Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum Fisiologi

Spirometri

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
2013
Tujuan
. Tujuan Praktikum :
1. Mengetahui cara pengukuran paru dengan spirometer
2. Mengetahui kapasitas standart paru-paru
Alat dan Bahan
1.
2.
3.
4.
5.

Spirometri
Tissue
Tinta spirometri
Mouth piece dispposible
Penjepit hidung

Cara Kerja:
1. Isi bejana biru dengan air sampai tanda garis pengisian. Gunakan pegangan tangan di
samping bejana untuk membawa bejana

2. Tukan sungkup putih perlahan-lahan ke bawah untuk meyakinkan penempatannya di


dasar bejana biru
3. Masukkan pipa mulut yang disposable ke ujung pipa plastic yang fleksibel.Selalu
gunakan pipa mulut disposable yang baru setiap penggantian OP
4. Tempatkan garis penunjuk pada garis 0 yang terdekat dengan ujung lengan skala,
dengan mengatur cakram petunjuk yang harus berada di sebelah kanan garis
penunjuk.
5. Bila mengukur volume inspirasi letakkan cakram penunjuk di sebelah kiri garis
penunjuk di garis 0 yang terdekat dengan pangkal lengan skala.

Teori
Proses respirasi atau pernafasan, secara harfiah berarti pergerakan oksigen (O 2) dari
atmosfer menuju ke sel, dan keluarnya karbon dioksida (CO2) dari sel ke udara bebas.
Respirasi terdiri dari tiga proses, yaitu:
1. Pulmonary ventilation adalah proses pernafasan dimana gas mengalir/bergerak antara
atmosfer (udara luar) dan paru. Pergerakan udara ini di sebabkan oleh perubahan
tekanan udara dalam paru. Perbedaan tekanan yang disebabkan oleh perubahan
kapasitas paru akan memaksa udara masuk ketika inhalasi dan keluar ketika ekshalasi.
Dua Proses penting dalam pulmonary ventilation :
a. Inhalasi - Proses pergerakan udara masuk ke paru.
Agar udara masuk ke dalam paru, tekanan di alveoli harus lebih rendah
daripada tekanan di atmosfer. Maka dari itu rongga thorax (dada)
mengembang untuk meningkatkan kapasitas paru dan merendahkan tekanan
udara di rongga dada. Apabila kapasiti rongga thorax meningkat, kapasitas
paru juga meningkat dan tekanan alveolarpun menurun. Perubahan tekanan ini
menyebabkan udara bergerak dari luar ke dalam paru.
b. Ekshalasi Proses pergerakan udara keluar paru.
Disebabkan oleh perubahan tekanan, tekanan di dalam paru lebih tinggi
daripada tekanan di atmosfer. Ekshalasi adalah hasil daripada elastic recoil
yang berlaku pada dinding thorax dan paru, yaitu hal yang secara alami terjadi
setelah rongga dada mengembang. Apabila otot external intercostals relax,
tulang rusuk akan menurun. Oleh karena itu tekanan dalam paru akan
meningkat. Maka udara akan bergerak keluar dari tekanan tinggi ke daerah
tekanan rendah.
2. Respirasi Eksternal

