Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA

Tentang :

“SISTEM ENDOKRIN BESERTA KASUS GRAVE SYNDROME DAN


HASHIMOTO”

Disusun Oleh :

KELOMPOK 5

KELAS A

1. Heryanto Slamet
2. Muhammad Rafi’ As Sayyid
3. Sacharissa Davita
4. Savira Yuni Syahana

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PANCASILA

Jakarta

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Kami panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, serta inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan
makalah ilmiah tentang Anatomi dan Fisiologi manusia.

Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan mendapat bantuan dari
berbagai refrensi buku sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini.
Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karenanya kami dengan lapang dada menerima segala saran dan kritik dari
pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalahtentang Anatomi dan Fisiologi


Manusia ini bisa memberikan manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Jakarta, 21 November2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

1.Kata Pengantar......................................................................................................1

2. Daftar Isi..............................................................................................................2

3.0 BAB I Pendahuluan

3.1 Latar Belakang...........................................................................................3

3.2 Rumusan Masalah......................................................................................3

3.3 Tujuan Penulisan........................................................................................3

4.0 BAB II Pembahasan

4.1 Pengertian Anatomi dan Fisiologi...............................................................5

4.2 Pengertian Sistem Endokrin........................................................................5

4.3 Kelenjar Kelenjar Endokrin........................................................................6

4.4 Hormon yang Dihasilkan dari Berbagai Kelenjar .....................................6

4.5 Fungsi dan Lokasi Sel Target Hormon.....................................................10

4.6 Anatomi Kelenjar Tiroid...........................................................................12

4.7 Fisiologi Kelenjar Tiroid...........................................................................12

4.8 Mekanisme Pembentukan Hormon Tiroid................................................13

4.9 Studi Kasus (Grave syndromedan Hashimoto ).......................................13

4.10 Pengobatan(Grave syndrome dan Hashimoto )......................................17

5.0 BAB III Penutup

5.1 Kesimpulan.............................................................................................19

5.2 Saran.......................................................................................................19

6. Daftar Pustaka.................................................................................................21

3
BAB I

PENDAHULUAN

3.1 Latar Belakang

Anatomi dan fisiologi manusia merupakan ilmu yang sangat penting di dalam
ilmu kefarmasian . Besarnya peranan ilmu anatomi dan Fisiologi bersumber pada
penelitian yang dilakukan para ahli anatomi dan fisiologi yang ahli
dibidangnya.Tetapi, disamping itu masih ada minimnya pengetahuan mengenai
Sistem endokrinadalah kelenjar yang nengirimkan hasil sekresinya langsung ke
dalam darah ang beredar dalam jaringan kelenjar tanpa melewati duktus atau
saluran dan hasil sekresinya disebut hormon.

Secara umum sistem endokrin adalah sistem yang berfungsi untuk memproduksi
hormon yang mengatur aktivitas tubuh. Terdiri atas kelenjar tiroid, kelenjar
hipofisa/putuitari, kelenjar pankreas, kelenjar kelamin, kelenjar suprarenal,
kelenjar paratiroid dan kelenjar buntu. Beberapa dari organ endokrin ada yang
menghasilkan satu macam hormon (hormon tunggal) disamping itu juga ada yang
menghasilkan lebih dari satu macam hormon atau hormon ganda misalnya
kelenjar hipofisis sebagai pengatur kelenjar yang lain.

Sistem endokrin, dalam kaitannya dengan sistem saraf, mengontrol dan


memadukan fungsi tubuh. Kedua sistem ini bersama-sama bekerja untuk
mempertahankan homeostasis tubuh. Fungsi mereka satu sama lain saling
berhubungan, namun dapat dibedakan dengan karakteristik tertentu. Misalnya,
medulla adrenal dan kelenjar hipofise posterior yang mempunyai asal dari saraf
(neural). Jika keduanya dihancurkan atau diangkat, maka fungsi dari kedua
kelenjar ini sebagian diambil alih oleh sistem saraf. Bila sistem endokrin
umumnya bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.

Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah . Kelenjar


endokrin ini termasuk hepar, pancreas (kelenjar eksokrin dan endokrin), payudara,
dan kelenjar lakrimalis untuk air mata. Sebaliknya, Kelenjar eksokrin melepaskan

4
sekresinya kedalam duktus pada permukaan tubuh, sepertikulit, atau organ
internal, seperti lapisan traktusintestinal.

