FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN LENGKAP
“FLEBOTOMI DAN PEMERIKSAAN GOLONGAN DARAH”
OLEH :
KELOMPOK 2
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
klinik. Selain itu, laporan ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
pemeriksaan golongan darah bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
bahwa laporan lengkap ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
Kelompok 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...........................................................................................iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
I.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
I.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 2
I.3 Tujuan ................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 4
II.1 Flebotomi .............................................................................................. 4
II.1.1 Sejarah dan Pengertian Flebotomi ........................................................ 4
II.1.2 Syarat/kriteria Flebotomi........................................................................ 8
II.1.3 Alat-alat Yang Digunakan ...................................................................... 8
II.1.4 Komplikasi ........................................................................................... 14
II.2 Pemeriksaan Golongan Darah ............................................................ 19
II.2.1 Pengertian Darah ................................................................................ 19
II.2.2 Golongan Darah .................................................................................. 20
II.2.3 Pembagian Golongan Darah Sistem ABO ........................................... 20
II.2.3 Pembagian Golongan Darah Sistem rhesus ........................................ 21
II.2.4 Antigen dan Antibodi ........................................................................... 22
II.2.5 Prinsip Penggolongan Darah ............................................................... 23
II.2.6 Antikoagulan dan Antisera ................................................................... 23
II.2.7 Plasma dan Serum .............................................................................. 24
II.2.8 Penanganan Spesimen Darah............................................................. 26
BAB III METODE KERJA.................................................................................. 28
III.1 Alat dan Bahan .................................................................................... 28
III.2 Prosedur Kerja .................................................................................... 28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 30
IV.1 Hasil .................................................................................................... 30
IV.2 Pembahasan ....................................................................................... 31
BAB V PENUTUP ............................................................................................. 36
V.1 Kesimpulan ......................................................................................... 36
V.2 Saran .................................................................................................. 36
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 36
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Golongan darah merupakan hal vital dalam proses transfusi darah dan
dapat diperoleh dari pelatihan, atau pendidikan baik dari institusi atau
perlu mengidentifikasi darah apa yang akan diambil dan peralatan apa yang
2019).
penggolongan darah ABO dan sistem rhesus. Sistem golongan darah ABO
ditentukan oleh ada atau tidak adanya antigen (Ag) A dan antigen B yang
terekspresikan pada sel darah merah serta ada tidaknya antibodi (Ab) A
1
darah rhesus (faktor Rh) yaitu penggolongan darah yang hasilnya positif
golongan darah.
I.3 Tujuan
pediatri
2
6. Untuk mengetahui dan memahami sistem penggolongan darah
Rh
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Flebotomi
putih. Pada tahun 1210, tukang potong rambut dan ahli bedah berkumpul
dibagi menjadi Surgeons of the Long Robe dan Lay – Barbers dan
4
Selama abad ke 17 dan 18, proses mengeluarkan darah dianggap
10 ml tetapi pada saat itu flebotomi yang berlebihan adalah hal yang biasa.
et al, 2014).
potongan kecil di kulit untuk memancing lintah menggigit. Setelah lintah itu
tanah. Dua jenis alat penyedotan darah di kembangkan selama periode ini
5
Scarificator memiliki bentuk bulan sabit dan pisau pegas yang tersembunyi
kekebalan tubuh berfungsi lebih efisein dan sel darah merah membawa
profesional antara lain perawat, bidan, dokter, dokter muda, tenaga analis
berkembang. Saat ini tujuan flebotomi adalah memperoleh darah untuk tes
biasanya dipakai darah vena. Vena yang paling menonjol adalah vena
mediana cubiti, vena sefalika dan vena basalika. Vena mediana cubiti
daerah dengan letak syaraf yang sedikit. Vena tersebut merupakan pilihan
utama untuk pungsi vena, diikuti dengan vena sefalika mediana. Vena
6
basilika adalah pilihan terakhir karena dekat dengan syaraf medianus dan
arteri brakialis yang bisa saja tertusuk tanpa sengaja (Kiswari, 2014).
