Anda di halaman 1dari 32

LAPORANPRAKTIKUMPENYIAPANSIMPLISIA,EKSTRAKSIDAN

PENGUAPAN PELARUT DAUN LEGUNDI ( Vitex trifolia )

ADINRAMADHAN
N011 20 1032
GOLONGANSELASASIANG

PRAKTIKUMFARMAKOGNOSI-FITOKIMIA
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITASHASANUDDIN
MAKASSAR
2022
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LatarBelakang

Simplisia adalah bahan alami yang di gunakan sebagai obat yang belum

mengalami proses apapun atau mengalami proses setengah jadi , seperti

pengeringan. Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan

simplisia pelican atau mineral (Prasetyo dkk., 2013).

Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian

tanaman atau eksudat tanaman. Yang dimaksud dengan eksudat tanaman

adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan

cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang

dikeluarkan dari tanamannya. Simplisia hewan adalah simplisia yang berasal

dari hewan. Sedangkan simplisia pelican adalah simplisia yang berasal dari

bahan pelican atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

yang sederhana dan tidak berupa senyawa kimia murni (Prasetyo dkk.,2013).

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan

menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak

substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya (Voight R.,1994)

1
I.2 TujuanPraktikum

Tujuan dari praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat memahamicara

pengambilan sampel, mengelola simpilisia, mengekstrasi simplisia, dan

melakukan penguapan pelarutsimplisia.

2
BAB II

TINJAUANPUSTAKA

II. 1. Simplisia

II.1.1 KlasifikasiTanaman

TumbuhanLegundi(VitextrifoliaLinn)Klasifikasiilmiah:

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi :Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Solanales

Suku : Verbenaceae Gambar1.TanamanLegundi(Thomas,1996)

Marga :Vitex

Spesies :VitextrifoliaLinn(Thomas,1996).

II.1.2 DeskripsiTanaman

Tanaman Legundi ini jenis tanaman semak, batang menunduk untuk

menjalar,perakaran pada bagian bawah tumbuhan, percabangan berbulu

halus ketika muda. Sebagian besar daun majemuk, bertangkai pendek atau

petiolate,helaidaunbulattelur(spatulate),ataumelingkar,permukaan

3
bawahnya berbulu halus, warna pada bagian bawah daun biasanya pucat

hijau kusam dan lebih tua,bagian dasar halus, bagian atas daun membulat.

Susunan bunga bagian poros utama terminal, daun mahkota ungu muda

menjadi biru ungu, bagian luar berbulu halus. Buah ketika kering berwarna

coklat gelap, berbentuk bulat (Heim, 2015).

II.1.3 Definisisimplisia

Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang digunakan

untukbahan pembuatan obat yang belum mengalami pengolahan, Kecuali

dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 600𝐶(Depkes RI, 2008).

II.1.4 Penggolongansimplisia

Penggolongan simplisia terbagi menjadi 3 jenis yaitu, simplisia nabati,

simplisia hewani dan simplisia mineral (pelikan) (MGMP, 2015).:

1. Simplisia nabati adalah simplisia yang berasal dari tanaman.

simplisiadapat berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat

tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya Datura Folium.

Simplisia nabati sering berasal dan berupa seluruh bagian

tumbuhan,tetapi sering berupabagianatauorgan tumbuhanseperti

akar, kulit akar, batang, kulit batang, kayu, bagian bunga dan

sebagainya

2. Simplisia hewani adalah simplisia yang berasal dari hewan. Simplisia

dapat berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh

4
hewan dan belum berupa bahan kimia murni, misalnya minyak ikan

(Oleum ieconis asselli) dan madu (Mel depuratum).

3. Simplisia Mineral atau pelikanadalah simplisia berupa bahan pelikan

atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa bahan kimia murni, contohnya serbuk

seng dan tembaga.

II.1.5 Tahap-tahapPenyiapansampel

Tahap-tahap penyiapan sampel sebagai berikut (Wirdayanto, 2018):

1. Pengumpulanbahan baku

Bahan baku simplisia harus mengutamakan kwalitas untuk

menghasilkan khasiat yang terbaik dan menghindari terbentuknya

zat beracun. Berikut merupakan cara pengambilan bagian tanaman:

 Kulit kayu, kulit kayu pada batang utama dan cabang dikupas

dengan panjang dan lebar tertentu, kadar air simplisia < 10%

 Batang, cabang yang sehat dan memiliki panjang serta diameter

tertentu dipotong, potong yang bersih dan steril, kadar air

simplisia < 10%.

