Mesin listrik terdiri dari generator dan motor. Demikian pula mesin induksi (asinkron) tiga fasa
terdiri dari motor induksi tiga fasa dan generator induksi tiga fasa. Hanya saja pembahasan dalam bab
ini lebih difokuskan pada motor induksi tiga fasa, sedangkan generator induksi tiga fasa tidak dibahas
secara terpisah karena pada dasarnya generator induksi tiga fasa merupakan motor induksi tiga fasa
yang difungsikan sebagai generator. Jadi dengan mengetahui cara kerja motor induksi tiga fasa,
otomatis cara kerja generator induksi tiga fasa pun dapat diketahui.
Pembahasan tentang motor induksi tiga fasa dalam bab ini meliputi pengertian, fungsi dan
aplikasi, konstruksi, jenis-jenis motor, prinsip medan putar, prinsip kerja, rangkaian ekivalen, daya,
torsi, rugi daya dan efisiensi, pengujian motor, diagram lingkaran, pengaturan putaran, pengasutan,
pembalikan putaran, kelas isolasi dan suhu maksimum, klasifikasi motor berdasarkan desain operasi,
dan aplikasi motor induksi tiga fasa sebagai generator induksi tiga fasa.
Untuk dapat mempelajari materi kuliah motor induksi tiga fasa dengan baik, diharapkan
mahasiswa telah mempelajari dan memahami mata kuliah rangkaian listrik, medan elektromagnetik dan
mesin DC dan transformator yang disajikan pada semester terdahulu. Materi kuliah dalam bab ini sangat
penting dipahami mahasiswa karena merupakan dasar teori untuk praktikum di laboratorim mesin-
mesin listrik dan sekaligus sebagai bekal dalam bekerja di industi. Pada saat sekarang ini semua industri
memanfaatkan motor listrik, terutama motor induksi tiga fasa sebagai sumber tenaga mekanik dalam
proses produksi.
3
stator. Namun dengan membatasi arus mula atau arus asut, torsi mula atau torsi asut menjadi berkurang.
Untuk mengatasi kekurangan tersebut digunakan jenis rotor sangkar ganda.
Gambar 1.13 Diagram skematik (a) belitan tiga fasa dan (b) gelombang arus sinusoidal tiga fasa
Gambar 1.14 Fluks resultan pada keadaan (a) t1, (b) t2, (c) t3 dan (d) t4
Fluks (medan magnit) resultan yang ditimbulkan oleh arus tiga fasa pada keadaan t 1, t2, t3 dan t4
ditunjukkan pada gambar 1.14 diatas.
Pada keadaan t1, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah fluks yang dihasilkan arus pada
kumparan a-a. Pada keadaan t2, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan arah fluks yang
dihasilkan arus pada kumparan c-c. Pada keadaan t3, fluks resultan mempunyai arah yang sama dengan
arah fluks yang dihasilkan arus pada kumparan b-b. Pada keadaan t4, fluks resultan berlawanan dengan
fluks resultan pada keadaan t1. Jadi fluks resultan yang dihasilkan pada kedaan-keadaan tersebut diatas
berputar satu kali, dan terus berulang untuk keadaan-keadaan selanjutnya. Besar fluks yang timbul ini
sebanding dengan arus yang mengalir pada kumparan.
Secara vektoris, arah fluks yang ditimbulkan oleh arus yang mengalir dalam suatu lingkar
belitan sesuai dengan perputaran sekrup seperti ditunjukkan pada gambar 1.15 berikut ini.
5
Gambar 1.15 Arah fluks yang ditimbulkan arus pada lingkar belitan
Dalam analisis secara vektoris, notasi yang digunakan untuk menyatakan positif atau negatifnya arus
yang mengalir pada kumparan a-a, b-b dan c-c, adalah tanda silang (x) pada pangkal konduktor untuk
harga positif, dan tanda titik (.) pada pangkal konduktor untuk harga negatif. Berdasarkan gambar 1.13
diatas, diagram vektor untuk fluks resultan atau fluks total yang berputar pada keadaan t 1, t2, t3 dan t4
ditunjukkan pada gambar 1.16 berikut ini.
Gambar 1.16 Diagram vektor fluks resultan pada keadaan (a) t1, (b) t2,
(c) t3 dan (d) t4
Secara matematis, fluks yang dihasilkan oleh arus pada kumparan a-a, b-b dan c-c pada waktu t
dalam bentuk koordinat polar, masing-masing dinyatakan dengan Fa cos φ , Fb cos ( φ - 120o) dan Fc
cos ( φ - 240o). Karena amplitudo (besaran) fluks berubah menurut waktu secara sinusoidal, maka
amplitudo Fa, Fb dan Fc adalah :
Fa = Fm cos wt
Fb = Fm cos (wt – 120o)
Fc = Fm cos (wt – 240o)
Fluks resultan adalah penjumlahan ketiga fluks tersebut dan merupakan fungsi tempat (φ) dan waktu
(t), yaitu :
o o o o
Ft (φ , t ) = Fm cos wt cos φ + F m cos ( φ−120 ) cos (wt −120 ) + Fm cos (φ−240 ) cos (wt−240 )
Dengan menggunakan transformasi trigonometri,
1 1
cos α cos β = cos (α−β ) + cos (α + β )
2 2
diperoleh :
1 1 1
Ft (φ , t ) =
Fm cos (φ−wt ) + F m cos ( φ+ wt ) + F m cos ( φ−wt )
2 2 2
1 1 1
+ Fm cos ( φ+ wt−240 ° ) + Fm cos ( φ−wt ) + F m cos (φ+ wt−480 ° )
2 2 2
6
Suku kedua, keempat dan keenam saling menghapuskan, sehingga fluks resultan sebagai gelombang
berjalan adalah :
3
Ft (φ , t ) = F cos (φ−wt )
2 m (1-
1)
8
R2 1−s
Karena resistansi s
= R 2 + R2
s ( )
, terdiri dari dua komponen yaitu komponen rugi tembaga
(resistansi rotor) dan komponen daya mekanik (resistansi beban), maka rangkaian ekivalen pada
gambar 1.17 diatas dapat diubah seperti ditunjukkan pada gambar 1.18 berikut ini.
