Anda di halaman 1dari 16

Adin Ramadhan N011201032 2 A

(rabu siang)

Laporan Praktikum

Sistem Pernapasan
1. Pendahuluan
Pernapasan atau respirasi merupakan proses pengambilan oksigen
yang terikat oleh unsur lain dan pengeluaran sisa berupa karbondioksida
dan uap air. Oksigen diperlukan oleh seluruh sel-sel tubuh dalam oksidasi
untuk menghasilkan energi berupa ATP (adenosin tri phosphat). Reaksi
tersebut menghasilkan zat sisa berupa karbondioksida dan uap air yang
kemudian dihembuskan keluar. Berdasarkan tempat terjadinya pertukaran
gas O2 dan CO2, pernapasan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
 pernapasan luar/respirasi eksternal, yaitu pertukaran O2
dalam alveolus dengan CO2 dalam darah.
 pernapasan dalam/respirasi internal, yaitu pertukaran gas O2
dengan CO2 dari aliran darah dengan sel-sel tubuh
(Hartono,1995).
Manusia membutuhkan zat asam (O2) secara terus-menerus. Selain
itu, CO2 yang merupakan hasil metabolisme juga harus terus-menerus
dikeluarkan dari tubuh. Agar kedua proses tersebut terjadi, maka harus
ada pertukaran gas antara tubuh dengan atmosfer. Pertukaran gas ini
disebut respirasi. Dalam arti kata yang lebih luas, respirasi meliputi
pertukaran gas antara atmosfer dengan paru-paru yang dikenal dengan
istilah pernafasan, transport O2 dari paru-paru sel jaringan transport CO2
dari sel-sel ke paru-paru, dan yang terakhir adalah penggunaan O2 oleh
sel- sel jaringan yang disebut respirasi sel(Waluyo. 2006 : 91).
Sistem pernafasan dapat dibagi menjadi dua yaitu pernafasan dada
dan pernafasan perut. Pernafasan dada adalah pernafasan yang
melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanisme dapat dibedakan sebagai
berikut :
a) Fase inspirasi, otot tulang rusuk berkontraksi, sehingga rongga
dada membesar, akibatnya tekanan udara dalam rongga dada
lebih kecil dapat masuk membawa oksigen.
b) Fase ekspirasi, otot antar tulang rusuk kembali ke posisi semula
(relaksasi), sehingga rongga dada kembali mengecil, akibatnya
tekanan dalam rongga dada lebih besar dibanding udara luar
sehingga udara didalam rongga dada yang kaya akan
karbondioksida keluar.
Pernafasan perut adalah pernafasan yang melibatkan otot difragma.
Mekanismenya dapat dibedakan menjadi :
a) Fase inspirasi : otot diafragma berkontraksi sehingga rongga dada
membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada mengecil dan
udara diluar masuk.
b) Fase ekspirasi, otot diafragma relaksasi sehingga rongga dada
mengecil, akibatnya tekanan dalam rongga dada membesar dan
udara dalam rongga dada keluar dengan membawa
karbondioksida.
(Wiwi. 2006. 72).
2. Prinsip Praktikum

Mengukur dan menghitung volume serta kapasitas pernapasan


probandus yang berasal dari lingkungan yang berbeda-beda dan
menginterpretasikan data hasil praktikum dengan kondisi patofisiologis
yang berkaitan dengan sistem pernapasan berdasarkan pustaka

3. Hasil
Berdasarkan hasil pengukuran volume pernapasan pada
probandus dengan wet spirometer, diperoleh data
sebagai berikut:
VT VCE VCI (ml) KRF KV VR (ml) KTP
No. Probandus KI (ml)
(ml) (ml) Lk Pr (ml) (ml) Lk Pr (ml)
Kota
1. 700 1.400 2.600 5.200 3.800 6.40
(laki-laki)
0
Kota
2. 600 1.500 2.600 4.000 2.500 5.10
(perempuan)
0
Dataran tinggi
3. 600 1.600 2.800 5.300 3.700 6.50
(laki-laki)
0
3.100 1.900
Dataran tinggi
4. 500 800 1.900 3.200 2.400 4.30
(perempuan)
1.200 1.100 0
Dataran
5. rendah 600 1.100 2.300 4.800 3.700 6.00
(laki-laki) 0
Dataran
6. rendah 300 1.000 2.100 3.200 2.200 4.30
(perempuan) 0
Asma
7. 600 1.200 2.400 4.300 3.100 5.50
(laki-laki)
2.500 1.300 0
Asma
8. 400 900 2000 2.600 1.700 3.70
(perempuan)
0
4. Pembahasan
Pada praktikum ini, didapatkan hasil pengukuran volume tidal,
volume cadangan ekspirasi, volume cadangan inspirasi, dan volume
residual dari probandus perempuan dan laki-laki yang berasal dari
daerah-daerah yang berbeda. Hasil pengukuran volume pernapasan
tersebut selanjutnya digunakan untuk menghitung kapasitas residual
fungsional, kapasitas vital, kapasitas inspirasi, dan kapasital total paru
dari probandus.

