LABORATORIUM FARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS
HASANUDDIN MAKASSAR
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki beragam suku, di setiap suku biasanya memiliki sesuatu yang
obat. Simplisia merupakan bahan dari alam yang digunakan sebagai obat dan
belum mengalami proses apapun. Simplisia yang diambil dari tanaman disebut
simplisia nabati. Zat aktif yang terdapat di dalam suatu simplisia akan
oleh beberapa faktor seperti tempat tumbuh, iklim, umur tanaman, cara mengolah
hasil panen tanaman obat menjadi simplisia menjadi sangat penting karena tidak
semua hasil panen langsung digunakan atau diolah karena akan mengalami
bahan baku tanaman obat yang bersifat musiman (Najir, 2018). Untuk itu perlu
proses yang panjang, mulai dari pengeringan tanaman segar dan selanjutnya hasil
olahan disari. Penyarian yang disebut dengan ekstraksi juga melibatkan pelarut
1
dihasilkan berupa ekstrak cair kemudian dipekatkan dengan cara menghilangkan
atau mengurangi cairan penyari menjadi ekstrak kental atau bahkan menjadi
pelarut. Penguapan (evaporasi ) adalah perubahan suatu zat cair menjadi uap pada
beberapa suhu dibawah titik didihnya (Assomadi & Lathif, 2008). Penguapan
I.2 Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Famili : Verbenaceae
Genus : Vitex
Legundi termasuk tanaman perdu, tumbuh tegak, tinggi 1-4 m, dan batang
helaian anak daun berbentuk bulat telur sungsang, ujung dan pangkal runcing, tepi
3
hijau, permukaan bawah berambut rapat warna putih, penjang 4-9,5 cm, lebar
1,75-3,75 cm. Bunga majemuk berkumpul dalam tandan, berwarna ungu muda,
keluar dari ujung tangkai. Buahnya berbentuk bulat dan daun berbau aromatik
Legundi memiliki rasa pahit, pedas, dan bersifat sejuk. Beberapa bahan
demam, migren, sakit kepala (cephalgia), sakit gigi, sakit perut, diare, mata
merah, rematik, beri-beri, batuk, luka terpukul, luka berdarah, muntah darah,
eksim, haid tidak teratur, prolapsus uteri, dan pembuluh serangga. Manfaat
digunakan untuk obat cacing dan peluruh haid. Daunnya untuk analgesik,
antipiretik, obat luka, pelurh kencing, peluruh kentut, Pereda keang, menormlkan
4
II.2 Simplisia
belum mengalami pengolahan apapun, kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang
a. Simplisia Nabati
tanaman dan eksudat tanaman (isi sel yang spontan keluar dari tanaman
atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya ataupun zat-zat nabati
b. Simplisia Hewani
hewan atau zat yang dihasilkan hewan yang masih belum berupa zat
kimia murni. Contohnya: minyak ikan (Oleum iecoris asselli) dan madu
5
c. Simplisia Pelikan atau Mineral
bumi berupa bahan pelikan atau mineral, baik telah diolah atau belum
dan tidak berupa zat kimia murni. Contohnya: serbuk seng (Zn) dan
serbuk tembaga (Cu) (Depkes RI, 1979; Utami dkk., 2013; Evifania
dkk., 2020).
1) Kulit batang atau klika (korteks) diambil dari batang utama dan
6
5) Bunga (flos) dapat berupa kuncup, bunga mekar atau mahkota
bawah tanah
dengan tangan
10) Umbi lapis (bulbus) diambil dengan cara tanaman dicabut, bulbud
b. Sortasi Basah
c. Pencucian
Agar bahan baku bersih dan bebas dari tanah atau kotoran yang
PDAM, air sumur, atau air sumber yang bersih. Bahan simplisia yang
7
air sebaiknya dicuci sesingkat mungkin agar zat yang terkandung dalam
d. Perajangan
e. Pengeringan
pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya. Enzim tertentu dalam sel
masih dapat bekerja menguraikan senyawa aktif sesaat setelah sel mati
8
Tabel 1. Persyaratan kadar air setiap tanaman
No Bagian Tanaman Kadar Air (%)
1. Kulit Batang <10
2. Batang <10
3. Kayu <10
4. Daun <5
5. Bunga <5
6. Pucuk <8
7. Akar <10
8. Rimpang <8
9. Buah <10
10. Biji <10
11. Kulit Buah <8
12. Bulbus <8
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Cara Pembutatan Simplisia
1985
f. Sortasi Kering
yang masih ada dan tertinggal. Proses ini dilakukan sebelum simplisia
berubah mutunya karena beberapa faktor, baik dari dalam maupun dari
simplisia disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan terhindar dari
9
h. Pemeriksaan Mutu
mengandung lender, tidak berubah warna dan berubah bau, serta tidak
yaitu :
a. Cahaya
c. Oksidasi
d. Dehidrasi
10
e. Absorbsi air
sekitarnya
f. Kontaminasi
Sumber kontaminan utama berupa debu, pasir, kotoran, dan bahan asing
g. Serangga
h. Kapang
Bila kadar air simplisia masih tinggi, maka akan mudah ditumbuhi
kapang, jamur, ragi, dan jasad renik lain yang dapat menguraikan
konsumen.
