Anda di halaman 1dari 20

PENDAHULUAN

Spirometri adalah suatu uji fisiologis yang dapat digunakan untuk


mengukur perubahan volume udara inspirasi dan ekspirasi selama bernapas
dengan manuver paksa. Variable utama yang dapat diukur adalah volume atau
aliran. Spirometri dapat digunakan untuk uji kesehatan pernapasan umum tetapi
hasil pemeriksaan spirometri tidak dapat menentukan diagnosis penyebab
penyakit secara langsung. Uji yang paling umum dilakukan dalam pemeriksaan
spirometri adalah kapasitas vital paksa (KVP) dan volume ekspirasi paksa detik
pertama (VEP1). 1,2
Pemeriksaan spirometri dapat dilakukan dengan berbagai macam tipe alat
dengan berbagai jenis spesifikasi dan pilihan yang tergantung kepada keperluan
pengguna. Dalam melakukan pemeriksaan spirometri dibutuhkan kerjasama
antara subjek dan pemeriksa dan hasil pemeriksaan ditentukan oleh manuver yang
benar dan alat yang akurat.1,2 Hasil pemeriksaan yang didapat dari hasil uji
dibandingkan dengan nilai prediksi dari populasi normal. Hasil uji spirometri
berupa spirogram yang digambarkan sebagai kurva volume time dan kurva flow
volume. Untuk dapat mengambil kesimpulan dari nilai spirometri, manuver KVP
dan VEP1 harus memenuhi syarat 3 acceptable dan 2 reproducible. Apabila belum
memenuhi syarat maka manuver dapat diulang tetapi disarankan tidak lebih dari 8
kali atau manuver dihentikan bila subjek sudah kelelahan dan tidak mampu
melanjutkan.2

FISIOLOGI PERNAPASAN

Paru adalah bagian dari sistem respirasi yang berfungsi untuk pertukaran
gas yaitu pengambilan oksigen (O2) dari udara luar masuk ke dalam saluran napas
dan berdifusi dalam darah.3 Proses respirasi terjadi melalui 3 tiga tahap yaitu
ventilasi, difusi dan perfusi.4 Ventilasi ialah masuk udara ke dalam paru dan
keluar karbondioksida (CO2) dari alveoli ke udara luar. Difusi merupakan
perpindahan O2 dari alveoli ke dalam darah dan CO2 dari darah ke alveoli
sedangkan perfusi adalah distribusi darah ke dalam paru.5-6

  1  
Ventilasi terdiri dari dua proses, yaitu inspirasi dan ekspirasi. Inspirasi
adalah proses masuknya udara ke dalam paru dan merupakan fase aktif dari
ventilasi karena melibatkan kontraksi aktif otot pernapasan. Ekspirasi adalah
proses keluarnya udara dari dalam paru selama siklus pernapasan dan ini
merupakan fase pasif karena selama ekspirasi diafragma relaksasi dan sifat elastik
rekoil jaringan paru akan menurunkan volume toraks dan meningkatkan tekanan
di dalam alveolar sehingga udara keluar dari paru.5-6

VOLUME DAN KAPASITAS PARU

Volume paru mengalami perubahan fisiologis dan patologis. Standarisasi


pengukuran volume paru dinilai berdasarkan perbandingan antara nilai subjek dan
nilai prediksi. Ukuran paru manusia ditentukan oleh tinggi badan, luas permukaan
tubuh, umur, ras dan jenis kelamin.7 Volume paru dibagi atas volume paru statik
dan volume paru dinamik. Pemeriksaan spirometri adalah pemeriksaan untuk
mengukur volume paru statik dan dinamik. Volume paru statik adalah volume
udara di dalam paru pada keadaan statik. Volume paru statik yang penting adalah
kapasitas vital (KV), volume residu (VR) dan kapasitas paru total (KPT).
Sedangkan volume paru dinamik yang penting adalah VEP1 dan maximal
voluntary ventilation (MVV).2,6,8