Volume tidal (VT) adalah volume udara yang masuk dan keluar
paru- paru selama ventilasi normal biasa. VT pada orang dewasa yang
masih muda dan sehat berkisar 500 ml untuk laki-laki dan 380 ml untuk
perempuan (Sloane, 2018).

Hasil pengukuran volume tidal pada probandus, rata-rata berada di


atas angka normal dari volume tidal, kecuali pada probandus
perempuan yang tinggal di dataran rendah memiliki VT yang cukup
rendah yakni 300 ml. Sedangkan probandus lainnya memiliki nilai VT di
atas nilai volume tidal berdasarkan pustaka.

Volume cadangan ekspirasi (VCE) adalah volume ekstra udara yang


dapat dengan kuat dikeluarkan pada akhir ekspirasi tidal normal. VCE
biasanya berkisar 1.200 ml pada laki-laki dan 800 ml pada perempuan
(Sloane, 2018).

Hasil pengukuran volume cadangan ekspirasi (VCE) pada


probandus, terlihat hasil yang berbeda-beda. Pada probandus yang
tinggal di kota, nilai VCE-nya lebih tinggi daripada kisaran angka yang
tertera pada pustaka. Sedangka untuk probandus laki-laki yang tinggal
di dataran tinggi, nilai VCE- nya lebih tinggi daripada nilai normal,
namun pada probandus perempuan nilainya VCE-nya normal. Pada
probandus laki-laki di dataran rendah, nilai VCE-nya sedikit di bawah
angka normal, sedangkan pada probandus perempuan di dataran
rendah angka VCE-nya lebih tinggi daripada angka normal. Dan untuk
penderita asma laki-laki memiliki nilai VCE yang normal, sedangkan
penderita asma perempuan memiliki nilai VCE sedikit di atas normal.

Volume cadangan inspirasi (VCI) adalah volume udara ekstra yang


masuk ke paru-paru dengan inspirasi maksimum di atas inspirasi tidal.
CDI berkisar 3.100 ml pada laki-laki dan 1.900 ml pada perempuan
(Sloane, 2018).

Hasil pengukuran volume cadangan inspirasi (VCI) pada probandus


laki- laki dan perempuan keseluruhan berada di angka normal sesuai
dengan pustaka, kecuali pada penderita asma laki-laki dan perempuan.
Pada probandus penderita asma, nilai VCI-nya berada di bawah rata-
rata normal.

Volume residual (VR) adalah volume udara sisa dalam paru-paru


setelah melakukan ekspirasi kuat. Volume residual penting untuk
kelangsungan aerasi dalam darah saat jeda pernapasan. Rata-rata
volume ini pada laki-laki sekitar 1.200 ml dan pada perempuan 1.000 ml
(Sloane, 2018). Volume residual pada seluruh probandus berada di
angka normal sesuai dengan pustaka.

Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah penambahan volume


residual dan volume cadangan ekspirasi (KRF = VR + VCE). Kapasitas
ini merupakan jumlah udara sisa dalam sistem respiratorik setelah
ekspirasi normal. Nilai rata-ratanya 2.200 ml (Sloane, 2018).

Hasil perhitungan KRF pada probandus menunjukkan hampir


keseluruhan probandus memiliki nilai KRF di atas rata-rata yang tertera
pada pustaka. Sedangkan pada probandus perempuan di dataran tinggi,
probandus perempuan di dataran rendah, dan probandus perempuan
penderita asma memiliki nilai KRF di bawah rata-rata.

Kapasitas inspirasi (KI) adalah penambahan volume tidal dan


volume cadangan insiprasi (KI = VT + VCI). Nilai rata-ratanya adalah
3.500 ml (Sloane, 2018). Hasil perhitungan KI pada setiap probandus
menunjukkan sebagian besar nilai KI probandus berada di bawah rata-
rata yang tertera pada pustaka. Sedangkan pada probandus laki-laki di
dataran rendah dan tinggi serta probandus laki-laki di kota memiliki nilai
KI di atas rata-rata.