9
`
Gambar 1.19 Rangkaian ekivalen sebenarnya dari motor induksi tiga fasa
Pada gambar 1.19 diatas terlihat bahwa rangkaian ekivalen rotor telah ditransformasi ke rangkaian
stator. Tegangan induksi, resistansi, reaktansi dan arus rotor dilihat dari sisi stator adalah :
E2’ = a E2
R2’ = a2 R2
X2’ = a2 X2
I2’ = I2/a (1-13)
dengan a = perbandingan transformasi antara rangkaian stator dan rangkaian rotor.
Berdasarkan gambar 1.19, impedansi total per fasa adalah :
Z ( R '/ s + j X 2 ' )
Z tot = R1 + j X 1 + m 2
Z m + R 2 '/ s + j X 2 ' (1-
14)
dengan :
R c jX m
Zm = = Ro + j X o
Rc + j X m (1-
15)
dan :
R1 = resistansi stator per fasa (Ω)
X1 = reaktansi stator per fasa (Ω)
R2’ = resistansi rotor per fasa dilihat dari sisi stator (Ω)
X2’ = reaktansi rotor per fasa dilihat dari sisi stator (Ω)
Rc = resistansi rangkaian magnetisasi (Ω)
Xm = reaktansi rangkaian magnetisasi (Ω)
Ztot = impedansi total motor per fasa (Ω)
Zm = impedansi magnetisasi (Ω)
Ro = resistansi dari impedansi magnetisasi (Ω)
Daya masukan stator atau daya masukan motor adalah :
P1 = 3 V 1 I 1 cos φ = √ 3 V L I L cos φ (1-
16)
Arus yang mengalir pada stator adalah :
V
I1 = 1
Z tot (1-
17)
Arus yang mengalir pada rotor dilihat dari sisi stator adalah :
10
Zm
I2 ' = I1
Z m + R 2 '/ s + j X 2 ' (1-
18)
Arus yang mengalir pada rangkaian magnetisasi adalah :
R2 '/ s + j X 2 '
Io = I
Z m + R2 '/ s + j X 2 ' 1 (1-
19)
Jadi arus yang mengalir pada stator adalah :
I1 = I o + I2 ' (1-
20)
Daya masukan rotor, rugi tembaga rotor dan daya mekanik dilihat dari sisi stator adalah :
P2 = 3 ( I 2 ' )2 R 2 '/ s
P2cu = 3 ( I 2 ' )2 R2 '
1−s
Pmek = 3 ( I 2 ' )2 R2 ' ( )
s (1-
21)
Rugi tembaga stator adalah :
P1cu = 3 I 2 R1
1 (1-
22)
Rugi inti besi adalah :
Pf = 3 I 2 R o
o (1-
23)
dengan :
V1 = tegangan masukan stator per fasa (V)
I1 = arus stator per fasa (A)
Io = arus magnetisasi (A)
I2’= arus rotor per fasa dilihat dari sisi stator (A)
P1 = daya masukan stator atau daya masukan motor (W)
cos φ = faktor daya stator
Apabila rugi tegangan pada resistansi dan reaktansi stator adalah kecil, atau tegangan terminal
stator V1 hampir sama dengan tegangan induksi E1, cabang rangkaian magnetisasi (Rc dan Xm) dapat
dipindahkan ke terminal mesin, dan diperoleh rangkaian ekivalen pendekatan seperti ditunjukkan pada
gambar 1.20 berikut ini.
11
V1
I2 ' =
( R1 + R2 '/ s) + j ( X 1 + X 2 ' ) (1-
24)
12
Dalam rangka penyederhanaan analisis, V1, R1, X1 dan Xm pada gambar 1.21 dapat diganti dengan
rangkaian ekivalen Thevenin yang diterapkan pada cabang rangkaian magnetisasi (pada celah udara)
seperti ditunjukkan pada gambar 1.22 berikut ini.
13
Pmek = 3 ( I 2 ' )2 R L
3 V 2 RL
th
=
( R01 + R L )2 + X
01 2 (1-29)
Diferensialisasi Pmek pada persamaan (1-29) terhadap RL kemudian disamakan dengan nol, diperoleh :
d Pmek 3V 2 [ ( R01 + R L )2 + X 2 − 2 ( R 01 + R L ) R L ]
th 01
= 2
=0
d RL [ ( R01 + R L ) + X ]2
01 2
R =R +X =Z → R L = Z 01
L2 01 2 01 2 01 2
dengan :
R L = R2 ' (1−s
s )
R01 = R th + R 2 '
X 01= X th + X 2 '
Z 01 = R 2 + X√ 2
01 01
Daya mekanik atau daya poros maksimum terjadi pada saat RL = Z01, yaitu :
3V Z 01 3 V th Z 01
th2
Pm = =
max ( R01 + Z 01 )2 + X 2
R 2+ X 2 +Z 2 + 2 R01 Z 01
01 01 01 01
3V Z 01 3V Z 01
th 2 th2
= =
Z +Z + 2 R 01 Z 01 2 Z 01 ( Z 01 + R01 )
012 01 2
3V 2
th
=
2 ( R01 + Z 01 ) (1-30)
Slip pada daya mekanik maksimum diperoleh sebagai berikut :
1− s R '
R L = Z01 = R2 ' ( s s )
= 2 − R2 '
R2'
Z 01 + R 2 ' =
s pm
R2 ' R '
s pm = = 2
R 2 ' + Z 01 R2 ' + √( Rth + R2 ' )2 + ( X th +X 2 ' )2 (1-31)
dengan :
RL = resistansi beban per fasa (Ω)
Pmmax = daya mekanik maksimum (W)
spm = slip pada daya mekanik maksimum
15
j X m ( R2 '/ s + j X 2 ' )
Z st = R1 + j X 1 +
R2 '/ s + j ( X m + X 2 ' )
j X m ( R 2' + j X 2 ' )
= R1 + j X 1 +
R2 ' + j ( X m + X 2 ' ) (1-
36)
Arus pengasutan adalah :
V
I st = 1
Z st (1-
37)
Torsi yang dihasilkan motor pada saat mengalami pengasutan adalah :
3 ( I 2 ' )2 R2 '/ s
T st =
ws
V 2 R2'
3 th
=
2 π ns ( Rth + R2 ' )2 + ( X th + X 2 ' )2
(1-38)
dengan :
Zst = impedansi pengasutan per fasa (Ω)
Ist = arus pengasutan (A)
Tst = torsi pengasutan (N-m)
ws = kecepatan sudut stator (rad/s)
Gambar 1.25 Diagram distribusi daya pada motor induksi tiga fasa
Pada diagram distribusi daya diatas dapat dilihat bahwa dalam transfer daya dari stator ke rotor terjadi
rugi inti dan rugi tembaga pada stator. Rugi inti stator (meliputi rugi hysteresis dan rugi arus pusar)
bergantung pada frekuensi suplai dan kerapatan fluks inti besi. Dalam perubahan daya listrik menjadi
daya mekanik pada rotor, terjadi rugi tembaga rotor, dan dalam proses transfer daya mekanik dari rotor
ke beban terjadi rugi gesek dan angin.