posisi pasien saat pengambilan darah vena dapat duduk atau berbaring
lalu dipilih lengan yang banyak melakukan aktivitas. Pasien diminta untuk
Pembuluh darah vena yang dipilih biasanya bagian vena mediana cubiti.
kulit pada bagian yang akan diambil darahnya dengan alkohol 70%
dipegang lagi. Vena yang telah dibersihkan dengan alkohol 70% tadi
sudut kemiringan antara jarum dan kulit 15 derajat, tekan tabung vakum
sehingga darah terisap ke dalam tabung dan ketika jarum berhasil masuk
vena, akan terlihat darah masuk dalam semprit. Torniquet dilepas dan
dan volume yang lebih banyak, digunakan tabung vakum yang lain. Jarum
diplester bagian ini selama ± 15 menit. Tabung vakum yang berisi darah
7
dibolak-balik kurang lebih 5 kali agar bercampur dengan antikoagulan
a. Kemampuan teknis
b. Kemampuan mental
dalam kondisi tekanan dan selalu mengikuti prosedur tertulis yang telah
baku dan menjadi penghubung yang baik antara pasien dan laboratorium.
berikut:
a. Holder
8
Gambar 1. Holder
b. Spuit
Gambar 2. Spuit
darah yang akan diambil, volume spuit bervariasi dari 1ml, 3ml, 5ml
c. Tourniquet
9
Gambar 3. Tourniquet
d. Kapas
Gambar 4. Kapas
e. Plester
10
Gambar 5. Plester
f. Wing needle
(Gandasoebrata, 2010).
Gambar 7. Vacutainer
udara, terbuat dari kaca atau plastik. Ketika tabung dilekatkan pada
11
jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti
(Ramdhani.2019)
test)
12
6. Tabung tutup hijau. Tabung ini berisi natrium atau lithium
7. Tabung tutup biru gelap. Tabung ini berisi EDTA yang bebas
pemeriksaan imunohematologi.
12. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas berisi
h. Jarum Vacutainer
13
ujungnya. Ujung satu (ujung belakang) untuk menembut tutup karet
lancet. Lancet darah yang sebaiknya juga dibuat untuk sekali pakai
II.1.4 Komplikasi
a. Pendarahan
14
Komplikasi pendarahan lebih sering terjadi pada pengambilan
karena:
hemofilia)
b. Pingsan (Syncope)
15
cepat, bahkan bisa sampai muntah. Pingsan dapat disebabkan
satu sisi
panjang
16
c. Hematoma
belum dikendurkan
d. Alergi
ada pada sarung tangan, turniket atau plester. Gejala alergi bisa
17
kadangkadang bahkan bisa (shock). cara mengatasi komplikasi
alergi, yaitu:
latex
e. Trombosis
pembuluh darah. Hal ini juga terlihat pada kelompok pengguna obat
f. Komplikasi neuologis
pula terjadi.
18
a) Pasien yang mengalami serangan saat pengambilan darah
tidak tergigit.
hubungi dokter
Darah berasal dari bahasa Yunani yakni hemo, hemato dan haima
yang berarti darah. Darah adalah cairan yang terdapat pada semua
hormon dari sistem endokrin juga diedarkan melalui darah (Sugianto &
Zundi, 2017)
19
II.2.2 Golongan Darah
anti-A dan serum anti-B ke darah yang akan dikenali kemudian melakukan
komputerisasi, golongan darah dapat dikenali melalui pola dari citra darah
yang telah telah ditetesi serum anti A dan anti B. Setelah melalui beberapa
menentukan jenis golongan darah dari citra darah tersebut (Putra, dkk.,
2018)
(O) atau tidak mempunyai antigen A dan B yang terdapat di permukaan sel
darah merah dapat menentukan jenis golongan darah dari orang tersebut.