Kapasitas vital (KV) adalah penambahan volume tidal, volume


cadangan inspirasi, dan volume cadangan ekspirasi (KV = VT + VCI +
VCE). Kapasitas vital dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti postur,
ukuran rongga toraks, dan kompilasi paru, tetapi nilai rata-ratanya
sekitar 4.500 ml (Sloane, 2018).

Hasil perhitungan KV pada setiap probandus menunjukkan sebagian


besar nilai KV probandus berada di bawah rata-rata yang tertera pada
pustaka. Sedangkan pada probandus laki-laki di dataran rendah dan
tinggi serta probandus laki-laki di kota memiliki nilai KV di atas rata-rata.

Kapasital total paru (KTP) adalah jumlah total udara yang dapat
ditampung oleh paru-paru dan sama dengan kapasitas vital ditambah
dengan volume residual (KTP = KV + VR). Nilai rata-rata KTP adalah
5.700 ml (Sloane, 2018). Berdasarkan hasil praktikum, lima dari delapan
probandus memiliki nilai KTP di bawah rata-rata dan tiga selebihnya
memiliki nilai KTP di atas rata-rata. Kategori probandus dengan KTP di
atas rata-rata tersebut adalah probandus laki-laki di dataran rendah dan
tinggi serta probandus laki- laki di kota.

Jenis kelamin memiliki pengaruh besar terhadap volume dan


kapasitas paru. Volume dan kapasitas paru wanita sekitar 20-25% lebih
kecil daripada kapasitas dan volume paru pria, dan dapat lebih besar
lagi pada olahragawan atau orang yang berbadan besar (Guyton dan
Hall, 2008).

Kapasitas paru pada pria lebih besar yakni 4,8 liter, sedangkan pada
wanita hanya sekitar 3,1 liter. Perbedaan ini disebabkan karena adanya
perbedaan kekuatan otot maksimal, luas permukaan tubuh, komposisi
tubuh, kekuatan otot, jumlah atau kadar hemoglobin, dan elastisitas paru
(Tambayong, 2001).

Faktor lain yang mempengaruhi perbedaan kapasitas dan volume


paru pada tiap individu adalah riwayat penyakit, pola hidup, dan aktivitas
fisiknya. Seseorang yang memiliki riwayat penyakit asma akan memiliki
kapasitas paru-paru yang berbeda dengan orang normal. Pada
penderita asma, paru- paru penderita akan mengalami penyempitan,
sehingga aliran udara yang keluar dan masuk ke paru-paru menjadi
berkurang. Hal ini turut memicu penurunan nilai kapasitas paru pada
penderita asma (Rifa’i, 2013).

Kondisi perkotaan yang berdebu sangat tinggi dapat menyebabkan


berbagai gangguan paru-paru pada sebagian besar penduduk
perkotaan. Semakin lama seseorang tinggal di daerah perkotaan, maka
kapasitas paru- parunya akan semakin menurun. Jika seseorang
terpapar debu berbahaya maka kemungkinan besar orang tersebut akan
menderita gangguan pernapasan. Paru-paru orang yang terpapar
berbagai komponen tercemar akan memicu gangguan pada fungsi
fisiologis paru-parunya (Achmadi, 1994).

Keadaan geografis tempat tinggal seseorang dapat mempengaruhi


kapasitas paru-parunya. Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan
laut, maka daerah tersebut akan memiliki kadar O2 yang lebih sedikit.
Hal ini memengaruhi ventilasi paru-paru. Saat kekurangan oksigen,
maka paru-paru dan rongga dada akan membesar dan mendorong
peningkatan kapasitas vital paru-paru yang terjadi sebagai bentuk
adaptasi organ (Guyton dan Hall, 1997).

Bronkitis adalah suatu peradangan pada saluran bronkial atau bronki.


Peradangan tersebut disebabkan oleh virus, bakteri, merokok, atau
polusi udara (Smeltzer, Suzanne C. 2001).
Serangan bronkhitis disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi
maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan (zat yang menyebabkan iritasi)
akan menyebabkan timbulnya respons inflamasi yang akan menyebabkan
vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti
emfisema, bronkhitis lebih memengaruhi jalan napas kecil dan besar
dibandingkan alveoli. Dalam keadaan bronkhitis, aliran udara masih
memungkinkan tidak mengalami hambatan.

Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang menular yang


terutama menyerang parenkim paru yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberkulosis (Her. Heater., 2012).
Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi menahun menular
yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis).
Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui
udara (pernapasan) kedalam paru-paru, kemudian kuman tersebut
menyebar dari paru-paru ke organ yang lain melalui peredaran darah,
yaitu : kelenjar limfe, saluran pernapasan atau penyebaran langsung
ke organ tubuh lain.
Pneumonia adalah inflamasi parenkim paru,merupakan penyakit

yang sering terjadi pada bayi dan masa kanak-kanak awal. Pneumonia

adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru. Pneumonia

disebabkan oleh satu atau lebih agens berikut : virus, bakteri

(mikoplasma), fungi, parasit, atau aspirasi zat asing.

