Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI

BLOK BIOMEDIK II
SPIROMETRI

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 7
T.FADLINAZWANSANI 110610032
SRI RAHMADHANI STP 110610045
DELLA DEVEGA 110610012
ANNITA RIAWATI 1106100XX
KHAIRUL IKHWAN 110610053
AIDARNAWAN SARI 110610016
ELFRIDA SANTY PURBA 1106100XX
HASDIANA 1106100XX
RINI ISKANDAR 1106100XX
DEBY ANTATIFANI R 110610008
NADIA FITRI 110610019

KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
2011/2012
BAB I
PENDAHULUAN

I. Judul Praktikum
Pemeriksaan Spirometri

II. Perinsip Percobaan


Mekanisme ventilasi paru dapat diketahui dengan mengukur volume
udara yang masuk dan keluar paru (volume pernapasan).

III. Tanggal Praktikum


Rabu, 2 Mei 2012

IV. Tujuan Praktikum


Pada akhir latihan ini mahasiswa harus dapat:
1.Menjelaskan cara melakukan pencatatan spirometri dengan menggunakan
Spirometri.
2.Menganalisa spirometri sehingga dapat menetapkan besarnya:
a. Isi alun nafas (volume tidal)
b. Frekuensi pernapasan
c. Volume pernapasan semenit
d. Kapasitas vital mutlak dan kapasitas vital relative
e. Volume cadangan inspirasi
f. Volume cadangan ekspirasi
g. Timed vital capacity;FEV (forced expiratory volume) 1 dan FEV 3

V. Dasar Teori
Spirometri merupakan suatu metode sederhana untuk mencatat volume
udara yang masuk dan keluar paru-paru. Spirometer ini terdiri dari sebuah drum
yang dibalikkan di atas bak air, dan drum tersebut diimbangi suatu beban. Dalam
drum terdapat oksigen untuk bernafas, dan sebuah pipa yang menghubungkan
mulut dengan ruang gas (O2). Apabila seseorang bernafas dari dan kedalam ruang
ini, drum akan naik turun dan terjadi perekaman yang sesuai diatas gulungan
kertas yang berputar.
Proses ventilasi paru yang tercatat pada kimograf ditunjukkan dalam
volume dan kapasitas paru sebagai berikut :

1. Volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi setiap kali bernafas normal
disebut dengan volume alun nafas (volume tidal). Besarnya kira-kira 500
mL pada rata-rata orang dewasa.
2. Volume udara ekstra yang dapat diinspirasi setelah dan diatas volume
alun nafas normal disebut volume cadangan inspirasi. Besarnya mencapai
3000 mL.
3. Volume udara ekstra yang dapat diekspirasi oleh ekspirasi kuat pada akhir
ekspirasi alun nafas normal disebut volume cadangan ekspirasi. Jumlah
normalnya sekitar 1100 mL.
4. Volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi
paling kuat disebut volume residu. Volume ini besarnya kira-kira 1200 mL.
5. Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh
seseorang, dimulai dari tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru
sampai jumlah maksimum.
Kapasitas inspirasi (IC) = volume alun nafas (VT) + volume cadangan
inspirasi (IRV)
6. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru
pada akhir ekspirasi normal.
Kapasitas residu fungsional (FRC) = volume cadangan ekspirasi (ERV) +
volume residu (RV)
7. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat dikeluarkan
seseorang dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara
maksimum dan mengeluarkan sebanyak-banyaknya.
Kapasitas vital (VC) = volume cadangan inspirasi (IRV) + volume alun nafas
(VT) + volume cadangan ekspirasi (ERV)
8. Kapasitas paru total adalah volume maksimum di mana paru dapat
dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa.
Kpasaitas paru total (TLC) = kapasitas vital (VC) + volume residu (RV)