a. Parameter spesifik
11
rasa, bentuk dan warna yang tidak serupa dengan tanaman asalnya,
dkk., 2020).
b. Parameter nonspesifik
dalam buku material medika Indonesia adalah tidak lebih dari 8%.
bahan pangan, saat dibakar bahan organic akan habis terbakar tetapi
bahan bisa bisa berupa garam garam organik (asam mallat, oksalat,
dari 1%. Semakin tinggi kadar abu tidak larut asam menunjukan
12
tanah atau pasir, bahkan unsur logam perak, timbal maupun
berupa serbuk sangat kasar, kasar, agak kasar, halus, dan sangat halus (Depkes RI,
2017).
Sangat kasar 8 20 60
Kasar 20 40 60 20 60 40
Setengah kasar 40 40 80 40 60 60
Halus 60 40 100 80 60 120
Sangat halus 80 100 80 120 100 120
Sumber: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia, Edisi IV.
1995.
II.3 Ekstraksi
terpisah dari zat yang tidak larut dari bagian tanaman, bagian hewan termasuk
biota laut dengan pelarut/penyari zat. Zat atau senyawa yang terlarut/tersari tadi
merupakan zat aktif dari dalam sel. Tujuan dari penyari ini adalah menarik
senyawa aktif yang terdapat dalam bahan alam tersebut (Sutrisna, 2016).
13
II.3.2 Jenis-jenis Ekstraksi
Ekstraksi konvensional dibagi menjadi dua metode/cara yaitu cara panas dan cara
atas sifat bahan maupun senyawa kandungan bahan yang akan diisolasi (Sutrisna,
2016).
a. Ekstraksi konvensional
1) Infudasi
2) Sokhletasi
14
Sokletasi merupakan metode penyarian berkesinambungan dengan alat
menguap akan naik melalui pipa samping. Uap akan diembunkan lagi.
Cairan penyari akan turun untuk menyari simplisia. Jika cairan penyari
(Sutrisna, 2016).
3) Digesti
pengadukan yang kontinyu dan dilakukan pada suhu yang lebih panas.
4) Refluks
15
berkesinambungan. Simplisia direndam dalam cairan penyari ke
dalamlabu alas bulat yang dilengkapi dengan kondensor yang tegak dan
5) Maserasi
kecil mapun besar. Proses ekstraksi dilakukan dengan pelarut pada suhu
(Sutrisna, 2016).
16
6) Perkolasi
b. Ekstraksi Modern
sebanyak 300 mL, kemudian di oven dengan daya 800 watt selama 6
17
perlakuan yang sama. Diekstraksi kembali sampai warna filtrat konstan
18
3) Supercritical Fluid Extraction (SFE)
Fluida superkritis adalah unsur atau senyawa di atas tekanan dan suhu
maka disebut titik tripel suatu zat. Daerah di atas tekanan dan
pelarut ekstraksi dalam SFE, tetapi hanya CO2 yang akan dibahas di sini
karena toksisitasnya yang rendah, suhu dan tekanan kritis yang rendah
(Tc dari 31°C dan Pc dari 72 bar), dan penerapan yang luas. Salah satu
19
II.3.3 Pemilihan Pelarut
hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih pelarut (Natsir, 2009), antara
lain :
d. Aktivitas kimia pelarut, pelarut harus bahan kimia yang stabil dan inert
penguapan, titik didih antara pelarut dan solut tidak boleh terlalu dekat.