Dalam operasi motor, rugi inti dan rugi gesek dan angin adalah konstan, dan harganya
ditentukan secara eksperimental pada keadaan motor tanpa beban (pengujian beban nol), sedangkan rugi
tembaga bergantung pada besar-kecilnya beban motor. Gabungan rugi inti dan rugi gesek dan angin
disebut rugi rotasi.
16
Rugi daya total adalah :
Ptl = P f + Pcu1 + Pcu 2 + P fw (1-
39)
Daya keluaran atau daya poros bersih yang diberikan kepada beban mekanik adalah :
Po = Pmek − Pfw (1-
40)
Efisiensi motor induksi tiga fasa adaalah :
P P
η = o 100 % = o 100 %
P1 P o + P tl
P1 − Ptl P tl
=
P1
100 % = 1−
P1 (
100 %
) (1-
41)
Torsi poros yang diberikan kepada beban mekanik adalah :
Po
To =
2 π nr (1-
42)
dengan :
Ptl = rugi daya total (W)
Pf = rugi inti besi (W)
Pcu1 = rugi tembaga stator (W)
Pcu2 = rugi tembaga rotor (W)
Pfw = rugi gesek dan angin (W)
Pmek = daya mekanik yang dibangkitkan rotor (W)
Po = daya keluaran motor (W)
η = efisiensi motor (%)
To = torsi keluaran motor (N-m)
Contoh 1.1
Motor induksi tiga fasa hubungan Y, 440 V, 50 Hz, 37,3 kW, 4 kutub, mempunyai parameter R 1
= 0,1 Ω, R2’= 0,15 Ω, X1=0,4 Ω dan X2’= 0,44 Ω. Rugi-rugi inti stator 1250 W dan rugi gesek dan angin
1000 W. Pada kondisi tanpa beban, motor menarik arus jala-jala 20 A pada faktor daya 0,09 tertinggal.
Apabila motor beroperasi pada slip 3 %, hitunglah arus masukan stator dan faktor dayanya, torsi
elektromagnetik yang dibangkitkan, keluaran dan efisiensi motor.
Jawab
440
V1 = = 254 V
Tegangan stator per fasa, √3
Arus rotor dilihat dari sisi stator adalah :
V1 254 ∠ 0
I2 ' = =
( R1 + R2 '/ s) + j ( X 1 + X 2 ' ) ( 0,1 + j 0 , 15/0 , 03) + j (0,4 + 0 , 44 )
254 ∠ 0 254 ∠ 0
= = = 49 ,1 ∠ 9,3 ° = 48 ,4 − j 7,9 A
5,1 + j 0 , 84 5 , 17 ∠ 9,3 °
Arus tanpa beban adalah :
I o = 20 ∠− cos−1 0 , 09 = 20 ∠−84 , 9° = 1 ,78 − j 19 ,9 A
Arus masukan stator adalah :
17
I 1 = I o + I 2 ' = 1,78 − j 19,9 + 48,4 − j 7,9 = 50,18 − j 27 ,8 = 57, 4 ∠−29° A
Faktor daya stator, cos φ = cos 29° = 0 , 875 tertinggal
2 2
Daya masukan rotor, P2 = 3 ( I 2 ' ) R2 '/ s = 3 . 49 , 1 . 0 ,15 /0 ,03 = 36160 W
120 f 120 . 50
ns = = = 1500 rpm
Kecepatan sinkron, p 4
Torsi elektromagnetik yang dibangkitkan adalah :
2
3 ( I 2 ' ) R2 '/ s 3 . 49 , 12 . 0 , 15/0 , 03
Tg = = = 230 N−m
2 π ns 2 π . 1500 /60
Rugi total,
Ptl= P2cu + P1cu + Pf + P ga= 1085 + 988 + 1250 + 1000 = 4323 W
Po Po 34075
η= x 100 % = x 100 % = x 100 % = 88 , 7 %
Efisiensi, P1 Po + Prtot 34075 + 4323
Contoh 1.2
Motor induksi tiga fasa, 381 V, mempunyai parameter R 1 = 0,07 Ω, R2’ = 0,08 Ω, X1 = 0,4 Ω,
dan X2’ = 0,2 Ω. Rugi rotasi diabaikan. Hitunglah slip pada daya keluaran maksimum, dan daya
keluaran motor.
Jawab
381
V1 = = 220 V
Tegangan stator per fasa, √3
Resistansi ekivalen,
R01 = R 1 + R 2 ' = 0 ,07 + 0 ,08 = 0 ,15 Ω
Reaktansi ekivalen,
X 01 = X 1 + X 2 ' = 0,4 + 0,2 = 0,6 Ω
Z 01 = R √ +X = √ 0 , 152 + 0,62 = 0 ,62 Ω
Impedansi ekivalen, 012 012
R2 ' 0 , 08
s pm = = = 0 ,1143
Slip pada daya keluaran maksimum, R 2 ' + Z 01 0 , 08 + 0 , 62
Resistansi beban,
RL = R2 ' ( 1s − 1) = 0,08 ( 0,1143
1
− 1 )= 0,62 Ω
3V RL
12 3 . 2202 . 0 , 62
Po = = = 94 ,5 kW
( R 01 + R L )2 + X 2 (0 ,15 + 0 , 62)2 + 0,62
Daya keluaran motor, o1
Contoh 1.3
Motor belitan 460 V, 60 Hz, 4 kutub, 1740 rpm, mempunyai parameter per fasa R 1 = 0,25 Ω,
R2’= 0,2 Ω, X1 = X2’ = 0,5 Ω, dan Xm = 30 Ω. Rugi rotasi 1700 W. Hitunglah arus pengasutan, torsi
pengasutan, perbandingan arus pengasutan dengan arus beban penuh, torsi maksimum, perbandingan
torsi maksimum dengan torsi beban penuh, dan resistansi luar yang menghasilkan torsi maksimum pada
saat pengasutan.
