Anda di halaman 1dari 13

RESPIRASI MANUSIA

Oleh :

Nama : Destia Hasanah


NIM : B1A017007
Rombongan : VII
Kelompok :3
Asisten : Ainani Priza Minhalina

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Respirasi adalah proses oksigen dimasukkan dari luar dan digunakan untuk
proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas
karbon dioksida (CO2 ) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Energi hasil respirasi
tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. proses pernafasan oksigen dimasukkan
dari luar dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh
energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO 2 ) dikeluarkan
melalui proses pernafasan (Bakri et al., 2017).
Respirasi yang membutuhkan oksigen untuk memecah molekul organik
disebut respirasi aerob sedangkan respirasi tanpa oksigen disebut respirasi anaerob
(Sari & Prayudyaningsih, 2017). Respirasi aerobik adalah proses mendapatkan
energi dengan oksidasi karbon (reaksi: CH2O + O2 → energi + CO2 + H2O). Energi
dalam kalorimetri sulit diukur, laju konsumsi oksigen sering digunakan sebagai
ukuran untuk respirasi (Vieweg et al., 2016).
Sistem respirasi terdiri atas paru-paru dan sistem salunan yang
menghubungkan jaringan paru-paru dengan lingkungannya. Biasanya system
respirasi dibagi dalam dua bagian utama yaitu bagian konduksi, terdiri atas rongga
hidung naso faring, laring, trakea, bronki, bronkiolus dan bagian respirasi yang
terdiri atas alveoli. Pertukaran gas antara udara dan darah terjadi dalam alveoli.
Alveoli merupakan suatu struktur seperti kantong khusus yang membentuk
sebagian besar paru-paru. Pernapasan luar (ekspirasi) adalah pertukaran udara yang
terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan
pernapasan dalam (inspirasi) adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam
kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi
oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar
tubuh (Junquiera, 1995).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Respirasi Manusia adalah


1. Mengukur volume inspirasi dan ekspirasi normal dari respirasi (volume tidal).
2. Mengukur berapa besar kapasitas paru-paru yang dapat dimasuki udara respirasi
(kapasitas vital).
3. Mengukur jumlah volume paru-paru yang dapat menampung udara respirasi
normal selama 1 menit (volume total).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah manusia dan air.
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah beaker glass, gelas ukur,
selang plastik, dan akuarium.

B. Cara Kerja

1. Volume Tidal (VT)


a. Tarik napas secara normal, kemudian cepat-cepat dihembuskan ke dalam
gelas kimia melalui ujung selang.
b. Ujung selang segera dilepaskan dari mulut. Ujung selang yang lepas letaknya
harus lebih tinggi dari gelas kimia.
c. Skala pada gelas kimia dilihat, volume udara yang timbul setelah napas
dihembuskan kemudian diamati. Volume tersebut menunjukkan volume tidal
udara respirasi.
d. Percobaan tersebut dilakukan pada praktikan dengan jenis kelamin yang
berbeda, kemudian dibandingkan hasilnya.
e. Percobaan juga dilakukan setelah melakukan aktivitas sehari-hari.
2. Kapasitas Vital Paru-paru (KV)
a. Tarik napas dalam-dalam sekuatnya, kemudian cepat dihembuskan ke dalam
gelas kimia melalui ujung selang sekuat-kuatnya.
b. Ujung selang segera dilepaskan dari mulut.
c. Skala pada gelas kimia diamati, menunjukkan volume dari udara yang
dihembuskan. Volume tersebut merupakan kapasitas vital dari paru-paru
Anda.
d. Percobaan tersebut dilakukan pula pada praktikan dengan jenis kelamin yang
berbeda, kemudian dibandingkan hasilnya.
3. Volume Total (VT)
a. Untuk menentukan volume total paru-paru Anda, dilakukan cara seperti
percobaan untuk mengatur volume tidal.
b. Perhitungan dilakukan untuk menentukan berapa kali Anda bernapas selama 1
menit.
c. Untuk menghitung volume total udara paru-paru adalah volume tidal
dikalikan dengan jumlah napas per menit.
d. Percobaan tersebut dilakukan pada saat respirasi normal dan setelah
melakukan aktivitas berlari.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1. Pengukuran Laju Konsumsi Oksigen