Dari segi ekonomi akan lebih menguntungkan bila ttik didih pelarut
f. Viskositas pelarut, viskositas pelarut arus rendah agar dapat masuk dan
keluar secara mudah dari bahan agar bisa mengalami kontak dengan
seluruh solut.
20
II.3.4 Jenis-jenis Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan cair, kental atau kering yang merupakan hasil
proses ektraksi atau penyarian suatu matriks atau simplisia menurut cara yang
a. Ekstrak cair adalah ekstrak yang diperoleh dari ektraksi yang masih
mutu kadar air dari ekstrak cair adalah >30% (Marpaung & Septiyani,
2020).
cairan penyari sudah diuapkan (Nasyanka, 2020). Syarat mutu kadar air
kadar air dari ekstrak kering adalah <10% (Marpaung & Septiyani,
2020).
Evaporator adalah suatu alat yang digunakan untuk memisahkan dua fasa
antara liquid gas dan liquid cair dengan menggunakan media pemanas (Khamdila
dkk., 2019). Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut
21
yang konsentrasinya lebih tinggi yang bertujuan untuk memekatkan larutan yang
terdiri dari zat terlarut yang tidak mudah menguap dan pelarut yang mudah
yang sulit menguap (non-volatile solute) dan pelarut yang mudah menguap
pemekatan larutan dengan evaporasi didasarkan pada perbedaan titik didih yang
sangat besar antara zat-zat yang terlarut dengan pelarutnya (Hapsari & Sujati,
a. Deksikator
Desikator terdiri dua bagian, pada bagian bawah terdapat gel silika
yang berfungsi sebagai zat penguap uap air dan dibagian atas sebagai
22
Gambar 9. Desikator
b. Pemanasan Sederhana
Kelebihan dari metode ini, yaitu pengerjaan yang mudah dan praktis
(Saifuddin, 2014).
23
d. Freeze drying
beku tanpa melalui fase cair terlebih dahulu atau melalui reaksi
e. Rotary Evaporator
Salah satu alat yang sering digunakan untuk penguapan adalah rotary
(Nasyanka, 2020). Prinsip kerja dari alat ini yaitu pemisahan ekstrak
24
terkandung didalam ekstrak tidak rusak oleh suhu tinggi (Wardaniati
sehingga didapatkan larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi.
Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk memekatkan larutan yang terdiri dari
zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah menguap. Alasan
mengapa harus diuapkan dibawah titik didihnya ialah agar senyawa di dalam
ekstrak yang dipisahkan dari pelarutnya tidak rusak oleh suhu tinggi, sehingga
ekstrak yang didapatkan akan lebih pekat (Wardaniati & Yanti, 2018).
permukaan bidang penguapan, kapasitas kadar air dalam udara. Semakin luas
permukaan bidang kontak antara airan dengan pemanas, maka semakin banyak
molekul air yang teruapkan, sehingga proses evaporasi akan semakin cepat.
25
dengan kenaikan titik didih. Tekanan bisa dibuat vakum untuk menurunkan titik
didih cairan sehingga proses penguapan semakin cepat (Khamdila dkk., 2019).
Faktor lainnya seperti laju pemanasan (energi) yang dipindahkan ke bahan yang
akan dikeringkan, jumlah panas yang dibutuhkan untuk menguapkan air pada
gas menjadi cair. Bahan pendingin dari kompresor dengan suhu dan tekanan tinggi,
yaitu air. Sebagai akibat dari kehilangan panas, bahan pendingin gas mula-mula
didinginkan menjadi gas jenuh, kemudian mengembun berubah menjadi cair (Ihsan,
2019).
2019) :
kondensor)
26
BAB III
METODE
KERJA
III.1.1 Alat
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu ayakan, gunting, oven,
pisau, talenan, alat sokletasi, batu didih, botol coklat, corong, baskom, heating
mantle, klem, kondensor, labu alas bulat, statif, cawan porselen, desikator, dan
alat rotavapor.
III.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu simplisia legundi (Vitex
trifolia L.), silika gel, metanol, air, es batu, dan kertas saring.