18
Jawab
460
V1 = = 265 , 6 V
Tegangan masukan per fasa, √3
Pada saat pengasutan (starting), slip s = 1, dan impedansi pengasutan adalah :
j 30 (0,2 + j 0,5 )
Z st = 0 , 25 + = 1 , 08 ∠ 66 ° Ω
0,2 + j 30 ,5
Arus pengasutan,
V 265 , 6 ∠ 0
I st = 1 = = 245 , 9 ∠−66° = 245 , 9 A
Z st 1 ,08 ∠ 66 °
120 . 60
ns = = 1800 rpm
Kecepatan sinkron, 4
265 ,6 . j 30
V th = = 261 ,3 ∠ 0,47 ° = 261 ,3 V
Tegangan Thevenin, 0 ,25 + j (0,5 + 30)
j 30 (0 ,25 + j 0,5 )
Z th = = 0 , 55 ∠ 63 , 9° = (0 ,24 + j 0 , 49) Ω
Impedansi Thevenin, 0 ,25 + j (0,5 + j 30 )
2
3 261 , 3 0,2
T st = 2 2 1
= 185 , 2 N −m
Torsi pengasutan, 2 π . 1800/60 (0 , 24 + 0,2 ) + (0 , 49 + 0,5 )
1800 − 1740
s= = 0 , 0333
Pada beban penuh, slip 1800
j 30 (0,2/0 , 0333 + j 0,5)
Z 1 = (0 , 25 + j 0,5) + = 6 ,2123 ∠ 19 , 7 ° Ω
Impedansi beban penuh, 0,2 /0 ,0333 + j (30 + 0,5 )
265,6 ∠ 0
I fl = I 1 = = 42 ,754 ∠−19,7° = 42 ,754 A
Arus beban penuh, 6 ,2123 ∠ 19 ,7 °
I st 245 , 9
= = 5 , 75
Perbandingan arus pengasutan dengan arus beban penuh, I fl 42, 754
2
3 261 ,3 (0,2/0 , 0333 )
T fl = = 163 , 11 N −m
Torsi beban penuh, 2 π . 1800 /60 (0 , 24 + 0,2/0 , 0333)2 + (0 , 49 + 0,5 )2
2
3 261 , 3
T max = = 431 , 68 N −m
4 π . 1800/60 0 , 24 + √ 0 , 242 + (0 , 49 + 0,5)2
Torsi maksimum,
T max 431 , 68
= = 2 , 65
Perbandingan torsi maksimum dengan torsi beban penuh, T fl 163 , 11
Resistansi luar yang memberikan torsi maksimum pada saat pengasutan ditentukan sebagai berikut :
R 2 ' + R ' ext R2 ' + R ' ext
s tm = 1 = =
√ 0 ,24 2 + (0 , 49 + 0,5)2 1 , 0186
R ' ext = 1, 0186 − 0,2 = 0 ,8186 Ω per fasa
Contoh 1.4
Motor induksi tiga fasa, 400 V, 50 Hz, 4 kutub, berputar 1440 rpm pada faktor daya 0,88 dan
memberikan daya pada beban penuh 14,8 Hp. Rugi stator 1060 W dan rugi gesek dan angin 375 W.
Hitunglah slip, rugi tembaga rotor, frekuensi rotor, arus stator dan efisiensi motor.
Jawab
19
120 . 50
ns = = 1500 rpm
Kecepatan sinkron, 4
1500 − 1440
s= = 0 ,04 = 4 %
Slip pada beban penuh, 1500
Daya keluaran,
Po = 14 ,8 . 746 = 11040,8 W
Daya mekanik,
Pmek = 11040,8 + 375 =11415,8 W
11415,8 . 0,04
Pcu2 = = 475 ,7 W
Rugi tembaga rotor, 1 − 0 ,04
Daya masuk rotor, P2 = 11415, 8 + 475 ,7 = 11891,5 W
20
V1
Z nl =
Io
P nl
R nl =
3I 2
o
X nl = √( Z nl )2 −( Rnl )2 (1-48)
dengan :
V1 = tegangan masukan nominal per fasa (V)
Io = arus masukan tanpa beban (A)
Pnl = daya masukan tanpa beban (W)
Znl = impedansi tanpa beban per fasa (Ω)
Rnl = resistansi tanpa beban per fasa (Ω)
Xnl = reaktansi tanpa beban per fasa (Ω)
Daya masukan tanpa beban ini secara praktis hanya untuk mengatasi rugi-rugi tanpa beban, dan
dinyatakan dengan :
Pnl =Pf + P fw +3 I 2 R 1
o (1-
49)
Rugi gesek dan angin dapat ditentukan dari kurva karakteristik tanpa beban P nl = Pnl (V1), dan harga
resistansi R1 ditentukan dari hasil pengukuran pada stator, sehingga rugi inti besi (Pf) dapat diketahui.
Dengan belitan stator terhubung secara bintang, resistansi stator per fasa ditentukan dengan :
V1
dc
R1 =
2 I1
dc (1-
51)
Pada motor belitan dapat juga dilakukan pengukuran resistansi rotor dengan metode volt-amper seperti
pada rangkaian stator diatas, dan resistansi rotor belitan per fasa ditentukan dengan :
V2
dc
R2 =
2 I2
dc (1-52)
dengan :
V1dc = tegangan DC pada dua terminal stator (V)
V2dc = tegangan DC pada dua terminal rotor pada motor belitan (V)
I1dc = arua searah yang mengalir pada dua terminal stator (A)
I2dc = arua searah yang mengalir pada dua terminal rotor (A)
R1 = resistansi stator per fasa (Ω)
22
R2 = resistansi rotor motor belitan per fasa (Ω)
Berdasarkan hasil pengujian rotor tertahan, diperoleh parameter reaktansi bocor, yaitu :
X bl = X 1 +X 2 ' (1-
53)
Harga X1 dan X2’ ditentukan berdasarkan kelas motor yang tertera pada tabel 1.1 diatas.
