Anda di halaman 1dari 29

MOTOR AC ASINKRON 1

BAB I
PENDAHULUAN

A. PENGERTIAN
Motor induksi adalah motor yang berputar karena adanya tegangan terinduksi
yang timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar
stator.
Motor induksi merupakan motor listrik arus bolak balik (ac) yang paling luas
digunakan Penamaannya berasal dari kenyataan bahwa motor ini bekerja
berdasarkan induksi medan magnet stator ke statornya, dimana arus rotor motor
ini bukan diperoleh dari sumber tertentu, tetapi merupakan arus yang terinduksi
sebagai akibat adanya perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar
(rotating magnetic field) yang dihasilkan oleh arus stator.


Tanda-tanda motor dikatakan motor induksi:
- Name plate: ns = 3000
Np =< 3000
- Terjadi slip tergantung beban
Gambar 1. Motor Asinkron

MOTOR AC ASINKRON 2

BAB II
ISI

A. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI



Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut:
1. Stator : Merupakan bagian yang diam dan mempunyai kumparan yang dapat
menginduksikan medan elektromagnetik kepada kumparan rotornya.
2. Celah : Merupakan celah udara: Tempat berpindahnya energi dari startor ke
rotor.
3. Rotor : Merupakan bagian yang bergerak akibat adanya induksi magnet dari
kumparan stator yang diinduksikan kepada kumparan rotor.
Gambar 2. Konstruksi motor asinkron

MOTOR AC ASINKRON 3



Konstruksi stator motor induksi pada dasarnya terdiri dari bagian-bagian
sebagai berikut:
1. Rumah stator (rangka stator) dari besi tuang.
2. Inti stator dari besi lunak atau baja silikon.
3. Alur, bahannya sama dengan inti, dimana alur ini merupakan tempat
meletakkan belitan (kumparan stator).
4. Belitan (kumparan) stator dari tembaga.
Gambar 3. Bagian-Bagian Motor Induksi

MOTOR AC ASINKRON 4




Rangka stator motor induksi didisain dengan baik dengan empat tujuan yaitu:
1. Menutupi inti dan kumparannya.
2. Melindungi bagian-bagian mesin yang bergerak dari kontak langsung dengan
manusia dan dari goresan yang disebabkan oleh gangguan objek atau gangguan
udara terbuka (cuaca luar).
3. Menyalurkan torsi ke bagian peralatan pendukung mesin dan oleh karena itu
stator didisain untuk tahan terhadap gaya putar dan goncangan.
4. Berguna sebagai sarana rumahan ventilasi udara sehingga pendinginan lebih
efektif.
Berdasarkan bentuk konstruksi rotornya, maka motor induksi dapat dibagi
menjadi dua jenis yaitu.
1. Motor induksi dengan rotor sangkar (squirrel cage).
2. Motor induksi dengan rotor belitan (wound rotor)
Gambar 4. Stator dan Inti Stator

MOTOR AC ASINKRON 5





Konstruksi rotor motor induksi terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut.
1. Inti rotor, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti stator.
2. Alur, bahannya dari besi lunak atau baja silikon sama dengan inti. Alur
merupakan tempat meletakkan belitan (kumparan) rotor.
3. Belitan rotor, bahannya dari tembaga.
4. Poros atau as.
Diantara stator dan rotor terdapat celah udara yang merupakan ruangan antara
stator dan rotor. Pada celah udara ini lewat fluks induksi stator yang memotong
kumparan rotor sehingga meyebabkan rotor berputar. Celah udara yang terdapat
antara stator dan rotor diatur sedemikian rupa sehingga didapatkan hasil kerja
motor yang optimum. Bila celah udara antara stator dan rotor terlalu besar akan
Gambar 5. rotor sangkar (squirrel cage)
Gambar 6. rotor belitan

MOTOR AC ASINKRON 6

mengakibatkan efisiensi motor induksi rendah, sebaliknya bila jarak antara celah
terlalu kecil/sempit akan menimbulkan kesukaran mekanis pada mesin.