Proses resapan oksigen (O2) dalam udara di alveoli ke dalam darah di kapiler alveoli
serta proses resapan karbon dioksida (CO2) dalam arah sebaliknya. Darah yang dating
dari ventrikulus dextra (berasal dari sistemik tubuh) kaya akan kandungan CO 2
berdifusi dan bertukar tempat dengan O2. PO2 dalam alveolar = 105 mmHg
sedangkan PO2 dalam kapiler pulmonary = 40 mmHg, karena itu oksigen akan terus
meresap ke dalam kapiler pulmonary sehingga PO 2 dalam kapiler pulmonary
meningkat.
3. Respirasi Internal
Merupakan pertukaran CO2 dan O2 antara kapiler sistemik dengan sel jaringan. PO 2
dalam kapiler darah = 105 mmHg sedangkan PO2 dalam sel jaringan = 40 mmHg.
Perbedaan tekanan ini akan menyebabkan oksigen akan meresap keluar dari kapiler
darah ke dalam sel sehingga PO2 dalam kapiler darah menurun ke 40 mmHg. Saat O 2
meresap ke dalam sel. CO2 akan meresap ke arah yang bertentangan.
Frekuensi pernafasan rata-rata pada orang dewasa normal berkisar antara 16-24 kali
per menit yang mengangkut kurang lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru.
Beberapa factor seperti peningkatan PCO2 atau konsentrasi H+ dapat mempengaruhi
pusat pernafasan di pons dan di medulla untuk meningkatkan frekuensi ataupun
menurunkan frekuensi pernafasan. Jika konsentrasi CO 2 dalam melebihi kadar normal
maka tubuh akan bereaksi dengan hiperventilasi untuk mengeluarkan CO2 tersebut
dan mengambil O2 dari udara luar, begitupun sebaliknya.
Volume paru yang lebih rendah daripada kisaran normal seringkali menunjukan
malfungsi system paru. Untuk mengetahui volume dan kapasitas paru digunakan alat
ukur berupa spirometer atau respirometer. Hasil perekamannya disebut spirogram.
Pada kurva hasil spirogram digambarkan defleksi ke bawah saat ekspirasi.
Udara yang keluar dan masuk saluran pernafasan saat inspirasi dan ekspirasi sebanyak
500 cc di sebut volume tidal (VT). Volume tidal setiap orang bervariasi tergantung
pada saat pengukuran. Rata rata pada orang dewasa 75% (350 ml) dari volume tidal
secara nyata dapat masuk ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong alveoli dan alveoli
yang aktif dalam proses pertukaran gas. Sedang sisanya 25% (150 ml) menetap di
ruang rugi.
Volume total udara yang diperlukan dalam satu menit disebut minute volume of
respiration (MVR) atau minute ventilation. MRV didapat dari perkalian antara volume
tidal dan frekuensi pernafasan total permenit. Rata rata MRV dari 500 ml volume
tidak sebanyak 12 kali pernafasan permenit adalah 6000 ml/menit. Dengan
mengambil nafas lebih dalam maka akan mendapatkan volume pernafasan melebihi
volume tidal 500 ml. Penambahan volume ini disebut volume cadangan inspirasi
3

sebesar 3100 ml dari volume tidal sebelumnya. Sehingga volume tidal total sebesar
3600 ml. Udara ekspirasi juga dapat lebih banyak dikeluarkan (1200 ml) dari volume
tidal yang ada, udara tersebut merupakan volume cadangan ekspirasi. Meskipun paru
kosong setelah ekspirasi maksimal, sesungguhnya paru tersebut masih memiliki udara
sisa yang disebut dengan volume residu yang mepertahankan paru dari keadaan
kolaps yang besarnya sekitar 1200 cc.
FEV1 adalah volume ekspirasi paksa dalam satu detik dengan pengertian volume
yang masih dapat di keluarkan oleh paru setelah ekspirasi maksimal dalam satu detik.
Pada penderita emphysema didapatkan nilai FEV1 menurun.
Salah satu metode untuk melakukan pengukuran volume dan kapasitas dinamis
paru adalah dengan spirometri. Tujuannya adalah untuk mengukur efektivitas dan
kecepatan paru dalam mengisi dan mengosongkan udara. Spirometri adalah suatu teknik
pemeriksaan untuk mengetahui fungsi/faal paru, di mana pasien diminta untuk meniup
sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan mesin spirometer yang
secara otomatis akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang
dikeluarkan, sehingga dengan demikian dapat diketahui kondisi faal paru pasien.
Pemeriksaan spirometri digunakan untuk mengetahui adanya gangguan di paru dan
saluran pernapasan. Alat ini sekaligus digunakan untuk mengukur fungsi paru. Pasien
yang dianjutkan untuk melakuakan pemeriksaan ini antara lain: pasien yang mengeluh
sesak napas, pemeriksaan berkala bagi pekerja pabrik, penderita PPOK, penyandang
asma, dan perokok.

Nilai Normal
1. Kapasitas vital paru

Gambar 1. Gambaran kapasitas paru normal


4

2. Kapasitas vital paksa paru

Gambar 2. Gambaran kapasitas vital paksa paru normal

Hasil Percobaan
1. Volume Tidal
TV : 640 ml
2. Volume cadangan ekspirasi
ERV : 1320 ml
3. Volume cadangan inspirasi
IRV : 1040 ml
4. Volume Residu
RV : 1000 ml
5. Kapasitas inspirasi
IC : TV + IRV
IC : 640 + 1040
IC : 1980 ml
6. Kapasitas Residu Fungsional
FRC : ERV + RV
FRC : 1320 + 1000
FRC : 2320 ml
7. Kapasitas Vital
VC: IRV + TV + ERV
VC : 1040 + 640 + 1320
VC : 3000 ml
8. Kapasitas Paru Total
TLC : VC + RV
TLC : 3000 + 1000
TLC : 4000 ml

Hasil Percobaan Menggunakan Spirometer dan Pembahasan


1. Pemeriksaan kapasitas vital paru
Dari pemeriksaan spirometri didapatkan data sebagai berikut.
NAME

: Moh. Tri Sudiro

Y/M/D

: 15/05/13

IDCODE

:45

AGE

:19

SEX

MALE

H(CM)

:164

W(KG)

:56

PRED

:BALDWIN
6

ENV1

:28.0 C , 70 % . 760mmhg
xxxxxxxxxxxxVCxxxxxxxxxxx

VC

Pred.

