BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Motor listrik 3 phasa yang dikenal dengan motor induksi merupakan motor
arus bolak-balik yang paling banyak digunakan di industri. Dikatakan motor
induksi karena arus rotor motor ini merupakan arus yang terinduksi sebagai akibat
adanya perbedaan antara putaran rotor dengan medan putar yang dihasilkan.
Motor induksi digunakan untuk mengendalikan kecepatan putaran pada mesin-
mesin produksi. Motor induksi ini lebih banyak dipakai dibandingkan motor
listrik arus searah, karena motor induksi lebih ekonomis dan handal dalam
pengoperasiannya meskipun ditinjau dari aspek pegendalianya relatif lebih
kompleks. Disamping itu, pemeliharaan motor induksi juga relatif lebih mudah
dibanding motor arus searah. Motor ini memiliki kontruksi yang kuat, sederhana
dan handal dan efisiensinya cukup tinggi saat berbeban penuh serta tidak
membutuhkan perawatan yang banyak.
Secara umum motor induksi dibagi menjadi dua buah yaitu motor induksi
1 phasa dan motor induksi 3 phasa. Secara prinsip kerja kedua motor ini adalah
sama yaitu karena adanya induksi yaitu adanya medan putar pada belitan utama
(stator) yang memotong batang-batang motor sehingga akan timbul induksi pada
rotor. Bagian utama dari motor induksi adalah stator (bagian yang diam), bagian
yang bergerak (rotor) dan celah udara. Motor induksi tiga fasa bekerja dengan
memanfaatkan perbedaan fasa sumber untuk menimbulkan gaya putar pada
rotornya. Jika pada motor induksi 1 phasa untuk menghasilkan beda phasa
diperlukan penambahan komponen kapasitor, pada motor 3 phasa perbedaan
phasa sudah didapat langsung dari sumber. Arus 3 phasa memiliki perbedaan 600
antar fasanya. Dengan perbedaan ini, maka penambahan kapasitor tidak
diperlukan.
22
Bab III Tinjauan Pustaka
Motor induksi 3 phasa memiliki dua komponen dasar yaitu stator dan
rotor, bagian rotor dipisahkan dengan bagian stator oleh celah udara yang sempit
(air gap) dengan jarak 0,4 mm sampai 4 mm. Tipe dari motor induksi tiga fasa
berdasarkan lilitan pada rotor dibagi menjadi dua macam yaitu rotor belitan
(wound rotor) adalah tipe motor induksi yang memiliki rotor terbuat dari lilitan
yang sama dengan lilitan statornya dan rotor sangkar tupai (squirrel-cage rotor)
yaitu tipe motor induksi dimana konstruksi rotor tersusun oleh beberapa batangan
logam yang dimasukkan melewati slot-slot yang ada pada rotor motor induksi,
kemudian setiap bagian disatukan oleh cincin sehingga membuat batangan logam
terhubung singkat dengan batangan logam yang lain.
23
Bab III Tinjauan Pustaka
3.2.1. Rotor
Rotor adalah bagian yang berputar dari sebuah motor. Rotor dapat
berputar dengan dua sumber energi:
a. Energi mekanik
Dengan diputar secara manual maupun diputar oleh alat yang terhubung dengan
rotor.
b. Energi listrik
Rotor dari motor sangkar tupai adalah konstruksi dari inti berlapis dengan
konduktor dipasang paralel dengan poros dan mengelilingi permungkaan inti.
Konduktornya tidak terisolasi dari inti karena arus rotor secara alamiah akan
mengalir melalui tahanan yang paling kecil yaitu konduktor rotor. Pada setiap
unjung rotor, konduktor rotor semuanya dihubung singkat dengan cincin ujung .
konduktor rotor dan cincin ujung serupa dengan sangkar tupai yang berputar
sehingga dinamakan demikian.