Volume paru dapat berubah dalam kondisi normal karena proses fisiologis
misalnya perubahan dari posisi berdiri ke posisi terlentang sehingga mengurangi
kapasitas residu fungsional (KRF) akibat pengaruh gravitasi yang tidak bisa
mendorong isi abdomen menjauh dari diafragma. Gambar 1 memperlihatkan
tentang empat volume paru dan empat kapasitas paru yang merupakan
penjumlahan dua atau lebih volume paru yang terdiri dari volume tidal (VT),
volume cadangan inspirasi (VCI), volume residu (VR), kapasitas paru total
(KPT), kapasitas vital (KV), kapasitas inspirasi (KI) dan KRF. Volume tidal yaitu
jumlah udara yang masuk dan ke luar paru pada pernapasan biasa. Orang normal
dengan berat badan (BB) 70 kg pada keadaan istirahat memiliki nilai VT sebesar
500 mL. Volume cadangan inspirasi adalah jumlah udara yang masih dapat masuk

  2  
ke dalam paru pada inspirasi maksimal setelah inspirasi biasa. Orang dewasa (BB
70 kg) memiliki nilai VCI ± 3 L. Volume cadangan ekspirasi adalah jumlah udara
yang dapat dikeluarkan secara aktif dari dalam paru setelah ekspirasi biasa. Orang
dewasa (BB 70 kg) memiliki nilai VCE ± 1,5 L. Volume residu adalah jumlah
udara yang tersisa di dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Orang dewasa (BB
70 kg) memiliki nilai VR ± 1 L. Kapasitas paru total adalah jumlah total udara
dalam paru setelah inspirasi maksimal. Orang dewasa (BB 70 kg) memiliki nilai
KPT ± 6 L. Kapasitas vital adalah jumlah udara yang dapat diekspirasi maksimal
setelah inspirasi maksimal atau merupakan penjumlahan VT, VCI dan VCE.
Orang dewasa (BB 70 kg) memiliki nilai KV ± 5 L. Kapasitas inspirasi adalah
jumlah udara maksimal yang dapat masuk ke paru setelah akhir ekspirasi biasa
atau merupakan penjumlahan VT dan VCI. Orang dewasa normal (BB 70 kg)
memiliki nilai KI ± 4 L. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara di dalam
paru pada akhir ekspirasi biasa atau merupakan penjumlahan VCE dan VR. Orang
dewasa normal (BB 70 kg) memiliki nilai KRF ± 2,5 L.7,9

Gambar 1. Volume dan kapasitas paru


Dikutip dari (9)

  3  
SPIROMETRI

Spirometri adalah alat untuk memeriksa fungsi paru yang dapat mengukur
pergerakan udara ke dalam dan ke luar paru pada berbagai perasat pernapasan.
Spirometri merupakan alat sederhana yang digunakan untuk mengukur fungsi
paru sehingga subjek harus mengerti dan kooperatif mendengarkan instruksi
operator untuk mendapatkan hasil yang optimal untuk menilai VT, VCI, VCE, KI,
KV, VEP1 dan arus puncak ekspirasi (APE).2

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI PEMERIKSAAN SPIROMETRI

Spirometri merupakan salah satu uji fungsi paru yang sederhana, mudah
digunakan dan tidak invasif untuk mengukur fungsi paru terutama mengukur
KPT. Dengan menggunakan spirometri banyak informasi yang dapat dipakai
untuk menilai fungsi paru. Empat prinsip penggunaan spirometri dalam praktek
sehari-hari, yaitu: 10

1. Membantu diagnosis pasien dengan keluhan sesak nafas atau batuk kronik
2. Untuk membedakan antara asma atau PPOK
3. Mengukur derajat berat penyakit pada saluran nafas
4. Untuk mengevaluasi fungsi paru

Indikasi spirometri:2

1. Diagnostik
a. Mengevaluasi gejala, tanda atau hasil laboratorium yang tidak normal
b. Mengukur efek penyakit terhadap fungsi paru
c. Menyaring subjek dengan risiko penyakit paru
d. Menilai toleransi operasi
e. Menilai prognosis
f. Menilai status kesehatan sebelum masuk program dengan aktivitas fisis yang
berat