B. JENIS MOTOR INDUKSI
a. Menurut konstruksinya
1. Rotor Sangkar konstruksinya mirip sangkar burung
Terdiri dari batang penghantar tebal yang diletakkan pada petak-petak slot
paralel
Kedua ujungnya dihubungsingkat dengan cincin




2. Rotor Lilit (rotor slipring) konstruksinya terdapat lilitan
Konduktor yang digunakan adalah belitan
Belitan terhubung ke cincin geser yang dipasang pada shaft
Belitan terhubung ke resistor melalui sikat karbon
Gambar 7. Rotor Sangkar

MOTOR AC ASINKRON 7




b. Menurut fasa
1. Motor asinkron 1 fasa
Prinsip kerja motor induksi 1-fasa yang tidak simetris karena pada
kumparan statornya dibuat dua kumparan (yaitu kumparan bantu dan
kumparan utama) yang mempunyai perbedaan secara listrik dimana
antara masing-masing kumparannya tidak mempunyai nilai impedansi
yang sama dan umumnya motor bekerja dengan satu kumparan stator
(kumparan utama). Khusus untuk motor kapasitor-start kapasitor-run,
maka motor ini dapat dikatakan bekerja seperti halnya motor induksi 2-
fasa yang simetris karena motor ini bekerja dengan kedua kumparannya
(kumparan bantu dan kumparan utama) mulai dari start sampai saat
running (jalan).
Motor induksi 1-fase yang bekerja dengan satu kumparan stator pada saat
running (jalan) dapat dikatakan bekerja bukan berdasarkan medan putar,
tetapi bekerja berdasarkan gabungan medan maju dan medan mundur.
Bila salah satu medan tersebut dibuat lebih besar maka rotornya akan
berputar mengikuti perputaran medan ini. Bentuk gambaran proses
terjadinya medan maju dan medan mundur ini dapat dijelaskan dengan
menggunakan teori
2. Motor asinkron 3 fasa
Gambar 8. Rotor Lilit

MOTOR AC ASINKRON 8

Sumber 3-fase ini biasanya digunakan oleh motor induksi 3-fase. Motor
induksi 3-fase ini mempunyai kumparan 3-fase yang terpisah antar satu
sama lainya sejarak 1200 listrik yang dialiri oleh arus listrik 3-fase yang
berbeda fase 1200 listrik antar fasenya, sehingga keadaan ini akan
menghasilkan resultan fluks magnet yang berputar seperti halnya kutup
magnet aktual yang berputar secara mekanik. Bentuk gambaran
sederhana hubungan kumparan motor induksi 3-fase dengan dua kutup
stator.
Motor AC asikron 3 fasa banyak digunakan pada mesin-mesin penggerak
di Industri karena daya keluaran mesin mesin tersebut lebih besar dari
1.

C. PRINSIP KERJA

Bila kumparan stator diberi stator diberi arus AC, maka kumparan stator timbul
ggl (medan magnet). Medan magnet berputar mengikuti persamaan



MOTOR AC ASINKRON 9




Medan magnet memotong kumparan rotor sehingga timbul ggl pada kumparan
rotor mengalir arus. Arus pada kumparan rotor memotong medna magnet yang
berputar sehingga timbul ggl yang arahnya sama dengan arah medan putar.





D. RANGKAIAN EKIVALEN
Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator adalah berdasarkan prinsip
induksi elektromagnet. Kerja motor induksi tergantung pada tegangan dan arus
induksi pada rangkaian rotor dari rangkaian stator. Rangkaian ekivalen motor
induksi mirip dengan rangkaian ekivalen trafo.rangkaian tersebut dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
Gambar 9.Prinsip Kerja Motor Asinkron
Gambar 10. Bentuk gelombang sinusoida dan timbulnya medan putar pada
stator motor induksi

MOTOR AC ASINKRON 10



Keterangan Gambar :
X 2 : Reaktansi kumparan rotor dalam ohm
Rc : Tahanan inti besi
Xm : Reaktansi rangkaian penguat dalam ohm perphasa
I : Arus yang mengalir pada kumparan stator bila motor tidak berbeban ( beban
nol dalam Amper perphasa )
I 2 : Arus rotor yang berpatokan pada stator
E1 : Tegangan induksi pada kumparan stator dalam Volt perphasa

Rangkaian Ekivalen Stator. Jika resistansi belitan primer per fasa adalah R1
dan reaktansinya adalah X1, sedangkan rugi-rugi inti dinyatakan dengan
rangkaian paralel suatu resistansi Rc dan reaktansi X seperti halnya pada
transformator. Jika V1 adalah tegangan masuk per fasa pada belitan stator motor
dan E1 adalah tegangan imbas pada belitan stator oleh medan putar, maka kita
akan mendapatkan hubungan fasor