 Kayu, batang atau cabang dipotong ukuran kecil atau diserut

setelah dikelupas kulitnya,kadar air simplisia <10%.

5
 Daun,daun tua dan muda (pucuk dipetik dengan tangan satu

persatu, kadar air simplisia < 5 %.

 Bunga, bunga yang masih kuncup,bunga mekar, mahkota bunga,

atau daun bunga dipetik dengan tangan, kadar air simplisia < 5

%.

 Pucuk, pucuk berbunga, daun muda atau bunga dipetik dengan

tangan. Kadar air < 8 %

 Akar, tanaman dibongkar kemudian dipotong bagian akar –

akarnya. Jika tanaman tidak dibongkar, permanen akar dilakukan

dengan cara memotong – motong akarnya dengan ukuran

tertentu dari bagian bawah pengukuran tanah.kadar air simplisia

<10%.

 Rimpang, seluruh tanaman dicabutrimpang dibersihkandari akar

dan daun yang telah mengering kemudian dipotong melintang

dengan ketebalan tertentu.Kadar air < 8 %.

 Buah, buah yang telah masak atau hampir masak dipetik dengan

tangan. Kadar air < 10%.

 Biji buah, kulit buah dikupas dengan menggunakan tangan pisau

atau alat pengilas, biji dikumpulkan dan dicuci, kadar air < 8 %.

 Kulitbuah,kulitbuahdikumpulkandandicuci,Kadar air<10%.

6
 Bulbus tanaman dicabut, bulbus dipisah dari daun akar dengan

memotong kemudian dicuci. kadar air < 8 %.

2. Sortasi basah

Sortasi basah bertujuan untuk memisahkan bahan-bahan asing

yang tidak berguna atau berbahaya saat pembuatan simplisia.

3. Pencucian

Pencucian berguna untuk menghilangkan kotoran dan mengurangi

mikroorganisme yang menempel pada bahan.

4. Pengirisan

Pengubahan bentuk dilakukan untuk memperluas permukaan

sehingga lebih cepat kering tanpa pemanasan yang berlebihan.

5. Pengeringan

Faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah suhu

pengeringan,kelembaban udara, aliran udara, waktu pengeringan

(cepat), danluaspermukaan bahan.

6. Sortasi kering

Tujuan sortasi adalah memisahkan benda asing, seperti bagian-

bagian yang tidak diinginkan dan kotoran lain yang masih ada dan

tertinggal.

7
7. Pengepakan/pengemasan

Simplisia dapat disimpan di tempat yang kering, tidak lembab, dan

terhindar dari sinar matahari langsung. Pengemasan dan

penyimpanan yang tepat dapat mengindari simplisia dari

kontaminasi jamur.

II.1.6 FaktorYangMempengaruhiMutuSimplisia

Faktor faktor yang dapatmempengaruhi mutu simplisia adalah

eksternal : cahaya, dehidrasi, kapang, pengotoran, serangga, oksigen.

Internal : absorpsi air dan reaksi kimia ( Wirdyanto, 2018).

II.1.7 ParameterSimplisia

Parameter spesifik adalah aspek kandungankimia kualitatif dan aspek

kuantitatif kadar senyawa kimia yang bertanggung jawab langsung terhadap

aktivitas farmakologis tertentu. Adapun contoh dari parameter spesifik, yaitu

uji identifikasi,uji organoleptis,senyawa terlarut dalampelaruttertentudan uji

kandungan kimia (Depkes RI, 2000).

Parameter non spesifik adalah segalah aspek yang tidak terkait dalam

aktivitas farmokologis secara langsung namun mempengaruhi aspek

keamanan dan stabilitas ekstrak dan sediaan yang dihasilkan. Adapuncontoh

dari parameter non spesifik, yaitu uji kadar air, uji kadar abu, susut

pengeringan, bobot jenis, sisa pelarut, uji kandungan logam dan

mikroorganime (Depkes RI, 2000).

