresinya ke dalam duktus pada
permukaan tubuh, seperti kulit, atau organ internal, seperti lapisan
traktus intestinal. Kelenjar endokrin termasuk hepar, pankreas
(kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara, dan kelenjar lakrimalis
untuk air mata. Sebaliknya, kelenjar endokrin melepaskan sekresinya
langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin termasuk :
1.  Pulau Langerhans pada Pankreas
2. Gonad (ovarium dan testis)
3. Kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid, serta timus
Secara umum fungsi kelenjar endokrin dapat disebutkan
sebagai berikut:

5
1. Mensekresikan hormon yang dialirkan langsung ke dalam darah
(tanpa saluran khusus/ductless) yang diperlukan
sel/jaringan/organ tubuh tertentu.
2. Bertindak mengontrol aktivitas kelenjar tubuh
3. Merangsang aktivitas kelenjar tubuh
Merangsang pertumbuhan jaringan
4. Pengaturan metabolisme, proses oksidasi, meningkatkan absorbsi
glukosa pada usus halus
5. Mempengaruhi metabolisme lemak, protein, karbohidrat,
vitamin, mineral, dan air.
6. Memelihara lingkungan internal tubuh agar tetap optimal dan
homeostatis.
1.2. Hormon (jenis, biokimia, mekanisme kerja, pengaturan
kecepatan dan jumlah sekresi)
A. Jenis
Hormon dibedakan berdasarkan sifat kerjanya dalam
menstimulasi organ target. Berdasarkan kriteria itu, hormon
dapat dibedakan sebagai hormon tropik dan nontropik. Hormon
tropik merupakan hormon yang bekerja mempengaruhi
kelenjar endokrin lain untuk mensekresikan hormonnya.
Sebagai contoh: Thyroid Stimulating Hormone (TSH) yang
disekresikan hipofisis akan bekerja pada organ endokrin
(Kelenjar tiroid) dan memicu sekresi hormon tiroksin. Contoh
lain Adrenocorticotropic Hormone (ACTH). Hormon ini
disekresikan hipofisis dan bekerja di bagian kortek adrenal
untuk menstimulasi disintesisnya hormon kortisol.
Sementara itu, hormon nontropik merupakan hormon
yang bekerja di jaringan target non-endokrin. Contohnya:
parathormon, merupakan hormon yang disekresikan kelenjar
Paratiroid dan bekerja pada jaringan tulang untuk menstimulasi

6
dibebaskannya kalsium dalam darah. Contoh lain adalah
Aldosteron yang dibebaskan dari bagian kortek adrenal dan
bekerja di organ ginjal untuk menstimulasi reabsorpsi natrium
ke dalam darah.
B. Biokimia
Hormon golongan protein dan peptida bersifat larut
dalam air atau hidrofilik dan disintesis di retikulum
endoplasma granuler (REG) pada sel endokrin dimulai dari
prekursor hormon yang belum mempunyai aktivitas biologis
sebagai hormon, kemudian menjadi prohormon dan dibawa ke
badan Golgi dan dikemas dalam vesikel sekretorik pada
akhirnya vesikel disimpan di sitoplasma, apabila dikeluarkan
dengan cara eksositosis.
Hormon amina berasal dari tirosin. Dua kelompok
hormon yang berasal dari tirosin adalah hormon-hormon
kelenjar tiroid dan medulla adrenal, dibentuk oleh aksi enzim-
enzim yang berada di kompartemen sitoplasmik sel kelenjar.
Hormon tiroid disintesis dan disimpan di kelenjar tiroid dan
berikatan dengan makromolekul protein tiroglobulin yang
disimpan di folikel besar di kelenjar tiroid. Sekresi hormon
terjadi ketika amina dipisahkan dari tiroglobulin dan hormon
berbentuk bebas sekresi dalam aliran darah. Setelah memasuki
peredaran darah, kebanyakan hormon tiroid berkombinasi
dengan protein plasma, khususnya thyroxine-binding globulin,
yang perlahan-lahan melepaskan hormon ke jaringan target.
Contoh lain hormon amina adalah epineprin dan
norepineprin yang dibentuk medulla adrenal dan disekresikan
empat kali lebih banyak epineprin daripada norepinephrine.
Sementara itu hormon amina lain yaitu katekolamin dsimpan di
granula sekretori dan dibebaskan oleh selsel medulla adrenal

7
dengan cara eksositosis, masuk ke dalam peredaran darah
dalam bentuk bebas atau berkonjugasi dengan substansi lain.
Hormon berstruktur kimiawi polipeptida/protein, pada
umumnya disimpan di vesikula sekretori dan dibebaskan jika
dibutuhkan. Hormon tipe ini berukuran mulai dari peptide
rantai pendek dengan tiga asam amino (thyrotropin releasing
hormone) hingga tersusun hampir 200 asam amino (growth
hormone dan prolaktin). Pada umumnya, polipeptida dengan
100 atau lebih asam amino disebut protein dan jika kurang dari
100 asam amino disebut peptida.
Hormon protein dan peptida disintesis pada bagian
reticulum endoplasma granular dan umumnya disintesis dalam
bentuk protein berukuran besar namun tidak aktif
(preprohormone). Preprohormone itu kemudian dipecah
membentuk prohormone. Bentuk tersebut kemudian ditrasnfer
menuju apparatus Golgi untuk dikemas dalam bentuk granula
sekretori. Di dalam proses ini, enzim di vesikel akan memecah
prohormone dan mengubah menjadi hormon yang aktif dan
fragmen yang tidak aktif. Vesikel disimpan dalam sitoplasma
dan kebanyakan terikat membrane sel hingga disekresikan
apabila diperlukan. Sekresi hormon (juga bagian fragmen yang
tidak aktif) terjadi ketika vesikel sekretori menyatu dengan
membrane sel dan kandungan granula keluar ke cairan
interstisiil atau langsung dicurahkan ke pembuluh darah
dengan cara eksositosis. Dalam banyak kasus, stimulus
terjadinya eksositosis adalah karena peningkatan konsentrasi
kalsium sitosolik disebabkan depolarisasi plasma membran.
Stimualsi reseptor permukaan sel endokrin menyebabkan
peningkatan siklo adenosine monophosphate (cAMP) dan
aktivasi protein kinase, yang menginisiasi sekresi hormon