Fasor-fasor tegangan dan arus serta reaktansi diatas adalah pada frekuensi
sinkron s = 2 f1. Rangkaian ekivalen stator menjadi seperti pada gambar
dibawah yang mirip rangkaian primer transformator. Perbedaan terletak pada
besarnya If yang pada transformator berkisar antara 2 5 persen dari arus
Gambar 11. Rangkaian Ekivalen

MOTOR AC ASINKRON 11

nominal, sedangkan pada motor asinkron arus ini antara 25 40 persen arus
nominal, tergantung dari besarnya motor.



Selain itu reaktansi bocor X1 pada motor jauh lebih besar karena adanya celah
udara dan belitan stator terdistribusi pada permukaan dalam stator sedangkan
pada transformator belitan terpusat pada intinya. Tegangan E1 pada terminal AB
pada rangkaian ekivalen ini haruslah merefleksikan peristiwa yang terjadi di
rotor.

Rangkaian Ekivalen Rotor. Jika rotor dalam keadaan berputar maka tegangan
imbas pada rotor adalah E22 . Jika resistansi rotor adalah R22 dan reaktansinya
adalah X22 maka arus rotor adalah :

Perhatikanlah bahwa fasor-fasor tegangan dan arus serta nilai reaktansi pada
persamaan diatas adalah pada frekuensi rotor 2 = 2 f2 , berbeda dengan
persamaan fasor .Kita gambarkan rangkaian untuk persamaan diatas seperti pada
gambar dibawah.
Gambar 12. Rangkaian Ekivalen Stator

MOTOR AC ASINKRON 12




Di sini kita mendefinisikan reaktansi rotor dengan frekuensi sinkron X2 = 1L2.
Karena Resistansi tidak tergantung frekuensi, kita nyatakan resistansi rotor
sebagai R2 = R22. Dengan demikian maka arus rotor menjadi

Persamaan fasor tegangan dan arus sekarang ini adalah pada frekuensi sinkron
dan persamaan ini adalah dari rangkaian yang terlihat pada Gb.13.b. Tegangan
pada terminal rotor AB adalah tegangan karena ada slip yang besarnya adalah
sE2. Dari rangkaian ini kita dapat menghitung besarnya daya nyata yang diserap
rotor per fasa, yaitu

Jika pembilang dan penyebut pada persamaan diatas kita bagi dengan s kita akan
mendapatkan

Langkah matematis ini tidak akan mengubah nilai I2 dan rangkaian dari
persamaan ini adalah seperti pada Gb.13.c. Walaupun demikian ada perbedaan
penafsiran secara fisik. Tegangan pada terminal rotor AB sekarang adalah
Gambar 13. Pengembangan Rangkaian Ekivalen Rotor

MOTOR AC ASINKRON 13

tegangan imbas pada belitan rotor dalam keadaan rotor tidak berputar dan bukan
tegangan karena ada slip. Jika pada Gb.13.b. kita mempunyai rangkaian riil rotor
dengan resistansi konstan R dan tegangan terminal rotor yang tergantung dari
slip, maka pada Gb.13.c. kita mempunyai rangkaian ekivalen rotor dengan
tegangan terminal rotor tertentu dan resistansi yang tergantung dari slip.
Tegangan terminal rotor pada keadaan terakhir ini kita sebut tegangan celah
udara pada terminal rotor dan daya yang diserap rotor kita sebut daya celah
udara yaitu

Daya ini jauh lebih besar.Pada mesin besar nilai s adalah sekitar 0,02 sehingga
Pg sekitar 50 kali Pcr. Perbedaan antara (14) dan (12) terjadi karena kita beralih
dari tegangan rotor riil yang berupa tegangan slip ke tegangan rotor dengan
frekuensi sinkron. Daya nyata Pg tidak hanya mencakup daya hilang pada
resistansi belitan saja tetapi mencakup daya mekanis dari motor. Daya mekanis
dari rotor ini sendiri mencakup daya keluaran dari poros motor untuk memutar
beban ditambah daya untuk mengatasi rugi-rugi rotasi yaitu rugi-rugi akibat
adanya gesekan dan angin. Oleh karena itu daya Pg kita sebut daya celah udara
artinya daya yang dialihkan dari stator ke rotor melalui celah udara yang
meliputi daya hilang pada belitan rotor (rugi tembaga rotor) dan daya mekanis
rotor. Dua komponen daya ini dapat kita pisahkan jika kita menuliskan