Reaktansi magnetisasi ditentukan dengan :
X m= X nl −X 1 (1-
54)
Pada motor sangkar resistansi rotor tidak dapat diukur seperti pada motor belitan, karena rotor
sangkar tidak mempunyai terminal luar. Resistansi rotor motor sangkar yang ditransformasikan ke sisi
stator ditentukan dengan :
X 22 2
R2 '=( Rbl −R 1 )( )
Xm (1-
55)
dengan X22 = Xm + X2’
φ
diletakkan tertinggal sebesar sudut o dibelakang vektor tegangan suplai V pada diagram seperti
ditunjukkan pada gambar 1.30 berikut ini.
Harga a dapat ditentukan dari pengujian hubung singkat dengan menggunakan dua amperemeter
pada rangkaian stator dan rotor.
Dengan asumsi bahwa motor beroperasi normal dan menarik arus sebesar OL pada diagram lingkaran,
maka garis tegak lurus JL merupakan rugi konstan (fixed loss), garis JN merupakan rugi tembaga stator
(stator cu loss), garis NL merupakan masukan rotor, garis NM merupakan rugi tembaga rotor (rotor cu
loss), garis ML merupakan keluaran rotor, dan garis LK adalah masukan total motor.
Berdasarkan hubungan antara beberapa kuantitas diatas, diperoleh :
√ 3 V L LK = masukan motor
√ 3 V L JN = rugi tembaga stator
√ 3 V L MK = rugi total
√ 3 V L JK = rugi−rugi konstan
√ 3 V L MN = rugi tembaga rotor
√ 3 V L ML = keluaran mekanik
√ 3 V L NL = masukan rotor ∞ torsi
24
ML keluaran
= = efisiensi
LK masukan
MN rugi tembaga rotor
= = slip s
NL masukan rotor
ML keluaran rotor nr
= = 1− s=
NL masukan rotor ns
LK
= faktor daya = cos φ
OL
Jadi secara teoritis memungkinkan memperoleh semua karakteristik motor induksi dari diagram
lingkaran.
Kuantitas maksimum dapat juga ditentukan posisinya pada diagram lingkaran seperti
ditunjukkan pada gambar 1.31 berikut ini.
25
ηL
= efisiensi mekanis beban
b. Beban digerakkan secara vertikal.
Apabila beban diangkat melawan grafitasi dengan kecepatan konstan, maka daya keluaran motor
yang diperlukan dapat ditentukan dengan :
Fv mv
Po = = 9,8
ηL η L (1-
44)
dengan :
m = berat beban (kg)
v = kecepatan pergerakan beban (m/det)
c. Beban digerakkan secara horizontal
Apabila beban digerakkan secara horizontal (mendatar) pada kecepatan dan koefisien geser
tertentu, daya keluaran motor yang diperlukan dapat ditentukan dengan :
μmv
Po = 9,8
ηL (1-
45)
Pada umumnya beban yang digerakkan secara horizontal di industri berupa konveyor sabuk,
dan daya keluaran motor dapat ditentukan dari persamaan empiris berikut :
c v l + c2 Q l
Po = 1
ηL (1-
46)
dengan :
m = berat beban (kg)
v = kecepatan pergerakan beban (m/det)
µ = koefisien geser dinamis (kg/ton berat)
= 0,001 ÷ 0.006 untuk bantalan selongsong
= 0,001 ÷ 0,007 untuk bantalan roda dan rol
l = panjang sabuk conveyor (m)
C1 = koefisien geser yang ditentukan oleh puli pembawa, berat sabuk, pembawa bantalan puli
per 1 meter panjang konveyor tanpa beban (kgW/m)
C2 = koefisien yang memberikan hambatan perjalanan karena beban
Q = kuantitas beban yang ditransfortasi (ton/jam)
Apabila bantalan bola atau bantalan rol dipakai untuk pembawa, c2 berharga sekitar 0,01 sampai
0,015 dan harga c1 kira-kira seperti pada tabel 1.2. Apabila digunakan bantalan selongsong sebagai
pembawa, nilai c1 dan c2 menjadi kira-kira dua kali dari bantalan bola. Efisiensi mekanis adalah 60
sampai 85 %.
26
QH
Po = 9,8 . 1000 K
η L (1-
47)
dengan :
Q = kapasitas beban cairan (m3/det)
H = jarak vertikal permukaan rendah ke permukaan tinggi (m)
K = koefisien kesalahan dalam perencanaan dan pembuatan = 1,1 ÷ 1,2
Gambar 1.32 Hubungan kumparan pada alur stator untuk (a) 4 kutub
dan (b) 8 kutub
27
Gambar 1.33 Karakteristik torsi – kecepatan dari pengaturan tegangan
d. Mengatur resistansi rotor
Pengaturan resistansi pada rotor hanya dapat dilakukan pada motor belitan (slip ring). Dengan
mengatur resistansi luar (rheostat) pada rotor motor belitan, kecepatan putaran pun dapat diatur. Apabila
resistansi luar dinaikkan harganya, kecepatan putaran motor akan menurun. Pengaturan resistansi ini
menyebabkan rugi daya meningkat dan efisiensi operasi motor menjadi berkurang. Oleh karena itu
pengaturan ini hanya digunakan dalam pengaturan kecepatan yang berdurasi singkat. Karakteristik
motor yang diperoleh dari pengaturan resistansi rotor ditunjukkan pada gambar 1.34 berikut ini.