Act

4.18

2.99

71

TV

0.64

IRV

1.04

ERV

1.32

IC

1.67

2. Pemeriksaan kapasitas vital paksa paru


PRED

ACT

FVC

4.18 L

3.05

73

FEV1.0

4.19 L

2.81

67

FEV1.0%

90.30%

92.13

102

PEFR

11.03 L/s

7.19

65

MMF

5.37 L/s

4.96

92

V75

---

7.18

---

V50

5.79 L/s

5.44

94

V25

2.78 L/s

2.90

104
7

V25/Ht

1.28 L/s

1.77

ATI

-2.04

FVC+FEV1

5.88

138

FVCbest

4.18 L

3.05

73

FEV1best

4.19 L

2.81

67

Long Age

68

Pembahasan
Hasil Grafik Pemeriksaan Kapasitas Vital Paru menunjukkan:
VC

Pred.

Act

4.18

2.99

71

TV

0.64

IRV

1.04

ERV

1.32

IC

1.67
Data spirogram menunjukkan adanya penurunan kapasitas vital paru yaitu 4.18 L.

Sehingga presentase nya hanya sebesar 71%. Pada hasil spirogram yang normal
menunjukkan banyaknya kapasitas vital paru yaitu 80% dari total kapasitas paru.
Penurunan kapasitas vital paru dapat disebabkan karena adanya penurunan volume tidal,
volume cadangan inspirasi maupun volume cadangan ekspirasi. Karena kapasitas vital
paru diperoleh dari hasil penambahan ketiga variable tersebut. Penurunan kapasitas vital
paru pada probandus disebabkan oleh penurunan:
Volume tidal = 0.64 L
Volume cadangan inspirasi = 1,04 L
Volume cadangan ekspirasi = 1.32 L
Sehingga didapatkan :
VC=VT+IRV+ERV
VC= 0.64+ 1.04 + 1.32
VC=2.99 L
Hasil Grafik Pemeriksaan Kapasitas Vital Paksa Paru menunjukkan:

Rasio FEV1/FVC yaitu:


FEV1

= 2.81 = 0.92

FVC

3.05
Pada kondisi normal rasio FEV1/FVC yaitu 0,8. Data spirogram tersebut

menunjukkan kondisi normal.

Kesimpulan
1. Respirasi pada manusia meliputi 3 tahap penting yaitu ventilasi , respirasi eksternal
dan respirasi internal.
2. Spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi paru-paru ,
dimana pasien diminta sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang dihubungkan dengan
mesin spirometer yang akan menghitung kekuatan, kecepatan dan volume udara yang
dikeluarkan ,sedangkan alatnya bernama spirometer, dan hasil perekamannya
bernama spirogram.

3. Dengan menggunakan spirometer ini, maka kami dapat mengukur volume tidal,
volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, kapasitas vital, kapasitas total
paru, dan volume residu, dan kapasitas vital paksa.
4. Ventilasi patoogis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan ventilasi
campuran yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi restriktif.

10

DAFTAR PUSTAKA

1. American Thoracic Society. Medical section of the American Lung Association.


Standards for the diagnosis and care of patients with chronic obstructive pulmonary
disease (COPD) and asthma. Am Rev Respir Dis 1987; 136: 22543.
2. Dahlan Z. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi IV.
Jakarta: FKUI;2006
3. Danusantoso H. Buku Saku Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Hipokrates;2000
4. Dorland, W. A Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta: EGC;2006
5. Halim, Hadi. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
II. Edisi IV. Jakarta: FKUI;2006
6. Maddapa
T.
2009.

Atelectasis.

Available

http://emedicine.medscape.com/article/296468-overview (9 April 2010).


7. Rubins,
Jeffrey.
2009.
Pleural
Effusion.
Available

at:
at:

http://emedicine.medscape.com/article/299959-overview (9 April 2010).


8. Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta:
EGC;2006
9. Yunus, Faisal.Penatalaksanaan Bronkhitis Khronik. Bagian Pulmonologi Kedokteran
Universitas Indonesia Unit Paru RSUP Persahabatan: Jakarta;2009

11

Anda mungkin juga menyukai