Suku pertama persamaan diatas akan memberikan daya hilang di belitan rotor
(per fasa) Pcr= I
2
R dan suku kedua memberikan daya keluaran mekanik
ekivalen

Rangkaian Ekivalen Lengkap. Kita menginginkan satu rangkaian ekivalen untuk
mesin asinkron yang meliputi stator dan rotor. Agar dapat menghubungkan
rangkaian rotor dengan rangkaian stator, kita harus melihat tegangan rotor E2

MOTOR AC ASINKRON 14

dari sisi stator yang memberikan E1 = aE2 . Jika E2 pada Gb.13.d. kita ganti
dengan E1 = aE2 , yaitu tegangan rotor dilihat dari sisi stator, maka arus rotor
dan semua parameter rotor harus pula dilihat dari sisi stator menjadi I2,R2,X2
Dengan demikian kita dapat menghubungkan terminal rotor AB ke terminal
AB dari rangkaian stator pada Gb.12 dan mendapatkan rangkaian ekivalen
lengkap seperti terlihat pada Gb.14.



Aliran Daya. Aliran daya per fasa dalam motor asinkron dapat kita baca dari
rangkaian ekivalen sebagai berikut. Daya (riil) yang masuk ke stator motor
melalui tegangan V1 dan arus I1 digunakan untuk :
mengatasi rugi tembaga stator : Pcs = I1
2
R1
mengatasi rugi-rugi inti stator : Pinti
daya masuk ke rotor, disebut daya celah udara yang
digunakan untuk
a. mengatasi rugi-rugi tembaga rotor : Pcr= (I2)
2
R2
2

b. memberikan daya mekanis rotor
Jadi urutan aliran daya secara singkat adalah :

Rangkaian Ekivalen Pendekatan. Dalam melakukan analisis motor asinkron
kita sering
menggunakan rangkaian ekivalen pendekatan yang lebih sederhana seperti pada
Gb.15. Dalam rangkaian ini rugi-rugi tembaga stator dan rotor disatukan
menjadi (I2)
2
Re. Bagaimana Re dan Xe ditentukan akan kita bahas berikut ini.
Gambar 14. Rangkaian Ekivalen Lengkap Motor Asinkron

MOTOR AC ASINKRON 15





E. SLIP
Bila salah satu fasa masukan terputus, jadi motor hanya mendapat
masukan 2-fasa maka tak akan terjadi medan putar sehingga kopel motor tidak
terbangkitkan dan motor gagal start. Pada kondisi motor tanpa beban maka
putaran motor mendekati N
s
.
Gambar 15. Rangkaian Ekivalen Pendekatan
Gambar 16. Rangkaian Ekivalen Dilihat dari Sisi Primer
Gambar 17. Rangkaian Ekivalen Dilihat dari Sisi Sekunder

MOTOR AC ASINKRON 16

Slip =
s
s
N
N N
S

=

S akan selalu ada pada operasi motor asinkron.
Pada beban mekanis motor makin besar, S akan makin besar pula. Saat itu
kopel motor akan mengimbangi kopel beban. Beban yang besar akan menarik
arus motor yang besar pula sehingga kopel motor = kopel beban dan terjadi pada
putaran kerja sistem motor-beban.
F. RUGI-RUGI DAN EFISIENSI





Motor induksi (Gambar 19) memiliki rugi-rugi yang terjadi karena dalam motor
induksi terdapat komponen tahanan tembaga dari belitan stator dan komponen
induktor belitan stator. Pada motor induksi terdapat rugirugi tembaga, rugi inti,
dan rugi karena gesekan dan hambatan angin.
Gambar 18. Diagram Sangkar
Gambar 19. Rugi-rugi daya motor induksi