8
tersebut. Peptida hormon pada umumnya terlarut dalam air,
memungkinkan kemudahan masuk ke dalam sistem sirkulasi
dan dibawa ke jaringan target.
Selain dibedakan berdasarkan sifat kelarutan, struktur
kimiawi, hormon juga dibedakan berdasarkan fungsi
umumnya, yaitu: 1. Hormon perkembangan atau growth
hormone, yaitu hormon yang memegang peranan di dalam
perkembangan dan pertumbuhan. 2. Hormon metabolism,
hormon yang termasuk golongan ini mengatur proses
homeostasis glukosa dalam tubuh. Fungsi ni dikendalikan dan
8 diatur bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid,
glukagon, dan katekolamin. 3. Hormon tropik, hormon
kelompok ini dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan
fungsi endokrin yakni kelenjar hipofisis sebagai hormon
perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan
proses spermatogenesis (LH). 4. Hormon pengatur
metabolisme air dan mineral, contoh kelompok hormon ini
adalah kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk
mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
C. Mekanisme Kerja
Untuk dapat memahami mekanisme kerja hormon,
maka perlu diketahui konsep komunikasi sel. Sel
berkomunikasi satu dengan yang 10 lainnya melalui sinyal
kimiawi. Sinyal kimiawi tersebut dapat berupa molekul kimia
sederhana seperti derivat asam amino atau derivat asam lemak,
atau senyawa yang lebih komplek seperti peptida, protein, atau
steroid. Komunikasi biasanya terjadi antar sel di dalam
jaringan atau organ, juga dengan jarak tertentu dalam rangka
integrasi aktivitas sel atau jaringan di organ yang berbeda.
Untuk terjadi komunikasi antar sel, maka permukaan/membran

9
sel harus melakukan kontak atau ada substansi kimia yang
terpisah dari permukaan sel atau molekul yang dapat melintas
dari sitosol sel ke sel yang lain melalui tautan (gap junction).
Untuk komunikasi dengan sel dekatnya, sinyal kimiawi
dibebaskan suatu sel di ekstraseluler menuju sel yang ada di
sekitarnya. Mekanisme ini dinamakan parakrin atau sekresi
lokal. Kadang-kadang respon sel yang timbul karena hasil
sekresinya sendiri. Mekanisme komunikasi ini disebut
autokrin. Namun apabila letak sel, jaringan/organ jauh dari
sumber dilepaskannya sinyal kimiawi, maka molekul kimiawi
pembawa pesan tadi dilewatkan pembuluh darah dan menutu
organ target. Metode komunikasi itu dinamakan endokrin atau
sekresi internal, sementara hasil sekretnya disebut hormon.
Dalam bekerja terhadap sel target, hormon mempunyai
tiga mekanisme kerja utama, yaitu: 1. Mengubah permeabilitas
saluran (membran) dengan bekerja pada protein saluran
(protein kanal) yang sudah ada; 2. Bekerja melalui sistem
pembawa pesan kedua (second messenger) untuk
mempengaruhi aktivitas sel; 3. Pengaktifan gen spesifik untuk
sintesis protein baru.
D. Pengaturan Kecepatan
Pada prinsipnya pengaturan produksi hormon dilakukan
oleh hipotalamus (bagian dari otak). Hipotalamus mengontrol
sekresi banyak kelenjar yang lain, terutama melalui kelenjar
pituitari, yang juga mengontrol kelenjar-kelenjar lain.
Hipotalamus akan memerintahkan kelenjar pituitari untuk
mensekresikan hormonnya dengan mengirim faktor regulasi ke
lobus anteriornya dan mengirim impuls saraf ke posteriornya
dan mengirim impuls saraf ke lobus posteriornya.
E. Jumlah Sekresi

10
Hormon yang larut dalam air (peptida dan katekolamin)
terlarut dalam plasma dan ditransport dari tempat sintesis ke
jaringan target, dengan cara keluar melalui kapiler, menuju
cairan interstisiil, dan akhirnya ke target sel. Sementara itu
hormon steroid dan thyroid, bersirkulasi di dalam darah dengan
cara terikat pada protein pembawa. Biasanya kurang dari 10%
hormon steroid atau thyroida ada dalam bentuk bebas. Sebagai
contoh, lebih dari 99% hormon tiroksin di dalam darah terikat
pada protein. Namun, komplek protein-hormon tidak dapat
dengan Mudah berdifusi melintasi kapiler dan mengakses ke
sel target, sehingga tetap inaktif sampai protein dan hormon
tersebut terdisosiasi. Sejumlah besar hormon terikat pada
protein bertindak sebagai cadangan. Terikatnya hormon pada
protein ini sangat memperlambat clearance hromon dari
plasma.
Terdapat dua faktor yang dapat meningkatkan atau
menurunkan konsentrasi hormon dalam darah. Satu, adalah
laju sekresi hormon dalam darah dan kedua laju pembuangan
hormon dari darah yang dinamakan metabolic clearance rate
(MCR). Nilai MCR biasanya mengekspresikan jumlah
milliliter plasma yang kehilangan hormon tiap menitnya.
Untuk kalkulasi clearance rate ini, diperlukan nilai 1) laju
kehilangan hormon dari plasma per menit dan 2) konsentrasi
hormon tiap milliliter plasma. Dari dua nilai itu, MCR
(metabolic clearance rate) dapat dikalkulasi dengan rumus:
MCR = Laju kehilangan hormon dari plasma :
Konsentrasi hormon tiap mililiter plasma
Hormon dibuang dari plasma dengan berbagai cara,
yaitu:
1) destruksi metabolik oleh jaringan,

11
2) berikatan dengan jaringan,
3) ekskresi oleh hepar ke dalam bilus, dan
4) ekskresi oleh ginjal ke urin.
Untuk hormon tertentu, MCR mungkin menyebabkan
kelebihan konsentrasi hormon di dalam sirkulasi cairan tubuh.
Sebagai contoh hal tersebut terjadi pada beberapa hormon
steroid dengan kondisi hepar yang mengalami penyakit, karena
hormon akan berkonjugasi utamanya dengan hepar dan
kemudian dibuang ke bilus.
Hormon kadang-kadang didegradasi di sel target oleh
proses enzimatis yang menyebabkan endositosis komplek
hormon-reseptor di membrane sel. Hormon tersebut kemudian
dimetabolisme di dalam sel dan pada umumnya reseptor akan
kembali di daur ulang di membran sel. Kebanyakan hormon
peptida dan katekolamin terlarut dalam air dan bersirkulasi
bebas di dalam darah. Kedua tipe hormon tersebut biasanya
didegradasi oleh enzim dalam darah dan jaringan serta
diekskresikan oleh ginjal dan hepar, selanjutnya hanya tunggal
beberapa menit di dalam darah.
Hormon yang terikat dengan protein mempunyai waktu
clearance yang lebih lambat dan tinggal di peredaran darah
untuk beberapa jam atau 19 bahkan hari. Sebagai contoh, waktu
paruh steroid adrenal di sirkulasi berkisar antara 20-100 menit,
Sementara waktu paruh hormon tiroid terikat protein lebih
lama, sekitar 1-16 hari.
1.3. Kelenjar pituitari/hipofisis (morfologi, pembentukan,
penyimpanan dan pelepasan hormon, fungsi hormon, kendali
sekresi dan kelainan sekresi)
A. Morfologi