VI. Alat dan Bahan


1. Spirometri
2. Mouth piece dispposible
3. Penjepit hidung

VII. Cara Kerja


Pada percobaan ini digunakan spirometri tanpa soda lime
1. putar kran 3 ke posisi A dan keluarkan sisa udara yang masih terdapat di
dalam alat dengan cara menekan, mengangkat sungkup spirometri.kemudian
isi spirometri dengan udara biasa secukupnya dengan cara mengangkat
sungkup.Tutup kran 3 dengan memutar kran 3 ke posisi B
2. Bersihkan mouthpiece pada ujung pipa karet spirometri dengan kapas dan
alkohol orang percobaan berdiri menghadap alat.Hubungkan orang
percobaan (OP) dengan alat dengan memasukkan mouthpiece ke dalam
mulutnya dan tutup hidung OP dengan penjepit hidung.
3. Biarkan OP bernafas tenang dengan udara luar untuk beberapa waktu.
4. Siapkan alat untuk pencatatan gerakan pernapasan orang percobaan.
5. Bila pernapasan OP sudah tenang dan teratur,putar kran 3 ke posisi
A,sehingga OP sekarang bernafas dengan udara spirometri dan terlihat
pencatat grafik spirometer turun naik mengikuti irama pernafasan.
6. jalankan kimograf dengan kecepatan rendah (ada 3 kecepatan) dan catatlah
4-5 gerakan pernafasan
Pertanyaan 1:Apa yang sedang kita catat pada fase percobaan ini
7. Sambil kimograf berjalan terus,suruh orang percobaan melakukan inspirasi
dan ekspirasi maksimal secara lambat,kemudian kimograf dihentikan.
Pertanyaan 2:Apa yang sedang kita catat sekarang?
8. Suruhlah OP melakukan pernafasan tenang beberapa kali,kemudian suruh
melakukan inspirasi maksimal dan tahan nafas beberapa saat,dan pada saat
yang sama kecepatan kimograf dirubah ke kecepatan tinggi (kecepatan
E),dan OP melakukan ekspirasi secara cepat dan maksimal.Kemudidn
kimograf dihentikan.
Pertanyaan 3:Pencatatan apa yang sedang kita lakukan ?
9. Lepaskan Mouth piece dari mulut OP
10. Dari spirogram yang diperoleh,tetapkanlah besarnya:
a. Volume tidal istirahat
b. Frekuensi pernafasan istirahat
c. Kapasitas vital mutlak
d. Predicted vital capacity
e. Volume cadangan ekspirasi
f. Volume cadangan inspirasi
g. FEV 1 dan FEV 3
Pertanyaan:
1. Berapa volume tidal normal?
2. Apakah volume tidal seseorang tetap?
3. Bagaimana kita menetapkan K V normal seseorang (predicted vital
capacity)
4. Apa kegunaan pengukuran timed vital capacity dalam klinik?
Jawaban pertanyaan :
1. Volume tidal normal adalah 500 ml untuk rata rata orang dewasa
2. Volume tidal seseorang itu tidak tetap
3. Menetapkan volume tidal seseorang adalah dengan cara
KV = VCI + VT + VCE
4. Kegunaan pengukuran timed vital capacity dalam klinik adalah untuk
mengetahui kapasitas vital normal atau patologis
FORMULA KAPASITAS

No. BERDASARKAN PRIA WANITA

A Surface area 2,3 L/m2 2,0 L/m2

B Tinggi badan 25 ml/cm 20ml/cm

Normal FEV 1 83%

FEV 3 97%
VIII. Nilai Normal
1. Kapasitas vital paru

Gambar 1. Gambaran kapasitas paru normal

2. Kapasitas vital paksa paru

Gambar 2. Gambaran kapasitas vital paksa paru normal


BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil
1. Pemeriksaan kapasitas vital paru
Dari pemeriksaan spirometri didapatkan data sebagai berikut.
NAME : Tn. Fadli
IDNo : 17
Date : 05/02/2012 12:16
Sex : Male Age: 18
HT : 165,0 cm WT: 56,0 Kg
BSA : I,61 m2 Race : Others (100)
PB : 88,0 hPa
Temp : 25,0 0C
Pred.Formula : Knudson
Cal.Date : 04/18/2005 09:22

ITEM MEAS PRED %PRED


VC L 6,05 4,18 144,7
TV L ----
IRV L ----
ERV L ----

2. Pemeriksaan kapasitas vital paksa paru


ITEM MEAS PRED % PRED

FVC (L) 1.54 4.18 36.8


FEV1.0 (L) 1.50 3.59 41.8

FEV1.0%(G) 97.40 86.76 112.2

MMF (L/s) 1.77 4.04 43.8

PEF(L/s) 1.96 7.79 25.2

FEF25 (L/s) 1.41 7.14 19.7

MEF50 (L/s) 1.94 4.64 41.8

MEF75(L/s) 1.57 2.21 71.0

II. Pembahasan
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan terhadap pasien Tn. Fadli
Diperoleh evaluasi sebagai berikut:
Diagnosis : Normal
Staging : ..
BD Improvement : ..
Peripheral Airway : Normal

III. Aplikasi Klinis


1. Penyakit paru obstruktif kronik
a. Asma
Merupakan serangan berulang dispnea paroksimal, dengan radang
jalan nafas dan mengakibatkan kontraksi spasmodic bronkus.
(Dorland, 2002)
Patofisiologi asma dapat dijelaskan dengan bagan di bawah ini.
Alergen