MOTOR AC ASINKRON 17

Besarnya rugi tembaga sebanding dengan I
2
R, makin besar arus beban maka
rugi tembaga makin besar juga. Daya input motor sebesar P1, maka daya yang
diubah menjadi daya output sebesar P2. Persamaan menghitung rugi-rugi motor
induksi: Rugi-rugi motor = P1 P2
Persamaan menghitung efisiensi motor induksi:
= P2/P1 100%
P1 =Daya input (watt)
P2 =Daya output (watt)

G. TORSI DAN DAYA
Seperti telah dibahas pada sub bab mengenai konstruksi dan prinsip kerja motor
induksi, tidak ada suplai listrik yang dihubungkan secara langsung ke bagian
rotor motor, daya yang dilewatkan senjang udara adalah dalam bentuk magnetik
dan selanjutnya diinduksikan ke rotor sehingga menjadi energi listrik. Rata-rata
daya yang melewati senjang udara harus sama dengan jumlah rugi daya yang
terjadi pada rotor dan daya yang dikonversi menjadi energi mekanis.
Daya yang ada pada bagian rotor menghasilkan torsi mekanik, tetapi besarnya
torsi yang terjadi pada poros motor dimana tempat diletakkannya beban, tidak
sama dengan besarnya torsi mekanik, hal ini disebabkan adanya torsi yang
hilang akibat gesekan dan angin.
1. Torsi motor
Torsi Asut (Starting Torque)
Torsi yang dihasilkan oleh sebuah motor pada saat mulai diasut disebut
Torsi Asut, nilainya bisa lebih besar atau lebih kecil dari Torsi putar
dalam keadaan normal.


MOTOR AC ASINKRON 18

Atau

Torsi saat Rotor(Motor) Berputar
Pada saat motor berputar, maka :

dimana :
Er2 = Tegangan rotor / fasa saat berputar
Ir2 = Arus rotor/fasa saat berputar

k = konstanta, nilainya = 3/2Ns

Torsi Maksimum saat Motor Berputar
Kondisi Torsi Maksimum pada saat motor berputar bisa diperoleh
dengan mendeferentialkan persamaan Torsi terhadap Slip S.
Torsi maksimum dt/ds = 0
Berdasarkan hasil diferensial ini akan diperoleh ;

MOTOR AC ASINKRON 19





Torsi Beban Penuh dan Torsi Maksimum

Gambar 20. Karakteristik slip dan torsi

MOTOR AC ASINKRON 20


Torsi Asut dan Torsi Maksimum

Torsi pada rotor lilit

Saat pengasutan S =1
Gambar 21. Rangkaian Ekivalen Motor Induksi Rotor lilit

MOTOR AC ASINKRON 21


Saat berputar

2. Daya Motor
Diagram aliran daya dari sebuah Motor Induksi Tiga Fasa seperti
diperlihatkan pada gambar 22
Daya Masuk Stator = Daya Keluar Stator + Rugi Tembaga Stator
Daya Masuk Rotor = Daya Keluar Stator
Daya Keluar Rotor Kotor = Daya Masuk Rotor - Rugi Tembaga Rotor

MOTOR AC ASINKRON 22




Keterangan :
Daya Masuk Stator =
Daya Keluar Rotor = Pout rotor =

Daya Masuk Rotor = Pin rotor =
Rugi Tembaga Rotor = Pcu rotor
Rugi Daya=
Pout rotor = Tg .2. .Nr
Sehingga P
2
: P
m
: P
r
= 1 : ( 1 - S ) : S

Gambar 22. Diagram alir daya motor 3 phasa
cos 3
1 1 1
I V P =
( )
|
.
|

\
|
=
S
R
a I P
2 2
2
'
2 2
3
( )
|
.
|

\
|
=
S
S
R a I P
m
1
3
2
2
2
'
2
( )
2
2
2
'
2
3 R a I P
r
=

MOTOR AC ASINKRON 23


Rugi Tembaga Rotor untuk Sistem Tiga Fasa, adalah :


Daya Mekanik (Pm) atau Pout rotor =(1 - S) Pin rotor

MOTOR AC ASINKRON 24




H. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI
1. Pengujian beban nol (no load)
Dalam uji beban nol stator diberikan tegangan nominal sedangkan rotor
tidak dibebani dengan beban mekanis. Pada uji ini kita mengukur daya
masuk dan arus saluran. Daya masuk yang kita ukur adalah daya untuk
mengatasi rugi tembaga pada beban nol, rugi inti, dan daya celah udara
untuk mengatasi rugi rotasi pada beban nol. Dalam uji ini slip sangat kecil,
arus rotor cukup kecil untuk diabaikan sehingga biasanya arus eksitasi
dianggap sama dengan arus uji beban nol yang terukur.