8
II.1.8 KlasifikasiSerbukSimplisia

Klasifikasi serbuk berdasarkan derajat halus (DEPKES RI 1985):

Tabel1.Persyaratan kadar air setiap tanaman


No BagianTanaman KadarAir(%)
1. Kulit Batang <10
2. Batang <10
3. Kayu <10
4. Daun <5
5. Bunga <5
6. Pucuk <8
7. Akar <10
8. Rimpang <8
9. Buah <10
10. Biji <10
11. KulitBuah <8
12. Bulbus <8

II.2 Ekstraksi

II.2.1 Pengertianekstraksi

Ekstraksi merupakan proses yang dilakukan oleh cairan penyari untuk

menarik keluar zat aktif yang beberapa terdapat pada tanaman obat. Zat aktif

berada di dalam sel, sehingga untuk mendapatkan zat aktif dari dalam sel

diperlukan suatu cairan penyari atau pelarut tertentu. Cairan penyari yang

biasa digunakan adalah metanol, etanol, kloroform, heksan, eter, aseton,

benzena, dan etil asetat (Natsir, 2019).

9
II.2.2 Jenis Ekstraksi modern dan konvensional

Teknik ekstraksi terbagi atas dua, yaitu ekstraksi konvensional dan

ekstraksi modern. Contoh dari teknik ekstraksi konvensional meliputi

maserasi dan hidrodistilasi (destilasi) (Dipahayu, 2019). Jenis ekstraksi

modern ada dua, yaitu ekstraksi ultrasonic dan ekstraksi microwave

(Syamsuddin, 2019).

a) EkstraksiKonvensional

 Maserasimetodeekstraksidenganmelarutkanserbuktanaman

dan dengan pelarutnya lalu di aduk secara kontinu sehingga

terjadi keseimbangan secara pelarut dengan sel tanaman

(Utami, dkk., 2020)

 Metode hidrodistilasi atau destilasi merupakan metodeekstraksi

atau pemisahan zat padat dari campurannya berdasarkan

perbedaan titik didih. Suhu yang digunakan untuk proses

destilasi berkisar 40 – 150, hal ini disebabkan jika suhu yang

digunakan diatas 150, dikhawatirkan akan banyaak zat yang

terurai (Dipahayu, 2019).

b) Ekstraksi modern

 Ekstraksi ultrasonic ekstraksi ini dimana wadah diletakkan pada

wadah lalu diberikan ultrasonic agar sel menjadi rusak

10
sehingga lebih meningkatkan kelarutan sehingga dapat

mendapatkan hasil ekstraksi (Utami, dkk., 2020).

 Ekstraksi microwave

Ekstraksi dimasukkan kedalam erlenmeyer lalu dimasukkan

kedalam microwave selama 6 menit lalu akan di oven lagi

setiap 1-2 menit untuk menjaga suhunya (Utami, dkk., 2020).

II.2.3 Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut

Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan pelarut ialah sifat pelarut,

dimana sifat pelarut berkaitan dengan polaritas, toksisitas, kemudahan

terbakar, reaktivitas, ketersediaan, dan harga. Polaritas pelarut berkaitan

dengan senyawa yang diharapkan dapat terekstrak bersama pelarut.

Toksisitas pelarut berkaitan dengan penggunaan ekstrak lebih lanjut,

misalnya jika akan diaplikasikan pada manusia, keamanan residu pelarut

yang tertinggal terhadap kesehatan manusia harus diperhitungkan.

Kemudahanpelarutuntukterbakarberkaitandengansuhudansumberpanas yang

akan digunakan saat ekstraksi (Yasni, 2013).

II.2.4. Jenisekstrak

Berdasarkansifatnyaekstrakdapatdibagimenjaditigajenis,yaitu ekstrak

kental, ekstrak kering, dan ekstrak cair(Depkes RI, 2014).