  4  
2. Memantau
a. Menilai hasil pengobatan
b. Menjelaskan perjalanan penyakit yang mempengaruhi fungsi paru
c. Memonitor individu yang pekerjaannya terpajan zat berbahaya
d. Memonitor reaksi obat yang mempunyai efek toksis fungsi paru

3. Evaluasi gangguan / ketidakmampuan


a. Menilai pasien sebagai bagian program rehabilitasi
b. Menilai risiko sebagai bagian evaluasi asuransi
c. Menilai individu untuk alasan legal

4. Kesehatan masyarakat
a. Survey epidemiologi
b. Sebagai referensi
c. Penelitian klinis

Kontraindikasi Spirometri

Spirometri merupakan pemeriksaan yang cukup aman dan tidak ada


kontraindikasi absolut. Ada beberapa kontraindikasi relative yang dapat
menyebabkan penundaan pemeriksaan, yaitu:11

1. Pasien yang diketahui menderita penyakit infeksi saluran napas


2. Batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya
3. Pneumotoraks
4. Status kardiovaskular yang tidak stabil misalnya miokard infark, hipertensi
yang tidak terkontrol atau emboli paru
5. Riwayat perdarahan serebrovaskular
6. Pasca operasi toraks, abdomen atau mata
7. Mual, muntah atau nyeri
8. Demensia

  5  
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL SPIROMETRI

Penilaian fungsi klinis spirometri sangat tergantung pada beberapa langkah


yaitu seleksi peralatan, perasat pemeriksaan, prosedur pengukuran interpretasi
hasil dan penilaian klinis.12 Langkah pertama adalah menetapkan kriteria peralatan
berdasarkan rekomendasi peralatan spirometer The Snowbird Workshop tahun
1979, American Thoracic Society (ATS) Spirometry Update tahun 1987 dan
1994.dikutip dari 12 Selama ini semua peralatan yang beredar di pasaran dianggap
akurat, namun hasil evaluasi spirometri tahun 1990 menyatakan bahwa hanya
57% saja yang akurat berdasarkan standard ATS.13
Langkah kedua adalah validasi peralatan spirometer melalui program
pengendalian mutu yaitu dengan melakukan kalibrasi secara teratur sesuai
rekomendasi.2,13,14 Spirometri merupakan pemeriksaan fungsi paru yang
menggunakan berbagai perasat sehingga keberhasilannya sangat tergantung pada
usaha subjek. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu pemahaman, koordinasi dan
kerja sama yang baik antara teknisi dengan subjek agar dapat memperoleh hasil
spirometri yang baik.2 Prosedur pengukuran merupakan cara untuk mendapatkan
beberapa hasil perasat dengan mutu yang baik dan dapat diterima (acceptable)
yang kemudian ditentukan apakah hasil tersebut reproducible12. Setelah
mendapatkan hasil yang acceptable dan reproducible maka langkah selanjutnya
adalah membandingkan hasil tersebut dengan nilai acuan yang tepat untuk
menginterpretasikan hasil tersebut dengan memperhatikan penilaian klinis
subjek.12

PERSIAPAN PEMERIKSAAN SPIROMETRI

Spirometri merupakan pemeriksaan yang relatif mudah namun


memerlukan kerjasama yang baik antara subjek dan operator oleh karena itu perlu
beberapa persiapan sebagai berikut:2
1. Persiapan operator
Keberhasilan pelaksanaan pemeriksaan spirometri sangat tergantung pada
operator dan perasat yang benar. Operator yang mengerjakan pemeriksaan