Fenotip dan genotip dari ayah dan ibu merupakan penyumbang terbesar
20
Metode ini didasarkan pada prinsip reaksi antara aglutinogen (antigen)
pada permukaan eritrosit dengan aglutinin yang terdapat dalam serum atau
al, 2018)
21
(Retyanto et al, 2018)
di dalam sel darah merah. Rhesus terdiri dari dua komponen yaitu Rhesus
positif (RH+), dan rhesus negatif (RH). Golongan darah rhesus positif jika
negatif jika di dalam darah tidak terdapat antigen-D (Rezki, dkk., 2021)
Antigen adalah zat yang dapat merangsang respon imun atau bahan
Antigen terdapat pada permukaan sel darah merah, yang terdiri atas bilipid
antigen ini juga dapat terdistribusi secara luas di berbagai jaringan tubuh
22
lain yaitu kelenjar liur, pankreas, saliva, testis, ginjal, hati, semen dan cairan
ditemukan dalam serum dan jaringan dan mengikat antigen secara spesifik.
Antibodi dapat dikenal bila antibodi itu bereaksi dengan antigen dan
sebaliknya. Dalam golongan darah interaksi ini biasanya dapat dilihat dari
2002)
Antigen ini akan bereaksi dengan antibodi yang ada didalam serum. Setiap
proses pembekuan darah. Fungsi zat aditif ini kebalikan dari clot activators.
23
disesuaikan dengan jenis peme riksaan Antikoagulan
spesimen darah utuh (whole blood) atau plasma setelah melalui sentrifugasi
(Nugraha, 2022)
reagen antisera AB, maka terjadi aglutinasi pada darah yang di tetesi
terbentuk aglutinasi. Dari segi reagen metode ini kurang ekonomis, maka
kuning yang menjadi medium sel-sel darah, di mana sel darah ditutup. 55%
24
terdiri dari 90% berupa air dan 10% berupa larutan protein, glukosa, faktor
serum terdapat dua protein yaitu albumin dan globullin. Antibodi berada di
melawan antigen asing. Komposisi serum sama dengan plasma yaitu 91%
air, 8% protein, dan 0,9% mineral. Akan tetapi didalam serum tidak ada
25
II.2.8 Penanganan Spesimen Darah
26
Setelah komponen darah terpisah, langkah selanjutnya yakitu
benang fibrin pada serum yang dapat menyumbat pemeriksaan, serta untuk
penyimpanan.
pada umumnya maksimal 2-3 hari. Jika lebih maka perlu dilakukan
27
BAB III
METODE KERJA
III.1.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum kali ini antara lain:
III.1.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini yaitu alkohol
70%, kapas, plaster, lancet, needle lancet, tusuk gigi, anti serum A, B, O
III.2.1 Flebotomi
Setelah itu, pasang jarum pada holder dengan erat. Kemudian tentukan
vena dengan memilih bagian vena median cubital, cephalic, atau basilic
dan biasanya vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki
dengan menggunakan kapas alkohol dan biarkan kering. Kulit yang sudah
28
sudut sekitar 15 derajat dengan lubang jarum menghadap ke atas. Lalu
cukup. Setelah itu, kapas steril diletakkan, jangan menekuk siku agar tidak
menimbulkan memar. Lalu dibuang alat dan bahan yang sudah digunakan
pada tempatnya.
menggunakan alkohol swab. Setelah itu, atur lanset dan tutup ujung jari
dengan menggunakan kapas alkohol swab dan pijat jari secara perlahan
hingga keluar darah dibagian yang ditusuk tadi. Lalu, teteskan pada kertas
pada kolom yang bertuliskan AB teteskan satu tetes antisera AB. Dan pada
kolom yang bertuliskan D atau Rh teteskan satu tetes antisera D atau Rh.