11
a) Ekstrak kental (Extractum spissum) merupakan sediaan kental yang

apabila dalam keadaan dingin dan kecil kemungkinan bisa

dituang.Kandungan airnya berjumlah sampai dengan 30%.

b) Ekstrak kering (Extractum siccum) merupakan sediaan yang memiliki

konsistensi kering dan mudah dihancurkan dengan tangan. Melalui

penguapan dan pengeringan sisanya akan terbentuk suatu produk,

yang sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.

c) Ekstrak cair (Extractum fluidum) merupakan sediaan dari simplisia

nabati yang mengandung etanol sebagai pelarut atau sebagai

pengawet atau sebagai pelarut dan pengawet. Jika tidak dinyatakan

lain pada masing-masing monografi tiap ml ekstrak mengandung

bahan aktif dari 1 g simplisia yang memenuhi syarat.

II.2.5. Bahas semua metode ekstraksi yang digunakan dilab

Semua metode ekstraksi yang digunakan di lab ialah metode

maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, dan ekstraksi dengan FluidaSuperkritis

(Supercritical Fluid Extraction – SFE).

1. Maserasi

Metode maserasi merupakan suatu proses ekstraksi simplisia dengan

menggunakan pelarut yang ditaruh dalamsuatu wadah kemudian dimasukkan

simplisia kemudian didiamkan selama 18 – 36 jam dengan beberapa

pengadukan pada suhu kamar dan tidak boleh terkena sinar matahari.

12
Metode maserasi biasanya digunakan untuk simplisia yang mengandung

komponen zat aktif yang mudah larut (Natsir, 2019).

Prinsip maserasi adalah pelarut akan masuk ke dalam sel melewati

dinding sel dan isi selnya. Isi sel akan larut karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan di dalam sel dengan di luar sel. Larutan yang

memiliki konsentrasi tinggi akan terdesak keluar dan diganti oleh cairan

pelarut yang memiliki konsentrasi rendah begitu terus menerus sampai pada

keseimbangan konsentrasi antara larutan didalamdan diluarsel. Keuntungan

metodemaserasi adalah peralatan yang digunakan sederhana, namun

kelemahannya adalah membutuhkan waktu yang lamadan jumlah pelarut

yang banyak (Natsir, 2019).

2. Perkolasi

perkolasi merupakan proses ekstraksi denganmenggunakan pelarut

yang selalu baru atau wadah tempat pelarut lebih dari satuatau wadah

kontinu yang dilakukan yang dilakukan pada suhu kamar dan tidakterkena

sinar matahari. Pelarut yang lebih dari satu tempat digunakan

untukmengatasi metode maserasi jika suatu larutan sudah jenuh maka

tidakdapat melakukan pelarutan lagi, sehingga perlu pelarut baru. Tujuan

perkolasi adalah semua zat aktif dapat keluar keseluruhan (Natsir, 2019).

13
Prinsip kerja metode perkolasi adalah simplisia dimasukkan ke dalam

bejana silinder yang telah ada sekat porinya di bagian bawah. Pelarut

dialirkan dari atas ke bawah melalui simplisia sampai keadaan pelarut jenuh.

Perkolasi ditentukan dengan gaya berat, daya larut, difusi osmosis, tegangan

permukaan, adesi, dan daya permukaan. Keuntungan metode perkolasi

adalah dapat menarik zat aktif dalam jumlah yang maksimal karena larutan

tidak terjadi kejenuhan dan adanyalarutan yang mengalirmenyebabkanzat

aktif mudah terdorong keluar darisel (Natsir, 2019).

3. Refluks

Metode refluks adalah metode ekstraksi dengan menggunakan

pemanasan, yaitu simplisia dimasukkan ke dalamtabung didih beserta

dengan pelarut. Setelah labu didih dihubungkan dengan kondensor

pendingin, dilakukanpendidihan sampel selama waktuyang ditentukan

(Darusman, 2016).

Kelebihan dari metode ini adalah cocok digunakan untuk

mengekstraksi sampel – sampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan

terhadap pemanasan langsung. Kekurangannya ada pada penggunaan

volume total pelarut yang besar dan energy untuk proses pemanasan

(Darusman, 2016).

14
4. Sokhletasi

Sokhletasi merupakan metode ekstraksisimplisia secara

berkesinambungan. Pada metode ekstraksi ini menggunakan radas khusus.