  6  
spirometri harus terlatih, mengerti tujuan pemeriksaan, mampu melakukan
instruksi kepada subjek dengan manuver yang benar dan dapat menilai hasil
pemeriksaan.2 Operator spirometri harus menjalani pelatihan di sekolah yang
direkomendasikan oleh ATS. Jika operator tersebut hanya sebagai instruktur
maka diperlukan waktu pelatihan selama 6 bulan namun jika bertanggung
jawab juga terhadap kerusakan yang terjadi maka diperlukan pelatihan selama
1 tahun.12 Eaton dkk.15 menyatakan bahwa meskipun efek pelatihan yang
bermakna telah diperlihatkan dengan jelas namun kualiti spirometri tidak
sepenuhnya memenuhi kriteria acceptibility dan reproducibility ATS
walaupun tetap dapat diinterpretasikan dengan perhatian.
2. Persiapan alat
Spirometer yang digunakan harus mampu menampung volume ≥ 15 detik dan
pengukuran volume ≥ 8 liter dengan akurasi setidaknya ± 3 % atau ± 0,05
liter. Alat spirometer harus dikalibrasi untuk menyesuaikan nilai yang di alat
dengan nilai sesungguhnya. Volume harus diperiksa setidaknya setiap hari
dengan pompa 3 L. Selain itu, evaluasi kebocoran volume spirometer harus
dilakukan setiap hari. Untuk arah aliran udara, kalibrasi volume harus
dikerjakan dengan pompa 3 L. Paling tidak setiap tiga bulan volume
spirometer harus dicek kalibrasi untuk memeriksa rentang seluruh volume
menggunakan pompa kalibrasi.2,17 Penggunaan mouthpiece harus sekali pakai
atau dibersihkan dan didisinfeksi karena sangat berbahaya dapat
menyebabkan infeksi silang.16
3. Persiapan subjek
Selama pemeriksaan subjek harus merasa nyaman dan lebih disarankan
melakukan uji dalam posisi duduk karena berisiko kecil terjadi pingsan
dibandingkan jika dilakukan pada posisi berdiri. Sebelum pemeriksaan subjek
sudah mengerti tujuan pemeriksaan dan manuver yang akan dilakukan karena
kerjasama antara operator dan subjek sangat penting dalam mempengaruhi
hasil. Operator memberikan penjelasan mengenai tujuan pemeriksaan,
memberikan instruksi mengenai perasat yang akan dilakukan dan
memperagakan teknik yang tepat sebelum melakukan pemeriksaan sehingga
subjek mengerti. Selain itu dapat pula dengan melakukan beberapa kali

  7  
latihan sebelum melakukan pemeriksaan sesungguhnya.2,12,14 Subjek harus
bebas rokok minimal 2 jam sebelumnya, tidak makan terlalu kenyang, tidak
berpakaian terlalu ketat, penggunaan obat pelega napas terakhir 8 jam
sebelumnya untuk aksi singkat dan 24 jam untuk aksi panjang. Tinggi badan,
berat badan, usia, jenis kelamin dan suku bangsa dimasukkan ke data
spirometer karena angka tersebut akan mempengaruhi nilai prediksi.2,16,17
4. Persiapan kondisi lingkungan
Ruang pemeriksaan harus mempunyai ventilasi yang baik dan suhu udara
berkisar antara 17-400C.2 Langkah-langkah standarisasi uji spirometri dapat
dilihat pada gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Langkah-langkah uji standardisasi spirometri


Dikutip dari (2)

  8  
CARA PEMERIKSAAN DAN MANUVER SPIROMETRI

Pemeriksaan spirometri dilakukan dalam kondisi berdiri/duduk tergantung


dari kemampuan subjek, manuver dilakukan setelah keadaan steady state dan
pemeriksaan dilakukan sampai didapat 3 hasil yang dapat diterima dan dua
diantaranya reproducible. Hasil spirometri berupa spirogram yaitu kurva volume
paru terhadap waktu akibat manuver yang dilakukan subjek dan kurva aliran
terhadap volume. Usaha subjek diobservasi di layar monitor untuk meyakinkan
bahwa usaha yang dilakukan subjek benar dan maksimal. Berikut beberapa
manuver yang dilakukan dalam pemeriksaan spirometri:2
1. Manuver KVP
KVP adalah volume maksimal udara ekspirasi dengan upaya paksa maksimal
dari inspirasi maksimal. Terdapat 3 fase pada manuver KVP, yaitu: 1.
Inspirasi maksimal, 2. Menghembuskan udara ekspirasi dan 3. Ekspirasi
maksimal. Subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara
dikeluarkan dengan dihentakkan serta melanjutkannya sampai ekspirasi
maksimal. Pipa udara harus masuk ke mulut subjek, pastikan bibir tertutup di
sekitar mouthpiece dan lidah tidak menyumbat dan manuver KVP harus
dimulai tanpa ragu-ragu. Manuver ini harus segera dihentikan apabila subjek
merasa pusing karena manuver ini dapat menyebabkan subjek pingsan akibat
gangguan venous return ke rongga dada. Kejadian ini lebih sering pada usia
lanjut dan orang dengan keterbatasan aliran udara.
2. Manuver VEP1
VEP1 adalah volume udara yang dikeluarkan selama 1 detik pertama
pemeriksaan KVP. Manuver VEP1 sama seperti manuver KVP.
3. Manuver KV
KV adalah perubahan volume antara inspirasi penuh dan ekspirasi komplit.
Manuver KV dilakukan sebelum manuver KVP karena manuver KVP dapat
menyebabkan lemah otot dan efek volume setelah inspirasi maksimal pada
beberapa pasien dengan obstruksi berat akan menjadi negatif palsu karena air
trapping. Subjek menghirup udara sebanyak mungkin dan kemudian udara