Terbentuk Antibodi dalam tubuh (IgE)

Alergen dan IgE berikatan

Menyebabkan Sel mast melepaskan mediator primer (Histamin)


dan mediator sekunder (Leukotrien/SRSA)

Efek segera (dalam 5-10 menit); Kontriksi bronkiolus,

Hipersekresi dan Edema dinding bronkiolus

Penyempitan lumen bronkiolus

Udara sulit keluar dari bronkiolus

Udara terperangkap pada bagian distal

Hiperinflasi progresif paru (timbul mengi ekspirasi memanjang),


mengalami sesak; Asma
(Halim, 2000, Silbernagl dan Lang, 2006)
b. Bronkhitis Kronis
Penyakit ini mempunyai berbagai definisi tergantung dari
penulis yang mengemukakannya. Brinkman mendefinisikan penyakit
ini sebagai suatu gangguan batuk berdahak yang terjadi tiap hari
selama paling kurang enam bulan dan jumlah dahak minimal satu
sendok teh. (Yunus, 1999)
Definisi yang banyak dipakai adalah definisi dari American
Thoracic Society, yaitu penyakit dengan gangguan batuk kronik
dengan dahak yang banyak terjadi hampir tiap hari minimal tiga bulan
dalam setahun selama dua tahun berturut-turut. (American Thoracic
Society, 1987)
Produksi dahak yang berlebihan ini tidak disebabkan oleh
penyakit tuberkulosis atau bronkiektasis. Penyakit bronkitis kronik
sering terdapat bersama-sama emfisema dan dikenal dengan nama
bronchitis emfisema. (Yunus, 1999)

Iritasi bronkus (Asap rokok, polusi)


Paralisis silia Bronkospasme Hipertrof

Hperplasi

Obstruksi saluran napas Kelenjar Mukus


Statis mukus
yang reversibel

Infeksi kuman Produksi mucus


(sekunder) bertambah

Erosi epitel, pembentukan jaringan parut, metaplasi skuamosa serta penebalan


lapisan mukosa

Obstruksi saluran napas yang irreversible (stenosis)


c. Emfisema
Terkumpulnya udara secara patologik dalam jaringan atau organ,
sehingga menyebabkan paru-paru menjadi membesar, penampakan di
dalam foto rontgen Nampak paru hiperluchen dengan pembesaran kea
rah lateral dan menurunkan diafragma.
Patofisiologi emfisema dijelaskan melalui bagan di bawah ini.
Infeksi dan Alergi

Terjadi Inflamasi & pelepasan Histamin dan Leukotrien (SARS)

Sekresi mukus Edema mukosa Kontraksi otot

Peningkatan resistensi pernafasan


Ekspirasi memerlukan peningkatan tekanan

Penekanan bronkus

Ekspirasi menjadi sulit

Pengembangan paru berlebihan

Emfisema

(Halim, 2000, Silbernagl dan Lang, 2006)

2. Penyakit restriktif
a. Pneumonia
Peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus
terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta
menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas
setempat.
Patofisilogi penyakit ini dapat dijelaskan melalui bagan di bawah ini:

Kuman patogen masuk

Terjadi infeksi

Alveolus-alveolus mulai terisi sekrit

Sel-sel leukosit terutama PMN sampai alveolus

menjadi penuh dan padat


Lobus yang terserang ikut menjadi padat (tidak bedanya dengan hati)

Lobus tidak dapat lagi menjalankan fungsi pernapasan

Peradangan juga mengenai Pleura visceralis (pembungkus lobus)

Timbul rasa nyeri dada

Menyebabkan sesak nafas (Halim, 2000)


