Anda di halaman 1dari 13

OLEH :

NURHADITS CARELLA ARYANDANI


1824042010

PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO S-1


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKSSAR
RUMUSAN MASALAH
Apa yang dimaksud rangkaian penyulut ?

Apa yang dimaksud metode penyulutan ?

Bagaiaman prinsip-prinsip pernecanaan rangkaian


penyulut ?

Jenis – jenis rangakaian penyulut ?


A. Pengertian Rangkaian Penyulut
Sebagaimana dijelaskan bahwa komponen
semikonduktor daya, seperti: dioda, SCR, transistor,
dan MOSFET, yang digunakan dalam rangkaian
elektronika daya dioperasikan sebagai sakelar
elektronis (electronic switching). Sakelar elektronis
memiliki sifat tidak akan dapat ON/OFF tanpa ada
rangkaian luar yang dapat membangkitkan signal/ pulsa
sebagai pemicu/ penyulut. Rangkaian luar yang
dimaksud adalah rangkaian pemicu atau rangkaian
penyulut (triggering circuits). Dengan demikian,
rangkaian pemicu/ penyulut merupakan rangkaian yang
digunakan untuk meng-ON-kan SCR, transistor, atau
MOSFET.
B. Metode Penyulutan
Penyulutan (triggering) atau penyalaan (firing) adalah peristiwa
mengkonduksikan thyristor. Metode penyulutan ini ada beberapa macam,
diantaranya adalah :

1. Memberikan Tegangan Breakover


Jika tegangan yang diberikan kepada SCR melebihi rating tegangan
breakdown, SCR akan diswitch dari keadaan tidak konduksi menjadi konduksi
karena mengalami ovalanche breakdown. Hal ini dapat merusak SCB.

2. Laju Perubahan Tegangan


Apabila tegangan yang diberikan pada Anoda lebih positif dari Katoda,
sambungan J2 pada struktur SCR akan dibias mundur dan pada sambungan
akan terbentuk kapasitansi. Jika suatu tegangan diaplikasikan dengan tiba –
tiba, arus pengisian akan mengalir dan cenderung mengkonduksikan
komponen. Jika muatan yang terdapat pada kapasitansi sambungan Cj
dinyatakan dengan Q dan tegangan yang diberikan dinyatakan dengan V, maka
:
𝑑𝑄 𝑑 𝑑 𝑑𝐶𝑗
𝑖𝑐 = = 𝐶𝑗 . 𝑉 = 𝐶𝑗 + 𝑉
𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡 𝑑𝑡
Laju perubahan kapasitansi sambungan dapat diabaikan karena
kapasitansi sambungan hamper konstan. Konstribusi arus pengisian
pada suku terakhir dapat diabaikan, sehingga persamaan dapat direduksi
menjadi :
𝑑𝑉
𝑖𝑐 = 𝐶𝑗
𝑑𝑡
Dengan demikian, laju perubahan tegangan (dV/dt) yang terjadi
pada komponen besar dapat mengakibatkan switching dari keadaan off
menjadi on.
• Temperatur
Jika temperatur naik, arus bocor pada sambungan yang dibias
mundur akan naik. Pada temperature yang tinggi, akan menyebabkan
SCR konduksi.

• Cahaya
Aksi turn-on karena pengaruh cahaya diperoleh karena radiasi
komponen. Ini dapat digunakan bergantian dengan penyulutan gate.
Penyulutan semacam ini mungkin diaplikasikan dimana rangkaian
memerlukan tanggapan cahaya atau isolasi secara kelistrikan antara
sinyal penyulut dan beban.
5. Penyulutan Gate
Ini adalah metode yang paling umum digunakan untuk
mengkonduksi thyristor. Penyulutan gate memerlukan
penguatan penyulutan yang tinggi yang merupakan
perbandingan arus anoda dan arus gate , sehingga
pengaturan hanya akan menggunakan daya yang rendah.
Jika arus gate yang diberikan pada komponen diperbesar,
tegangan breakover SCR akan turun, sehingga
memungkinkan SCR konduksi pada tegangan rendah.

Terdapat tiga kondisi yang harus dipenuhi agar SCR


dapat konduksi, yakni :
a. SCR harus dalam kondisi bias maju.
b. Pulsa gate yang diaplikasikan harus lebih positif
terhadap katoda.
c. Impedansi beban sepatutnya jangan terlalu tinggi
sehingga saat SCR dikonduksikan, dapat mencapai arus
latchingnya.
C. Prinsip – Prinsip Perencanaan Rangkaian
Penyulut
Dari beberapa methoda mengkonduksikan SCR seperti
yang disebutkan tadi, memberikan pulsa tegangan gate untuk
mengatur penyulutan merupakan methode yang paling umum
digunakan. Rangkaian pengatur gate ini umumnya disebut
dengan rangkaian penyulut, yang umumnya merupakan
rangkaian elektronika berdaya rendah. Rangkaian pengatur
gate ini harus dapat memenuhi dua fungsi umum, yaitu :