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil adalah
coran tembaga atau aluminium dalam satu lempengan pada inti rotor. Dalam
motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamakan ke dalam
24
Bab III Tinjauan Pustaka
alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor
sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerap
kali dimiringkan. Hal ini menghasilkan torka yang lebih seragam dan juga
mengurangi derau dengung magnet sewaktu motor sedang berkerja.
3.2.2. Stator
Komponen stator adalah bagian terluar dari motor yang merupakan bagian
yang diam dan mengalirkan arus phasa. Stator terdiri atas tumpukan laminasi inti
yang memiliki alur yang menjadi tempat kumparan dililitkan yang berbentuk
silindris. Stator terdiri dari lilitan atau kumparan yang memberikan efek magnet
kepada rotor, sehingga rotor dapat berputar.
Inti stator terbuat dari lapis-lapis pelat baja beralur yang didukung dalam
rangka stator yang terbuat dari besi tuang atau pelat baja yang di pabrikasi.
Lilitan-lilitan sama halnya dengan lilitan stator dari generator sinkron, diletakkan
dalam alur stator yang terpisah 1200. Lilitan phasa ini bisa tersambung delta
ataupun bintang.
. Gambar 3.4. Konstruksi Stator (a) lempengan inti (b) tumpukan inti dengan
kertas isolasi pada beberapa alurnya (c) tumpukan inti dan belitan dalam caking
statornya
25
Bab III Tinjauan Pustaka
Salah satu bagian yang cukup penting untuk dapat memahami motor
starter. Terminal Box adalah stop kontak yang bertugas menyambung alian
listrik dari sumber ke motor. Dari terminal box, pengaturan starter star atau delta
dapat dilakkan, pengaturan star atau delta mengacu pada informasi yang tertera
pada nameplate motor.
26
Bab III Tinjauan Pustaka
Gambar 3.6 (a) Tipikal Rotor Sangkar, (b) Bagian-Bagian Rotor Sangkar
Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar tupai yang lebih kecil
adalah coran tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor.
Dalam motor yang lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan
ke dalam alur rotor dan kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang
rotor motor sangkar tupai tidak selalu ditempatkan paralel terhadap poros
motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal ini akan menghasilkan torsi yang
lebih seragam dan juga mengurangi derau dengung magnetik sewaktu motor
sedang berputar.
Gambar 3.7 (a) Konstruksi Motor Induksi Rotor Sangkar Ukuran Kecil
27
Bab III Tinjauan Pustaka
1. Rotor terdiri dari penghantar tembaga yang dipasangkan pada inti yang solid
dengan ujung-ujung yang dihubung singkat
2. Kecepatan konstan
3. Arus start yang besar diperlukan oleh motor menyebapkan tegangan berfluktasi
4. Arah putaran dapat dibalik dengan menukarkan dua dari tiga fasa daya utama
pada motor
6. Apabila tegangan diberikan pada lilitan stator dihasilkan medan magnet putar
yang menginduksikan tegangan pada rotor. Tegangan tersebut pada gilirannya
menimbulkan medan magnet. Medan rotor dan medan stator cendrung saling tarik
menarik satu sama lain. Situasi tersebut membangkitkan torka yang memutar rotor
dengan arah yang sama dengan putaran medan magnet yang dihasilkan oleh
stator.
Motor rotor belitan (motor cincin slip) berbeda dengan motor sangkar
tupai dalam hal konstruksi rotornya. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan
terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan fasa rotor dihubungkan secara
dan masing -masing phasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang
terpasang pada poros rotor. Secara skematik dapat dilihat pada gambar 3.8.
Dari gambar ini dapat dilihat bahwa cincin slip dan sikat semata-mata merupakan
penghubung tahanan kendali variabel luar ke dalam rangkaian rotor.
