JUDUL
II. PENDAHULUAN
EDs dapat berupa bahan kimia, baik alami maupun sintetik yang
menganggu kinerja hormon melalui berbagai mekanisme, yang akan
dibahas lebih lanjut dalam makalah ini. Eksistensi dari EDs tersebut
menimbulkan berbagai kondisi patologis sistem endokrin, baik yang
terjadi pada tingkat seluler maupun tingkat molekuler, yang
bermanifestasi pada berbagai organ tubuh.
III. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat dan pemerintah mengenai
endocrine disruptor
2. Meningkatkan kewaspadaan masyarakat dan pemerintah terhadap
eksistensi dari endocrine disruptor
3. Menjadi inspirasi untuk merintis program penurunan paparan
terhadap endocrine disruptors yang memiliki dampak buruk bagi
kesehatan
4. mengetahui korelasi antara bisphenol-A sebagai estrogen sintetik
terhadap resistensi insulin pada diabetes mellitus tipe II.
2.1 DDT
2.3 Bisphenol A
2.5 Phthalates
2.6 Alkylphenols
1. Sejarah BPA
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Bisphenol_A
Gambar 4. Bisphenol-A
2. Sintesis BPA
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Bisphenol_A
BPA terdapat dalam berbagai produk poliycarbonate, antara lain wadah makanan
seperti botol bayi, botol minuman yang bisa dipakai ulang, dan peralatan makan
seperti piring dan cangkir. Residu dari BPA juga terdapat dalam epoxy resins
yang digunakan untuk membuat pelindung dan pelapis kaleng makanan dan
minuman. Penggunaan BPA dalam produk yang memiliki kontak langsung
terhadap makanan diperbolehkan di Uni Eropa, di bawah Commission Directive
2002/72/EC of 6 August 2002. Penggunannya juga diperbolehkan di negara lain
seperti Amerika Serikat dan Jepang.
BPA termasuk endocrine disruptor yang dapat meniru struktur dari hormon tubuh
yang dapat mengakibatkan masalah kesehatan. Paparan terhadap BPA pada awal
perkembangan janin menimbulkan efek yang lebih parah dibandingkan dengan
paparan pada fase perkembangan manusia lainnya.
Estradiol tidak hanya berperan dalam perkembangan seksual primer dan sekunder
wanita, namun juga berperan dalam mengatur sensitivitas normal insulin pada
kadar normal (Livingston dan Collinson, 2002). Estradiol meningkatkan
sensitivitas insulin, yang sangat menguntungkan bagi sel- pankreas. Insulin
sangat esensial bagi tubuh karena berfungsi sebagai transpor glukosa dalam sel.
Sintesis insulin terjadi di dalam sel- pulau Langerhans di pankreas. Perubahan
kadar insulin sedikit saja dalam sirkulasi, dapat mengakibatkan resiko resistensi
insulin. Resistensi insulin merupakan suatu kondisi penurunan sensitivitas
jaringan terhadap kerja insulin, sehingga kadar glukosa dalam sirkulasi tinggi
karena tidak dapat diabsorpsi oleh sel.
BPA berperan dalam resistensi insulin dengan cara meniru struktur dari 17β-
estradiol (E2) (Colborn et al. 1993). BPA berikatan pada ER klasik, yakni ER-
dan ER- (McLachlan 2001; Newbold 2004), namun juga dapat berikatan pada
reseptor estrogen yang lainnya (Nadal et al. 2005). Melalui mekanisme ini, BPA
bertindak sebagai E2 alami, namun dalam konsentrasi yang abnormal dan pada
waktu yang tidak tepat, sehingga terjadi fluktuasi kadar insulin dalam sirkulasi.
Inilah yang dapat menjadi resistensi insulin apabila ER terus terpapar dengan
BPA.