3.2.Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian dari sistem endokrin?

2.      Apa sajakah kelenjar endokrin?

3.      Apakah hormon yang dihasilkan dari kelenjar endokrin?

4. Apa saja organ sistem endokrin?

5. Apa itu grave syndrom dan hashimoto?

6. Apa penyebabnya?

7. Bagaimana cara mengatasi kasusgrave syndrom dan hashimoto? ?

3.3.Tujuan Penulisan

1.      Untuk mengetahui pengertian dari sistem endokrin.

2.      Untuk mengetahui apa sajakah kelenjar endokrin .

3.      Untuk mengetahui hormon yang dihasilkan dari kelenjar endokrin.

4. Untuk mengetahui organ sistem endokrin.

5. Untuk mengetahui Apa itu grave syndrom dan hashimoto

6. Untuk mengetahui cara mengobati dan mengatasigrave syndrom dan


hashimoto

5
BAB II

PEMBAHASAN

4.1. Pengertian Anatomi dan Fisiologi

Anatomi adalah ilmu tentang tubuh. Dalam anatomi dipelajari strukur yang akan
menjadi dasar morfologis untuk fungsi. Melalui kombinasi antara metode
morfologi yang moderen, melaluipendekatan biologi
molekuler,biokimia,biomekanika,bioinformatika dan teknik elektroisiologi,maka
saat ini anatomi menjadi ilmu yang berorientasi fungsi, klinis dan penelitian
struktur. Tanpa pemahaman anatomi, tidak akan ada pengetahuan tentang struktur
dan fungsi serta kelainan patologi yang dapat dikenali dengan baik.

Fisiologi adalah ilmu tentang fungsi-fungsi makhluk hidup. Terdapat 2


pendekatan yang digunakan untuk menjelaskan kejadian kejadian yang
berlangsung di tubuh;satu menekankan tujuan suatu proses tubuh dan yang lain
menekankan mekanisme yang mendasari bagaimana proses ini terjadi.

4.2. Pengertian Sistem Endokrin

Sistem endokrin terdiri dari kelenjar endokrin tanpa duktus yang tersebar
di seluruh jaringan tubuh. Meskipun kelenjar kelenjar secara onatomis tidak
berhubungan, secara fungsional mereka membentuk sesuatu sistem. Semua
kelenjar endokrin melaksanakan fungsi mereka dengan mengeluarkan hormon ke
dalam darah dan terdapat banyak interaksi fungsional di antara berbagai kelenjar
endokrin. Setelah dikeluarkan, hormon mengalir dalam darah ke sel sasaran di
tempat jauh, tempat bahan ini mengatur atau mengarahkan fungsi tertentu.
Endokrinologi adalah ilmu tentang penyesuaian-penyesuaian kimiawi homeostatik
dan berbagai aktivitas lain yang dilaksanakan oleh hormon.

Dalam peranan regulasinya, sistem endokrin menjalankan efek yang


menyeluruh di seluruh tubuh, yang mencakup di bawah ini:

6
1. Mengatur metabolisme nutrien serta keseimbangan H2O dan elektrolit,
yang secara kolektif penting dalam mempertahankan lingkungan internal
yang konstan
2. Menginduksi perubahan adaptif untuk membantu tubuh menghadapi
situasi stress
3. Mendorong tumbuh kembang yang lancar dan berurutan
4. Mengontrol reproduksi
5. Mengatur produksi sel darah merah
6. Bersama sistem saraf otonom, mengontrol dan mengintregasikan aktivitas
sistem sirkulasi dan pencernaan

Sebagian hormon mengatur pembentukan dan sekresi hormon lain.


Suatuhormon yang fungsi utamanya mengatur sekresi hormon oleh kelenjar
endokrin lain diklasifikasikan secara fungsional sebagai hormon tropik (tropik
berarti “memelihara”). Hormon tropik merangsang dan mempertahankan jaringan
endokrin sasaran mereka. Sebagai contoh, hormon tropik thyroid-stimulating
hormone (TSH), dari hipofisis anterior, merangsang sekresi hormon tiroid oleh
kelenjar tiroid serta mempertahankan integritas struktural kelenjar ini. Tanpa TSH,
kelenjar tiroid mengalami strofi dan menghasilkan hormon dalam kadar yang
sangat rendah.

