TINJAUAN KEPUSTAKAAN
II.1 Transfluthrin
Pestisida masih banyak beredar dalam kehidupan manusia, salah satunya
pestisida tipe insektisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan hama seperti
nyamuk. (Lasut, dkk., 2000). Contoh insektisida tersebut adalah transflutrin
Transflutrin, E-ISO atau disebut juga benflutrin (Bayer), NAK 4455, termasuk
kelompok kimiawi pyrethroid dengan rumus molekul C15H12Cl2F4O2. Sedangkan
penamaan kimiawinya adalah sebagai berikut (WHO, 2006) :
IUPAC: 2,3,5,6-tetrafluorobenzyl (1R,3S)-3-(2,2-dichlorovinyl)-2,2dimethylcyclopropanecarboxylate
CA: (1R-trans)-(2,3,5,6-tetrafluorophenyl)methyl 3-(2,2-dichloroethenyl)-2,2Dimethylcyclopropanecarboxylate
Rumus Molek1ul
C15H12Cl2F4O2
Massa Molar
371.15 g mol1
Bentuk Fisik
Densitas
Titik Cair
32 C, 305 K, 90 F
Titik Didih
5.710.5 g/L
Sangat larut
Tekanan penguapan
KEMURNIAN
(%)
97.8
METODE
OECD 104
Kalorimeter
98
scanning
differensial, OECD
103
97.8
OECD 105
97.8
OECD 107
oktanol/air
Minimal 94
Guideline,
Subdivision
pada pH 9
N, 1611 (1982)
97.8
Karakteristik
Penguraian
asam-basa di air
98.4
Metode titrasi,
OECD 112
dengan
endocrine-disrupting
chemicals.(International
Chemical
Secretary, 2008)
II.2 Zat Pengacau Sistem Endokrin (Endocrine Disruptor)
Saat ini di seluruh dunia, khususnya di negara-negara maju sedang ramai
membicarakan masalah pencemaran lingkungan yang disebakan oleh hormone
disruptors, atau di negara jepang dikenal dengan sebutan kankyo hormon/hormon
lingkungan. Bahkan dioksin, salah satu jenis hormone disruptors, disebut oleh
masyarakat jepang sebagai racun paling kuat yang pernah diciptakan manusia.
Perhatian dunia terhadap bahayanya zat kimia baru disadari pada tahun 1962 melalui
Rachel Carson dalam bukunya silent spring yang mengingatkan akan bahayanya
penggunaan pestisida, terutama zat kimia seperti DDT yang bersifat bioakumulatif
(menumpuk dalam tubuh mahluk hidup secara terus menerus dan tidak dapat
dikeluarkan dari tubuh).
Menurut U.S. Environtmental Protection Agency (EPA) endocrine disruptor
didefinisikan sebagai an exogenous agent that interferes with synthesis, secretion,
transport, metabolism, binding action, or elimination of natural blood borne
homones that are present in the body and are responsible for homeostasis,
reproduction, and developmental process atau dalam arti lain suatu agen eksogen
yang mengganggu sintesa, sekresi, transport, metabolisme, aksi ikatan maupun
eliminasi dari hormone natural dalam darah yang beredar dalam tubuh dan
bertanggung
jawab
terhadap
proses
homeostasis,
reproduksi
dan
proses
banyaknya zat-zat yang berpotensi untuk menggangu kerja normal hormon tubuh.
Dimana secara mendasar mempengaruhi kesuburan/fertilitas dan reproduksi,
kecerdesan, imunitas/kekebalan, dan pada akhirnya kelangsungan hidup.
II.2.1 Cara Kerja Hormone Disruptors
Tubuh mempunyai tiga sistem utama, yaitu sistem saraf, sistem kekebalan dan
sistem endokrin, yang ketiganya saling menunjang bekerja sama. Hormon dibentuk
dan dilepaskan ke dalam pembuluh darah oleh berbagai macam kelenjar termasuk
diantaranya kelenjar testis, ovarium, pankreas, adrenal, tiroid, paratiroid, thymus dan
kelenjar pituitary. Kelenjar dan hormon yang dihasilkan oleh kelenjar adalah
merupakan sistem endokrin.
proses biologis tubuh, yaitu berperan sebagai pembawa pesan diantara sel atau organ.
Sebagai contoh, hormon estrogen, progesteron dan testosteron, berperan penting
untuk pertumbuhan organ reproduksi, hormon tiroid berperan penting dalam
pertumbuhan otak, dan hormon insulin dalam pengaturan jumlah gula dalam darah.