Hal yang pertama dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan yang akan
bagian tanaman yang tidak diinginkan ataupun pengotor yang ikut terbawa saat
pengumpulan bahan baku. Setelah itu pencucian dengan air mengalir dan
matahari ataupun menggunakan oven dengan suhu 60oC. Setelah sampel kering,
27
tanaman yang terlalu kering atau hal lain yang dapat menurunkan kualitas dari
18 ataupun sesuai ukuran sampel yang haluskan. Tahap terakhir yaitu pengemasan
dan diberi label yang berisi nama simplisia dan tanggal pembuatan. Pada kemasan
batu didih ke dalam labu alas bulat dan tambahkan 350 ml metanol kemudian
pasang pada heating mantel. Rangkai alat sokletasi dan sumbat lubang yang
Sambungkan kondensor dengan pompa dan selang air kemudian alirkan air ke
Pertama siapkan alat dan bahan yang digunakan, kemudian rangkai alat
ekstrak cair ke dalam labu alas bulat dan tidak melebihi setengah dari volume total
labu alas bulat yang digunakan, kemudian pasang pada konektor. Nyalakan
28
temperatur waterbath rotavapor pada suhu 60℃. Kemudian nyalakan vakum, set
alat pengatur rotasi pada sekitar 150 rpm. Catat dan amati bagaimana proses
penguapan dan kondensasi yang terjadi. Proses akan selesai ketika ekstrak
didalam labu alas bulat sudah terlihat lebih pekat dari sebelumnya. Setelah selesai,
turunkan pengaturan suhu dan tekanan dan buka keran udara agar tekanan didalam
dan diluar sama, kemudian angkat labu alas dari waterbath dan lepas. Masukkan
hasil ekstrak kedalam cawan porselen dan uapkan kembali dengan waterbath
29
BAB IV
IV.1 Hasil
IV.2 Pembahasan
g. Berdasarkan hasil tersebut maka delta bobot dari sampel adalah 30%.
produk pertanian adalah pengurangan air dalam bahan sampai ke tingkat tertentu,
30
pengeringan adalah pengurangan volume bahan. Kehilangan air dan pemanasan
dampak negatif terhadap kualitas produk keringnya. Perubahan lain yang terjadi
selama pengeringan adalah perubahan tampilan fisik produk seperti warna, tekstur
dan aroma. Hal yang paling kritis sehubungan dengan mutu simplisia adalah
Oleh karena itu pengeringan harus dilakukan pada kondisi proses yang tepat
banyaknya zat aktif bahan yang hilang (Manalu & Adinegoro, 2018).
dalam sarung selulosa atau kertas saring di dalam klonsong yang ditempatkan di
atas labu dan di bawah kondensor (Mukhriani, 2014). Kelebihan metode sokletasi
adalah dapat menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, pelarut yang digunakan
lebih sedikit (efisiensi bahan), waktu yang digunakan lebih cepat, dan sampel
biologis tidak hilang saat dipanaskan sehingga dapat digunakan dalam pencarian
induk obat (Puspitasari & Proyogo, 2017). Namun, pada metode sokletasi sampel
31
Berdasarkan tabel perolehan ekstrak, setelah dilakukan penguapan pada
rotavapor diperoleh total ekstrak setelah dikeringkan sebesar 2,1 g dan persen
rendemen ekstrak legundi yaitu tidak kurang dari 12,1 %. Sehingga hasil yang
diperoleh tidak sesuai dengan pustaka. Faktor kesalahan yang menyebabkan hal
tersebut dikarenakan saat proses ekstrasi hanya dilakukan pada waktu yang
bahan baku yang digunakan. Nilai rendemen yang diperoleh berdasar berat kering
bahan baku. Rendemen produk berkaitan dengan metode ekstraksi yang dipakai
berguna untuk mengetahui banyaknya hasil penyarian (g atau ml) yang diperoleh
dibandingkan dengan bobot simplisia awal (g) yang dinyatakan dalam bentuk
tersebut didasarkan atas prinsip vakum destilasi (Mujipradhana, dkk, 2018) dan
32
BAB V
PENUTU
V.1 Kesimpulan
bobot 30%. Nilai tersebut menunjukkan banyaknya senyawa zat yang hilang
evaporator diperoleh hasil rendemen sebesar 21%, yang dimana tidak sesuai
dengan pustaka yang digunakan dikarena proses ekstraksi yang singkat dan
kurang maksimal.
