FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS HASANUDDIN
LAPORAN PRAKTIKUM
OLEH
NIM : N011201110
KELOMPOK : 6 (ENAM)
MAKASSAR
2022
I. Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil
Pengamatan
Kelompok Perlakuan Defekasi Diuresis Grooming
Epinefrin 1 2 1 13
1 Epinefrin 2 - - 12
Kontrol (API) - 1 5
Epinefrin 1 - - 19
2 Epinefrin 2 1 1 27
Kontrol (API) 1 - 10
Propranolol 1 - 1 -
3 Propranolol 2 - - 4
Kontrol (NaCMC) - 1 11
Propranolol 1 - - 48
4 Propranolol 2 - - -
Kontrol (NaCMC) - - -
Pilokarpin 1 - 2 14
5 Pilokarpin 2 1 4 16
Kontrol (API) 1 - 1
Atropin 1 - - 21
6 Atropin 2 - 1 4
Kontrol (API) 2 3 5
II. Pembahasan
Sistem saraf otonom (SSO) merupakan sistem saraf yang cakupannya luas
yang berfungsi tanpa kendali sadar dan terbagi atas simpatis dan parasimpatis.
Sistem saraf otonom juga disebut sistem viseral dan mengetur fungsi jantung,
sistem saraf, sistem gastrointestinal dan kelenjar. Sistem saraf simpatis (sistem
adrenergik) memiliki neurontrasmitter berupa norepinefrin sedangkan sistem saraf
parasimpatis (sistem kolinergik) miliki neurontransmitter berupa asetilkolin (Kee
dan Hayes. 1993).
Pada praktikum ini dilakukan pengujian pada hewan coba berupa mencit
(Mus musculus) untuk melihat mekanisme kerja obat yang bekerja pada sistem
saraf otonom (SSO) dengan memberikan perlakuan berbeda setiap mencit untuk
melihat efek yang ditimbulkan setelah pemberian obat dan kontrol negatif. Obat
yang diberikan ialah Epinefrin, Propanolol, Pilokarpin dan Atropin sedangkan
kontrol negatif ialah Aqua Pro Injection (API) dan Natrium Carboxymethyl
Cellulose (NaCMC).
Epinefrin merupakan zat adrenergik yang berefek pada reseptor alfa (α)
dan beta (β). Obat epinefrin ini memberikan efek bronkodilatasi yang baik
dengan kerja yang cepat tetapi singkat, sehingga obat epinefrin ini banyak
digunakan untuk mengatasi asma dengan cepat (Tjay dan Kirana. 2007).
Propranolol merupakan beta bloker (β-Blocker) pertama yang memiliki
efek lokal-anastetik yang kuat tetapi tidak kardioselektif. Meskipun terdapat
begitu banyak derivat lain yang telah dipasarkan dengan sifat farmakologi lebih
baik, namun propranolol merupakan beta bloker yang penting (Tjay dan Kirana.
2007). Propranolol merupakan beta bloker nonselektif yang memiliki ikatan tinggi
dengan protein yaitu sekitar 90-95% dimetabolisme di hepar (efek lintas pertama
yang nyata) pada pemakaian per oral, metabolit yang tidak efektif diekskresi ke
dalam urine. Beta bloker dikontradiksikan pada penderitan dengan penyakit gagal
jantung bendungan, hipotensi, asma dan blok AV (Rahardjo. 2008).
Pilokarpin merupakan obat yang masuk dalam golongan kolinergik,
dimana obat ini memiliki daya kerja yang berkhasiat pada muskarinik dan efek
nikotiniknya termasuk ringan. Sistem saraf pusat akan terstimulasi kemudian
aktivitasnya akan ditekan. Pilokarpin paling utama digunakan sebagai pengobatan
miotikum pada glaukoma (Tjay dan Kirana. 2007).
Atropin merupakan salah satu jenis obat yang termasuk ke dalam golongan
antimuskarinik. Obat antimuskarinik ini merupakan obat yang bekerja dengan
cara menyekat reseptor muskarinik sehingga semua fungsi muskarinik dapat
dihambat. Obat ini banyak digunakan di klinik karena obat ini tidak menyekat
reseptor nikotinik sehingga obat ini tidak banyak memengaruhi ganglion otonom
atau sambungan saraf otot rangka. Atropin merupakan alkaloid belladonna yang
mempunyai afinitas kuat terhadap reseptop muskarinik. Obat ini bekerja secara
kompetitif antagonis dengan Asetilkolin untuk menempati kolinoseptor. Umunya
masa kerja obat ini sekitar 4 jam (Rahardjo. 2008).
Setelah hewan coba diberikan perlakuan oleh setiap obat, maka diamati
grooming, diuresis, dan defekasinya. Diuresis adalah adanya penambahan volume
urin yang diproduksi serta jumlah pengeluaran zat-zat terlarut dan air (Sunaryo.
2004). Defekasi merupakan proses pengosongan usus yang sering disebut dengan
buang air besar (Dartiwen. 2020). Grooming merupakan kegiatan yang dilakukan
hewan coba seperti mengusap wajah dikatenakan adanya stress atau tekanan yang
dirasakan oleh hewan yang digunakan (Oktavia. 2018). Penyebab terjadinya hal-
hal tersebut dipengaruhi oleh sistem saraf otonom simpatis dan parasimpatis.
Dimana efek dari saraf simpatis adalah peningkatan detak jantung, dan akan
menurunkan pergerakan dari usus, dan akan merelaksasikan kandung kemih.
Sedangkan efek dari parasimpatis adalah kontraksi dari jantung akan menurun,
dinding gastrointestinal akan berkontraksi, dan dinding kandung kemih akan
berkontraksi (Katzung. 2010).
Berdasarkan pengujian yang dilakukan terhadap hewan coba, mencit yang
diberi obat epinefrin paling sedikitnya mengalami 12 kali grooming dalam 30
menit sedangkan paling banyak yaitu 27 kali grooming, defekasi paling banyak
terjadi 2 kali dan diuretik paling banyak terjadi 1 kali. Sedangkan untuk mencit
yang diberikan obat propanolol paling sedikit mengalami grooming sebanyak 4
kali dan paling banyak 48 kali tetapi terdapat juga mencit yang tidak mengalami
gtooming dalm 30 menit, tidak ada mencit yang mengalami defekasi, dan diuretik
paling banyak hanya 1 kali. Pada mencit yang diberi obat pilokarpin paling sedikit
mengalami grooming sebanyak 14 kali dan paling banyak 16 kali dalam 30 menit,
diuretik terjadi 2 dan 4 kali pada dua mencit yang berbeda selama 30 menit,
sedangkan defekasi paling banyak yaitu 1 kali. Pada mencit yang diberi obat
atropin grooming paling sedikit sebanyak 4 kali dan paling banyak 24 kali dalam
30 menit, diuretik paling banyak 1 kali dan tidak terjadi defekasi. Sedangkan pada
kontrol negatif Na-CMC mengalami grooming paling banyak 11 kali, dengan
diuretik 1 kali namun tanpa defekasi selama 30 menit. Pada kontrol negatif API
terjadi grooming sebanyak 1, 5, 5, dan 10 kali selama 30 menit pada mencit yang
berbeda, terdapat mencit yang hanya mengalami 1 kali diuresis tanpa defekasi, 1
kali defekasi tanpa diuresis serta 2 kali defekasi dan 3 kali diuresis.
Asisten Kelompok