Volume tidal Volume Total Kapasitas Vital
Kelompo
Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Laki- Perempua
k
L P L P L P L P laki n
33 103 1584 6180 >200
1 660 805 7920 51520 >2000
0 0 0 0 0
64 168 172 2944 1536 6192 >200
2 920 80688 2028
0 1 0 0 0 0 0
41 1584 1494 3836 >200
3 660 805 685 51520 >2000
5 0 0 0 0
48 136 3560 1344 10336 7840 >200
4 890 980 1503
0 0 0 0 0 0 0

L = laki-laki
P = perempuan
Volume Tidal
Sebelum lari: Sesudah lari:
L = 660 mL L = 805 mL
P = 415 mL P = 685 mL
Volume Total
Sebelum lari: Sebelum lari
L = 6 x 4 = 24 P =9x4
Volume total = 24 x 660 Volume total = 36 x 415
= 15.840 mL = 14.940 mL
Sesudah lari: Sesudah lari
L = 16 x 4 = 64 P = 14 x 4
Volume total = 64 x 805 Volume total = 56 x 685
= 51.520 mL = 38.360 mL
B. Pembahasan

Parameter yang diukur pada respirasi manusia dalam praktikum ini adalah
volume tidal, kapasitas vital, dan volume total. Berdasarkan data hasil percobaan
respirasi manusia kelompok 3, diketahui respirasi volume tidal pada laki-laki dalam
kondisi normal adalah 660 mL, sedangkan pada wanita sebanyak 415 mL. Volume
tidal pada laki-laki setelah berlari adalah 805 mL, sedangkan pada wanita sebanyak
685 mL. Volume total pada laki-laki dalam kondisi sebelum lari adalah 15.840 mL,
sedangkan pada wanita sebanyak 14.940 mL. Volume total pada laki-laki setelah
berlari adalah 51.520 mL, sedangkan pada wanita sebanyak 38.360 mL. Kapasitas
vital pada laki-laki adalah sebanyak >2000 mL, begitu pula pada wanita sebanyak
>2000 mL. Menurut Guyton & Hall (1997) volume tidal pada saat kita bernafas
normal besarnya kira-kira 500 mL. Sedangkan nilai rata-rata kapasitas vital pada
manusia adalah 4600 mL.
Respirasi adalah proses oksigen dimasukkan dari luar dan digunakan untuk
proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas
karbon dioksida (CO2 ) dikeluarkan melalui proses pernafasan. Energi hasil respirasi
tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. proses pernafasan oksigen dimasukkan
dari luar dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh
energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO 2 ) dikeluarkan
melalui proses pernafasan (Bakri et al., 2017). Di dalam sel tubuh manusia,
oksigen bereaksi dengan glukosa (bahan makanan) yang menghasilkan karbon
dioksida (CO2), uap air (H2O) dan sejumlah energi yang disimpan dalam
bentuk molekul berenergi tinggi yang disebut Adenosin Tri Phospate (ATP)
(Siswanto et al., 2016).
Respirasi yang membutuhkan oksigen untuk memecah molekul organik
disebut respirasi aerob sedangkan respirasi tanpa oksigen disebut respirasi anaerob
(Sari & Prayudyaningsih, 2017). Respirasi aerobik adalah proses mendapatkan
energi dengan oksidasi karbon (reaksi: CH2O + O2 → energi + CO2 + H2O). Energi
dalam kalorimetri sulit diukur, laju konsumsi oksigen sering digunakan sebagai
ukuran untuk respirasi (Vieweg et al., 2016).
Proses respirasi berdasarkan tempat terjadinya respirasi terdiri dari 2 proses
yaitu respirasi eksternal dan respirasi internal. Respirasi eksternal meliputi
pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida) antara cairan intestitial tubuh dengan
lingkungan luar dan pengangkutan gas-gas pernapasan dari organ-organ pernapasan
ke jaringam tubuh atau sebaliknya dilakukan oleh sistem sirkulasi. Tujuan dari
respirasi eksternal adalah untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi
internal adalah proses absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel.
Proses respirasi internal ini disebut juga respirasi selular, terjadinya di mitokondria.
pertukaran O2 dari cairan tubuh (darah) dengan CO2 dari sel-sel dalam jaringan,
disebut respirasi internal (Biofagri, 2006).