V.2 Saran
laboratorium agar tidak terdapat faktor kesalahan yang tidak diinginkan. Praktikan
harus memperhatikan dan memastikan kelengkapan serta kondisi alat yang akan
digunakan.
33
DAFTAR PUSTAKA
Anam, C., & Agustini, T. W. 2014. Pengaruh Pelarut Yang Berbeda Pada
Ekstraksi Spirulina Platensis Serbuk Sebagai Antioksidan Dengan
Metode Soxhletasi. Jurnal Pengolahan dan Bioteknologi Hasil
Perikanan, 3(4), 106-112.
Assomadi, A. F., & Lathif, F. N. 2008. Model Alat Desalinasi dengan Evaporasi
dan Kondensasi Menjadi Satu Sistem Ruangan (Doctoral
dissertation, Tesis. Program Magister Teknik Lingkungan Institut
Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Surabaya, Indonesia).
Atika, V. & Isnaini. 2019. Pengaruh Pengeringan Konvensional Terhadap
Karakterisasi Fisik Indigo Bubuk. Prosiding Seminar Nasional
Kimia.
Dalimartha, Setiawan. 2008. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 5.
Jakarta: Pustaka Bunda.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1985. Cara Pembuatan Simplisia.
Jakarta : Kementerian Kesehatan RI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi
IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2017. Farmakope Herbal
Indonesia. Edisi II. Jakarta: Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat
Kesehatan.
Evifania, R. D., Apridamayanti, P., & Sari, R. 2020. Uji parameter spesifik dan
nonspesifik simplisia daun senggani (Melastoma malabathricum L.).
Jurnal Cerebellum, 6(1), 17-20.
Fadarina, I. P., & Fajar, 2020. R. Efisiensi Mesin Pengering Beku Vakum Pada
Pengeringan Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Machine Efficiency
Of Vacuum Freeze Dryer In Red Chili (Capsicum annuum L.)
DRYING. jurnal kinetika 11(1); 1-8
Habibi, N.A., Fathia, S., & Utami, CT. 2019. Perubahan Karakteristik Bahan
Pangan pada Keripik Buah dengan Metode Freeze Drying (Review).
Jurnal Sains Terapan. 5(2); 67-76.
Hapsari, F., & Sujati, N. M. 2019. Efisiensi Kinerja Evaporator pada Pengolahan
Limbah Radioaktif Cair Pusat Teknologi Limbah Radioaktif Batan.
Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(4), 48-58.
34
Hariana, Arief. 2008. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 2. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Ihsan, S. 2019. Analisis Bentuk Aliran Pada Kondensor Tipe Shell Dan Tube
Menggunakan Simulasi Cfd (Computational Fluid Dynamics).
Journal of Industrial Engineering and Operation Management,
1(1).
Khamdila, A., Wilastari, S., & Saleh, A. 2019. Menjaga Kestabilan Suhu Ruang
Evaporator Berdampak Pada Hasil Produksi Air Tawar Fresh Water
Generator. Jurnal Sains Dan Teknologi Maritim, 19(2), 111-120.
Kristanti, A.N. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya : Airlangga University
Press.
Kurnia, D.R., dkk. 2015. Isolasi Mikroorganisme Anarob Limbah Cair Tekstil
Menggunakan Desikator Sebagai Incubator Anaerobic. Jurnal Fluida
11 (1).
Lestari, Y. 2019. Perbandingan Kerja Alat Pengeringan Tipe Spray Dryer dan
Freeze Dryer dalam Proses Pengeringan Bahan Berbentuk Cair. Jurnal
Ilmiah Kohesi, 3(3).
Manalu, L. P., & Adinegoro, H. 2018. Kondisi proses pengeringan untuk
menghasilkan simplisia temuputih standar. Jurnal Standardisasi,
18(1), 63-70.
Marpaung, M.P. & Septiyani, D. 2020. Penentuan Parameter Spesifik dan
Nonspesifik Ekstrak Kental Etanol Batang Akar Kuning (Fibraurea
chloroleuca Miers). Journal of Pharmacopolium, 3, 2.
Maryani, Herti & Suharmiati. 2003. Khasiat dan Manfaat Daun Dewa dan
Sambung Nyawa : Sehat dengan Ramuan Tradisional. Agromedia
Pustaka. Jakarta.