12
Kelenjar pituitari adalah organ kecil yang berada di
bawah otak. Walau ukurannya kecil, fungsi kelenjar pituitari
sangatlah besar. Kelenjar ini bertugas menghasilkan hormon
yang membantu mengendalikan banyak proses dan fungsi
organ pada tubuh Anda.
Kelenjar pituitari dikenal sebagai ‘masternya kelenjar’
karena menghasilkan hormon yang mengatur fungsi kelenjar
atau sistem hormon lain, seperti kelenjar tiroid, ovarium, testis,
dan kelenjar adrenal
Hipofisis terletak dekat dengan dasar otak di sebelah
posterior chiasma nervus opticus. Hipofisis terlindungi di
dalam sella turcica yaitu cekungan os sphenoidale. Kelenjar ini
tergantung pada bagian inferior hipotalamus dan saling
berhubungan melalui infundibulum. Kelenjar hipofisis
menerima pasokan darah dari arteria hipofisialis superior dan
inferior, dengan percabangan menembus tangkai hipofisis
(Hadley, 1996). Sistem porta hipotalamo-hipofisialis
membawa darah dari emenensia mediana yang menerima
hormon hipotalamus. Informasi hormon tersebut diteruskan
menuju Pleksus sekundarius yang terletak di antara sel-sel
epitel pars distalis melalui vena porta hipotalamo-hipofisialis.
Kelenjar hipofisis manusia dibedakan menjadi dua
bagian yaitu anterior hipofisis (adenohipofisis) dan posterior
hipofisis (neurohipofisis). Kelenjar hipofisis manusia dewasa
mempunyai berat sekitar 0,6 gr dengan dimensi 13mm
(transversal); 6,9mm (vertikal) dan 9mm (anterioposterior).
Kelenjar hipofisis dibatasi bagian durameter dan berada di
fossa hipofiseal (Sella tursica), bagian yang berada di tulang
sphenoid. Di dalam sella tursica ini, kelenjar hipofisis
dipisahkan dari bagian sinus sphenoid oleh lempengan tulang

13
yang tipis. Sella tursica melindungi bagian bawah anterior dan
posterior hipofisis. Bagian tuberculum sella merupakan bagian
pertulangan yang berada di ceruk anterior hipofisis, sementara
di bagian tengah dan anterior tonjolan clinoid berada di bagian
anterolateral di dalam tulang sphenoid.
B. Pembentukan, penyimpanan dan pelepasan hormone
Kapiler2 yang memvaskularisasi hipotalamus menjalar
bersama2 dari beberapa vena porta yang memvaskularisasi
lobus anterior. Vena ini membawa hormon2 dari hipotalamus
ke hipofisis anterior Kedua bagian tersebut berada dalam
kontrol hipotalamus HIPOFISE POSTERIOR (adalah
pertumbuhan ke bawah dari otak depan / forebrain) HIPOFISE
ANTERIOR (yang mengontrol kelenjar endokrin lain
mempunyai asal dari pertumbuhan keluar lapisan faring
primitif pada embrio) KELENJAR HIPOFISE Pada manusia,
kelenjar ini mempunyai 2 bagian utama yang mempunyai asal
dan fungsi berbeda Serabut saraf dari hipotalamus menjalar ke
hipofisis posterior.
HORMON HIPOFISE ANTERIOR FOLLICLE
STIMULATING HORMONE (FSH) dan LUTEINISING
HORMONE (LH) adalah glikoprotein yang bekerja dalam
peristiwa untuk memastikan aktivitas siklus ovarium, dan
menyebabkan LH untuk menghasilkan hormon2 seks. LH juga
beraksi untuk menstimulasi sel2 interstisial dari testis untuk
menghasilkan testosteron ADRECORTICOTROPIC
HORMONE (ACTH) adalah polipeptida sederhana yang
menyebabkan pelepasan kortikosteroid dari korteks kelenjar
suprarenal Pembentukan ACTH yang berlebihan oleh tumor
basofil menyebabkan Sindrom Cushing HORMON HIPOFISE
ANTERIOR THYROTROPIN (THYROID STIMULATING

14
HORMONE, TSH) adalah glikoprotein yang menyebabkan
pelepasan tiroksin (thyroxine), dan pembesaran kelenjar tiroid.
Dalam keadaan tidak berfungsinya tiroid, kadarnya berkurang
ke kadar yang rendah.
PROLAKTIN (P) adalah protein yang menstimulasi
pertumbuhan dan aktivitas sekretori dari payudara selama
kehamilan dan laktasi. Hormon ini bekerja secara bersamaan
dengan hormon2 seks lainnya Tumor hipofisis yang
menghasilkan GH dapat terjadi. Pada masa kanak2, hal ini
menyebabkan Gigantisme. Pada orang dewasa hal ini
mengarah pada Akromegali dengan pertumbuhan tahang,
tangan dan viscera yang berlebihan. Kerusakan hipofisis yang
terjadi pada masa kanak2 menyebabkan Dwarfisme HORMON
HIPOFISE ANTERIOR GROWTH HORMONE (GH),
HORMON PERTUMBUHAN, adalah protein yang bekerja
pada keseluruhan tubuh untuk menstimulasi pertumbuhan.
Hormon ini menjamin frekuensi yang tepat dari pembentukan
protein Kerusakan hipofisis anterior (oleh tumor atau pecahnya
pembuluh darah) menyebabkan HIPOHIPOFISISME dengan
perlambatan metabolisme, sensitivitas yang ekstrem terhadap
stres, kelemahan, kulit pucat, penurunan menstruasi, dan
kehilangan karakteristik seksual. Individu ini seperti sangat
labil sehingga dapat mati hanya karena cedera minor atau
berpuasa ringan.
Hormon2 ini disekresi oleh badan sel neuron di dalam
paraventrikular dan nukleus supraoptik hipotalamus HIPOFISE
POSTERIOR Hipofisis posterior melepaskan 2 jenis hormon
ke dalam darah, ANTIDIURETIC HORMONE (ADH,
VASOPRESIN) dan OXYTOCIN Hormon2 tersebut mengalir
melewati serabut saraf ke hipofisis posterior dan dilepaskan ke

15
dalam aliran darah saat saraf tersebut distimulasi Tidak
terdapat sintesa hormon di dalam hipofisis posterior tetapi
hanya merupakan tempat pelepasan hormon tersebut.
Jika kelenjar hipofisis atau hipotalamus mengalami
kerusakan sehingga ADH tidak disekresi, terdapat aliran
konstan dalam volume yang besar dari urine yang encer.
Kondisi ini dikenal sebagai DIABETES INSIPIDUS
HORMON HIPOFISE POSTERIOR Haluaran HORMON
ANTIDIURETIK akan meningkat saat tekanan osmotik darah
meningkat. Peningkatan ADH akan meningkatkan
permeabilitas air dari tubulus distal dan koligentes,
menyebabkan air mengalir keluar dari filtrat glomerulus
hipotonik ke dalam interstisium medular hipertonik. Sebagai
akibatnya, urine secara progresif meningkat konsentrasinya dan
menurun volumenya, air yang diserap kembali ke dalam aliran
darah dan tekanan osmotik darah akan turun OKSITOSIN
menyebabkan kontraksi otot polos pada uterus yang hamil,
menambahkan proses kelahiran dan membantu uterus kembali
ke ukuran normalnya setelah melahirkan. Hormon ini juga
menyebabkan pelepasan ASI dari payudara yang menyusui
dengan menyebabkan kontraksi sel2 mioepitel. Penghisapan
menyebabkan pelepasan refleks oksitosin oleh stimulasi puting
susu
C. Fungsi Hormon
Hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitaridapat
berasal dari bagian pituitari depan atau belakang.
1. Hormon dari bagian depan kelenjar, atau dikenal
sebagai Lobus Anterior:
2. Hormon adrenokortikotropik (ACTH): Hormon ini
merangsang produksi hormon adrenal.