Menurut Haq (2011), mekanisme respirasi pada manusia ada dua macam
yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada, adalah pernapasan
yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Pernapasan dada berlangsung dalam 2
tahap, yaitu : Inspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berkontraksi, tulang
rusuk terangkat, volume rongga dada membesar, paru-paru mengembang, sehingga
tekanan udaranya menjadi lebih kecil dari udara atmosfer, sehingga udara masuk.
Ekspirasi, terjadi bila otot antar tulang rusuk luar berelaksasi, tulang rusuk akan
tertarik ke posisi semula, volume rongga dada mengecil, tekanan udara rongga dada
meningkat, tekanan udara dalam paru-paru lebih tinggi dari udara atmosfer,
akibatnya udara keluar. Pernapasan perut, merupakan pernapasan yang
mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga
perut dan rongga dada. Pernapasan perut juga berlangsung dalam dua tahap, yaitu :
Inspirasi, terjadi bila otot diafragma berkontraksi, diafragma mendatar
mengakibatkan volume rongga dada membesar sehingga tekanan udaranya mengecil
dan diikuti paru-paru yang mengembang mengakibatkan tekanan udara di dalam
paru-paru lebih kecil dari tekanan udara atmosfer, sehingga udara masuk ke paru-
paru. Ekspirasi, diawali dengan otot diafragma berelaksasi dan otot dinding perut
berkontraksi menyebabkan diafragma terangkat dan melengkung menekan rongga
dada, sehingga volume rongga dada mengecil dan tekanannya meningkat sehingga
udara dalam paru-paru keluar. Pernapasan perut umumnya terjadi saat tidur.
Volume udara paru-paru pada manusia menurut Guyton & Hall (1997), di
antaranya adalah: volume alun napas (tidal), merupakan volume udara yang
diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernapas normal; besarnya kira-kira 500-1000
mL pada rata-rata orang dewasa muda. Volume cadangan inspirasi adalah volume
udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan diatas volume alun napas normal dan
biasanya mencapai 500 mL. Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara ekstra
yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi alun napas normal
dan jumlah normalnya adalah sekitar 500 mL. Volume residu yaitu volume udara
yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi paling kuat. Volume ini
besarnya kira-kira 1000-2500 mL.
Kapasitas paru-paru pada manusia menurut Guyton & Hall (1997), di
antaranya adalah: kapasitas inspirasi sama dengan volume alun napas ditambah
cadangan inspirasi. Ini adalah jumlah udara (kira-kira 3500 mL) yang dapat dihirup
oleh seseorang, dimulai pada tingkat ekpirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah maksimum. Kapasitas residu fungsional sama dengan volume
cadangan ekspirasi ditambah volume residu. Ini adalah jumlah udara yang tersisa
dalam paru pada akhir ekspirasinormal (kira-kira 350 mL). Kapasitas vital sama
dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume alun napas dan volume
cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisis paru secara maksimum dan
kemudian mengeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-kira 4600 mL). Kapasitas paru
total adalah volume maksimum dimana paru dapat dikembangkan sebesar mungkin
dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL) dan jumlah ini sama dengan kapasitas
vital ditambah volume residu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas paru-paru respirasi manusia
menurut Carter (2008), adalah usia, jenis kelamin, suhu tubuh, posisi tubuh, dan
kegiatan tubuh. Balita memiliki frekuensi pernapasan lebih cepat dibandingkan
manula. Semakin bertambah usia, intensitas pernapasan akan semakin menurun.
Bayi dan balita memiliki frekuensi bernapas lebih banyak dibanding orang dewasa.