Pelarut yang digunakan ditempatkan dalam labu didih, sedangkan sampel

yang telah dikemas dalam selongsong dan ditempatkan pada radax sokhlet

yang dihubungkan dengan labu didih dan kondensor pendingin. Sampel

diekstraksi secara sinambung dengan menggunakan pelarut segar.

Kelebihan dari teknik sokhletasi adalah menggunakan pelarut yang lebih

sedikit dan sampelnya selalu diekstraksi dengan pelarut segar.

Kekurangannya adalah ekstraksi secara terus menerus berada dalam labu

didih sehingga mungkin mengalami penguraian (Darusman, 2016).

II.3 Penguapan

II.3.1 Pengertian Evaporator

Rotary evaporator atau semacam mesin penyaring berputar. rotary

evaporator adalah alat untuk menguapkan pelarut ekstraksi dan hanya

meninggalkan senyawa hasil diekstraksi disebut ekstrak (Reo dkk., 2017).

15
II.3.2 Prinsip Evaporator

Prinsip kerja dari rotary evaporator adalah untuk menguapkan pelarut

ekstraksi dan hanya meninggalkan senyawa hasil diekstraksi disebut ekstrak.

Selanjutnya sampel tersebut dimasukkan dalam wadah gelas dan

ditambahkan methanol untuk ekstraksi selanjutnya. (Reo, Dkk., 2017).

Jenis-jenis evaporator sebagai berikut (Hapsaridan Nurrandi,2019):

a. Horizontal Tube

Adapun kelebihan dari evaporator ini, yaitu mudah digunakan.

Sedangkan, kekurangannya adalah koefisien perpindahan panas cukup

rendah sehingga kurang bagus disebabkan karena dalam operasinya

tidak memungkinkan terjadinya sirkulasi cairan.

Gambar2.HorizontalTubeEvaporator(HapsaridanNurrandi,2019)

16
b. Standard Vertical-Tube Evaporator.

Adapun kelebihan dari evaporator ini, karena perpindahan

panasnyamerupakan perpindahan panas alami sehingga perpindahan

panasnya baik, lalu endapannya juga terbentuk pada permukaan pipa

untuk kekurangannya yaitu perpindahan panasnya terjadi berulang-

ulang sehingga tidak cocok untuk bahan tidak tahan panas.

Gambar3.vertical Tube Evaporator(HapsaridanNurrandi,2019)

II.3.3 TujuanEvaporator

Tujuan penguapan adalah untuk menghilangkan cairan penyari yang

digunakan agar didapatkan berupa ekstrak yang kental. Metode. yang dipilih

untuk menguapkan cairan penyari bergantung pada volume ekstrak,

kemudahan. pelarut untuk menguap. Termostabilitas senyawa yang

terekstraksi dan kecepatan penguapan yang dibutuhkan (Tobo, 2001).

17
II.3.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi penguapan

Beberapafaktor-faktoryangmempengaruhipenguapanyaitu(Dirjen POM,

1986):

a. Suhu

Suhu berpengaruh pada kecepatan penguapan, makin tinggisuhu

makin cepat penguapan. Disamping mempengaruhi kecepatan

penguapan, suhu juga berperanan terhadap kerusakan bahan yang

diuapkan. Banyak glikosida dan alkaloida terurai pada suhu di bawah

100°C. Hormon, enzim dan antibiotik lebih peka lagi terhadap

pemanasan.Karena itu pengaturan suhu sangat penting agar penguapan

dapat berjalan cepat dan kemungkinan terjadinya peruraian dapat

ditekan sekecil mungkin. Untuk zat-zat yang peka terhadap panas

dilakukan penguapan secara khusus misalnya dengan pengurangan

tekanan dan lain-lain.

b. Waktu

Penerapan suhu yang relatif tinggi untuk waktu yang singkat

kurang menimbulkan kerusakan dibandingkan dengan bila dilakukan

pada suhu rendah tetapi memerlukan waktu lama.