Mukhriani. 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif.
Jurnal Kesehatan. 7(2), 362-363.
Najir, Ahmad. 2018. Ekstraksi Senyawa Bahan Alam. Yogyakarta:
Deepublish.
Nasyanka, A.L. 2020. Pengantar Fitokimia : D3 Farmasi. Pasuruan : Penerbit
Qiara Media.
Natsir, M.H., dkk. 2019. Teknologi Pengolahan Bahan Pakan Ternak. Bogor
: UB Press.
35
Puspitasari, A. D., & Proyogo, L. S. 2017. Perbandingan metode ekstraksi
maserasi dan sokletasi terhadap kadar fenolik total ekstrak etanol daun
kersen (Muntingia calabura). Cendekia Eksakta, 2(1).
Rachman, D. 2009. Jenis-Jenis Ekstraksi. Jakarta : UI.
Rinawati, R., Pangesti, G. G., & Juliasih, N. L. G. R. 2020. Green Analytical
Chemistry: Pemanfaatan Supercritical Fluid Extraction (Sfe) Dan
Microwave-Assisted Extraction (Mae) Sebagai Metode Ekstraksi
Senyawa Diterpena Pada Minyak Biji Kopi Shangrai. Analit:
Analytical and Environmental Chemistry, 5(1), 24-33.
Saifuddin, A. 2014. Senyawa Alam Metabolit Sekunder Teori, Praktik dan
Teknik Pemurnian. Yogyakarta: Deepublish.
Sastrahidyat, Rochdjatun. 2016. Penyakit pada Tumbuhan Obat-Obatan,
Rempah-Bumbu dan Stimula. Malang : UB Press.
Setyawan, A., Purnomo, S., Sugito, B., Mas’udi, M. U., & Budiyono, B. 2018.
Analisis Kuantitatif Konsentrat Dan Destilat Hasil Proses Evaporasi.
Prosiding
Utami, N. F., Sutanto, S., Nurdayanty, S. M., & Suhendar, U. 2020. Pengaruh
Berbagai Metode Ekstraksi Pada Penentuan Kadar Flavonoid Ekstrak
Etanol Daun Iler (Plectranthus scutellarioides).
FITOFARMAKA:Jurnal Ilmiah Farmasi, 10(1), 76-
83.
Sulaiman, T. S., Aryani, D., & Murti, Y. B. 2015. Chewable Lozenges of Legundi
Leaf Extract (Vitex trifolia L.) With Variations in The Proportion of
Base Glycerine-Gelatin. Majalah Obat Tradisional, 20(2), 103-109.
Sutrisna, EM. 2016. Herbal Medicine: Suatu Tinjauan Farmakologis.
Surakarta: Muhammadiyah Press.
Wardaniati, I. & Yanti, R. 2018. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol
Propolis Lebah Trigona (Trigona itama) Menggunakan Metode DPPH.
Journal of Pharmacy and Sciences. Vol. 2.
Widaryanto, Eko & Azizah, Nur. 2018. Perspektif Tanaman Obat Berkhasiat
(Peluang, Budidaya, Pengolahan Hasil, dan Pemanfaatan).
Malang : UB Press.
Yulianti, W., Ayuningtyas, G., Martini, R., & Resmeiliana, I. (2020). Pengaruh
Metode Ekstraksi Dan Polaritas Pelarut Terhadap Kadar Fenolik Total
Daun Kersen (Muntingia calabura L). Jurnal Sains Terapan, 10(2),
41-49.
36
LAMPIRAN
Lampiran 1
600 g
= x 100%
2000 g
= 30%
Lampiran 2
Perhitungan
Rendemen
Penyelesaian Cawan
porselen I Bobot
awal = 45,27 g
Cawan porselen II
37
Cawan porselen III
Cawan porselen IV
Cawan porselen V
Sehingga,
2,1 g
% Rendamen = × 100%
10 g
= 21 %
38
Lampiran 3
Sampe
Dilakukan sortasi basah
Dilakukan pencucian dengan air
mengalir
Dilakukan perajangan
Dikeringkan dengan oven atau
diangin-anginkan
Dilakukan sortasi kering
Ekstrak cair
39
Lampiran 5
Skema Kerja Penguapan Pelarut
Ekstrak Kental
40
Lampiran 6
Gambar Ekstrak
41