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan

bawah akut (ISNBA) dengan batuk dan disertai dengan sesak nafas

disebabkan aden infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan

aspirasi substansi asing,berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi

dan konsolidasi (Guyton dan Hall, 1997).

Sebagian besar penyebab pnuomonia adalah mikroorganisme (virus,


bakteri), dan sebagian kecil oleh penyebab lain seperti hidrokarbon (minyak
tanah, bensin, atau sejenisnya) dan masuknya makanan, minuman, susu, isi
lambung ke dalam saluran pernafasan (aspirasi). Berbagai penyebab
pneumonia tersebut dikelompokan berdasarkan golongan umur, berat
ringannya penyakit dan penyulit yang menyertainya (komplikasi).
Mikroorganisme tersering sebagai penyebab pneumonia adalah virus
terutama Respiratory Syncial Virus (RSV) yang mencapai 40%, sedangkan
golongan bakteri yang ikut berperan terutama Streptococcus Pneumoniae
dan Haemophilus Influenzae type B (Hib). Awalnya, mikroorganisme masuk
melalui percikan ludah (droplet), kemudian terjasi penyebaran
mikroorganisme dari saluran nafas bagian atas ke jaringan (parenkim) paru
dan sebagian kecil karena penyebaran melalui aliran darah.
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran
napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga
apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat
dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus,
dan meningkatnya proses radang (Almazini, P. 2012).

Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan


sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran
pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya
atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-
gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit
diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam
bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan
(alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen
yang didapat melalui kontak dengan kulit (Almazini, P. 2012).
5. Penutup

a. Kesimpulan
Sistem respirasi berfungsi untuk menyerap oksigen dari udara dan
membuang zat sisa metabolisme berupa karbondioksida. Volume dan
kapasitas seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti jenis kelamin,
riwayat penyakit, usia, ukuran tubuh, aktivitas fisik, dan pola hidup.
Seseorang yang menderita asma akan memiliki kapasitas paru yang lebih
kecil daripada orang normal. Faktor lain yang mempengaruhi volume dan
kapasitas paru seseorang adalah lingkungan tempat tinggalnya. Semakin
tinggi suatu daerah dari permukaan laut, maka kadar oksigen semakin
sedikit dan mendorong adaptasi organ paru-paru sehingga kapasitasnya
menjadi meningkat.

b. Saran
Selama melakukan Praktikum Sistem Pernapasan, praktikan harus
mengikuti rangkaian praktikum dengan serius dan fokus. Praktikan
sebaiknya teliti dalam mengukur volume pernapasan probandus agar hasil
perhitungan kapasitas paru-parunya akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U. F. 1994. Upaya Kesehatan Kerja Sektor Informal di Indonesia.


Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat.
Jakrta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9.
Jakarta: EGC.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11.
Jakarta: EGC.

Hartono, audry. 1995. Biokimia Harper Edisi-22. Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Her. Heater., 2012. Diagnosis keperawatan definisi dan klasifikasi 2012-2014


by NANDA International. EGC. Jakarta.)

Rifa’i, A., Edi, S.S., dan Sunarno. 2013. Aplikasi sensor tekanan gas
MPX5100 dalam alat ukur kapasitas vital paru-paru. Unnes Physics
Journal, 2(1): 18-23.

Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner &


Suddarth, alih bahasa; Agung Waluyo, editor; Monica Ester, Edisi 8.
EGC: Jakarta.

Sloane, E. 2018. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC.

Somantri, I. 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan pada


Pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba
Medika.

Tambayong, J. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Waluyo, Joko. 2006. Anatomi Manusia. Jember. Jember University press.

Wiwi, Isnaini. 2006. Biologi. Jakarta. Erlangga.


LAMPIRAN
Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah Wet Spirometer.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah air secukupnya.