16
3. Hormon perangsang folikel (FSH) dan Luteinizing
hormone (LH): Hormon-hormon ini bekerja sama satu
sama lain sebagai regulator atas fungsi ovarium dan
testis.
4. Hormon pertumbuhan (GH): Hormon ini sangat penting
dalam pertumbuhan tubuh manusia, terutama di tahun-
tahun awal. Untuk anak-anak, hormon ini membantu
menjaga komposisi tubuh yang sehat. Untuk orang
dewasa, GH bertindak sebagai penyeimbang distribusi
lemak serta menjaga kesehatan tulang dan otot.
5. Prolaktin: Fungsi utama hormon ini adalah
menstimulasi produksi ASI pada wanita. Hormon ini
juga memiliki efek pada aktivitas seksual yang berbeda
pada pria dan wanita.
6. Hormon perangsang tiroid (TSH): Hormon ini
merangsang kelenjar tiroid untuk memproduksi
hormonnya sendiri.
Hormon dari bagian belakang kelenjar pituitari, atau
dikenal sebagai Lobus Posterior:
1. Hormon anti diuretik (ADH): Hormon ini
merangsang ginjal untuk meningkatkan penyerapan
air dalam darah, mengurangi jumlah air yang keluar
dalam urin.
2. Oksitosin: Oksitosin biasanya memengaruhi proses
persalinan dan kondisi tubuh ibu setelah
melahirkan, seperti produksi ASI.
D. kendali sekresi dan kelainan sekresi
A. Kendali
kelenjar pituitary (hipofisis) merupakan
suatu kelenjar kompleks yang mensekresi hormone

17
peptida. Hormon peptida tersebut sangat mempengaruhi
hampir seluruh fungsi tubuh. Seluruh sekresi
kelenjar pituitari dikontrol oleh hipotalamus.
B. Kelainan Sekresi
Hipopituitarisme adalah penyakit yang
terjadi akibat kurangnya hormon yang dihasilkan kelenjar
di otak, yang disebut kelenjar hipofisis atau pituitari.
Kondisi ini bisa membuat berat badan menurun hingga
kemandulan. Ketika seseorang mengalami kekurangan salah
satu atau lebih dari hormon-hormon tersebut, maka fungsi
tubuh yang diatur oleh hormon yang dihasilkan oleh kelenjar
pituitari akan terganggu. Contohnya, kekurangan GH akan
mengakibatkan seseorang mengalami gangguan
pertumbuhan tulang.
Hipopituitarisme terjadi karena kelenjar pituitari
tidak dapat menghasilkan hormon dalam jumlah yang
cukup. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai hal,
namun sebagian besar disebabkan oleh tumor pituitari.
Selain disebabkan oleh tumor, hipopituitarisme juga
dapat disebabkan oleh cedera pada kelenjar tersebut,
misalnya karena komplikasi operasi daerah otak.
Ada beberapa penyebab lain hipopituitarisme
selain tumor dan cedera, yaitu:
1. Infeksi sekitar otak, seperti meningitis atau
malaria otak
2. Peradangan kelenjar pituitari, misalnya
akibat granulomatous
hypophysitis dan sarkoidosis.
3. Diabetes.
4. Perdarahan subarachnoid.

18
5. Limfoma.
6. Stroke
7. Sindrom Sheehan atau hipopituitarisme
pascamelahirkan.
8. Hemokromatosis.
Hipopituitarisme juga dapat terjadi akibat efek
samping kemoterapi atau radioterapi ke daerah kepala.
Pada beberapa kasus, hipopituitarisme tidak diketahui
penyebab pastinya (idiopatik). Hipopituitarisme
idiopatik diduga muncul akibat kelainan pada sistem
saraf pusat selama perkembangan janin di dalam
kandungan.
Gejala-gejala penyakit ini bervariasi, tergantung
faktor penyebab, hormon apa yang terpengaruh, dan
seberapa parah gangguan yang terjadi pada hormon itu.
Di bawah ini adalah beberapa gejala spesifik yang
muncul berdasarkan hormon yang terganggu:
1. Kekurangan ACTH
Jika seseorang kekurangan hormon ACTH,
gejala yang ditimbulkan antara lain mudah lelah,
mual dan muntah, berat badan menurun,
dan depresi.
2. Kekurangan ADH
Gejala yang dapat terjadi adalah sering merasa
haus dan frekuensi buang air kecil menjadi
bertambah.
3. Kekurangan hormon oksitosin
Gejala yang dapat muncul akibat kekurangan
hormon oksitosin adalah depresi dan kurangnya
produksi ASI pada wanita.

19
4. Kekurangan hormon TSH
Gejala yang ditimbulkan antara lain susah buang
air besar (konstipasi), tidak tahan terhadap suhu
dingin, berat badan bertambah, nyeri otot, dan
otot melemah.
5. Kekurangan hormon prolactin
Gangguan ini biasanya muncul pada wanita,
berupa produksi ASI sedikit, mudah lelah, serta
rambut ketiak dan rambut kemaluan tidak
tumbuh. Pada pria, kekurangan hormon ini tidak
menimbulkan gejala apa-apa.
6. Kekurangan hormon FSH dan LH
Pada wanita, kekurangan hormon ini dapat
menyebabkan haid tidak teratur, serta
kemandulan. Sedangkan pada pria, gejala yang
ditimbulkan antara lain hilangnya rambut di
wajah atau di bagian tubuh lain, gairah seksual
menurun, disfungsi ereksi, dan kemandulan.
7. Kekurangan hormon pertumbuhan
Hipopituitarisme
Juga dapat disebabkan oleh kekurangan GH atau
hormon pertumbuhan. Jika terjadi pada anak-
anak, gejala yang ditimbulkan antara lain tubuh
sulit bertambah tinggi, penumpukan lemak di
sekitar pinggang dan wajah, dan pertumbuhan
terganggu.

20
1.4. Kelenjar Tiroid Dan Para Tiroid
A. Morfologi
1) Kelenjar tiroid merupakan kelenjar yang berbentuk cuping
kembar dan di antara keduanya dapat daerah yang
menggenting. Kelenjar ini terdapat di bawah jakun di
depan trakea. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon
tiroksin yang mempengaruhi metabolisme sel tubuh dan
pengaturan suhu tubuh.
2) Kelenjar paratiroid adalah empat kelenjar-kelenjar seukuran
kacang polong yang letaknya bilateral yaitu melekat
dibagian atas dan bawah kelenjar tiroid. Kelenjar ini
terletak disetiap sisi dari kelenjar tiroid yang terdapat
didalam leher dan kelenjar ini berjumlah 4 buah yang
bersusun berpasangan

B. Pembentukan, penyimpanan dan pelepasan hormon


1. Kelenjar tiroid mensekresi dua jenis hormon.
a. Tiroksin, atau tetraiodotironin (T4, mencapai 90% dari
seluruh sekresi kelenjar tiroid.
b. Triiodotironin (T3) disekresi dalam jumlah kecil.