Apabila motor disambung langsung dengan sumber tegangan nominal (tegangan suplai), arus
pengasutan merupakan arus hubungsingkat motor, sehingga :
28
2
T st I
T fl ( )
= sc
I fl
s fl = a2 s fl
(1-
56)
I sc
a=
dengan I fl
dan :
Tst = torsi pengasutan (N-m)
Tfl = torsi beban penuh (N-m)
Ist = arus pengasutan (A)
Isc = arus pengasutan langsung atau arus hubungsingkat (A)
Ifl = arus beban penuh (A)
sfl = slip beban penuh
a = perbandingan arus hubungsingkat dengan arus beban penuh
Jadi apabila arus hubungsingkat sama dengan 7 kali arus beban penuh, slip beban penuh 4 %, maka torsi
pengasutan Tst = 72 . 0,04 Tfl = 1,96 Tfl.
b. Pengasutan motor sangkar dengan resistor primer
Pengasutan dengan menggunakan resistor primer bertujuan memperkecil tegangan masukan ke
terminal stator, sehingga arus mula yang ditarik dari jala-jala menjadi kecil. Namun dengan
memperkecil tegangan, torsi juga menjadi kecil karena torsi berbanding langsung dengan pangkat dua
tegangan. Dalam hal ini penurunan tegangan stator menyebabkan medan putar turun, tegangan induksi
dan arus rotor juga turun. Apabila tegangan diturunkan 50 %, arus mula turun 50 % dan torsi menjadi
25 % dari nilai tegangan nominal. Diagram pengasutan dengan menggunakan resistor primer
ditunjukkan pada gambar 1.35 dibawah.
Dengan menggunakan resistor primer ini tegangan suplai per fasa dapat diturunkan secara fraksial
sebesar x. Perbadingan torsi pengasutan dengan torsi beban penuh adalah :
2
T st I st x I sc 2 2 I sc
2
T fl
=
( ) ( )
I fl
s fl =
I fl
sfl = x
I fl ( )
s fl = x2 a2 s fl
(1-57)
dengan x = penurunan tegangan secara fraksial, harganya lebih kecil dari satu.
Apabila stator dihubungkan secara langsung dengan jala-jala, tegangan fasa motor adalah V/ √ 3 dan
arus pengasutan Ist = Isc. Dengan menggunakan ototransformator, tegangan fasa motor adalah k V/
√3 dan arus pengasutan Ist = k Isc, dengan k adalah perbandingan transformasi dari tap
ototransformator dan harga k < 1. Perbandingan torsi pengasutan dengan torsi beban penuh adalah :
2
T st I st k I sc 2 2 I sc
2
T fl
=
( ) ( )
I fl
s fl =
I fl
s fl = k
( )
I fl
s fl = k 2 a2 s fl
(1-58)
d. Pengasutan motor sangkar dengan starter bintang - delta
Pengasutan dengan starter bintang-delta digunakan apabila belitan stator terhubung secara delta
dalam operasi normal. Metode ini terdiri dari dua saklar yang menghubungkan belitan stator secara
bintang pada saat pengasutan dan menghubungkan belitan stator secara delta pada saat beroperasi
normal. Diagram pengasutan dengan menggunakan starter bintang-delta ditunjukkan pada gambar 1.37
berikut ini.
30
Pada saat pengasutan dengan belitan stator terhubung secara bintang, tegangan fasa motor diturunkan
dengan faktor 1/ √ 3 dan torsi turun menjadi 1/3 dari torsi pengasutan dalam hubungan delta.
Pada hubungan bintang,
V
I st per fasa = I st per saluran =
√3 Z
Pada hubungan delta,
V 3V
I sc per fasa = dan I sc per saluran = √
Z Z
Perbandingan antara arus pengasutan per fasa pada hubungan bintang dengan arus pengasutan per fasa
pada hubungan delta adalah :
I st V /√3Z 1
= =
I sc V /Z √3
Perbandingan antara arus pengasutan per saluran pada hubungan bintang dengan arus pengasutan per
saluran pada hubungan delta adalah :
I st V /√3 Z 1
= =
I sc √ 3 V /Z 3
Perbandingan torsi pengasutan dengan torsi beban penuh adalah :
2 2 2
T st I I sc 1 I sc 1
T fl
= st
I fl ( ) (√ )s fl =
3 I fl
s fl =
( )
3 I fl
s fl = a2 s fl
3
(1-59)
dengan :
V = tegangan saluran (V)
Z = impedansi belitan per fasa (Ω)
e. Pengasutan motor belitan
Motor belitan atau slip ring selalu diasut dengan tegangan nominal pada terminal stator.
Diagram pengasutan motor belitan dengan resistansi luar (rheostat) ditunjukkan pada gambar 1.38
berikut ini.
Contoh 1.5
Motor sangkar tiga fasa 20 Hp (14,92 kW), 400 V, 50 Hz, 6 kutub, 950 rpm. Ketika diasut pada
tegangan suplai nominal 400 V, motor menarik arus 6 kali arus beban penuh dan membangkitkan torsi
31
1,8 kali torsi beban penuh. Arus beban penuh motor 30 A. Tentukan besar tegangan yang mesti dicatu
pada saat pengasutan untuk menghasilkan torsi beban penuh dan arus yang dihasilkannya. Apabila
tegangan suplai ke stator diperoleh dari ototransformator, tentukan arus saluran. Apabila
ototransformator ini digunakan untuk membatasi arus pengasutan sama dengan arus beban penuh,
tentukan torsi pengasutan. Abaikan arus magnetisasi dan rugi impedansi stator.
Jawab
Pada motor induksi, torsi sebanding dengan pangkat dua tegangan masukan.
Pada kondisi nominal : 1,8 Tfl ∞ 4002
Pada kondisi lainnya : Tfl ∞ V2
T fl V 2
400
1,8 T fl
= ( )
400
→ V=
√ 1,8
= 298 ,1 V
Arus pengasutan proporsional dengan tegangan stator, sehingga arus pengasutan pada tegangan stator
298,1 V adalah :
6 I fl ∞ 400 → I st ∞ 298 ,1
I st 298 ,1 6 . 298 , 1 I fl 6 . 298 , 1 . 30
=6 → I st = = = 134 , 2 A
I fl 400 400 400
Apabila digunakan ototransformator, perbandingan transformasi ototransformator, k = 298,1/400
Arus saluran pada kondisi ini adalah :
298 , 1 2 298 ,1 2
2
I = k I sc =
400 ( ) 6 I fl =
400 ( )
. 6 . 30 = 100 A
Dengan membatasi arus pengasutan sama dengan arus beban penuh, Ist = 30 A, diperoleh :
I st = k 2 I sc = k 2 . 6 . 30 → 30 = k 2 . 180 → k = 1/6
120 . 50
ns = = 1000 rpm
Kecepatan sinkron, 6
1000 − 950
s fl = = 0 , 05 = 5 %
Slip beban penuh, 1000
Pada kondisi ini torsi pengasutan adalah :
T st I sc 2 1 6 I fl
2
T fl
=k
( )
s =
I fl fl 6 I fl ( )
. 0 , 05 = 0,3 → T st = 0,3 T fl
Contoh 1.6
Motor sangkar 15 Hp (11,2 kW), 400 V, 50 Hz, 6 kutub, beroperasi dalam hubungan delta
dengan kecepatan 960 rpm pada beban penuh. Apabila diasut secara langsung, motor menarik arus 86,4
A. Faktor daya motor 0,85 dan efisiensi beban penuh 88 %. Tentukan perbandingan torsi pengasutan
bintang-delta dengan torsi beban penuh.