Hal itu disebabkan volume paru-paru yang relatif kecil dan sel-sel tubuh sedang
berkembang sehingga membutuhkan banyak oksigen. Orang tua juga memiliki
frekuensi napas lebih banyak karena kontraksi otot-otot dada dan diafragma tidak
sebaik saat masih muda, sehingga udara pernapasan lebih sedikit. Menurut Sumekar
& Ediningsih (2016), seiring bertambahnya umur sesorang, kapasitas paru-paru akan
menurun. Kapasitas paru orang berumur 30 tahun ke atas rata-rata 3.000 mL sampai
3.500 mL, dan pada mereka yang berusia 50-an tentu kurang dari 3.000 mL.
Frekuensi pernapasan laki-laki lebih cepat daripada perempuan. Semakin banyak
energi yang dibutuhkan, berarti semakin banyak pula oksigen yang diambil dari
udara. Hal ini terjadi karena laki-laki pada umumnya beraktivitas lebih banyak
daripada perempuan. Wanita pada umumnya memiliki volume paru-paru lebih kecil
daripada laki-laki sehingga frekuensi bernapasnya lebih banyak. Paruparu
perempuan cenderung lebih kecil dan lebih ringan daripada laki-laki. Menurut
Rachmawati et al. (2018) rata-rata mengandung lebih sedikit bronchioles
pernapasan, tetapi jumlah alveoli per satuan luas dan volume alveolar tidak berbeda
antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian, jumlah total alveoli dan luas
permukaan alveolar lebih besar pada laki-laki daripada perempuan. Semakin tinggi
suhu tubuh maka frekuensi pernapasan akan semakin cepat. Di lingkungan yang
panas tubuh mengalami peningkatan metabolisme untuk mempertahankan suhu agar
tetap stabil. Untuk itu tubuh harus lebih banyak mengeluarkan keringat agar
menurunkan suhu tubuh. Aktivitas ini membutuhkan energi yang dihasilkan dari
peristiwa oksidasi dengan menggunakan oksigen sehingga akan dibutuhkan oksigen
yang lebih banyak untuk meningkatkan frekuensi. Posisi tubuh sangat berpengaruh
terhadap frekuensi pernapasan. Pada tubuh yang berdiri, otot-otot kaki akan
berkontraksi sehingga diperlukan tenaga untuk menjaga tubuh tetap tegak berdiri.
Untuk itu diperlukan banyak O2 dan diproduksi banyak CO2 maka pada posisi tubuh
berdiri, frekuensi pernapasannya meningkat. Pada posisi duduk atau tiduran, beban
berat tubuh disangga oleh sebagian besar bagian tubuh sehingga terjadi penyebaran
beban. Hal ini mengakibatkan jumlah energi yang diperlukan untuk menyangga
tubuh tidak terlalu besar sehingga frekuensi pernapasannya juga rendah. Orang yang
banyak melakukan kegiatan memerlukan lebih banyak energi dibandingkan dengan
orang yang tidak melakukan kegiatan. Tubuh memerlukan lebih banyak oksigen
untuk oksidasi biologi dan lebih banyak memproduksi zat sisa. Tubuh perlu
meningkatkan frekuensi pernapasan agar dapat menyediakan oksigen yang lebih
banyak. Gerakan pernapasan diatur oleh pusat pernapasan yang ada di otak dan
disebut medula oblongata. Kita menahan napas sementara waktu, tetapi bila kadar
karbon dioksida dalam darah naik akan timbul rangsangan untuk menghirup udara
pernapasan dalam-dalam. Ketika darah melalui alveolus, kandungan karbon dioksida
nya sama dengan di alveolus. Darah kemudian mencapai medula oblongata yang
mengandung sel-sel yang sangat peka terhadap konsentrasi karbon dioksida dalam
darah. Jika kandungan karbon dioksida ini naik di atas normal, medula oblongata
menanggapinya dengan meningkatkan banyaknya impuls saraf dan laju impuls saraf
yang mengontrol aksi otot-otot pernapasan (otot diafragma dan otot interkosta),
akibatnya ialah peningkatan pertukaran udara dalam paru-paru yang mengembalikan
konsentrasi karbon dioksida dalam alveolus dengan cepat dan kemudian
mengembalikan konsentrasi karbon dioksida darah ke konsentrasi normal.
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:


1. Volume Tidal inspirasi dan ekspirasi normal pada laki-laki adalah 660 mL, pada
perempuan adalah 415 mL. Sedangkan volume tidal saat inspirasi dan ekspirasi
setelah aktivitas berlari pada laki-laki adalah 805 mL dan pada perempuan 685 mL.
2. Kapasitas Vital pada laki-laki sebesar >2000 mL, begitu pula pada perempuan
sebesar >2000 mL.
3. Volume Total respirasi normal laki-laki sebesar 15.840 mL, pada perempuan
14.940 mL. Sedangkan volume total saat respirasi dengan aktivitas berlari pada
laki-laki adalah sebesar 51.520 mL, pada perempuan 38.360 mL.
DAFTAR PUSTAKA

Bakri, A., Mohammad, K. & Endang, P., 2017. Alternatif Bahan Pembungkus Kalium
Hidroksida (KOH) dalam Penyerapan O2 dalam Percobaan Respirasi. Jurnal
Penelitian Sains, 19(1), pp. 17-22.

Biofagri, A. R., 2006. Fisiologi Hewan: Respirasi. Bandung: Sekolah Ilmu dan
Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung.

Carter, P. J., 2008. Lippincott's Textbook for Nursing Assistants: A Humanistic


Approach to Caregiving. US: Lippincott, William & Wilkins Inc.

Guyton, A. C. & Hall, J. E., 1997. Fisiologi Kedokteran, Terjemahan Irawati Setiawan.
Jakarta: EGC.

Haq, M. F. D., Kemalasari & Ardik, W., 2011. Pengolahan Sinyal Respirasi dengan Fir untuk
Analisa Volume dan Kapasitas Pulmonary. Surabaya: ITS.

Junquiera, L. C. & Jose, C., 1995. HistologiDasar. Jakarta:EGC.

Rachmawati, A., Yusniar, H. D. & Nikie, A. Y. D., 2018. Gambaran Kejadian


Gangguan Fungsi Paru pada Pekerja Pengasapan Ikan di Bandarharjo Semarang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-journal), 6(6), pp. 32-41.

Sari, R. & Prayudyaningsih, R., 2017. Karakter Isolat Rhizobia dari Tanah Bekas
Tambang Nikel dalam Memanfaatkan Oksigen untuk Proses Metabolismenya.
Buletin EBONI, 14(2), pp. 123 – 136.

Siswanto, Syamsudin & Wahyu, T. A., 2016. Pemberian Air Murni (Pure Water)
Beroksigen Tinggi Terhadap Kebugaran. Jurnal Keperawatan, 2(1), pp. 41-44.

Sumekar, A. & Ediningsih, E. S., 2016. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Status
Fungsi Paru pada Pekerja yang Terpapar Debu di Industri Mebel Cv. Annet Sofa
Pandowoharjo Sleman Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 10(1), pp.
389-700.

Vieweg, M., Kurz, M. J., Trauth, N., Fleckenstein, J. H., Musolff, A. & Schmidt, C.,
2016. Estimating Timevariable Aerobic Respiration in The Streambed by
Combining Electrical Conductivity and Dissolved Oxygen Time Series, Journal
of Geophysical Research: Biogeosciences, 121, pp. 2199–2215.

Anda mungkin juga menyukai