18
c.Kelembaban

Beberapa senyawa kimia dapat terurai dengan mudah apabila

kelembabannya tinggi, terutama pada kenaikan suhu. Beberapa reaksi

peruraian seperti hidrolisa memerlukan air sebagai medium untuk

berlangsungnya reaksi tersebut.

d.Carapenguapan

Bentuk hasil akhir seringkali menentukan cara penguapan yang

tepat. Panci penguapan dan alat penyuling akan menghasilkan produk

bentuk cair atau padat. Penguapan lapis tipis menghasilkan produk

bentuk cair. Umumnya cara pemekatan tidak dilakukan denganlebih dari

satu cara.

e. Konsentrasi

Pada penguapan cairan akan menjadi lebih pekat. sehinggakadar

bentuk padatnya makin bertambah. Hal ini akan mengakibatkan kenaikan

titik didih larutan tersebut.Dengan kenaikan suhu dan kadar zat padat

akan memperbesar resiko kerusakan zat yang tidak tahan pemanasan

dan mengurangi perbedaan suhu yang merupakan daya dorong untuk

pemindahan panas.

19
BAB III

METODEPRAKTIKUM

III.1 Simplisia

III. 1.1.AlatdanBahan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, alat – alat yang digunakan pada

percobaan ini adalah ayakan, blender, gunting/pisau, oven simplisia. Adapun

bahan yang digunakan yaitu air untuk mencuci simplisia, kertas label, metanol

96% dan tanaman legundi (Vitex trifolia).

III. 1.2.ProsedurKerja

Prosedur pengerjaan yang dilakukan pada percobaan ini adalah

sebagai berikut:

1. Bahan sampel/simplisia yang telah diambil dicuci bersih, kemudian

dikeringkan dengan cara diangin-anginkan. Apabila kadar airnya

banyak (seperti pada buah atau biji) bisa dikeringkan langsung di

bawahsinar matahari. Apabila terdapat kontaminasi seperti jamur atau

lumut yang dapat dihilangkan, dapat dibersihkan kemudian

dibersihkan dengan sedikit etanol.

2. Untuk rimpang dikeringkan dengan cara dijemur di bawah sinar

matahari tetapi ditutupi dengan kain hitam.

20
3. Setelah kering, potong-potong kecilkemudian dengan menggunakan

blender.

4. Ayak dengan pengayak no 4/18 atau yang setara dengan ukuran

tersebut.

5. Simpan dalam wadah yang sesuai dan berikan label/etiket berisi

tanggal dan nama simplisia.

III.2 Ekstraksi

III.2.1 Alat dan Bahan

Berdasarkan praktikumyang dilakukan, alat-alat yang digunakan pada

percobaai ini adalah batu didih, botol coklat, corong gelas, ember, gelas

sokhlet, heating mantle, klem, kondensor spiral atau bulat, labu alas bulat

500 ml, pompa akuarium, statif. Adapun bahan yang di gunakan pada

percobaan ini adalah aseton, es batu, kapas putih, dan serbuk simplisia.

III.2.2 ProsedurKerja

Proses pengerjaan yang di lakukan pada percobaan ini adalah

sebagai berikut :

1. Siapkanlabualas bulat yang akan digunakan pada proses pengerjaan

dan kemudian masukkan batu didih dan pasang mantel yang telah di

rangkai bersama dengan statif dan klem.

21
2. Kemudian siapkan alat sokhlet atau dan umbat lubang yang mengarah

ke pipa sifon dengan kapas putih. Pastikan serbuk tidak dapat

melewati lubang tersebut.

3. Setelah itu, masukkan serbuk simplisia ke dalam pipa penampung

simplisia lalu pasang rangkaian sokhlet dengan labu alas bulat yang

telah disiapkan.

4. Kemudian pasang kondensor spiral atau bulat pada bagian atas

kondensor.

5. Setelah itu sambungkan kondensor dengan pompa dan selang air

kemudian alirkan air ke dalam kondensor.

6. Nyalakan heating mantle pada suhu 60-65 oC. Pastikan bagian atas

kondensor tidak tertutup.

7. Biarkan kondensat terbentuk dan mengekstraksi simplisia kemudian

amati dan catat proses terekstraksinya senyawa dengan metode ini.

III.3 Penguapan

III.3.1 Alat dan Bahan

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, alat-alat yang digunakan pada

percobaai ini adalah cawan porselen, deksikator, labu alas bulat dan

rotavapor,. Ada juga bahan yang digunakan yaitu aseton dan ekstraksi.