1. Untuk menghasilkan pulsa tegangan untuk tiap thyristor


pada saat yang tepat secara periodic dengan urutan
tertentu tergantung pada tipe rangkaian dayanya.
2. Pulsa yang dihasilkan oleh rangkaian pengatur biasanya
memiliki daya yang rendah, sehingga mungkin tidak
mampu menyulut thyristor jika diaplikasikan langsung.
Oleh karena itu, pulsa ini perlu dikopel ke terminal gate-
katoda thyristor melalui rangkaian pengendali (driver
circuit).
Rangkaian penyulut biasanya diisolasi dari
rangkaian daya. Pulsa yang dibangkitkan, setelah
dikuatkan dilewtkan melalui trafo pulsa dan rangkaian
clamping, sehingga diperlukan tegangan sumber dc yang
terpisah. Trafo pulsa berfungsi mengisolasi tegangan
rendah dari rangkaian penyulut dan tegangan tinggi dari
rangkaian anoda. Rangkaian clamping pada dasarnya
terdiri atas diode yang dihubung seri dengan terminal
gate.

Pulsa yang dihasilkan rangkaian penyulut ada tiga


jenis, yakni :
1. Penyulut pulsa tunggal. Pada penyulutan ini, lebar
pulsa harus dipertahankan hingga arus anoda mampu
mencapai arus latching dari thyristor. Pada beban yang
memiliki induktansi yang sangat tinggi, penyulut ini
kemungkinan gagal.
2. Penyulut pulsa dc kontinyu. Pada penyulut ini,
tegangan dc diaplikasikan pada terminal gate selama
periode konduksi. Penggunaan pulsa dc ini menjamin
keberhasilan penyulutan sekalipun induktansi beban
cukup tinggi, namun dengan konsekuensinya terjadi
didipasi daya yang besar.

3. Penyulut pulsa berantai. Penyulut ini banyak


digunakan karena akan menjamin arus anoda SCR dapat
mencapai arus latchingnya sekalipun beban memiliki
induktansi yang tinggi, juga disipasi daya pada gate yang
relatif rendah.
D. Jenis – Jenis Rangkaian penyulut
1. Rangkaian Penyulut dengan menggunakan Resistor
Pada rangkaian penyulut ini Resistor pembatas Rmin ditempatkan
antara anoda dan gate. Hal ini dilakuan agar dapat mencegah
dilewatinya arus gate maksimum, sehingga ketika tegangan suplai
mencapai puncaknya (Vm), maka :
𝑉
𝑅𝑚𝑖𝑛 > 𝑚
𝐼𝑔𝑓𝑚

Resistor penstabil Rb dipilih agar tegangan yang diaplikasikan


tidak melewati tegangan gate maju Vgfm. Dari pembagi tegangan :
𝑅𝑣 + 𝑅𝑚𝑖𝑛 𝑉𝑔𝑓𝑚
𝑅𝑏 ≤
𝐸 − 𝑉𝑔𝑓𝑚
SCR akan tersulut apabila nilai saat tegangan anoda e mencapai :
𝑒 = 𝑉𝑑 + 𝑉𝑔 + 𝐼𝑔𝑡 𝑅𝑣 + 𝑅𝑚𝑖𝑛
Dimana Vd adalah tegangan jatuh dioda D, Igt adalah arus gate
untuk menyulut SCR dan Vgt adalah tegangan gate untuk menyulut yang
berkaitan dengan nilai Igt.
Rv yang diserikan dengan Rmin digunakan untuk
mengatur arus gate untuk mendapatkan sudut penyulutan
yang diinginkan. Pada saat Rv = 0, arus yang mengalir adalah
arus gate maju puncak saat tegangan anodanya mencapai Vm,
yaitu pada saat 𝜔t = 90o . Namun SCR akan konduksi pada
saat arus gate mencapai nilai Igt dan SCR akan konduksi.
Selanjutnya nilai Rv dapat ditentukan dengan persamaan :
𝑉𝑚 − 𝑉𝑑 − 𝑉𝑔𝑡
𝑅𝑣 =
𝐼𝑔𝑓𝑚
Pada saat nilai Rv dicapai, arus gate adalah Igt yang
terjadi pada saat t = 90o . dengan demikian, rangkaian
penyulut ini dapat mengatur sudut penyulutan SCR dari 0 <
𝛼 < 90𝑜 .
2. Rangkaian Penyulut UJT
Dengan penyulut UJT, daya yang didisipasikan pada
terminal gate-katoda menjadi rendah, karena dihasilkan pulsa
penyulut yang pendek. Pada penyulut ini, UJT dioperasikan
sebagai osilator relaksasi untuk memperoleh pulsa yang tajam
penyulut ini juga memiliki stabilitas frekuensi yang baik terhadap
perubahan tegangan sumber dan temperatur.

3. Penyulut IC TCA 785

IC TCA 785 merupakan jenis rangkaian terintegrasi yang


khusus dirancang untuk SCR atau TRIAC. IC ini dapat
memberikan pulsa penyulutan dari 0 – 180o. Sinyal sinkronisasi
diperoleh dari sumber tegangan ACyang akan diatur dengan
melewatkannya pada suatu resistor ke pin 5. Zero Crossing
Detector (ZCD) mendeteksi saat tegangan fasa melalui titik ),
yang selanjutnya disimpan pada penyimpan data sinkronisasi.
THANK YOU 

Anda mungkin juga menyukai