29
BAB IV
IV.1 Hasil
Tn. Yanto berusia 38 tahun memiliki berat badan 58 kg dengan tinggi badan
170 memiliki kulit putih pucat. Beliau sangat ingin melakukan transfusi darahnya
kepada salah satu dari beberapa pasien yang ada di rumah sakit. Tn. Yanto tidak
Tn. Rio teteskan keatas kertas tes, lalu masing-masing ditetesi antisera A, antisera B,
antisera AB, dan antisera D. Hasilnya tidak ada satupun yang mengalami
30
4. Tn. Zero (40 tahun berat badan 70 kg menderita hemofilia, golongan
darahB-)
Tn. Yanto pernah menderita TB selama 6 bulan saat berusia 25 tahun dan telah
dinyatakan sembuh hingga saat ini. Beliau baru saja melakukan pencabutan gigi 9
hari yang lalu, operasi usus buntu 1,5 tahun yang lalu, dan pernah menderita malaria
MCV : 85 fL 80-100 fL
IV.2 Pembahasan
Darah merupakan bagian yang sangat penting dalam tubuh manusia begitu
juga dalam hal penggolongan darah manusia yaitu terdapat empat golongan darah
manusia yang umum dikenal dan merupakan penggolongan darah yang penting yaitu
golongan darah A, B, AB dan O. dalam proses transfusi darah dari satu orang ke
orang lain, pengenalan golongan darah harus dilakukan untuk menghindari hal-hal
akan dapat membahayakan nyawa penerima karena terjadi pembekuan darah akibat
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya
31
perbedaan jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah
merah. Golongan darah yang dimiliki oleh setiap orang berbeda karena adanya
antigen di dalam darah. Pada sistem penggolongan darah ABO, antigen A, B, atau
tidak adanya antigen A maupun B yang terdapat di permukaan sel darah merah
dapat menentukan jenis golongan darah dari setiap orang. Karena sifat golongan
kedua setelah sistem ABO, namun terdapat perbedaan, dimana pada rhesus
Pada pemeriksaan tipe golongan darah setiap orang, golongan darah A akan
golongan darah O tidak akan menggumpal jika ditambahkan reagen anti-A, anti-B
maupun anti-AB. Aglutinasi yang terjadi tersebut karena adanya reaksi antigen dan
antibodi sejenis. Jika antigen dan antibodi tidak sejenis jika diberikan reagen maka
tidak akan menimbulkan aglutinasi. Sehingga tipe golongan darah akan mudah
terdeteksi apabila diberi reagen atau juga dapat dengan menambahkan serum
Golongan darah merupakan karakteristik khas dari sel darah merah yang
memiliki kandungan protein dan karbohidrat berbeda. Orang yang memiliki rhesus
32
(antibodi D) ditandai dengan reaksi positif berupa aglutinasi pada darah. Sedangkan
orang yang memiliki rhesus negatif (Rh-), mengindikasikan darahnya tidak memiliki
akan menunjukkan reaksi negatif atau tidak terjadi penggumpalan (Suyasa et al.,
2017).
Berdasarkan Kasus Tn. Yanto diatas, dikatakan bahwa pada saat melakukan
Antisera D. tetapi hasilnya tidak ada satupun yang menggumpal. Hal ini, dapat di
interpretasikan bahwa Tn. Yanto memiliki golongan darah O-negatif. Dimana, orang
dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor universal. Namun, orang
dengan golongan darah O-negatif hanya dapat menerima darah dari sesama O-
Golongan Rhesus negatif memiliki antibodi Rhesus (anti Rh) pada plasma
darahnya dan tidak memiliki antigen. Orang bergolongan Rhesus negatif bisa
menjadi donor terhadap golongan Rhesus negatif maupun Rhesus positif (dalam
darahnya kepada Rhesus positif saja, dan tidak boleh ke Rhesus negatif. Alasannya
sama seperti golongan darah ABO, yaitu karena Rhesus positif sebagai donor
memiliki antigen (antigen Rhesus) dan Rhesus negatif sebagai resipien memiliki
(aglutinasi) antigen Rhesus oleh anti Rhesus, dan bisa menyebabkan kematian
sang resipien (Widiyanti et al., 2019). Dan berdasarkan uraian kasus tersebut, Tn.