Jawab
86 , 4
I sc per fasa = A
Arus pengasutan secara langsung, √3
1 1 86 , 4
I st per fasa = I sc per fasa = = 28 , 8 A
Arus pengasutan bintang-delta, √3 √3 √3
3
11 ,2 . 10
IL = = 21 ,59 A
Arus saluran beban penuh, √ 3. 400 . 0,85 . 0 ,88
32
21 ,59
I ph = I fl = A
Arus fasa beban penuh, √3
120 . 50
ns = = 1000 rpm
Kecepatan sinkron, 6
1000 − 950
s fl = = 0 , 05 = 5 %
Slip beban penuh, 1000
Perbandingan torsi pengasutan dengan torsi beban penuh adalah :
T st I st 2 28 , 8 2
T fl
=
( ) (
I fl
s fl =
21 , 59/ √3 ) . 0 ,05 = 0 ,267 → T st = 0 , 267 T fl
Contoh 1.7
Motor sangkar 6 kutub, 50 Hz, menarik arus 60 A pada beban penuh dan menghasilkan torsi 150
N-m pada putaran 940 rpm. Arus pengasutan pada tegangan nominal adalah 300 A. Tentukan torsi
pengasutan. Apabila diasut dengan starter bintang-delta, tentukan arus dan torsi pengasutan.
Jawab
300
I sc per fasa = I st = A
Arus pengasutan secara langsung, √3
60
I fl per fasa = A
Arus beban penuh, √3
120 . 50
ns = = 1000 rpm
Kecepatan sinkron, 6
1000 − 940
s fl = = 0 , 06 = 6 %
Slip beban penuh, 1000
Torsi pengasutan pada tegangan nominal adalah :
T st I st 2 300/ √ 3
2
T fl
=
( ) ( s =
I fl fl 60 / √3 )
. 0 , 06 → T st = 150 . 5 2 . 0 ,06 = 225 N −m
Gambar 1.39 Diagram pembalikan putaran (a) searah jarum jam dan
33
(b) berlawanan jarum jam
Hubungan antara energi panas dan kenaikan suhu motor dinyatakan sebagai berikut :
I2 R t=m S Δθ (1-
60)
dengan :
I = arus yang mengalir pada belitan motor (A)
R = resistansi ekivalen (Ω)
t = waktu (detik)
m= massa motor (kg)
S = panas spesifik bahan motor (J/kg oC)
Δ θ = peningkatan suhu isolasi motor (oC)
Berdasarkan hambatan panas, bahan isolasi yang digunakan pada belitan motor, generator maupun
transformator dikelompokkan atas kelas A, E, B, F dan H. Kelas isolasi motor, suhu maksimum yang
diizinkan dan bahan isolasinya diberikan pada tabel 1.3 diatas.
Walaupun satu motor dan motor lainnya dioperasikan dengan beban sama dan memperlihatkan
kenaikan suhu yang sama, namun apabila terdapat perbedaan suhu ambien (suhu sekeliling) maka akan
menyebabkan perbedaan suhu pada motor-motor tersebut. Oleh karena itu batas maksimum suhu
ambien ditetapkan 40 oC. Batas kenaikan suhu kumparan motor berdasarkan kelas isolasi ditunjukkan
pada tabel 1.4 berikut ini.
34
Tabel 1.4 Batas kenaikan suhu kumparan motor
Kelas Isolasi A E B F H
Batas kenaikan suhu kumparan (oC) 60 75 80 100 120
Jadi motor induksi tiga fasa yang mempunyai isolasi kelas B, suhu maksimumnya adalah 130 oC yang
merupakan hasil penjumlahan dari suhu ambient 40 oC, kenaikan suhu kumparan 80 oC dan toleransi 10
o
C.
Peningkatan suhu isolasi sangat mempengaruhi umur isolasi motor, terutama apabila motor
beroperasi pada beban penuh. Pada umumnya motor induksi tiga fasa yang digunakan di industri
mempunyai kelas isolasi B, F dan H. Hubungan grafis antara umur isolasi motor (dalam jam) dengan
peningkatan suhu motor (dalam ºC) untuk isolasi kelas A, B, F dan H ditunjukkan pada gambar 1.40.
Berdasarkan hubungan grafis antara umur isolasi motor dengan peningkatan suhu, dapat diketahui
bahwa setiap peningkatan suhu motor sebesar 10 oC akan mengurangi setengah umur operasi isolasi
motor tersebut.
35
Motor kelas B didesain untuk torsi mula normal, arus mula rendah, dan slip normal. Reaktansi
rotor kelas ini didesain berharga tinggi pada saat starting, sehingga arus starting menjadi lebih rendah,
yaitu 500 sampai 550 % arus beban penuh, dan torsi mula hampir sama dengan desain kelas A. Desain
kelas B paling banyak digunakan pada ukuran daya 7,5 hingga 200 Hp. Motor kelas B digunakan untuk
menggerakkan fan besar yang mempunyai momen inersia tinggi, pompa sentrifugal, alat-alat produksi
dan generator listrik.
c. Desain motor kelas C.
Motor kelas C didesain untuk torsi mula tinggi, arus mula rendah dan slip normal. Dalam hal ini
motor didesain mempunyai rotor sangkar ganda dengan resistansi rotor yang lebih tinggi daripada
desain kelas B. Motor kelas C ini digunakan sebagai penggerak kompresor, konveyor, mesin tekstil dan
sebagainya.
d. Desain motor kelas D.