28
Bab III Tinjauan Pustaka
Pada motor ini, cincin slip yang terhubung ke sebuah tahanan variabel
eksternal yang berfungsi membatasi arus pengasutan dan yang bertanggung
jawab terhadap pemanasan rotor. Selama pengasutan, penambahan tahanan
eksternal pada rangkaian rotor belitan menghasilkan torsi pengasutan yang lebih
besar dengan arus pengasutan yang lebih kecil dibanding dengan rotor sangkar
29
Bab III Tinjauan Pustaka
3. Akibatnya, pada bagian rotor akan timbul tegangan induksi (GGL) sebesar E2s =
4,44 f2 N2 (untuk satu fasa) dimana E2s adalah tegangan induksi saat rotor berputar
4. Karena pada rotor timbul tegangan induksi dan rotor merupakan rangkaian
yang tertutup sehingga pada rotor akan timbul arus (I)
5. Adanya arus di dalam medan magnet akan menimbulkan gaya (F) pada rotor
6. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya (F pada rotor cukup besar untuk
memikul kopel beban, maka rotor akan berputar searah dengan medan putar stator
dengan:
( )
2 =
120
2 =
120
30
Bab III Tinjauan Pustaka
Karena = dan 1 =
120
Apabila belitan stator dihubungkan dengan catu daya 3 phasa maka akan
dihasilkan medan magnet yang berputar, medan magnet ini dibentuk oleh kutub-
kutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah-ubah
mengelilingi stator. Adapun magnitude dari medan putar ini selalu tetap yaitu
sebesar 1.5 m dimana m adalah fluks yang disebabkan suatu phasa. Untuk
melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat diambil contoh pada
motor induksi 3 phasa dengan jumlah kutub dua. Dimana ketiga fasanya R,S,T
disuplai dengan sumber tegangan 3 phasa, dan arus pada phasa ini ditunjukkan
sebagai IR, IS, dan IT, maka fluks yang dihasilkan oleh arus-arus ini adalah :
= sin
= sin( 120)
= sin( 240)
Gambar 3.10 (a) arus 3 phasa yang seimbang (b) diagram phasor fluksi seimbang
31
Bab III Tinjauan Pustaka
(a). Pada keadaan 1, t = 0 ; arus dalam fasa R bernilai nol sedangkan besarnya
arus pada phasa S dan phasa T memiliki nilai yang sama dan arahnya berlawanan.
Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke luar dari konduktor sebelah
atas dan memasuki konduktor sebelah bawah. Sementara resultan fluks yang
dihasilkan memiliki besar yang konstan yaitu sebesar 1,5 m. Oleh karena itu
resultan fluks, adalah jumlah phasor dari dan sehingga resultan fluks,
3
= 2 x os 300 = 1,5 .
2
32
Bab III Tinjauan Pustaka
(b). Pada keadaan 2, arus bernilai maksimum negatif pada phasa S, sedangkan
pada R dan phasa T bernilai 0,5 maksimum pada phasa R dan phasa T dan pada
saat ini t = 300. Maka jumlah phasor R dan - T adalah = r = 2 x 0,5 m
cos 60 = 0,5 m. Sehingga resultan fluks r = 0,5 m + m = 1,5 m.dari
gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks berpindah
sejauh 300 dari posisi pertama.
(c). Pada keadaan 3, t = 60o, arus pada fasa R dan fasa T memiliki besar yang
sama dan arahnya berlawanan ( 0,866 m ). Maka magnitude dari fluks resultan :
r = 2 x m cos 300= 1,5 m, dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat
bahwa resultan fluks berpindah sejauh 600 dari posisi pertama.
33
Bab III Tinjauan Pustaka
(d). Pada keadaan 4, t = 900, arus pada fasa R maksimum ( positif), dan arus
pada fasa S dan fasa T = 0,5 m. Maka jumlah phasor - T dan S adalah =
r = 2 x 0,5 m cos 60 = 0,5 m. Sehingga resultan fluks r = 0,5 m + m =
1,5 m. Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks
berpindah 900 dari posisi pertama.