namun Tn. Ajis lebih diutamakan dalam mendapat donor darah dari Tn. Yanto
33
dikarenakan golongan darah O merupakan donor darah universal dan Tn. Ajis
memiliki rhesus yang sama dengan Tn. Yanto, kemudian dilihat dari kondisinya juga
yaitu Tn. Ajis berada dalam keadaan darurat berupa kecelakaan berat
pustaka, syarat bagi seorang pendonor darah antara lain tidak berpenyakit jantung,
hati, paru-paru, ginjal, kencing manis, penyakit pendarahan, kejang, kanker, dan
penyakit kulit kronis, serta tidak menderita penyakit HIV / AIDS (Sonita, A., dkk,
2019).
Berdasarkan hasil pemeriksaan Tn. Yanto dengan usia 37 tahun dan berat badan
57 kg, diperoleh hasil tekanan darah 100/70 mmHg, denyut nadi 70 kali/menit, suhu
tubuh 370C, dan hemoglobin 14 g/dL. Berdasarkan pustaka, seseorang dapat
melakukan transfusi darah dengan kriteria sebagai berikut yaitu usia minimal 17 tahun,
berat badan 55 kg, tekanan darah sistol 90 hingga 160 mmHg dan tekanan darah
diastole 60 hingga 100 mmHg, denyut nadi 50 hingga 100 kali per menit, suhu tubuh
36,5-37,50C, dan hemoglobin 12,5 hingga 17 g/dL [Menkes RI, 2015]. Berdasarkan
uraian data kesehatan, Tn. Yanto dapat melakukan transfusi darah.
Untuk pemeriksaan riwayat penyakit, Tn. Yanto pernah menderita TB selama 6
bulan saat berusia 25 tahun dan telah dinyatakan sembuh hingga saat ini.
Berdasarkan pustaka, jika seseorang menderita malaria maka masa penolakan
transfusi darah yaitu 2 tahun setelah tanggal pernyataan telah sembuh [Menkes RI,
2015]. Tn. Yanto juga baru saja melakukan pencabutan gigi 9 hari yang lalu.
Berdasarkan pustaka, untuk kondisi cabut gigi maka masa penolakan transfusi darah
yaitu 1 minggu jika tidak ada keluhan [Menkes RI, 2015]. Selain itu, Tn. Yanto juga
pernah menjalani operasi usus buntu 1,5 tahun yang lalu. Berdasarkan pustaka, untuk
kondisi pembedahan maka masa penolakan transfusi darah yaitu tidak ada
penyumbangan darah hingga sembuh total dan sehat [Menkes RI, 2015]. Pada 4
tahun yang lalu, Tn. Yanto juga pernah menderita penyakit malaria. Berdasarkan
pustaka, masa penolakan transfusi darah untuk penyakit malaria yaitu 3 tahun dan
tetap asimptomatik [Menkes RI, 2015]. Berdasarkan uraian riwayat penyakit yang
34
diderita, Tn. Yanto masih bisa melakukan transfusi darah.