  9  
dikeluarkan sebanyak mungkin tanpa manuver paksa. Manuver ini dilakukan
dengan penggunaan mouthpiece dan nose clip pada subjek.
4. Manuver APE
APE adalah kecepatan arus ekspirasi maksimal yang dapat dicapai saat
ekspirasi paksa. APE tergantung dari usaha dan volume paru dengan
kerjasama subjek menjadi bagian yang penting. Tarik nafas semaksimal
mungkin, hembuskan dengan kekuatan maksimal segera setelah kedua bibir
dirapatkan pada mouthpiece. Leher subjek harus pada posisi netral, tidak
fleksi atau ekstensi dan subjek tidak boleh batuk. Nose clip tidak dibutuhkan.
Subjek harus melakukan paling sedikit tiga manuver APE.
5. Manuver MVV (maximum voluntary ventilation)
MVV adalah volume udara maksimal yang dapat dihirup subjek pada periode
waktu tertentu, pada subjek normal sekitar 12 detik. Subjek dalam posisi
duduk dan menggunakan nose clip. Setelah area sekitar mouthpiece tertutup
rapat, setidaknya diperoleh tiga volume tidal yang diikuti dengan bernapas
sangat cepat, kuat dan sedalam mungkin selama minimal 10-15 detik. Lidah
dan gigi harus di posisi yang tepat sehingga tidak menyumbat aliran udara.
Instruktur harus memandu subjek selama manuver dan menginstruksikan
untuk bernapas cepat atau lambat untuk mendapatkan nilai ideal 90-110
pernapasan/min. Manuver yang dapat diterima harus dilakukan dengan usaha
maksimal tanpa kebocoran, ragu-ragu atau artefak alat. Subjek diinstruksikan
untuk bernapas sedalam dan secepat mungkin dan volume tidal selama
manuver harus lebih besar daripada volume tidal istirahat.

INTERPRETASI HASIL SPIROMETRI

Hasil pemeriksaan spirometri disebut spirogram. Spirogram yang dapat


diterima harus bebas dari artefak, permulaan yang baik dan ekspirasi maksimal.
Artefak yang dimaksudkan disini adalah batuk selama detik pertama, glotis
menutup, terjadi obstruksi pada mouthpiece, terjadi kebocoran dan usaha tidak
maksimal mencapai puncak.2 Spirometri sebagai alat untuk identifikasi awal

  10  
obstruksi saluran nafas dan membantu menginterpretasikan gambaran obstruksi
dan restriksi. Interpretasi spirometri melibatkan nilai absolut KVP, VEP1 dan rasio
VEP1/KVP yang dibandingkan dengan nilai prediksi serta bentuk kurva pada
spirogram.16
Pada subjek dengan fungsi paru normal kurva volume time akan
meningkat dengan cepat dan kurva akan mendatar pada detik ketiga sampai detik
keempat, tetapi bila terdapat obstruksi saluran napas kurva akan meningkat tidak
setinggi paru normal dan kurva mulai mendatar pada detik kelima belas sehingga
tampak kemiringan kurva tidak terlalu curam. Spirogram normal dengan kurva
volume time dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.16 Seleksi nilai untuk
interpretasi, yaitu memilih hasil yang acceptable dan reproducibel, memilih nilai
KVP dan VEP 1 yang terbesar tanpa memperhatikan pemeriksaan yang digunakan
dan untuk indeks rerata kecepatan aliran menggunakan nilai pemeriksaan dengan
nilai terbesar kombinasi KVP dan VEP1.2