21
2. Jika TSH mengikat reseptor sel folikel, maka akan
mengakibatkan terjadinya sintesis dan sekresi tiroglobulin,
yang mengandung asam amino tirosin, ke dalam lumen folikel.
3. 1odium yang tertelan bersama makanan dibawa aliran darah
dalam bentuk ion, iodida (I~), menuju kelenjar tiroid. Sel-sel
folikular memisahkan iodida dari darah dan mengubah- nya
menjadi molekul (unsur) iodium.
4. Molekul iodium bereaksi dengan tirosin dalam tiroglobulin
untuk membentuk molekul monoiodotirosin dan diiodotirosin.
a. Dua molekul diiodotirosin membentuk T4 (tiroksin).
b. Satu molekul monoiodotirosin dan satu molekul
diiodotirosin membentuk T3 atd triiodotironin.
5. Sejumlah besar T3 dan T4 disimpan dalam bentuk tiroglobulin
selama berminggu-minggu, Saat hormon tiroid akan dilepas di
bawah pengaruh TSH, enzim proteolisis memisahkan hormon
dari tiroglobulin. Hormon berdifusi dari lumen folikel melalui
sel-sel folikular dan masuk ke sirkulasi darah.
6. Sebagian besar hormon tiroid yang bersirkulasi bergabung
dengan protein plasma (terutama globulin pengikat tiroksin
yang diproduksi hati) untuk transpor.
C. Fungsi hormon
1. Hormon tiroid
 Melakukan kontrol terhadap proses pembakaran kalori
yang dilakukan oleh tubuh. Kontrol metabolisme ini dapat
berdampak kepada kenaikan atau penurunan berat badan
seseorang.
 Mengontrol kecepatan pengolahan makanan dalam sistem
pencernaan.
 Membantu mengatur irama detak jantung dan tekanan
darah.

22
 Menaikkan atau menurunkan suhu tubuh.
 Mengontrol kecepatan tubuh dalam melakukan reproduksi
sel.
 Membantu pertumbuhan pada anak-anak.
 Mengoptimalkan pertumbuhan otak, terutama pada anak-
anak.
 Mengaktifkan sistem saraf untuk meningkatkan daya fokus
dan kecepatan refleks tubuh.
Pada umumnya, produksi berlebih dari hormon tiroid akan
membuat segala sesuatu di dalam tubuh berjalan lebih cepat
dari seharusnya. Begitu pun sebaliknya, dampak kurang baik
juga akan dirasakan tubuh bila hormon tiroid diproduksi dalam
jumlah yang terlalu sedikit.
Untuk bisa bekerja secara optimal, hormon tiroid
memerlukan stimulus dari kelenjar hipofisis (pituitary).
Kelenjar yang berada di otak ini akan memproduksi,
menyimpan, dan melepaskan thyroid stimulating hormone
(TSH) atau pemicu produksi hormon tiroid. Jumlah TSH inilah
yang menjadi salah satu penanda tinggi atau rendahnya hormon
tiroid dalam tubuh.
2. Hormon paratiroid
 Mengatur pelepasan kalsium dari tulang ke aliran darah.
 Mengendalikan penyerapan kalsium dari makanan atau
minuman pada saluran pencernaan.
 Merangsang pembentukan vitamin D pada ginjal.
 Meningkatkan penyerapan kalsium di ginjal dan mencegah
ginjal membuang kalsium melalui urine.
 Membuat ginjal mengeluarkan fosfat melalui urine.
 Meningkatkan kadar magnesium dalam darah.

23
Kadar kalsium dalam tubuh diatur secara ketat oleh
kelenjar paratiroid dan tiroid. Normalnya, kelenjar paratiroid
memproduksi hormon paratiroid ketika jumlah kalsium dalam
darah berkurang atau terlalu rendah. Jika kadar kalsium naik
dan kembali normal, produksi hormon paratiroid akan berhenti.
Sebaliknya, ketika kadar kalsium dalam darah terlalu
tinggi, kinerja kelenjar paratiroid akan dihambat sementara
oleh hormon kalsitonin yang diproduksi oleh kelenjar tiroid.
Hormon kalsitonin ini juga berfungsi untuk menurunkan kadar
kalsium yang berlebihan agar kadar kalsium di dalam darah
kembali normal.
D. Kendali sekresi dan kelainan sekresi
1. Kendali sekresi
Pengendalian sekresi terjadi melalui sistem pengendalian
umpan balik dengan konsentrasi ion kalsium dalam darah.
1) Penurunan kadar kalsium darah menyebabkan
peningkatan sekresi PTH. Saat kadar kalsium darah
meningkat, sekresi PTH menurun.
2) Kalsitonin (tirokalsitonin), diproduksi oleh sel
parafolikular kelenjar tiroid berantagonis langsung
dengan PTH dan menurunkan kalslium darah.
- Kalsitonin akan dilepas oleh kelenjar tiroid jika kadar
kalsium darah sangat tinggi.
- Kalsitonin menghambat efek PTH terhadap resorpsi
kalsium dari tulang dan menstimulasi aktivitas
osteoblas, sehingga mengakibatkan ambilan kalsium
oleh tulang
2. Kelainan sekresi
- Gangguan yang disebabkan oleh Kelenjar Tiroid
 Hipertiroidisme (Hyperthyroidism)

24
Hipertiroidisme merapakan gangguan sistem tubuh
dimana kelenjar tiroid menghasilkan terlalu banyak
hormon. Hipertiroidisme bisa ditemukan dalam
bentuk penyakit Graves, gondok noduler toksik atau
hipertiroidisme sekunder.
 Hipotiroidisme (Hypothyroidism)
Hipotiroidisme terjadi ketika kelenjar tiroid tidak
memproduksi hormon tiroid yang cukup atau
rendah. Sebagian besar gejala hipotiroidisme
merupakan kebalikan dari gejala hipertiroidisme.
- Gangguan Fungsi Kelenjar Paratiroid
 Hiperparatiroidisme adalah suatu keadaan dimana
kelenjar-kelenjar paratiroid memproduksi lebih
banyak hormon paratiroid dari biasanya.
Hiperparatiroidisme dapat menimbulkan berbagai
gejala sepertitulang menjadi rapuh, lemah, dan
berbentuk abnormal. Selain itu, kadar ion kalsium yang
berlebihan dalam darah dapat masuk ke air seni dan
mengendap bersama ion fosfat. Endapan ini dapat
membentuk batu ginjal sehingga menyumbat saluran
air seni. Jika jumlah hormon paratiroid yang disekresi
lebih banyak dari pada yang dibutuhkan maka ini
disebut hiperparatiroidisme primer. Jika jumlah yang
disekresi lebih banyak karena kebutuhan dari tubuh
maka keadaan ini disebut hiperparatiroidisme
sekunder. Hiperparatiroidisme primer :
 Berkurangnya kalsium dalam tulang sehingga timbul
fraktur spontan, sering nyari pada tulang, tumor
tulang. Bagian yang sering terkena adalah tulang
panjang.