35
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
disimpulkan bahwa golongan darah nya adalah O-, dimana hal ini sudah sesuai
dengan Pustaka yaitu, golongan darah O tidak terjadi aglutinasi pada saat di tetesi
dengan Anti-A,Anti-B, Anti AB , dan tidak terjadi penggumpalan pada saat di tetesi
anti-D (-). Dan berdasarkan kasus Tn, Yanto dikatakan bahwa Tn. Yanto memiliki
golongan darah O-, dan dapat mendonorkan darahnya kepada ke seluruh 4 pasien,
V.2 Saran
Untuk laboratorium diharapkan tetap di jaga kesterilan tempat dan alat, agar
tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti infeksi dan terjadi kontaminasi. Lalu,
mekanisme minggu daring dan luring yang menyesuaikan situasi saat ini yaitu di masa
pandemi Covid-19 ini, nah di minggu daring itu kita di ajarkan mengenai materi dan
cara kerjanya yang akan membuat kita siap untuk melakukan praktikum di minggu
luringnya, diharapkan untuk dapat mempertahankan dan jika perlu ditingkatkan lagi
36
DAFTAR PUSTAKA
Amalia, P., Kurniawan, E., Rahayu, I. G., & Noviar, G. 2019. Analisis Faktor- Faktor
Kepatuhan Penerapan Standar Operasional Prosedur Pengambilan Darah
Vena. Jurnal Riset Kesehatan Poltekkes Depkes Bandung. 11(2): 211-217.
Bayususetyo, D., Santoso, R., & Tarno. 2017. Klasifikasi Calon Pendonor Darah
Menggunakan Metode Naïve Bayes Classifier. Jurnal Gaussian. 6 (3). 193–
200.
Ellyani, S. 2022. Immunohematology dan Sistim Golongan Darah. Jakarta: Depkes
RI.
Gandosoebrata, R. 2010. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Penerbit Dian
Rakyat.
Ganong, William F. 2003. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi-20. Jakarta: ECG.
Handayani, W. & Haribowo, AS. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan
Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Hoffbrand, A. V., Moss, P. A. H., & Pettit, J. E. 2005. Kapita Selekta Hematologi (Edisi
4). Jakarta : EGC.
37
Cara Penyelenggaraan Laboratorium Klinik yang Baik.
Putra, A. B. W., Utomo, D. S. B., & Rahmawan, M. D. 2018. Verifikasi Golongan
Darah Manusia Berbasis Citra Dijital Menggunakan Logika Fuzzy. JST (Jurnal
Sains Terapan). 4(1), 23-32.
Ramdhani Rizky. 2019. Variasi Volume Sampel Darah Pada Tabung Vacutainer Edta
Terhadap Pemeriksaan Darah Lengkap. Media of Medical Laboratory Science.
Volume 3.
Retyanto, B. D., Maghfiroh, D. I., & Hidayah, I. 2018. Rancang Bangun Prototipe Alat
Ukur Golongan Darah ManusiaBerbasis Arduino Uno. Jurnal Kajian Pendidikan
Sains. IV(02).
Rezki, K. E., Oktarianti, R., Wiyono, H. T., & Purwatiningsih, P. 2021. Distribusi dan
Frekuensi Alel Golongan Darah Sistem ABO dan Rhesus pada Penduduk Pulau
Gili Ketapang Probolinggo. Biosaintropis (Bioscience-Tropic). 7(1): 91-96.
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S..2007. Buku Ajar
Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
Sugianto, C. A., & Zundi, T. M. 2017. Rancang Bangun Aplikasi Donor Darah Berbasis
Mobile di PMI Kabupaten Bandung. KOPERTIP: Jurnal Ilmiah Manajemen
Informatika dan Komputer. 1(1): 11-18.
38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Flebotomi
Gambar 4. Identitas Pasien dicatat sebelum Gambar 8. Jarum ditusuk pada lokasi vena dengan
pengambilan darah posisi 15° dan jarum menghadap ke
atas
Gambar 5. Tourniquet dipasang pada lengan Gambar 9. Tourniquet dilepas saat proses
pasien pengambilan darah vena
Gambar 6. Jarum pada holder dipasang Gambar 10. Tabung vakutainer dilepaskan setelah
proses pengambilan spesimen
darah
39
Gambar 11. Kapas dan plester diletakkan di tempat
penusukan (pengambilan darah vena)
40
Lampiran 2. Pemeriksaan Golongan darah
darah
41
Gambar 21. Tetesi masing-masing antisera sesuai
dengan golongan darah Gambar 22. Amati hasil dan perubahan
42
43