Dalam lilitan dua kutub, medan membuat satu putaran penuh dalam satu
siklus arus. Dalam lilitan empat kutub yang mana setiap phasa mempunyai dua
grup kumparan terpisah yang dihubungkan secara seri, dapat ditunjukkan bahwa
medan magnet putar membuat satu putaran dalam dua siklus arus. Dalam lilitan
enam kutub, medan membuat satu putaran dalam tiga siklus arus. Secara umum
medan membuat satu putaran dalam P/2 siklus atau Siklus = P/2 x putaran atau
siklus per detik = P/2 x putaran per detik. Oleh karena putaran per detik sama
dengan putaran per menit, putaran (n) dibagi 60 dan banyaknya siklus per detik
adalah frekuensi (f ), maka f = 2 x = n 120
60
120
= kecepatan putar dari medan magnet putar disebut kecepatan sinkron
34
Bab III Tinjauan Pustaka
Dari rangkaian ekivalen dan diagram aliran daya motor induksi tiga fasa
yang telah diperoleh sebelumnya dapat diturunkan suatu rumusan umum untuk
torsi induksi sebagai fungsi dari kecepatan. Torsi motor induksi diberikan oleh
persamaan:
= 1
12 +(1+)2
1 1+
(1+ )
= + = 1+(1+ )
2 =
+ 2 + + 2
[2 ] =
( + 2 )2 + ( + 1)2
3 2 2
322 2
= ; = 2
[( + 2) + ( + 2 )2 ]
37
Bab III Tinjauan Pustaka
=
[( + 2 )2 + ( + 2 )2 ]
Gambar kurva torsi kecepatan (slip) pada motor induksi ditunjukkan pada gambar
dibawah ini.
38
Bab III Tinjauan Pustaka
Gambar 3.20 Karakteristik torsi putaran pada motor induksi pada berbagai
daerah operasi
Dari kedua kurva karakteristik torsi motor induksi diatas dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Torsi motor induksi akan bernilai nol pada saat kecepatan sinkron
2. Kurva torsi kecepatan mendekati linear di antara beban nol dan beban penuh.
Dalam daerah ini, tahanan rotor jauh lebih besar dari reaktansi rotor, oleh karena
itu arus rotor, medan magnet rotor, dan torsi induksi meningkat secara linear
dengan peningkatan slip
3. Akan terdapat torsi maksimum yang tak mungkin akan dapat dilampaui. Torsi
ini disebut juga dengan pull out torque atau break down torque, yang besarnya
2 3 kali torsi beban penuh dari motor
4. Torsi start pada motor sedikit lebih besar daripada torsi beban penuhnya, oleh
karena itu motor ini akan start dengan suatu beban tertentu yang dapat disuplai
pada daya penuh
39
Bab III Tinjauan Pustaka
5. Torsi pada motor akan memberikan harga slip yang bervariasi sebagai harga
kuadrat dari tegangan yang diberikan. Hal ini sangat penting dalam membentuk
pengaturan kecepatan dari motor
6. Jika rotor motor induksi digerakkan lebih cepat dari kecepatan sinkron,
kemudian arah dari torsi induksi di dalam mesin menjadi terbalik dan mesin akan
bekerja sebagai generator, yang mengkonversikan daya mekanik menjadi daya
elektrik
7. Jika motor induksi bergerak mundur relatif arah dari medan magnet, torsi
induksi mesin akan menghentikan mesin dengan sangat cepat dan akan mencoba
untuk berputar pada arah yang lain. Karena pembalikan arah medan putar
merupakan suatu aksi penyaklaran dua buah fasa stator, maka cara seperti ini
dapat digunakan sebagai suatu cara yang sangat cepat untuk menghentikan motor
induksi. Cara menghentikan motor seperti ini disebut juga dengan plugging.
1. Starting DOL
2. Starting Y-
3. Soft start
5. Rheostat
40
Bab III Tinjauan Pustaka
Pr = 2.Ns. = k.