Motor kelas D didesain untuk torsi mula tinggi, arus mula rendah dan slip tinggi. Pada desain
kelas D ini, rotor mempunyai resistansi tinggi sangkar tunggal, sehingga menghasilkan torsi mula tinggi
dan arus mula rendah, namun mengakibatkan efisiensi rendah. Motor kelas D ini terutama digunakan
untuk menggerakkan beban terputus-putus, seperti pada elevator, mesin potong dan mesin tekan.
Karakateristik motor induksi tiga fasa berdasarkan kelas desain, ditunjukkan oleh hubungan
antara torsi dan kecepatan putaran motor sebagaimana terlihat pada gambar 1.41 berikut ini.
36
Gambar 1.42 Motor induksi tiga fasa sebagai generator induksi pada
sistem jala-jala
Pada saat berfungsi sebagai generator, motor beroperasi pada slip negatif, artinya kecepatan rotor lebih
besar dari kecepatan medan putar stator. Karakteristik torsi – kecepatan/slip sebagai motor, generator
dan pengereman ditunjukkan pada gambar 1.43 berikut ini.
Walaupun mesin induksi dapat dioperasikan sebagai generator, namun jarang digunakan sebagai
pembangkit tenaga listrik skala besar karena persoalan eksitasi dan pengaturan tegangan. Namun
demikian untuk pembangkit tenaga listrik skala kecil, persoalan eksitasi dapat diatasi dengan
menggunakan kapasitor, dan pengaturan tegangan tidak menjadi permasalahan yang signifikan.
Aplikasi motor induksi tiga fasa sebagai generator induksi dengan kapasitor sebagai sumber daya reaktif
ditunjukkan pada gambar 1.44 berikut ini.
Gambar 1.46 Aplikasi generator induksi sebagai pembangkit listrik tenaga angin
Contoh 1.8
Motor induksi tiga fasa 30 kW, 440 V, 4 kutub, 1470 rpm, diaplikasikan sebagai generator
induksi. Arus nominal dan faktor daya beban penuh motor adalah 40 A dan 0,85 tertinggal. Hitunglah
kapasitas kapasitor yang diperlukan per fasa untuk hubungan delta, dan kecepatan penggerak mula
untuk menghasilkan frekuensi 50 Hz.
Jawab
Daya semu, S = √3 V I = √3 . 440 . 40 = 30,4 kVA
Daya aktif, P = S cos φ = 30 ,4 . 0 ,85 = 25,8 kW
2 2 2 2
√ √
Daya reaktif, Q = S − P = 30,4 − 25,8 = 16 kVAr
Kapasitor dalam hubungan delta, sehingga daya reaktif per fasa, Qp = 16/3 = 5,333 kVAR
5333 ,3
Ic = = 12 A
Arus kapasitor per fasa, 440
440
Xc = = 36 , 6 Ω
Reaktansi kapasitif, 12
1 1
C= = = 87 μF
Kapasitansi, 2 π f X c 2 π . 50 . 36 , 6
Karena diaplikasikan sebagai generator induksi, kecepatan penggerak mula harus lebih besar dari
kecepatan sinkron. Biasanya kecepatan slip pada saat beroperasi sebagai generator sama dengan
38
kecepatan slip pada saat beroperasi sebagai motor, yaitu (1500 – 1470) = 30 rpm. Jadi kecepatan
putaran penggerak mula adalah 1500 + 30 = 1530 rpm.
1.21. Penutup
Untuk mengetahui dan mengukur penguasaan mahasiswa tentang materi kuliah motor induksi
tiga fasa ini dan sekaligus mendorong mahasiswa belajar mandiri, maka diberikan beberapa soal yang
harus dijawab berikut ini.
Soal Latihan
1. Apa yang dimaksud dengan motor induksi tiga fasa ?
2. Sebutkan kelebihan dan kekurangan motor induksi tiga fasa !
3. Sebut dan jelaskan jenis-jenis motor induksi tiga fasa !
4. Jelaskan prinsip kerja motor induksi tiga fasa !
5. Sebut dan jelaskan metode pengaturan kecepatan motor induksi tiga fasa !
6. Sebut dan jelaskan metode pengasutan motor induksi tiga fasa !
7. Mengapa generator induksi jarang digunakan sebagai pembangkit tenaga listrik skala besar ?
8. Motor induksi tiga fasa 8 kutub memperoleh daya dari sumber tegangan 50 Hz dan berputar
dengan kecepatan 735 rpm. Hitunglah kecepatan sinkron, slip dan frekuensi rotor.
9. Motor induksi tiga fasa hubungan bintang, 400 V, mempunyai parameter R 1 = 1 Ω, R2’ =
1,2 Ω, X1 = 2 Ω, dan X2’ = 1,5 Ω. Impedansi cabang eksitasi (4 + j 40) Ω. Apabila motor
beroperasi pada slip 5 %, dan rugi gesek dan angin 250 W, tentukanlah arus dan faktor dayanya,
keluaran dan efisiensi motor.
10. Motor induksi tiga fasa hubungan Y, 400 V, 50 Hz, 6 kutub, menghasilkan daya keluaran beban
penuh 5 kW pada kecepatan putaran 960 rpm dan faktor daya 0,8 lagging. Rugi gesek dan angin
(rugi friksi) 150 W, dan rugi inti stator 500 W. Hitunglah slip, rugi tembaga rotor, frekuesi rotor,
arus stator dan efisiensi motor.
11. Motor induksi tiga fasa mempunyai kecepatan sinkron 500 rpm dan slip 4 % pada beban penuh.
Resistansi rotor per fasa 0,02 Ω dan reaktansi rotor dalam keadaan diam per fasa 0,15 Ω.
Apabila resistansi dan reaktansi stator diabaikan, tentukan kecepatan motor pada torsi
maksimum, dan perbandingan torsi maksimum dengan torsi beban penuh.
12. Motor induksi tiga fasa, 400 V, 50 Hz, 4 kutub, mempunyai parameter R 1 = 7,4 Ω, R2’ = 5,2
Ω, X1 = X2’ = 9,5 Ω. Motor berputar pada kecepatan 1420 rpm pada beban penuh. Rugi inti 70
W dan rugi gesek dan angin 30 W. Hitunglah slip pada keluaran maksimum, daya keluaran
maksimum, daya keluaran beban penuh, slip pada torsi maksimum, torsi maksimum dan torsi
beban penuh. Gambarkan karakteristik torsi – slip motor.
39