Gambar 3. Spirogram normal dengan kurva volume time


Dikutip dari (16)

  11  
HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN PADA SPIROMETRI

1. Evaluasi Manuver
Pada awal manuver kurva volume time yang baik, ekspirasi dimulai saat ≥
0,25 detik atau 1 detik dan waktu ini disebut time zero atau extrapolated
Volume (EV). Nilai EV harus <5 % dari nilai KVP atau sebesar 0,150 liter.
Manuver yang benar sangat tergantung pada instruksi pemeriksa dan
pemahaman yang diterima oleh subjek. Instruksi untuk memulai dan
mengakhiri manuver harus sungguh-sungguh diikuti oleh subjek. Bila subjek
tidak merasa nyaman dengan manuver, tindakan sebaiknya dihentikan. Kurva
volume time memperlihatkan usaha subjek melakukan ekspirasi maksimal ≥
3 detik pada anak usia < 10 tahun dan ≥ 6 detik pada subjek usia > 10 tahun.
Kurva volume time dengan time zero dan nilai EV diperlihatkan pada gambar
6 dibawah ini.2

Gambar 4. Kurva volume time dengan time zero dan nilai EV


Dikutip dari (2)

Gambar 5a dan 5b di bawah ini memperlihatka kurva flow volume normal dan
kurva flow volume pada keadaan manuver yang salah

  12  
Gambar 5a. Kurva flow volume normal
Dikutip dari (16)

Gambar 5b. Kurva flow volume pada manuver yang salah


Dikutip dari (16)

2. Evaluasi interpretasi hasil


Untuk memastikan apakah hasil uji acceptable (dapat diterima), manuver
KVP harus dilakukan dengan usaha maksimal setelah inspirasi maksimal,
sebaiknya dimulai dengan awal yang cepat dan kurva flow volume

  13  
menunjukkan gambaran kurva yang kontinyu. Manuver dikatakan acceptable
bila:2,16
a. Manuver dimulai dengan baik, tidak ragu-ragu, nilai EV < 5 % nilai
KVP atau 0,150 liter
b. Ekspirasi baik dengan durasi ≥ 6 detik pada dewasa dan 3 detik pada
anak-anak
c. Uji dilakukan sampai selesai, tidak batuk saat detik pertama ekspirasi,
penutupan glotis, cepat mengakhiri, usaha tidak maksimal, terdapat
udara yang keluar dan lidah tidak menutupi mouthpiece, tidak terjadi
kebocoran pada mouthpiece, gigi di depan mouthpiece, bentuk
mouthpiece tidak berubah karena digigit atau mouthpiece yang
tersumbat.
Minimal terdapat 3 hasil acceptable yaitu inspirasi penuh sebelum
pemeriksaan dimulai, memenuhi syarat awal ekspirasi yaitu dengan usaha
maksimal dan tidak ragu-ragu, tidak batuk atau glotis menutup selama detik
pertama, waktu ekspirasi minimal 6 detik atau sampai 15 detik pada subjek
dengan kelainan, tidak terjadi kebocoran dan tidak terjadi obstruksi pada
mouthpiece.2 Selain acceptable, hasil pemeriksaan spirometri yang baik juga
harus memenuhi syarat reproducible yang dapat ditentukan setelah didapat 3
manuver yang dapat diterima. Hasil spirometri disebut reproducible jika nilai
terbesar KVP dan VEP1 perbedaan diantaranya kurang dari 5% atau kurang dari
100 ml. Jika tidak memenuhi kriteria pemeriksaan dapat diulang maksimal sampai
8 kali. Bila telah 8 kali belum didapat hasil yang diharapkan, maka pemeriksaan
diulang pada hari yang lain.2