4.3. Kelenjar-Kelenjar Endokrin

Kelenjar endokrin dari kepala secara interior kelenjar tersebut adalah:


pineal, hipotalamus, pituitari, tiroid, paratiroid, timus, adrenal, pankreas, ovarium,
dan testis.

7
4.4. Hormon Hormon yang Dihasilkan Berbagai kelenjar

1. Hipotalamus

Hormon: Hormon pelepas dan penghambat (TRH, CRH, GnRH, GHRH,


somatostatin, PRH, dopamin
2. Hipofisis posterior (hormon disimpan di sini)
Hormon: Vasopresin (hormon antidiuretik, ADH) dan oksitosin
3. Hipofisis anterior
Hormon: Thyroid stimulating hormone (TSH), hormon adrenokortikotropik
(ACTH), hormon pertumbuhan (GH), Follicle-stimulatuing hormone (FSH),
Luteinizing hormone (LH), Prolaktin (PRL)
4. Kelenjar pineal
Hormon: Melatonin
5. Sel folikel kelenjar tiroid
Hormon: Tetraiodotironin (T4 atau tiroksin) , tri-iodotironin (T3)
6. Sel C kelenjar tiroid

8
Hormon: Kalsitonin
7. Korteks adrenal
 Zona glomerulosa
Hormon: Aldosteron (mineralkortikoid)
 Zona fasikulata dan zona retikularis
Hormon: Kortisol (glukokortikoid), Androgen (dehidroepiandrosteron),
Epinefrin dan norepinefrin
8. Pankreas endokrin (pulau Langerhans)
Hormon: Insulin (sel β), Glukagon (sel α), Somatostatin (sel D)
9. Kelenjar paratiroid
Hormon: Hormon paratiroid (PTH)
10. Gonad wanita: Ovarium
Hormon: Estrogen (estradiol), Progesteron
11. Gonad pria: Testis
Hormon: Testosteron
12. Testis dan ovarium
Hormon: Testis : testosterone
Ovarium : progesterone dan estrogen
4.5. Fungsi dan Sel Lokasi Target

1. Hipotalamus

 Sel sasaran: Hipofisis anterior


 Fungsi utama: Mengontrol pengeluaran hormon-hormon hipofisis anterior

2. Hipofisis posterior

 Sel sasaran: Tubulus ginjal dan ateriol (hormon vasopresin),uterusdan


kelenjar mamaria/payudara (hormon oksitosin).
 Fungsi utama:

- Meningkatkan reabsorpsi H2O (vasopresin pada tubulus ginjal)

- Menyebabkan basokontriksi (vasopresin pada ateriol)

- Meningkatkan kkontraktilitas (oksitosin pada uterus)

9
- Menyebabkan ejeksi susu (oksitosin pada kelenjar mamaria)

3. Hipofisis anterior

 Sel sasaran: Sel folikel tiroid (hormon TSH), zona fasikulata dan zona
retikularis korteks adrenal (hormon ACTH), tulang dan jaringan lunak
(hormon GH), hati (hormon GH), folikel ovarium (hormon FSH dan LH),
korpus luteum (hormon LH), dan kelenjar mamaria (hormon PRL) pada
wanita, tubulus seminiferosa (hormon FSH) dan sel interstisium Leydig
(hormon LH) di testis pada pria.
 Fungsi Utama
- Merangsang sekresi T3 dan T4 (TSH pada sel folikel tiroid)
- Merangsang sekresi kortisol (ACTH pada zona fasikulata dan zona
retikularis korteks adrenal)
- Esensial, tetapi tidak satu-satunya yang berperan pada pertumbuhan,
melalui IGF-1, secara tidak langsung merangsang anabolisme protein dan
pertumbuhan tulang dan jaringan lunak; efek metabolik langsung
mencakup mobilisasi lemak dan penghematan glukosa (GH pada tulang
dan jaringan lunak)
- Merangsang sekresi IGF-1 (GH pada hati)
- Mendorong pertumbuhan dan perkembangan folikel, merangsang sekresi
estrogen (FSH pada folikel ovarium wanita)
- Merangsang produksi sperma (FSH pada tubulus seminiferosa pada testis
pria)
- Merangsang ovulasi, perkembangan korpus luteum, serta sekresi
estrogen dan progesteron (LH pada folikel ovarium dan korpus luteum
wanita)
- Merangsang sekresi testosteron (LH pada sel interstisium Leydig pada
testis pria)
- Mendorong perkembangan payudara; merangsang sekresi susu (PRL
pada kelenjar mamaria wanita)

