Abstrak
Sistem proteksi memegang peranan penting dalam kelangsungan dan keamanan PT. PLN UPT
Semarang dalam menyuplai energi. Sistem proteksi berfungsi untuk melindungi sistem tenaga listrik, operator,
dan peralatan itu sendiri dari bermacam-macam gangguan yang mungkin terjadi.
Arrester merupakan salah satu peralatan dalam sistem proteksi untuk melindungi dari gangguan
tegangan lebih yang berasal dari sambaran petir. Beberapa jenis arrester dikembangkan untuk meminimalis
dampak gangguan. Satu diantaranya adalah metal oxide arrester atau arrester tipe seng oksida.
Untuk menjaga keandalan dan menjamin berfungsinya peralatan dengan baik dalam hal ini arrester,
diperlukan pemeliharaan rutin sesuai dengan prosedur. Selain pemeliharaan yang baik, lokasi penempatan
arrester pun berpengaruh terhadap unjuk kerja arrester.
Kata kunci : arrester, metal oxide arrester, koordinasi isolasi
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada suatu gardu induk arrester sangat
diperlukan untuk melindungi peralatan dari
gangguan petir. Gangguan petir pada sistem
tenaga listrik dapat mengakibatkan kerusakan
pada peralatan tegangan tinggi, peralatan kontrol,
telekomunikasi dan peralatan lainnya.
Untuk mendapatkan unjuk kerja yang baik
pada arrester, diperlukan pemeliharaan yang
rutin, baik, dan sesuai prosedur. Selain itu
penempatan arrester yang optimum juga sangat
mempengaruhi fungsi arrester dalam melindungi
peralatan dari tegangan lebih yang disebabkan
oleh gangguan petir.
1.2 Tujuan
Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan
arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kV
Srondol.
1.3 Batasan Masalah
a. Pembahasan tentang pemeliharaan arrester
pada Gardu Induk 150 kV
b. Pembahasan lokasi penempatan arrester pada
Gardu Induk 150 kV Srondol
II. ARRESTER
Arrester adalah alat pelindung bagi
peralatan sistem tenaga listrik terhadap tegangan
b. Spark gap
1
Keterangan:
1. Konduktor fasa
2. Arrester
3. Miliammeter
4. Discharge counter
5. Pentanahan
N Merk/
o Type
Mitsubishi
1
/ Mal-P
Mitsubishi
2
/ Mal-P
Mitsubishi
3
/ Mal-P
Mitsubishi
4
/ Mal-P
Mitsubishi
5
/ Mal-P
Mitsubishi
6
/ Mal-P
Gambar 4 Miliammeter
TerRated
pasang
Current
Bay P.
20 kA
lamper I
Bay P.
20 kA
Lamper II
Bay
20 kA
Krapyak I
Bay
20 kA
Krapyak II
Trafo I
20 kA
Trafo II
20 kA
Voltage
138
kV
138
kV
138
kV
138
kV
138
kV
138
kV
b. Pemeliharaan Tahunan
Pemeliharaan tahunan dilaksanakan dalam
keadaan tidak operasi, dan sebaiknya dilakukan
menjelang musim hujan.
No.
1.
Discharge
counter
2.
Rumah isolator
3.
Miliammeter
Rumah isolator
2.
Tahanan antara
elektroda dengan
elektroda
3.
Tahanan
pentanahan
4.
Miliammeter
5.
Discharge
counter
Membersihkan
rumah isolator dan
memeriksa
apakah
ada keretakan
Mengukur tahanan
antara
elektroda
dengan
elektroda
apakah
masih
memenuhi
persyaratan
Mengukur tahanan
pentanahan arrester
apakah
masih
memenuhi
persyaratan
Melakukan
pengujian fungsional
Melakukan
pengujian fungsional
No.
1.
Cara Pelaksanaan
c. Pemeliharaan 10 Tahunan
Pemeliharaan ini dilaksanakan dengan
mengirim arrester ke laboratorium untuk ditest
kembali.
a. Pemeliharaan harian
Pemeliharaan harian dilaksanakan dalam
kondisi operasi.
Peralatan /
komponen
yang diperiksa
Peralatan /
komponen yang
diperiksa
Cara Pelaksanaan
Memeriksa discharge
counter dan mencatat
bila ada kenaikan
Memeriksa
rumah
isolator secara visual
(ada
tidaknya
keretakan)
Memeriksa
penunjukkan
miliammeter
4.1
Jarak
Maksimum
Arrester
Dan
Transformator yang Dihubungkan dengan
Saluran Udara
Perlindungan yang baik diperoleh jika
4
Kawat tanah
S
Arrester
Ea
Trafo
Jika
arrester
dihubungkan dengan
menggunakan saluran udara terhadap alat yang
diindungi, maka untuk menetukan jarak yang
baik antara arrester dengan trafo, dinyatakan
dengan persamaan (TS. Hutahuruk, 1989:113).
(1)
Dengan nila-nilai:
= 650 kV
Ea = 460 kV
A = 1000 kV/ s
dengan:
Ep = Tingkat Isolasi Dasar trafo (kV)
Ea = tegangan pelepasan arrester (kV)
A = kecuraman gelombang (kV/ s)
S = jarak antara arrester dengan transformator (m)
v = kecepatan merambat gelombang (m/ s)
v = 300 m/ s
maka:
meter
Didapatkan jarak menurut perhitungan
antara arrester dengan peralatan adalah 28,5
meter, sedangkan dalam kenyataan di lapangan
jarak antara arrester dengan peralatan sejauh 25
meter untuk arrester yang terpasang pada ujung
saluran, dan 2 meter yang terpasang sebelum
trafo (apabila dilihat dari ujung saluran), sehingga
pemasanganya masih di bawah harga maksimum.
Untuk jarak perlindungan ini dapat dikatakan
aman bagi peralatan.
Untuk mendapatkan perlindungan yang
optimal, maka jarak antara arrester dan peralatan
(S) harus sekecil mungkin agar Ep yang
didapatkan tidak melebihi kekuatan isolasi alat
(BIL).
V. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisa dan evaluasi
Kerja Praktek secara langsung pada PT. PLN
(Persero) P3B JB Region Jawa Tengah dan DIY
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hutahuruk, TS, Gelombang Berjalan dan
Proteksi Surja, Erlangga, Jakarta, 1989,
[2] Tobing, Bonggas L, Peralatan Tegangan
Tinggi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta, 2003.
[3] PT PLN, Buku Petunjuk Operasi &
Memelihara Peralatan, PT PLN
Pembangkitan dan Penyaluran Jawa
Bagian Barat, Jakarta, 1981.
[4] PT PLN, Lightning Arrester, PT PLN
Pembangkitan dan Penyaluran Jawa
Bagian Barat, Jakarta, 1981.
[5] Zoro, Reynaldo, Masalah Tegangan Tinggi,
Institut Teknologi Bandung, Bandung,
1986.