25
 Kelainan traktus urinarius : defek (kegagalan) pada
tubulus ginjal biasanya reversible (bisa kembali),
batu ginjal, kadang-kadang neprokalsinosis (deposisi
kalsium dalam nepron)Manifestasi dari sistem saraf
sentral (defresi, konfusi dan koma)
 Kelemahan neuromuskular, tenaga otot
berkurang, hipotonik (penurunan tonus) otot, fatigue
(hilang tenaga), dan kadang-kadang terjadi aritmia
kardiak.
 Manifestasi gastrointestinal : kurang nafsu makan,
nausea, muntah (vomitus) dan konstipasi.
Hiperparatiroidisme sekunder
 Pada penyakit ini terdapat hiperplasia dan
hiperfungsi kelenjar paratiroid yang disebabkan : gagal
ginjal kronik dan kurang efektifhya PTH pada
beberapa penyakit (defisiensi vitamin D dan
kelainan gastrointestinal.
1.5.Kelenjar Adrenal
A. Morfologi
Kelenjar ini merupakan struktur majemuk yang terdiri atas
suatu korteks pada bagian luar dan medula pada bagian dalam.
Kelenjar adrenal manusia merupakan benda pipih yang terletak di
dalam jaringan retropenial sepanjang ujung kranial ginjal, yang juga
disebut sebagai kelenjar suprarenalis. Masing-masing mempunyai
berat kira-kira 4 gram, tinggi 15 cm, lebar 2,5 cm pada bagian
dasarnya dan tebal 1 cm. Sisi kiri lebih pipih dari pada sisi kanan
dan lebih berbentuk bulan sabit.

26
B. Pembentukan, penyimpanan dan pelepasan hormon
1. Hormon medular disekresi oleh sel-sel kromafin medula
adrenal untuk merespons stimulus preganglionik simpatis.
Hormon ini meliputi katekolamin, epinefrin (80%) dan
norepinefrin (20%).
a. Epinefrin dan norepinefrin memiliki perbedaan efek
fisiologis yang berkaitan dengan kedua jenis
reseptornya, alfa (a) dan beta (B) yang terletak pada
membran sel target.
b. Secara keseluruhan, fungsi hormon ini adalah untuk
mempersiapkan tubuh terhadap aktivitas fisik yang
merespons stres, kegembiraan, cedera, latihan,
penurunan kadar gula darah.
2. Hormon kortikal adrenal, berlawanan dengan hormon medular,
sangat penting untuk kehidupan.
a. Mineralokortikoid disintesis dalam zona glomerulosa.
1) Aldosteron, mineralokortikoid terpenting,
mengatur keseimbangan air dan elektrolit

27
melalui pengendalian kadar natrium dan kalium
dalam darah.
2) Kendali sekresi. Sekresi aldosteron diatur oleh
kadar natrium darah, terutama oleh mekanisne
renin angiotensin.
3. Glukokortikoid disintesis dafam zona fasikulata, masikulata.
Hormon ini meliputi kortikosteron, kortisol, dan kortison.
4. Gonadokortikoid (steroid kelamin) disintesis pada zona
retikularis dalam jumlah yang relatif sedikit. steroid ini
berfungsi terutama sebagai prekursor untuk pengubahan
testosteron dan estrogen oleh jaringan lain.
C. Fungsi hormon
1. Efek epinefrin
a. Frekuensi jantung, metabolisme, dan konsumsi oksigen
meningkat.
b. Kadar gula darah meningkat melalui stimulasi
glikogenolisis pada hati dan simpanan glikogen otot.
c. Pembuluh darah pada kulit dan organ-organ viseral
berkonstriksi sementara pembuluh di otot rangka dan otot
jantung berdilatasi.
2. Efek norepinefrin adalah untuk meningkatkan tekanan darah
dan untuk menstimulas etat jantung.
3. Efek fisiologis
a. Glukokortikoid nempengaruhi metabolisme glukosa,
protein, dan lemak.
b. Hormon ini meningkatkan sintesis glukosa dari sumber
nonkarbohidrat (glukoneogenesis), simpanan glikogen
di hati (glikogenesis), dan peningkatan kadar glukosa
darah.

28
c. Hormon ini juga meningkatkan penguraian lemak dan
protein serta menghambat ambila amino dan sintesis
protein.
D. Kendali sekresi dan kelainan sekresi
Kendali sekresi
Hormon glukokortikoid
Kendali sekresi glukokortikoid adalah melalui kerja ACTH
dalam mekanisme umpan balik negatif. Stimulus utama dari ACTH
adalah semua jenis stres fisik atau emosional.
- Stres (misalnya, trauma, infeksi, atau kerusakan jaringan) akan
memicu impuls saraf ke hipotalamus
- Hipotalamus kemudian mensekresi hormon pelepas kortikotropin
(corticot ropin-releasing hormon =CRH), yang melewati sistem
portal hipotalamus-hipofisis menuju kelenjar pituitari anterior,
yang melepas ACTH.
- ACTH bersirkulasi dalam darah menuju kelenjar adrenal dan
mengeluarkan sekresi glukokortikoid Kelenjar Pankreas, Pineal
Dan Timus

Hormon mineralokotikoid

Sekresi aldosteron diatur oleh kadar natrium darah, terutama oleh


mekanisne renin angiotensin.

Kelainan sekresi

 Sindrom Cushing
Sindrom Cushing terjadi ketika tubuh kelebihan hormon
kortisol dalam waktu yang lama. Kondisi ini umumnya sering
dialami wanita dan mereka yang berusia 25-40 tahun. Gejala
yang ditimbulkan dari sindrom Cushing antara lain kenaikan
berat badan, wajah sembab dan kemerahan, berjerawat, tubuh

29
terasa sangat lelah, otot melemah, serta meningkatknya tekanan
darah dan kadar gula darah. Bila menyerang anak-anak,
sindrom Cushing dapat menyebabkan obesitas dan
pertumbuhan yang terhambat.
 Penyakit Addison
Penyakit Addison dapat terjadi ketika kelenjar adrenal
mengalami kerusakan, sehingga membuat tubuh kekurangan
hormon kortisol. Wanita dan orang berusia 30-50 tahun rentan
terkena penyakit ini. Penyakit Addison menimbulkan gejala
berupa tubuh merasa kelelahan, kehilangan nafsu makan, berat
badan menurun, otot melemah, bad mood, merasa sering haus,
pusing, pingsan, kram, bibir atau gusi menjadi kehitaman.
 Pheochromocytoma
Penyakit pheochromocytoma merupakan tumor jinak yang
berkembang di kelenjar adrenal. Biasanya kondisi ini dapat
memengaruhi salah satu ataupun kedua kelenjar adrenal.
Penyakit pheochromocytoma bisa terjadi pada semua
kelompok usia, namun paling banyak dialami pada usia 20-50
tahun. Gejala yang ditimbulkan dari kondisi ini, antara lain
sakit kepala, tremor, sesak napas, berkeringat secara berlebih,
serta tekanan darah tinggi.
 Hipoplasia adrenal kongenital
Merupakan penyakit bawaan lahir akibat kelainan genetik yang
menyebabkan kelenjar adrenal tidak berfungsi dengan baik,
sehingga memengaruhi hormon yang diproduksi. Penyakit ini
lebih banyak diderita oleh laki-laki, dan gejalanya dapat
muncul sejak lahir. Namun beberapa kasus, baru terdeteksi saat
penderitanya sudah berusia lebih tua. Pada bayi, kondisi ini
dapat menimbulkan gangguan elektrolit, dehidrasi, tekanan