Perhitungan

Rumus perhitungan kapasitas paru-paru (Sloane, 2018):

KRF = VR + VCE

KI = VT + VCI

KV = VT + VCI + VCE

KTP = KV + VR

Perhitungan untuk probandus laki-laki dari perkotaan:

KRF = VR + VCE
= 1.200 ml + 1.400 ml
= 2.600 ml

KI = VT + VCI
= 700 ml + 3.100 ml
= 3.800 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 700 ml + 3.100 ml + 1.400 ml
= 5.200 ml

KTP = KV + VR
= 5.200 ml + 1.200 ml
= 6.400 ml

Perhitungan untuk probandus perempuan dari perkotaan:

KRF = VR + VCE
= 1.100 ml + 1.500 ml
= 2.600 ml

KI = VT + VCI
= 600 ml + 1.900 ml
= 2.500 ml
KV = VT + VCI + VCE
= 600 ml + 1.900 ml + 1.500 ml
= 4.000 ml

KTP = KV + VR
= 4.000 ml + 1.100 ml
= 5.100 ml

Perhitungan untuk probandus laki-laki dari dataran tinggi:

KRF = VR + VCE
= 1.200 ml + 1.600 ml
= 2.800 ml

KI = VT + VCI
= 600 ml + 3.100 ml
= 3.700 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 600 ml + 3.100 ml + 1.600 ml
= 5.300 ml

KTP = KV + VR
= 5.300 ml + 1.200 ml
= 6.500 ml

Perhitungan untuk probandus perempuan dari dataran tinggi:

KRF = VR + VCE
= 1.100 ml + 800 ml
= 1.900 ml

KI = VT + VCI
= 500 ml + 1.900 ml
= 2.400 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 500 ml + 1.900 ml + 800 ml
= 3.200 ml

KTP = KV + VR
= 3.200 ml + 1.100 ml
= 4.300 ml

Perhitungan untuk probandus laki-laki dari dataran rendah:

KRF = VR + VCE
= 1.200 ml + 1.100 ml
= 2.300 ml
KI = VT + VCI
= 600 ml + 3.100 ml
= 3.700 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 600 ml + 3.100 ml + 1.100 ml
= 4.800 ml

KTP = KV + VR
= 4.800 ml + 1.200 ml
= 6.000 ml

Perhitungan untuk probandus perempuan dari dataran rendah:

KRF = VR + VCE
= 1.100 ml + 1.000 ml
= 2.100 ml

KI = VT + VCI
= 300 ml + 1.900 ml
= 2.200 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 300 ml + 1.900 ml + 1000 ml
= 3.200 ml

KTP = KV + VR
= 3.200 ml + 1.100 ml
= 4.300 ml

Perhitungan untuk probandus laki-laki penderita asma:

KRF = VR + VCE
= 1.200 ml + 1.200 ml
= 2.400 ml

KI = VT + VCI
= 600 ml + 2.500 ml
= 3.100 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 600 ml + 2.500 ml + 1.200 ml
= 4.300 ml

KTP = KV + VR
= 4.300 ml + 1.200 ml
= 5.500 ml
Perhitungan untuk probandus perempuan penderita asma:

KRF = VR + VCE
= 1.100 ml + 900 ml
= 2.000 ml

KI = VT + VCI
= 400 ml + 1.300 ml
= 1.700 ml

KV = VT + VCI + VCE
= 400 ml + 1.300 ml + 900 ml
= 2.600 ml

KTP = KV + VR
= 2.600 ml + 1.100 ml
= 3.700 ml

Skema Kerja

Volume pernapasan diukur pada probandus


yang berasal dari daerah yang berbeda-beda

Wet spirometer diisi dengan air hingga


tabungnya mengembang

Setiap probandus meniup selang pada


Wet spirometer

Dicatat volume pernapasan masing-masing


probandus berdasarkan angka yang tertera
pada spirometer
RUBRIK PENILAIAN LAPORAN PRAKTIKUM
FAAL 2020

NAMA : ADIN RAMADHAN


NIM : N011201068
KELOMPOK : 2 (DUA)
GOLONGAN : A (RABU SIANG)

No. Elemen Skor Penilaian


Maks.
I. Identitas Laporan
1. Identitas laporan lengkap
(Judul Praktikum, logo Unhas, identitas penulis dan identitas
5
PJ praktikum)
II. Hasil
1. Menyajikan Hasil Praktikum
(Uraian Naratif, tabel atau grafik) 5
III. Pembahasan
1. Prinsip 10
2. Membandingkan hasil dengan teori 10
3. Menjelaskan persamaan atau perbedaan yang terjadi antara
hasil dengan teori 20
4. Pembahasan padat, singkat dan jelas serta berlandaskan
pustaka valid 20
IV.Kesimpulan
1. Memuat kesimpulan praktikum yang padat dan jelas 10
V. Lampiran
1. Skema kerja, gambar praktikum/Kurva 10
VI.Daftar Pustaka
1. Memuat semua kutipan yang digunakan 5
2. Gaya penulisan daftar pustaka mengikuti format Harvard
style 5
Nilai Laporan 100

Asisten Kelompok

Muh. Rezky Pratama

Anda mungkin juga menyukai