4. Kelenjar pineal

10
 Sel sasaran: Otak, hipofisis anterior, organ reproduksi, sistem imun, dan
kemungkinan lainnya
 Fungsi utama: Menyesuaikan irama biologis tubuh dengan petunjuk
eksternal; menghambat gonadotropin; penurunannya mungkin memicu
pubertas; bekerja sebagai antioksidan; meningkatkan imunitas.

5. Sel folikel kelenjar tiroid

 Sel sasaran: Tulang


 Fungsi utama: Menurunkan konsentrasi Ca2+plasma

6. Zona glomerulosa pada korteks adrenal

 Sel sasaran: Tubulus ginjal (hormon Aldosteron)


 Fungsi utama: Meningkatkan reabsorpsi Na+ dan sekresi K+

7. Zona fasikulata dan zona retikularis pada korteks adrenal

 Sel sasaran: Sebagian besar sel (hormon kortisol/glukokortikoid), otak dan


tulang wanita (hormon androgen)
 Fungsi utama:
- Meningkatkan glukosa darah dengan mengorbankan simpanan lemak
dan protein berperan dalam adaptasi stess ( kortisol pada sebagian
besar sel)
- Berperan dalam lonjakan pertumbuhan masa pubertas dan dorongan
seks pada wanita ( androgen pada otak dan tulang wanita)

8. Medula adrenal

 Sel sasaran: Tempat reseptor simpatis di seluruh tubuh (hormon epinefrin


dan norepinefrin)
 Fungsi utama: Memperkuat sistem saraf simpatis; berperan dalam adaptasi
stres dan regulasi tekanan darah

9. Pankreas endokrin (pulau Langerhans)

 Sel sasaran: Sebagian besar sel (hormon insulin/ sel β dan glukagon/sel α),
sistem pencernaan (hormon somatostatin/ sel D)

11
 Fungsi utama:
- Mendorong penyerapan, pemakaian, dan penyimpanan nutrien oleh sel
( insulin pada sebagian besar sel)
- Penting untuk mempertahankan kadar nutrien dalam darah selama
masa pasca-absorpsi (glukagon pada sebagian besar sel)
- Menghambat pencernaan dan penyerapan nutrien (somatostatin pada
sistem pencernaan)

10. Kelenjar paratiroid

 Sel sasaran: Tulang, ginjal, dan usus


 Fungsi utama: Meningkatkan konsentrasi Ca2+ plasma, menurunkan
konsentrasi PO43- plasma, dan merangsang aktivitas vitamin D

11. Gonad wanita: Ovarium

 Sel sasaran: Organ seks wanita dan tubuh secara keseluruhan, tulang
(hormon estrogen) dan uterus (progesteron)
 Fungsi utama:
- Mendorong perkembangan folikel, mengatur perkembangan
karakteristik seks sekunder wanita, merangsang pertumbuhan
uterus dan payudara (estrogen pada organ seks wanita dan tubuh
secara keseluruhan)
- Mendorong penutupan lempeng epifisis (estrogen pada tulang)
- Mempersiapkan untuk kehamilan (progesteron pada uterus)

12. Gonad pria: Testis

 Sel sasaran: Organ seks pria dan tubuh secara keseluruhan dan tulang
 Fungsi utama:
- Merangsang produksi sperma, mengatur perkembangan
karakteristik seks sekunder pria, dan menimbulkan dorongan seks
(testosteron pada organ seks pria dan tubuh secara keseluruhan)
- Meningkatkan lonjakan pertumbuhan masa pubertas dan
mendorong penutupan lempeng epifisis

12
13. Testis dan ovarium

 Sel sasaran: Hipofisis anterior


 Fungsi utama: menghambat sekresi FSH

4.6 Anatomi Kelenjar Tiroid

Anatomi tiroid merupakan kelenjar endokrin (tidak mempunyai ductus)


dan bilobular (kanan dan kiri), dihubungkan oleh isthmus (jembatan) yang terletak
di depan trachea tepat di bawah cartilago cricoidea. Kadang juga terdapat lobus
tambahan yang membentang ke atas (ventral tubuh), yaitu lobus piramida.

Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi epitel
silindris, mendapat persediaan darah berlimpah dan yang disatukan jaringan ikat.
Sel itu mengeluarkan sekret cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang
mengandung zat senyawa iodium; zat aktif yang utama dari senyawa iodium ini
adalah hormon tiroksin. Sekret ini mengisi vesikel dan ndari sini berjalan ke aliran
darah, baik langsung maupun melalui saluran limfe.

4.7 Fisiologi Kelenjar Tiroid

1. Membantu tubuh untuk membakar energi. Dengan adanya kelenjar tiroid


yang mampu berfungsi normal, asupan yang dilalui di kelenjar tiroid akan
di ubah menjadi suatu energi hingga akan memberikan kekuatan.

2. Membuat protein. Protein dalam kelenjar tiroid bermanfaat untuk


membantu laju kembangnya kelenjar tiroid, sehingga kelenjar tiroid akan
membantu metabolisme tubuh dengan maksimal

13
3. Mengatur sensitivitas tubuh terhadap hormone. Banyak hormon-hormon
yang ada di dalam tubuh manusia, hal ini adalah salah satu fungsi dari
kelenjar tiroid, karena kelenjar tiroid akan mengatur tinggi rendahnya
hormon yang masuk sehingga tidak berbahaya untuk kesehatan tubuh

4.8 Mekanisme Pembentukan Hormon Tiroid

Pembentukan hormon tiroid dimulai dari aktivitas hipotalamus


menghasilkan Thyroid Releasing Hormone (TRH. TRH menstimulasi hipofisis
anterior untuk menghasilkan Thyroid Stimulating Hormon (TSH). TSH akan
menstimulasi pembentukan T3 dan T4 dalam folikel dengan menggabungkan
iodin dalam darah dan tirosin asam amino.

Pembentukan TSH dihambat oleh tingginya kadar hormon tiroid. Hormon


tiroid meningkatkan laju metabolik dari semua jaringan, mungkin dengan
meningkatkan sintesis enzim pernafasan dalam sel.

4.9 Studi Kasus ( Grave Syndromedan Hashimoto)

Grave Syndrome

Penyakit Graves adalah salah satu jenis gangguan pada sistem kekebalan
tubuh yang menjadi penyebab umum hipertiroidisme atau produksi hormon tiroid
berlebih. Pada penderita Graves, sistem kekebalan tubuh yang seharusnya
melindungi tubuh malah menyerang kelenjar tiroid (autoimun). Hal ini membuat
kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid dalam jumlah yang lebih banyak dari
yang dibutuhkan tubuh

Sejumlah gejala yang muncul pada penyakit Graves adalah:

 Pembesaran kelenjar tiroid (goiter)


 Tremor pada tangan atau jari tangan
 Palpitasi jantung (jantung berdebar)
 Disfungsi ereksi (impotensi)
 Gairah seks menurun
 Perubahan pada siklus menstruasi
 Kehilangan berat badan tanpa kehilangan nafsu makan
 Suasana hati yang mudah berubah
 Sulit tidur (insomnia)
 Diare
 Rambut rontok
 Mudah lelah
 Sensitif terhadap udara panas

14
Siapa pun dapat terserang penyakit Graves. Namun, beberapa faktor berikut
ini dapat membuat seseorang lebih berisiko mengalami penyakit Graves:

 Jenis kelamin. Wanita lebih berisiko terserang penyakit Graves dibanding


pria.
 Usia. Penyakit Graves lebih sering terjadi pada orang berusia di bawah 40
tahun.
 Genetik. Riwayat penyakit Graves dalam keluarga dapat menyebabkan
anggota keluarga tersebut menjadi lebih rentan terserang penyakit Graves.
 Menderita penyakit autoimun lain. Memiliki penyakit autoimun lain
seperti diabetes tipe 1 atau rheumatoid arthritis juga berisiko
menimbulkan penyakit Graves pada orang tersebut.
 Stres secara emosional atau fisik. Sakit atau peristiwa yang menyebabkan
stres, dapat turut memicu penyakit Graves pada orang dengan gen yang
rentan terhadap penyakit ini.
 Merokok. Merokok dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh. Bagi
perokok yang sedang menderita penyakit Graves, akan semakin berisiko
terkena Graves oftalmopati.
 Kehamilan. Kehamilan atau kondisi pasca persalinan pada perempuan
dengan gen yang rentan, dapat meningkatkan risiko terserang penyakit
Graves.

Hashimoto

Penyakit Hashimoto adalah suatu kondisi peradangan pada kelenjar tiroid


yang disebabkan oleh serangan dari sistem kekebalan tubuh sendiri (autoimun)
terhadap kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid adalah kelenjar kecil yang terletak dekat
jakun dan merupakan salah satu kelenjar endokrin yang penting bagi tubuh.
Kelenjar tiroid menghasilkan hormon untuk mengatur metabolisme tubuh.

Penyakit Hashimoto dapat memicu terjadinya hipotiroidisme pada


penderitanya. Kondisi ini menyebabkan fungsi kelenjar tiroid menjadi terganggu,
terutama dalam memproduksi hormon tiroid yang paling penting, yaitu tiroksin
(T4) dan triiodotironin (T3).
Gejala awal penyakit Hashimoto biasanya tergolong ringan dan kadang-
kadang sulit dicurigai akan berkembang menjadi penyakit ini. Gejala pertama
penyakit Hashimoto yang umumnya muncul adalah gondok atau pembengkakan
pada kelenjar tiroid. Penyakit Hashimoto akan berkembang dari tahun ke tahun
dan menyebabkan kerusakan kronis pada kelenjar tiroid. Kerusakan kelenjar tiroid
tersebut akan menyebabkan turunnya kadar hormon T3 dan T4 dalam darah dan
mengganggu metabolisme dalam tubuh. Gejala yang muncul setelah turunnya
kadar hormon T3 dan T4 antara lain adalah:

 Mudah lelah dan merasa lemas.


 Lebih rentan terhadap suhu dingin.

15
 Mengalami pembengkakan pada wajah.
 Rambut rontok.
 Sulit mengingat.
 Depresi.
 Menorrhagia (menstruasi berlebihan atau berkepanjangan).
 Otot menjadi lemah.
 Kuku menjadi rapuh.
 Kulit kering.
 Sembelit.
 Pembengkakan lidah.
 Nyeri otot yang diikuti dengan pengerasan atau kaku pada otot.
 Peningkatan berat badan.
 Sendi terasa nyeri dan kaku.

Penyebab penyakit Hashimoto adalah serangan yang dilakukan oleh sistem


imun terhadap kelenjar tiroid. Hingga saat ini belum diketahui secara pasti kenapa
kondisi autoimun tersebut bisa terjadi. Meski demikian, ada beberapa faktor yang
diyakini terlibat dalam kemunculan penyakit Hashimoto pada diri seseorang,
antara lain:

 Genetik. Seseorang yang menderita penyakit Hashimoto seringkali


memiliki keluarga dengan riwayat penyakit autoimun atau penyakit tiroid.
Oleh karena itu, kemungkinan besar ada keterlibatan genetik di dalam
penyakit ini.
 Hormon. Penyakit Hashimoto lebih sering terjadi pada wanita dibanding
pada pria. Oleh karena itu, penyakit Hashimoto diduga memiliki kaitan
dengan hormon seksual.
 Kelebihan iodin. Beberapa penelitian membuktikan bahwa ada hubungan
antara penggunaan obat-obatan yang mengandung iodin dengan
kemunculan penyakit Hashimoto pada seseorang.
 Radiasi. Beberapa kasus gangguan tiroid, terutama penyakit Hashimoto,
muncul pada orang-orang yang terkena radiasi. Misalnya radiasi yang
berasal dari pengobatan radioterapi untuk penyakit kanker, atau radiasi
yang berasal dari ledakan bom nuklir dan fasilitas nuklir.
 Riwayat penyakit autoimun. Memiliki atau pernah mengalami penyakit
autoimun seperti rheumatoid arthritis, diabetes tipe 1, atau lupus dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena penyakit Hashimoto.
 Usia. Penyakit Hashimoto dapat terjadi pada usia berapa pun, namun
sebagian besar orang yang terdiagnosis menderita penyakit ini berusia 25-
40 tahun.