30
darah rendah, gula darah rendah, serta kelainan pada organ
seksual.
1.6. Kelenjar pankreas, pineal dan timus
A. Morfologi
1. Pankreas
Kelenjar ini merupakan struktur majemuk yang terdiri
atas suatu korteks pada bagian luar dan medula pada
bagian dalam. Kelenjar adrenal manusia merupakan benda
pipih yang terletak di dalam jaringan retropenial sepanjang
ujung kranial ginjal, yang juga disebut sebagai kelenjar
suprarenalis. Masing-masing mempunyai berat kira-kira 4
gram, tinggi 15 cm, lebar 2,5 cm pada bagian dasarnya dan
tebal 1 cm. Sisi kiri lebih pipih dari pada sisi kanan dan
lebih berbentuk bulan sabit.

2. Pineal
Kelenjar pineal adalah kelenjar berbentuk kerucut pinus
dari sistem endokrin. Hal ini terletak jauh di dalam otak ,yang
terletak di antara belahan otak. Kelenjar ini menghasilkan

31
beberapa hormon penting termasuk melatonin. Melatonin
mempengaruhi perkembangan seksual dan siklus tidur-bangun.
Kelenjar pineal menghubungkan sistem endokrin
dengan sistem saraf dalam hal mengkonversi sinyal saraf dari
sistem simpatik dari sistem saraf perifer menjadi sinyal
hormon. Disfungsi kelenjar pineal dapat menyebabkan
sejumlah gangguan termasuk insomnia, depresi, dan
kecemasan.

3. Timus
Kelenjar timus adalah kelenjar yang terletak di tengah
rongga dada, tepatnya di belakang tulang dada dan di antara
paru-paru. Bentuknya menyerupai tabung kecil dan terdiri atas
dua bagian yang berukuran sama. Kelenjar timus ini ukurannya
akan berubah seiring bertambahnya usia.
Saat anak-anak dan remaja, kelenjar timus akan lebih
aktif dan ukurannya akan lebih besar. Saat memasuki usia
dewasa, kelenjar ini akan mengecil, dan pada lansia, hampir
seluruh jaringan kelenjar timus akan tergantikan dengan
jaringan lemak.

32
B. Pembentukan
1. Pankreas
Hormon insulin
- Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor
hormon insulin) pada retikulum endoplasma sel beta.
- Dengan bantuan enzim peptidase, preproinsulin mengalami
pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang kemudian
dihimpun dalam gelembunggelembung dalam sel tersebut.
- Proinsulin kemudian diurai kembali oleh enzim peptidase
menjadi insulin dan peptide-C yang keduanya sudah siap
disekresikan secara bersamaan melalui membran sel.
- Fungsi insulin sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi
glukosa yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang
meningkat merupakan komponen utama yang memberi
rangsangan terhadap sel beta dalam memproduksi insulin.
Hormon glukagon
Hormon Glukagon merupakan hormon yang diproduksi di sel
alpha Islets of Langerhans Pankreas, hormon tersebut mempunyai
peran yang berkebalikan dengan hormon insulin, yaitu menaikan

33
glukosa darah dan memacu proses penggunaan simpanan glukosa.
Glukagon bekerja utamanya di hepatocytes sel hati.
2. Pineal
Melatonin adalah produk dari kelenjar pineal yang
merupakan komponen esensial sistem foloneuroendokrin
dimana sekresinya dirangsang oleh ada tidaknya cahaya dari
lingkungan. Organ pineal akan menerima signal dari retina
yang bertindak sebagal fotoreseptor dan suprachiasmatic
nucleus yang bertindak sebagai ocillator endogen.
Signal ini selanjutnya ditransmisikan melalui kompleks
sistem saraf akan simpatik ke keienjar pineal sebagai target
terakhir untuk mensekre sikan melatonin, Bila tidak ada cahaya
atau dalam keadaan gelap yang merupakan titik awal
rangsangan maka sistem saraf simpatis akan melepas
norepinefrin dalam jumlah yang besar Dengan meningkatnya
norepinefrin maka akan merangsang sintesis dan sekresi
melatonin serta neuroendokrin messenger darkness (Bartness
2002)
Melatonin juga diproduksi oich sel enterochromaffin
(EC) yang kaya serotonin di mukosa saluran pencernaan yang
kemudian dilepas ke dalam vena porta post prandial, keadaan
ini sering diikuti dengan periode pendek dari tidur, pada
manusia diketahui sebagai keadaan lidur sebentar pada siang
han (napping atau siosta) Meialonin juga dapat berfungs
sebagai hormon aulokrin atau parakin Melatonin merangsang
transpon elektrolt merangsang prolifersi jaringan lmfost dan
merangsang kontraksi otot poios saluran pencernaan sehingga
dapa! dikalakan bahwa melatonn bekerja sebagai hormon
luminal dan sinkronsasi proses pencernaan (Bubenk:2000)
3. Timus

34
Limfosit T dimatangkan di kelenjar timus Di kelenjar timus,
limfosit T juga berdiferensiasi menjadi
 sel T sitotoksik (cytotoxic T cell),
 sel T penolong (helper T cell)
 sel T supressor (supressor T cell)
 sel Tmemori (memory T cell).

C. Penyimpanan dan pelepasan hormon


Bila hormon ini sampai ke pankreas, maka akan mearangsang
produksi dan pelepasan melepaskan hormon insulin, glukagon dan
somatosin. Hormon-hormon ini dihasilkan penyimpanannya pada
jaringan lemak.
D. Fungsi hormon
1. Pankreas
Hormon insulin
Menurut penjelasan Medical Biochemistry, insulin
adalah hormon yang berfungsi membantu penyerapan glukosa
ke dalam sel-sel tubuh untuk mengendalikan gula darah.
Glukosa sendiri biasanya berasal dari makanan yang
mengandung karbohidrat, dan diubah tubuh menjadi sumber
energi utama.
Setiap sel pada tubuh memerlukan energi untuk
bekerja. Namun, sel-sel tidak dapat langsung mengubah
glukosa menjadi energi. Itu sebabnya, tubuh membutuhkan
bantuan hormon ini.
Hormon insulin dibuat di sel beta yang terdapat dalam
pankreas. Fungsinya adalah mengatur kadar gula dalam darah
tetap normal. Hormon ini juga membantu proses pemindahan
glukosa dari darah ke dalam hati, sel-sel otot, dan sel-sel lemak