2. Pengujian hubung singkat (rotor tertahan)
Gambar 23. Rangkaian Ekivalen motor induksi 3 fasa
Gambar 24. Rangkaian Ekivalen Uji Beban Nol

MOTOR AC ASINKRON 25

Uji ini analog dengan uji hubng singkat pada transformator. Dalam uji ini
belitan rotor di hubung singkat tetapi rotor ditahan untuk tidak berputar.
Karena slip s = 1, maka daya mekanis keluaran adalah nol. Tegangan
masuk pada stator dibuat cukup rendah untuk membatasi arus rotor pada
nilai yang tidak melebihi nilai nominal. Selain itu, tegangan stator yang
rendah (antara 10 20 % nominal) membuat arus magnetisasi sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Rangkaian ekivalen dalam uji ini adalah seperti
pada Gb.25.


Jika Pd adalah daya tiga fasa yang terukur dalam uji rotor diam, Id adalah
arus saluran dan Vd adalah tegangan fasa-fasa yang terukur dalam uji ini,
maka:










Gambar 25. Rangkaian Ekivalen Uji Hubung Singkat

MOTOR AC ASINKRON 26

I. NAMEPLATE MOTOR INDUKSI




Keterangan:
1. Horse Power =: Kemampuan putaran rotor menggerakkan beban makimum.
1HP = 746 W
2. Volt : biasanya mempunyai toleransi 10 %
3. AMPS : Kemampuan motor dengan beban maksimum
4. HERZT : Frekuensi jaringan listrik
5. RPM : Kecepatan putaran rotor saat tersambung beban maksimum
6. Service Factor : Faktor perkalian kemampuan daya mekanik dimana motor
bisa dioperasikan


J. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN

Kelebihan:
1. Mempunyai konstruksi yang sederhana. Relatif lebih murah
harganya bila dibandingkan dengan jenis motor yang lainnya.
2. Menghasilkan putaran yang konstan.
Gambar 26. Name plate

MOTOR AC ASINKRON 27

3. Mudah perawatannya.
4. Untuk pengasutan tidak memerlukan motor lain sebagai penggerak
mula.
5. Tidak membutuhkan sikat-sikat, sehingga rugi gesekan bisa
dikurangi.

Kekurangan
1. Putarannya sulit diatur.
2. Arus asut yang cukup tinggi, berkisar antara 5 s/d 6 kali arus nominal
motor


MOTOR AC ASINKRON 28

BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN

Motor induksi adalah motor yang berputar karena adanya tegangan terinduksi
yang timbul karena terpotongnya batang konduktor (rotor) oleh medan putar
stator.
Motor induksi pada dasarnya mempunyai 3 bagian penting sebagai berikut:
1. Stator
2. Celah
3. Rotor
Utamanya motor induksi dibedakan menjadi 2 yaitu rotor sangkar dan rotor
belitan
Rotor sangkar ,konstruksinya mirip sangkar burung memiliki 6 terminal
Rotor belitan, konstruksinya terdapat lilitan memiliki 9 terminal




MOTOR AC ASINKRON 29

DAFTAR PUSTAKA
http://ujangaja.wordpress.com/2008/04/16/motor-induksi/
http://ismujianto.blogspot.com/2008/03/motor-induksi-3-phase-pembahasan-
motor.html
http://icannugraha.blogspot.com/2011/08/prinsip-kerja-motor-induksi.html
http://asyraaf.blog.com/2008/11/12/motor-induksimotor-asinkron/
http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?page=1&submit.x=0&submit.y=0&qual=high&f
name=/jiunkpe/s1/elkt/1998/jiunkpe-ns-s1-1998-23492162-13490-sistem_belitan-
chapter2.pdf
http://uwing.wordpress.com/2009/01/09/motor-induksi/
http://www.4shared.com/rar/2BAiaRbG/MAKALAH_MOTOR_INDUKSI.html
http://www.scribd.com/doc/37594403/Makalah-Motor-Listrik

Anda mungkin juga menyukai