Dimana Pr adalah Daya input rotor dan rugi-rugi tembaga (Pcu) = 3 x P rotor
Jadi 3 = . . dimana 2 = 1 maka =
..
Maka =
41
Bab III Tinjauan Pustaka
= [ ]
Ketika pengasutan DOL maka arus starting adalah mirip arus hubung singkat (Ihs)
= [ ] = diaman =
3.5.2. Starting Y-
Secara umum, mode ini terdiri dari dua tahapan starting, tahap
pertama starting motor pada rangkaian bintang (Star-Y) dan setelah beberapa
detik berpindah kerangkaian segitiga (Delta-). Mode ini hanya mengubah
hubungan dikedua ujung terminal stator dari posisi awalnya bintang (Star-Y)
dan kemudian setelah motor beroperasi normal hubungan tersebut menjadi
segitiga (Delta-). SistEm ini, hanya dapat digunakan pada motor yang kedua
ujung stator tiga phasa-nya (U,V,W dan X,Y,Z) tersedia pada terminal
keluaran sehingga bisa digunakan untuk membentuk rangkaian Y (bintang/star)
maupun (delta). Selain itu, perlu diperhatikan name plate motor yang akan
digunakan, name plate motor harus menyatakan hubungan delta pada
tegangan suplay yang kita gunakan.
42
Bab III Tinjauan Pustaka
=
3
= =
3.
=
3.
( = 1)
1
= [ ] = [ ] = [ ]
3 3
43
Bab III Tinjauan Pustaka
Soft starter sangat berbeda dengan starter lain. Alat ini mempergunakan
thyristor sebagai komponen utamanya. Tegangan yang masuk ke motor akan
diatur dimulai dengan sangat rendah sehingga arus dan torsi saat start juga
rendah. Pada saat start ini tegangan yang masuk hanya cukup untuk
menggerakkan beban dan akan menghilangkan kejutan pada beban. Secara
perlahan tegangan dan torsi akan dinaikan sehingga motor akan mengalami
percepatan kehingga tercapai kecepatan normal. Salah satu keuntungan
mempergunakan alat ini adalah kemungkinan dilakukannya pengaturan torsi
pada saat yang diperlukan, tidak terpengaruh ada atau tidaknya beban.
dimana
f = Frekuensi (Hz)
halnya rotor motor sangkar. Rangkaian pengasut motor ini dilengkapi juga
dengan peralatan proteksi beban lebih, proteksi terhadap terjadinya
kehilangan tegangan serta sistem interlocking untuk mencegah terjadinya
pengasutan motor dalam kondisi pengasutan motor dalam kondisi resistansi
rotor tak terhubungkan.
46
Bab III Tinjauan Pustaka
besarnya arus nominal. Untuk motor-motor yang besar hal ini tidak dapat
diijinkan karena akan mengganggu jaringan, lagipula hal ini akan merusak motor
itu sendiri. Selain itu konsumsi daya listrik juga akan sangat tinggi dikarenakan
arus start yang terlalu besar tadi.
20
(2 )=1 =
22 + 22
a. Gangguan-gangguan stator
b. Gangguan-gangguan rotor
47
Bab III Tinjauan Pustaka
48
Bab III Tinjauan Pustaka
3.7 Slip
.
1 = 120
.
2 =
120
Karena S = maka f2 = f1.S
Karena pada saat start S = 100 %, jadi f2 = f2, dengan demikian terlihat
bahwa pada saat start dan rotor belum berputar, frekuensi arus rotor sama dengan
frekuensi arus stator. Dalam keadaan rotor berputar, frekuensi arus rotor di
pengaruhi oleh slip ( f2 = f1 . S ). Karena tegangan induksi dan reaktansi
kumparan rotor merupakan fungsi frekuensi, maka besarnya juga di pengaruhi
oleh slip.
E2s = S. E2
X2 = 2 . .f2. L2s
49
Bab III Tinjauan Pustaka
X2s = S. X2
Dimana :
50