35
untuk disimpan dalam bentuk glikogen sebagai cadangan
energi.
Selain membantu mengatur gula darah, hormon ini juga
dapat memengaruhi organ hati mengubah glukosa dan glikogen
menjadi lemak.
Hormon glukagon
Glukagon adalah hormon yang diproduksi pankreas dan
dibutuhkan tubuh untuk mengubah glukosa (gula), yang salah
satunya diperoleh dari makanan, menjadi energi.
2. Pineal
Kelenjar pineal adalah kelenjar di dalam otak yang
berfungsi menghasilkan hormon melatonin. Hormon ini
berperan untuk menimbulkan kantuk dan mengatur irama tidur
alami (irama sirkadian). Itulah sebabnya, jika fungsi kelenjar
pineal terganggu, dapat terjadi insomnia atau sulit tidur.
3. Timus
Limfosit T
Ada dua jenis utama sel T, yaitu sel T killer "sel
pembunuh" (juga dikenal sebagai Sel T sitotoksik) karena
mereka menghasilkan zat kimia yang dikenal sebagai limfokin
yang penting dalam membantu sel B menghancurkan zat-zat
asing.
Jenis sel T satunya yaitu sel T helper. Sel T helper
membantu sel T sitotoksik dalam melakukan kegiatannya dan
membantu melindungi tubuh terhadap penyakit dengan cara
lain
Hormon thymosin
Timosin, yang berperan untuk menguatkan respons
imun serta merangsang hormon dari kelenjar hipofisis seperti
hormon pertumbuhan

36
E. Kendali sekresi dan kelainan sekresi
Kendali sekresi
1. Pankreas
Insulin
a. Peningkatan kadar glukosa darah, mis, setelah makan akan
menstimulasi sel beta pankreas untuk memproduksi
insulin. Insulin menyebabkan glukosa berdifusi ke dalam
sel yg akan memakainya sebagai sumber energi,
mengubahnya menjadi glikogen dalam hati, atau menjadi
lemak dalam jaringan adiposa.
b. Jika kadar glukosa darah turun, laju sekresi insulin juga
turun
c. Glukogon mempengaruhi sekresi insulin melalui
peningkatan konsentrasi glukosa darah. Efek glukagon
dan insulin berlawanan untuk mempertahankan kadar gula
normal selama puasa.
d. Hormon yang secara tidak langsung mempengaruhi sekresi
insulin
1) Hormon pertumbuhan, ACTH, dan horrnon
gastrointestinal, seperti gastrin, sekretin dan
kolesistokinin, semuanya menstimulasi sekresi
insulin.
2) Somatostatin, diproduksi oleh sel-sel delta pankreas
dan hipotalamus, menghambat sekresi insulin dan
glukagon serta menghalangi absorpsi intestinal
terhadap glukosa.

Glukagon

Sekresi glukagon dikendalikan oleh kadar gula darah.

37
1) Kadar gula darah yang rendah menstimulasi sel-sel
untuk memproduksi glukagon.
2) Glukagon menyebabkan pelepasan glukosa dari
sehingga glukosa darah meningkat.
3) Peningkatan kadar glukosa darah menghambat
pelepasan glukagon melalui mekanisme umpan alfa
hati, balik negatif. Pineal
2. Pineal
Pengendalian produksi melatonin
1) Intensitas dan durasi cahaya lingkungan, yg mencapai
kelenjar melalui kolateral jalur penglihatan,
mempengaruhi pelepasan melatonin. Produksi
melatonin terendah terjadi pada siang hari dan yg
terbesar pada pada malam hari.
2) Siklus alami produksi melatonin mungkin berkaitan
dengan irama beberapa proses fisiologis harian.

Kelainan sekresi

1. Pankreas
- Diabetes mellitus terjadi karena defisiensi insulin.
a. Diabetes Tipe I, atau disebut diabetes melitus
dependen insulin (insulin-dependent diabetes mellitus
[IDDMI), pankreas gagal mensekresi insulin, baik
melalui degenerasi, atau pun inaktivasi sel-sel beta.
b. Diabetes Tipe 1I, atau diabetes mellitus nondependen
insulin (noninsulin-dependent diabetes mellitus
[NIDDM]), insulin diproduksi oleh sel-sel beta dalam
jumlah normal atau mendekati normal, tetapi sel-sel
tubuh tidak mampu menggunakannva karena Adrenal

38
- Hiperinsulinisme lebih jarang terjadi daripada kasus
hipoinsulinisme. Penurunan kadar gula darah
(hipoglikemia) menyebabkan kelemahan tubuh,
kecemasan, banyak keringat, dan disorientasi mental
2. Pineal
Hormon melatonin
Hormon ini diproduksi secara alami dalam tubuh dan
bisa mengalami kelebihan maupun kekurangan yang dapat
berakibat buruk bagi tubuh.
Kelebihan hormon melatonin dapat menyebabkan lesu,
gangguan hati, gangguan mata, kelelahan, disorientasi, pikiran
dan perilaku psikotik, kebingungan, mengantuk, gangguan
berbicara, gemetar, sakit kepala, dan pusing.
Sedangkan defisiensi atau kekurangan hormon
melatonin akan menyebabkan kesulitan tidur atau insomnia,
tidur menjadi tidak nyenyak, pembesaran prostat, depresi,
kelelahan, siklus haid tidak teratur, gelisah, sindrom
premenstruasi (PMS), katarak, kolesterol tinggi, tekanan darah
tinggi dan gangguan irama jantung (aritmia).
3. Timus
Meskipun cukup jarang terjadi, kelenjar timus
berpotensi mengalami kanker. Kanker pada kelenjar timus ini
disebut thymoma. Terkadang penyakit ini tidak bergejala,
namun jika semakin parah, penyakit thymoma ini dapat
menimbulkan beberapa gejala, seperti:
- Nyeri dada
- Sesak napas
- Batuk kronis
- Kesulitan menelan
- Suara serak

39
- Penurunan berat badan
- Mudah lelah
- Pembengkakan di wajah dan lengan

40
DAFTAR PUSTAKA

Djojosoebagio, Soewondo. 1990. Fisiologi Kelenjar Endokrin. Bogor: IPB Press


Pearce, Evelyn C. 2004. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta :
Gramedia
http://qurainiyanti.blogspot.com/2013/05/gambaran-umum-tentang-sistem-endokrin.html
https://repository.unmul.ac.id/assets/upload/buku/file_1021900033.pdf
https://www.alodokter.com/hipopituitarisme#:~:text=Hipopituitarisme%20adalah
%20penyakit%20yang%20terjadi,berat%20badan%20menurun%20hingga%20kemandulan.
https://www.slideshare.net/dimaserdawidyamarta/endoktrin-system-in-anatomy-sistem-
endoktrin-di-anatomi
https://slideplayer.info/slide/12546475/
http://digilib.uinsby.ac.id/15869/16/Bab%2013.pdf
https://medukasi.kemdikbud.go.id/medukasi/produkfiles/kontenkm/km2016/KM201613/mate
ri3.html

41

Anda mungkin juga menyukai