Hormon bekerja sebagai pembawa pesan untuk gen di dalam sel tubuh. Jika sistem
hormon bekerja dengan baik maka pesan yang dibawanya pun akan tepat. Tapi jika
ada yang mengganggu sistem hormon, maka pesan yang dibawanya dapat salah, atau
bahkan pesannya tidak terbawa. Setiap hormon untuk dapat bekerja harus berikatan
dengan penerimanya/reseptor khusus sejenis protein. Reseptor khusus masing-masing
jenis hormon berbeda antara hormon yang satu dengan yang lain, seperti lubang kunci
dan anak kuncinya. Setelah berikatan, maka barulah hormon dapat bekerja membawa
pesan untuk gen dalam sel tubuh. Beberapa zat kimia hasil industri dapat bekerja
sebagai pengganggu sistem hormon (hormone disruptors). Caranya pun dapat
bermacam-macam, ada yang terlibat dalam interaksi dengan reseptor, ada yang
terlibat dalam produksi atau eliminasi/pengurangan jumlah hormon dan reseptor,
yang kesemuanya berpengaruh terhadap pesan hormon yang dibutuhkan untuk
menghasilkan pertumbuhan yang normal.
Adapun cara hormone disruptors mengganggu sistem hormon:
Pihak
pemerintah
dan
industri
harus
terus
berusaha
menciptakan
kebijaksanaan yang mendorong terciptanya lingkungan yang aman dari zat cemar
kimia. Mengadakan penelitian secara berkesinambungan sehubungan dengan zat sisa
industri yang dibuang ke lingkungan. Membuat penyaringan untuk mengidentifikasi
zat yang bersifat hormone disruptors, menyediakan penerangan untuk konsumen
mengenai informasi produk dan bahayanya, menerapkan cara produksi yang bersih
dan pencegahan polusi.
Cara untuk menanggulangi zat cemar hormone disruptors adalah menerapkan
eco-design dan clean-production yaitu rancangan produk dan prosesnya dengan
menggunakan
sesedikit
mungkin
energi
dan
sumber
alam
yang
dapat
sinyal peptida, glikosilasi terjadi pada asparagin 23 pada subunit dan pada dua residu
asparagin, 52 dan 78, pada sub-unit.
meskipun dalam arah yang berlawanan. Pemberian TRH atau kekurangan T3, seperti
terjadi pada hipotiroidisme atau resisitensi T3, meningkatkan penambahan
oligosakarida pada molekul TSH. Karena kontrol umpan balik sekresi TSH oleh
hormon tiroid perifer sangat sensitif, kebanyakan gangguan thyrotroph dapat
didiagnosis dengan mengukur TSH basal dan tingkat hormon tiroid. Namun,
pengukuran TSH dinamis mungkin diperlukan untuk menilai sepenuhnya integritas
sumbu hipotalamus-hipofisis-tiroid. TRH (200 hingga 500 g) diberikan intravena,
dan tingkat TSH diukur pada -15, 0, 15, 30, 60, dan 120 menit. Pada subyek eutiroid,
puncak level TSH (sampai 22 kali lipat lebih tinggi dari basal) diamati setelah 30
menit. Karena umpan balik penekanan TSH oleh kadar hormon tiroid tinggi
mengesampingkan sinyal positif hipotalamus, subyek hipertiroid memiliki tingkat
TSH tidak terdeteksi basal yang tidak merespon TRH. Pada orang dengan kegagalan
tiroid primer, respon TSH sangat tinggi, tetapi pada mereka dengan kegagalan tiroid
sekunder terkait dengan penyakit hipofisis, level TSH tidak berubah sebagai respon
terhadap TRH. Infus TRH berkelanjutan hingga 4 jam dalam menunjukkanl
peningkatan TSH biphasic, mencerminkan rilis awal TSH yang sudah lama disintesis,
diikuti kemudian oleh hormon yang baru disintesis. Infus TRH lanjut berkepanjangan
meningkatkan kadar hormon tiroid, yang kemudian menekan sintesis dan pelepasan
TSH. Dalam beberapa jam administrasi T3, tingkat TSH basal ditekan dan TRHmembangkitkan tingkat TSH menurun. T3 menekan sintesis TRH hipotalamus dan
menurunkan jumlah reseptor hipofisis TRH, dengan demikian semakin membatasi
biosintesis TSH. Adanya rangsangan maupun gangguan dari lingkungan maupun zat
pengacau endocrine maka hal ini dapat berpengaruh pada jumlah TSH itu sendiri
maupun TSH reseptor tersebut.