INTERPRETASI HASIL DAN PENILAIAN KLINIS

Interpretasi hasil spirometri didapat dengan cara membandingkan nilai


yang terukur dengan nilai acuan berdasarkan studi populasi subjek sehat dan
bukan perokok.2,13,14 Pemilihan nilai acuan sebaiknya disesuaikan dengan
populasi subjek yaitu mengacu pada rekomendasi ATS kemudian diterapkan pada
sekelompok subjek normal dan dipilih nilai terbaik pada kelompok tersebut.13,14

  14  
Beberapa peralatan spirometer dapat menghitung sendiri nilai prediksi subjek
dengan memasukkan data usia, jenis kelamin dan tinggi badan atau dengan
menghitung nilai prediksi subjek yang mengacu pada tabel tertentu.2,14
Kurva flow volume dapat membantu menginterpretasikan hasil uji fungsi
paru dengan cepat tetapi sederhana untuk menentukan ada tidaknya obstruksi juga
sebagai alat untuk mengidentifikasi gejala awal obstruksi saluran napas, restriksi
maupun gabungan obstruksi dan restriksi.16 Gambar 6a-f memberikan beberapa
contoh konfigurasi kurva flow volume.

Gambar 6a. Subjek normal Gambar 6b. Obstruksi ringan

Gambar 6c. Obstruksi sedang (asma) Gambar 6d. Obstruksi berat (PPOK)

  15  
Gambar 6e. Obstruksi intratoraks Gambar 6f. Variabel ekstratoraks
Dikutip dari (2)

Selain kurva flow volume, kurva volume time dapat digunakan untuk
menilai acceptable suatu manuver dengan perhitungan tertentu untuk menentukan
niali uji fungsi paru. Ada tiga bentuk kurva volume time untuk menentukan
gangguan ventilasi yaitu:16
1. Normal: VEP1 dan KVP > 80 % nilai prediksi, rasio VEP1/KVP > 0,7
2. Obstruksi: VEP1 <80 % nilai prediksi, KVP normal atau menurun biasanya
lebih kecil dari VEP1, rasio VEP1/KVP < 0,7
3. Restriksi: VEP1 normal atau sedikit menurun, KVP < 80 % nilai prediksi,
rasio VEP1/KVP normal atau > 0,7

Gambar 7 di bawah ini memperlihatkan kurva volume time pada beberapa


gangguan ventilasi.

Gambar 7. Kurva volume time pada beberapa gangguan ventilasi


Dikutip dari (16)

  16  
UJI BRONKODILATOR

Reversibilitas aliran udara dengan pemberian obat biasanya digunakan


sebagai bagian dari uji fungsi paru. Tujuan uji ini untuk membedakan apakah
fungsi paru pasien dapat membaik dengan terapi yang ditambahkan pada
pengobatan reguler mereka, kemudian subjek dapat melanjutkan dengan
pengobatan rutinnya sebelum uji ini.2 Bronkodilator yang digunakan adalah
golongan β 2 agonis (albuterol, metaproterenol dan lain-lain) dengan menggunakan
metered dose inhaler (MDI) dengan spacer atau dengan menggunakan nebuliser.5,
16
Teknik pemberian inhalasi bronkodilator dengan menggunakan MDI adalah
sebagai berikut:18
1. Subjek diminta mengeluarkan udara sampai mencapai VR
masukkan tube ke mulut dan rapatkan kedua bibir
2. Tekan MDI dan mulai bernapas perlahan dan dalam sampai mencapai KPT
3. Tahan napas selama 6-10 detik kemudian dikeluarkan secara perlahan
4. Bernapas biasa dan ulangi lagi
Obat β agonis kerja singkat atau antikolinergik tidak boleh digunakan 4
jam sebelum pemeriksaan. β agonis kerja lama dan obat oral harus dihentikan
selama 12 jam menjelang uji ini. Merokok harus dihindari lebih dari 1 jam
sebelum pemeriksaan dilakukan.2