b. Atelektasis
Terminologi atelektasis berasal dari bahasa Yunani ateles dan ektasis
yang berarti pengembangan yang tidak sempurna. Atelektasis sendiri
adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna
dan menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang
tidak mengandung udara dan kolaps. Terdapat dua penyebab utama
kolaps yaitu atelektasis absorpsi sekunder dari obstruksi bronkus atau
bronkiolis, dan atelektasis yang disebabkan oleh penekanan.
(Maddapa, 2009)
Secara fisiologi atelektasis dapat dibedakan menjadi dua, atelektasis
obstruktif dan atelektasis non obstruktif. Obstruktif atelektasis adalah
tipe yang paling sering dijumpai. Merupakan hasil dari reabsorpsi gas
dari alveoli ketika hubungan antara alveoli dan trachea terhambat atau
tersumbat. Sedangkan atelektasis non obstruktif disebabkan dari
hilangnya kontak antara pleura parietalis dan pleura visceralis,
kompresi, penurunan kadar surfaktan, dan jaringan parenkim yang
digantukan oleh penyakit yang menimbulkan luka atau yang bersifat
infiltrative. (Maddapa, 2009)
c. Penyakit-penyakit pleura
Pleura seringkali mengalami patogenesis seperti terjadinya efusi
cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi,
hemotoraks bila rongga pleura terisi darah, kilotoraks (cairan limfe),
piotoraks, atau emphiema thoracis bila berisi nanah, pneumotoraks bila
berisi udara. (Rubin, 2009)
Dalam keadaan normal, rongga pleura berisi kurang lebih 1mL cairan,
yang merepresentasikan keseimbangan antara;
1) Tekanan hidrostatik dan tekanan osmotic pada pembuluh pleura
visceralis dan pleura parietalis
2) Dan, aliran pembuluh limfe (Rubin, 2009)
Efusi pleura adalah keadaan dimana terjadi kekacauan atau gangguan
pada keseimbangan tersebut. (Rubin, 2009)
Dipsneu adalah gejala utama yang berhubungan dengan efusi pleura,
yang juga behubungan dengan distorsi dari diafragma dan dindin
thorax selama respirasi. Pada kebanyakan kasus, drainase dari cairan
pleura mengurangi gejala dan memperbaiki pertukaran gas yang
terhambat. (Rubin, 2009, Halim, 2006)
Gejala-gejala lain yang terjadi dapat berupa batuk non produktif yang
ringan atau nyeri dada. Sedangkan gejala lainnya menunjukkan
etiologi dari efusi pleura yang terjadi. Batuk produktif yang berat dan
purulen atay batuk darah menunjukkan kemungkinan pneumonia atau
adanya lesi endobronchial. Nyeri dinding dada yang konstan
merefleksikan adanya invasi pada dinding dada akibat karsinoma
bronkogenik atau mesothelioma maligna. Nyeri dada pleuritis bisa
diakibatkan karena emboli paru atau bisa juga disebabkan adanya
proses inflamasi pada pleura. Sedankan toksisitas sitemik yang
ditunjukkan dengan demam, penurunan berat badan mengarah pada
kemungkinan empyema (Halim, 2006)
Dari pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan pada efusi pleura yang
telah mencapai 300mL, patologis dapat berupa:
1) Penurunan suara nafas
2) Perkusi redup
3) Penurunan fremitius taktil
4) Egofoni (perubahan suara E menjadi A) (Halim, 2006)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan
1. Respirasi pada manusia meliputi 3 tahap penting yaitu ventilasi , respirasi
eksternal dan respirasi internal.
2. Spirometri adalah suatu teknik pemeriksaan untuk mengetahui fungsi
paru-paru , dimana pasien diminta sekuat-kuatnya melalui suatu alat yang
dihubungkan dengan mesin spirometer yang akan menghitung kekuatan,
kecepatan dan volume udara yang dikeluarkan ,sedangkan alatnya
bernama spirometer, dan hasil perekamannya bernama spirogram.
3. Dengan menggunakan spirometer ini, maka kami dapat mengukur volume
tidal, volume cadangan inspirasi, volume cadangan ekspirasi, kapasitas
vital, kapasitas total paru, dan volume residu, dan kapasitas vital paksa.
4. Ventilasi patologis terdiri dari ventilasi obstruktif, ventilasi restriktif, dan
ventilasi campuran yaitu gabungan dari ventilasi obstruktif dan ventilasi
restriktif.

II. Saran
a. Untuk Mahasiswa
Sebelum memasuki laboraturium harus sudah memahami dasar-dasar
dalam pemeriksaan Spirometri serta dapat memberikan instruksi yang jelas
terhadap pasien.
b. Untuk Institusi
Seharusnya alat sudah tersedia di laboraturium Fisiologi kampus, agar
waktu yang digunakan lebih efektif.
c. Untuk Dosen
Seharusnya dosen dapat memberi arahan yang jelas terhadap mahasiswa
agar mahasiswa dapat lebih memahami pemeriksaan Spirometri.
DAFTAR PUSTAKA

Dahlan, Zul. 2006. Pneumonia. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Edisi IV. Jakarta: FKUI.
Dorland, W. A Newman. 2006. Kamus Kedokteran Dorland. Edisi 29. Jakarta:
EGC.
Halim, Hadi. 2006. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi IV. Jakarta: FKUI.

Anda mungkin juga menyukai