4.10. PengobatanGrave Syndromedan Hashimoto

Pengobatan Grave Syndrome

16
Pengobatan penyakit Graves bertujuan untuk mengurangi kelebihan produksi
hormon tiroid dan dampaknya bagi tubuh. Pilihan pengobatan meliputi:

 Obat antitiroid. Obat antitiroid berfungsi mengganggu produksi hormon


tiroid yang dipicu oleh yodium. Selain sebagai terapi tunggal, obat
antitiroid dapat dikonsumsi sebelum atau sesudah menjalani terapi yodium
radioaktif sebagai pelengkap. Konsultasi dengan dokter diperlukan
sebelum menggunakan obat-obatan ini, terutama pada wanita hamil.
Beberapa obat yang termasuk antitiroid
adalah methimazole dan propylthiouracil.

 Obat penghambat beta. Penghambat beta berfungsi menghambat efek


hormon tiroid pada tubuh, seperti detak jantung tidak beraturan, gelisah,
tremor, keringat berlebihan, dan diare. Propranolol, metoprolol, atenolol,
dan nadolol termasuk ke dalam golongan obat-obatan ini.

 Terapi yodium radioaktif. Terapi ini akan menghancurkan sel tiroid yang


terlalu aktif dan mengecilkan kelenjar tiroid, sehingga gejala akan
berkurang secara bertahap. Terapi ini tidak direkomendasikan pada wanita
hamil, ibu menyusui, serta penderita yang bermasalah dengan penglihatan,
karena dapat membuat gejala semakin memburuk. Karena terapi ini
menghancurkan kelenjar tiroid, pasien dapat memerlukan tambahan
hormon tiroid sintetis untuk meningkatkan jumlah hormon tiroid yang
berkurang akibat terapi ini.

 Pembedahan. Bedah dilakukan dengan mengangkat sebagian atau seluruh


kelenjar tiroid pasien. Tindakan ini berisiko menyebabkan kerusakan pada
saraf pengatur pita suara. Risiko kerusakan juga bisa terjadi pada kelenjar
paratiroid (kelenjar-kelenjar kecil yang berdekatan dengan kelenjar tiroid),
yang berfungsi menghasilkan hormon pengatur kadar kalsium dalam
darah. Sama seperti terapi yodium radioaktif, pasien dapat memerlukan
terapi lanjutan berupa hormon tiroid sintetis untuk meningkatkan kadar
hormon tiroid yang rendah akibat pengangkatan kelenjar tiroid.

Pengobatan Hashimoto

17
Sebelum dilakukan pegobatan penyakit Hashimoto, dokter akan
melakukan observasi terkait kondisi pasien serta untuk menentukan obat yang
akan digunakan. Jika tidak terdapat tanda terjadinya hipotiroidisme dan
kekurangan hormon, dokter tidak akan memberikan pengobatan hormon sintesis
bagi penderita.
Hormon sintesis yang digunakan untuk pengobatan penyakit Hashimoto adalah
levotiroksin sebagai pengganti hormon T4, dan diberikan kepada penderita
penyakit Hashimoto yang mengalami hipotiroidisme. Pengobatan penyakit
Hashimoto umumnya adalah pengobatan jangka panjang. Dosis obat-obatan yang
diberikan kepada pasien dapat berubah sesuai dengan kondisi. Untuk menentukan
dosis levotiroksin yang tepat, dokter akan mengukur kadar hormon TSH dalam
darah hingga beberapa minggu setelah pengobatan dimulai.
Overdosis levotiroksin dapat membahayakan bagi pasien karena dapat
menyebabkan gangguan irama jantung. Khusus pada penderita penyakit
Hashimoto yang juga memiliki penyakit jantung koroner, pemberian levotiroksin
akan dilakukan dalam dosis kecil pada fase awal pengobatan kemudian
ditingkatkan hingga mencapai dosis optimal. Tujuan metode tersebut adalah untuk
membiasakan jantung terhadap peningkatan kadar hormon tiroksin yang
memengaruhi denyut jantung. Jika lupa untuk mengonsumsi levotiroksin, segera
konsumsi untuk mencegah gejala-gejala hipotiroidisme kembali muncul.
Levotiroksin dan hormon sintesis lain umumnya diberikan secara oral. Oleh
karena itu, pada pasien yang menjalani pengobatan levotiroksin, perlu
memperhatikan obat-obatan berikut karena dapat memengaruhi penyerapan
levotiroksin yaitu:

 Cholestyramine. 
 Besi sulfate (ferrous sulphate).
 Sukralfat.
 Alumnium hidroksida dan antasida lainnya.
 Multivitamin mengandung zat besi.

Penderita penyakit Hashimoto juga dapat menjalani pembedahan untuk


mengangkat kelenjar tiroid, baik sebagian maupun seluruhnya jika muncul kondisi
sebagai berikut:

 Ukuran kelenjar tiroid menjadi sangat besar dan menyebabkan penekanan


pada organ lain di sekitarnya. Pembesaran kelenjar tiroid dapat
menyebabkan sulit menelan makanan dan mengganggu saluran
pernapasan.
 Nodul ganas yang terdeteksi melalui biopsi.
 Limfoma di daerah kelenjar tiroid.
 Pembesaran kelenjar tiroid mengganggu penampilan.

18
BAB III
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Hormon tiroid (bahasa Inggris: thyroid hormone, TH) adalah
klasifikasi hormon yang mengacu pada turunan senyawa asam amino tirosina
yang disintesis oleh kelenjar tiroid dengan menggunakan yodium. Terdapat
dua jenis hormon dari klasifikasi ini yaitu tetra-iodotironina dan tri-
iodotironina. Kedua jenis hormon ini mempunyai peran yang sangat vital di
dalam metabolisme tubuh.

Istilah hormon tiroid juga sering digunakan untuk merujuk pada asupan
senyawa organik pada terapi hormonal berupa levotikroksin, atau isoform
terkait; meskipun terhadap dua hormon tiroid yang lain yaitu CT, dan PTH.

1.          Fungsi utama hormon tiroid adalah meningkatkan aktivitas metabolik    
seluler, sebagai hormon pertumbuhan, dan mempengaruhi mekanisme   
tubuh yang spesifik seperti sistem kardiovaskuler dan regulasi hormon    lain.
2.          Diagnosis hipertiroidisme mengacu pada hasil pemeriksaan TSH, FT4,
FT3, TSI, dan indeks Wayne dan indeks New Castle berdasarkan gejala  
klinis yang timbul.
3.          Penyebab terjadinya hipertiroidisme adalah TSI yang mengambil alih
regulasi yang seharusnya dilaksanakan oleh TSH.]
4.          Efek samping pembedahan yang mungkin timbul bisa saja terjadi           
akibat letak kedua kelenjar yang berdekatan dan fungsinya yang antagonis.
5.          Penatalaksanaan hipertiroidisme meliputi tindakan bedah dan     
pemberian bahan penghambat sintesis tiroid, seperti antitiroid, penghambat
ion iodida, yodium konsentrasi tinggi, dan yodium       radioaktif.

5.2 Saran

Pada sistem endokrin ditemukan berbagai macam gangguan dan kelainan,


baik karena bawaan maupun karena faktor luar, seperti virus atau kesalahan

19
mengkonsumsi makanan, contohnya kasus gangguan pada kelenjar tiroid,
yaitugrave syndrome dan hashimoto. Untuk itu jagalah kesehatan anda agar
selalu dapat beraktivitas dengan baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Wibowo, Daniel S. 2008. Anatomi Tubuh Manusia, Jakarta:Grasindo,

Waschke, Böckers, Paulsen. 2018. Buku Ajar Anatomi Sobotta. Gunardi, Santoso
dan Isabella Kurnia Liem (Eds.). München:Elsevier

C.P., Pandiwinoto. 2003. Pengobatan Alternatif 1. Yogyakarta: Kanisius

Sherwood,Lauralee.2012.Fisiologi Manusia, Brahm U. (Penerjemah). Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC.

21

Anda mungkin juga menyukai