22
III3.2 Prosedur Kerja

1. Timbang labu alas bulat sebelum digunakan.Catat pada lembar kerja.

2. Masukkan ekstrak cair ke dalam labu alas bulat. Pastikan tidak

melebihi setengah dari volume total labu alas bulat yang digunakan.

3. Pastikan alat rotava pormenyaladanwaterbathterisiair.

4. Settemperaturwaterbathrotavaporpadasuhu60°C.

5. Pasanglabualasbulatpadakonektoryangterdapat padaselongsong

rotavapor.

6. Nyalakan pompa vakum kemudian tutup semua keran yangterhubung

dengan udara terbuka jika ada.

7. Set alat pengatur rotasi pada sekitar 150 rpm. Catat dan amati

bagaimana proses penguapan dan kondensasi yang terjadi.

8. Jika pelarut pada ektrak tidak memperlihatkan tanda penguapan,

hentikan proses dengan cara menurunkan kecepatan rotasi pada 0

rpm.

9. Buka keran udara agar tekanan di dalamlabu setara dengan tekanan

udara luar. Lepaskan labu alas bulat dan timbang kembali labu alas

bulat yang berisi ekstrak kental/kering. Catat pada lembar kerja.

10. Pindahkan ekstrak ke dalam cawan porselen dengan membilas

dengan sedikit kloroform

11. Uapkansisapelarutdenganmenaruhekstrakdidalamdesikator.

23
BABIV

HASILDANPEMBAHASAN

IV.1 Hasil
IV.1.1 Simplisia
Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel2.Hasil Pengamatan Penyiapan Sampel
BobotBasah BobotKering
NamaSampel SusutPengeringan(%)
(Kg) (Kg)

Legundi(Vitextrifolia) 2000gram 600gram 30%

IV.1.2 Ekstraksi

Berdasarkan praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil ekstrak cair

pada 10gramsampel simplisia Vitextrifolia dengan melakukanempat siklus

dengan metode secara dingin berupa metode sokletasi

IV.1.3 Penguapan

Berdasarkan Praktikum yang dilakukan didapatkan hasil berat ekstrak

8.92 gram dengan sampel simplisia Vitex trifolia dengan melakukan

penguapan simplisia.

24
IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Simplisia

Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum

mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya

berupa bahan yang tidak dikeringkan(Winangsih,&Parman,2013).

Simplisia yang digunakan adalah daun legundi Berdasarkan pada hasil

percobaan didapatkan hasil susut pengering yaitu 30% dimana hasil tersebut

diperoleh dengan cara bobot akhir dibagi dengan bobot awal lalu dikalikan

dengan yang 100% berdasarkan data pada tabel 2.

IV.2.2 Ekstrak

Pada praktikun ekstraksi kami menggunakan metode maserasi.

Maserasiadalahsuatuprosesekstraksi simplisiadenganmenggunakanpelarut

yang ditaruh dalamsuatu wadah kemudian dimasukkan simplisiakemudian

didiamkan selama 18 – 36 jamdengan beberapa pengadukan pada

suhukamar dan tidak boleh terkena sinar matahari (Natsir, 2019).

Alasan kami menggunakan metode maserasi dalam praktikum kali ini

adalah biaya yang relative murah.Keuntungan metode maserasi adalah

peralatan yang digunakansederhana, namun kelemahannya adalah

membutuhkan waktu yang lamadan jumlah pelarut yang banyak (Natsir,

2019).

25
IV.2.3 Penguapan

Pada praktikum didapatkan massa ekstrak daun legundi yang di

dapatkan adalah 8.92 gram dari massa simplisia 100 gram. Sehingga di

dapatkan rendemen ekstrak yaitu 8.92 %. Berdasarkan pustaka Depkes RI

(2014) bahwa ekstraksi ini kurang dari 30% dan lebih dari 5% sehingga

merupakan ekstraksi kental (Extractum spissum).

26
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan praktikum kali ini kita dapat mengetahui cara

mengekstrak simplisialalu melakukan penguapan pada ekstraksi tersebut

agak lebih pekat. Dimana dimulai dari penyiapan simplisia lalu melakukan

ekstraksi dengan metode maserasi, lalu lakukan evaporasi dengan

evaporator.