  17  
KESIMPULAN

1. Spirometri merupakan suatu uji fisiologis yang digunakan secara luas dan
rutin, sederhana dan tidak invasif untuk menilai fungsi paru dan melihat
kesehatan saluran pernapasan secara umum.
2. Spirometri dapat dipakai untuk melihat kelainan fungsi ventilasi berupa
kelainan obstruksi, restriksi maupun kombinasi obstruksi dan restriksi.
3. Alat yang digunakan untuk uji disebut spirometer, sementara hasil uji disebut
spirogram.
4. Nilai spirogram berisikan KVP, VEP1, rasio VEP1/KVP dan APE.
5. Nilai spirometri harus acceptable dan reproducible dan dibandingkan dengan
nilai referensi dari populasi normal.
6. Spirometri dapat juga digunakan sebagai evaluasi penggunaan obat
bronkodilator pada pasien asma dan PPOK.

  18  
DAFTAR PUSTAKA

1. Hyatt RE, Scanlon PD, Nakamura M. Spirometry dynamic lung volumes. In:
Interpretation of pulmonary function test – a practical guide. 4th ed.
Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.p. 4-23.
2. Miller MR, Hankinson J, Brusasco V, Burgos F, Casaburi R, Coates A et al.
Standardisation of spirometry. Eur Respir J. 2005;26:319-38.
3. Guyton AC, Hall JE. In: Hall JE, editor. Textbook of medical physiology.11th
edition. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2006.p.471-80.
4. West JB.Structure and Function. In: West JB, editor. Respiratory physiology
the essentials. 8th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins;
2008.p.1-11
5. West JB. Ventilation. In: West JB, editor. Respiratory physiology the
essentials. 8th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins;
2008.p.13-23.
6. Levitzky MG. Alveolar ventilation. In : Noguiera I, Edmonson KG, editors.
Pulmonary physiology. 6th ed. New Orleand; 2003. p.54-85.
7. West JB. Mechanic of breathing. In: West JB, editor. Respiratory physiology
the essentials. 8th edition. Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins;
2007.p.95-122
8. Yunus F. Pemeriksaan spirometri. In: Workshop on respiratory physiology
and its clinical application. Jakarta; 1997. p.1-4.
9. Wanger J, Clausen JL, Coates A, Pederson F, Brusasco V. Crapo R et al.
Standardisation of measurement lung volume. Eur Respir J. 2005;26:511-22.
10. Martin L. The value of spirometry in clinical practice part 1. Respiratory Care
Practitioner. 2010. 14-7.
11. Levy ML, Quanjer PH, Booker R, Cooper BG, Holmes S, Small LR.
Diagnosis Spirometry in Primary Care. Prim Care Resp J. 2009; 18:130-47.
12. American Thoracic Society (ATS). Standardization of spirometry – 1994
update. Am J Respir Crit Care Med 1995; 152:1107-36.
13. Crapo RO. Pulmonary function testing. N Engl J Med 1994; 331:25-30.
14. British Thoracic Society (BTS). Spirometry in practice – a practical guide to
using spirometry in primary care. London: BTS COPD Consortium; 2000.
15. Eaton T, Withy S, Garret JE, Mercer J, Withlock RML, Rea HH. Spirometry
in primary care practice – the importance quality assurance and the impact of
spirometry workshops. Chest 1999; 116:416-23.
16. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD). Pocket
Guide to COPD Diagnosis, Management and Prevention – A Guide for
Health Care Proffesionals Update 2010. In: Appendix I Spirometry for
Diagnosis COPD; 2010. p.24-7.
17. Johns DP, Pierce PR. Spirometry: The Measurement and Interpretation of
Ventilatory Function in Clinical Practice. In: David P. Johns & Robert Pierce,
editors. Pocket Guide to Spirometry. 2nd ed. Australia: McGraw – Hill; 2007.
P.3-15.
18. Hyatt RE, Scanlon PD, Nakamura M. Bronchodilators and bronchial
challenge testing. In: Interpretation of pulmonary function test – a practical
guide. 4th ed. Philadelpia: Lippincott Williams & Wilkins; 2014.p. 42-51.

  19  
Korektor

dr. Fersia Iranita Liza

  20  

Anda mungkin juga menyukai