V.2 Saran

Arahan dan penjelasan dari asisten sangat diperlukan untuk

mempermudah proses praktikum sehingga pengerjaan dapat di

laksanakan dengan baik sesuai prosedur dan dapat di peroleh hasil

pengamatan yang sesuai dan juga memuaskan.

Saransayauntuklaboratoriummungkindapatdi perbaharuilagi alat-

alatnya sehingga praktikan dapat lebih mudah dalam proses pengerjaan.

Dan untuk praktikan diharapkan memahami materi sebelum memasuki

waktu praktikum agar proses praktikum berjalan lancar dan juga agar

diskusinya tidak berjalan satu arah.

27
DAFTARPUSTAKA

Darusman, L. K. dkk. 2016. Domestikasi Buah Merah. Bogor : PT Penerbit


IPB Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Farmakope Herbal


Indonesia. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

DepartemenKesehatanRepublik Indonesia.2000.ParameterStandarUmum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1995, Farmakope Indonesia,

Edisi IV, 606, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta : Departemen

kesehatan RI.

Dipahayu,D.,&Arifiyani,D.2019.KosmetikaBahanAlam.BukuAjarJilid1.

Gresik : Graniti

Hapsari, F., dan Sujati, N. M. 2019. Efisiensi Kinerja Evaporator pada

Pengolahan Limbah Radioaktif Cair Pusat Teknologi Limbah Radioaktif

Batan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(4), 48-58.

Heim, 2015, Flavanoid Antioxydants, chemistry, metabolism and structure


activity.J Nut Biochem. (13): 572-584.

28
Natsir, M. H., dkk. 2019. Teknologi Pengolahan Pakan Ternak. Malang : UB
Press.

Prasetyo & Inoriah, Entang. 2013. Pengeolaan Budidaya Tanaman Obat-


Obatan (Bahan Simplisia). Bengkulu : Badan Penerbitan Fakultas
Pertanian UNIB.

Reo, A.R., Dkk. 2017. Metabolit sekunder gorgonian(paramuricea


clavata).jurnal ilmiah Platax. Vol.5 No.1hal. 42-48

TimMGMPPati.2015.Farmakognosi.Deepublish:Yogyakarta.

Thomas,A.N.S.,1996.TanamanobattradisionalI&II.Kanisius.Yogyakarta.

Utami, N.E, dkk. 2020. Pnegaruh Berbagai Metode Ekstraksi PadaPenentuan


Kadar Flavanoid Ekstrak Etanol Daun Iler (Plectranthus scutellarioides)
Fitofarmaka Jurnal Ilmiah Farmasi, Vol.10, no.1 76-83

Voight, R., 1994, Buku Pengantar Teknologi Farmasi, 572-574,diterjemahkan


oleh Soedani, N., Edisi V, Yogyakarta, Universitas Gadjah Mada Press

Wirdayanto,E.,Azizah.N.,2018perspektiftanamanobatberkhasiat.
Malang:UBPress

Yasni, S. 2013. Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Produk Ekstraktif


Rempah. Bogor : IPB Press.

29
LAMPIRAN
Lampiran1.Tabel
Klasifikasiserbukberdasarkanderajathalus(MenurutFIIV)

Tabel1.Persyaratankadarairsetiaptanaman

No BagianTanaman KadarAir(%)
1. Kulit Batang <10
2. Batang <10
3. Kayu <10
4. Daun <5
5. Bunga <5
6. Pucuk <8
7. Akar <10
8. Rimpang <8
9. Buah <10
10. Biji <10
11. KulitBuah <8
12. Bulbus <8

Tabel2.HasilPengamatanPenyiapanSampel

Bobot BobotKering SusutPengeringan


NamaSampel
Basah(Kg) (Kg) (%)

Legundi(Vitex
2000gram 600gram 30%
trifolia)

30
Lampiran2.Perhitungan
Perhitungan susut pengering
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟
x100%
%∆𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡= 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙

600
%∆𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡= x100%
2000
=30%

Lampiran3.Gambar

Gambar1.TanamanLegundi(Thomas,1996)

31

Anda mungkin juga menyukai