Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini yang berjudul “OBAT HORMON” yang sederhana ini.

Tak lupa penulis berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan


motivasi dan bimbingan kepada penulis, yaitu:

1. Ery fatmawati, S.Farm.Apt.S.ST, M.Kes, sebagai Dosen yang telah membantu


dalam menyusun makalah ini.
2. Teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
3. Pihak-pihak lain yang terkait dalam pembuatan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa laporan yang telah penulis susun masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan laporan ini.

Yogyakarta, 30 April 2016

penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................i

DAFTAR ISI.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1

1.1 . Latar Belakang.........................................................................................1


1.2 . Rumusan Masalah...................................................................................1
1.3 . Tujuan......................................................................................................2
1.4 . Manfaat....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................3

2.1 . Pengertian obat hormonal........................................................................3


2.2 . Macam-macam obat hormonal................................................................4
2.3 . Mekanisme kerja obat hormonal.............................................................22
2.4 . Intradiksi obat hormonal..........................................................................23
2.5 . Efek samping dan cara mengatasi dari obat hormonal............................26

BAB III PENUTUP...............................................................................................30

3.1 . Kesimpulan..............................................................................................30
3.2 . Saran........................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut pengertian umum, obat dapat didefinisikan sebagai bahan yang


menyebabkan perubahan dalam fungsi biologis melalui proses kimia. Sedangkan
definisi yang lengkap, obat adalah bahan atau campuran bahan yang digunakan
(1) pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnosa suatu penyakit, kelainan
fisik atau gejala-gejalanya pada manusia atau hewan; atau (2) dalam pemulihan,
perbaikan atau pengubahan fungsi organik pada manusia atau hewan. Obat dapat
merupakan bahan yang disintesis di dalam tubuh (misalnya : hormon, vitamin D)
atau merupakan merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam
tubuh. Pada makalah ini akan dibahas memgenai obat hormonal.
Walaupun hormon merupakan zat yang disintesis oleh badan dalam keadaan
normal,tidak berarti hormon bebas dari efek toksis/racun. Pemberian hormon
eksogen / dari luar yang tidak tepat dapat menyebabkan gangguan keseimbangan
hormonal dengan segala akibatnya.
Analog hormon adalah zat sintetis yang berkaitan dengan reseptor hormon.
Analog hormon sangat mirip dengan hormon alami dan sering kali fungsi
klinisnya lebih baik dari pada hormon alaminya sebab mempunyai beberapa sifat
yang lebih menguntungkan. Misalnya estradiol adalah hormon alami yang masa
kerjanya sangat pendek, sedangkan etinilestradiol adalah analog hormon yang
masa kerjanya lebih panjang.

1.2 Rumusan masalah

1
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini diantaranya adalah.
1. Apakah pengertian dari obat hormonal?
2. Mengetahui macam- macam obat hormonal?
3. Bagaiman cara kerja obat hormonal?
4. Apa saja indikasi dan kontraindikasi pada obat hormonal ?
5. Apa saja efek samping dari obat hormonal dan cara mengatasinya?

1.3 Tujuan

Penulisan makalah ini memiliki tujuan khusus yang akan dijabarkan sebagai
berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari obat hormonal
2. Untuk Mengetahui macam- macam obat hormonal
3. Cara kerja dari obat hormonal
4. Untuk mengetahui indikasi dan kontraindikasi obat hormonal
5. Untuk mengetahui dosis obat hormonal
6. Untuk mengetahui efek samping dan cara mengatasi dari obat hormonal

1.4 Manfaat

Dalam penulisan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:


1.Mahasiswa, semoga dapat dijadikan salah satu referensi untuk belajar. Selain
itu makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu referensi dalam ilmu
farmakologi
2.Dosen, semoga dapat dijadikan salah satu sarana untuk mengukur kemampuan
penulis dalam membuat sebuah makalah tentang obat hormonal

2
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Hormon

Hormon berasal dari bahasa Yunani yang berarti merangsang. Hormon yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin langsung disekresikan ke dalam darah karena
tidak memiliki saluran sendiri.

Sistem kerja hormon berdasarkan mekanisme umpan balik. Artinya,


kekurangan atau kelebihan hormon tertentu dapat mempengaruhi produksi
hormon yang lain. Hal ini disebut homeostasis, yang berarti seimbang.

Di dalam tubuh manusia terdapat tujuh kelenjar endokrin yang penting, yaitu
hipotalamus, hipofisis, tiroid, paratiroid, kelenjar andrenal, pankreas, dan
kelenjar gonad (ovarium atau testis).

Contoh efek hormon pada tubuh manusia:

1. Perubahan Fisik: yang ditandai dengan tumbuhnya rambut di daerah


tertentu dan  bentuk tubuh yang khas pada pria dan wanita (payudara
membesar, lekuk tubuh feminin pada wanita dan bentuk tubuh maskulin
pada pria).
2. Perubahan Psikologis: Perilaku feminin dan maskulin, sensivitas,
mood/suasana hati.
3. Perubahan Sistem Reproduksi: Pematangan organ reproduksi, produksi
organ seksual (estrogen oleh ovarium dan testosteron oleh testis).

3
Pada dasarnya hormon bisa dibagi menurut komposisi kandungannya yang
berbeda-beda sebagai berikut:
1. Hormon yang mengandung asam amino (epinefrin, norepinefrin, tiroksin
dan 
  triodtironin).
2. Hormon yang mengandung lipid (testosteron, progesteron, estrogen,
aldosteron, dan kortisol).
3. Hormon yang mengandung protein (insulin, prolaktin, vasopresin,
oksitosin, hormon  pertumbuhan (growth hormone), FSH, LH,
TSH). Hormon-hormon ini bisa dibuat secara sintetis.

2.2 Macam- macam obat hormon

1. Obat-obat Anti Tiroid


Penatalaksanaan hipertiroidisme secara farmakologi menggunakan empat
kelompok obat ini yaitu: obat antitiroid, penghambat transport iodida, iodida
dalam dosis besar menekan fungsi kelenjar tiroid, yodium radioaktif yang
merusak sel-sel kelenjar tiroid. Tetapi hipertiroid pada kehamilan hanya di
obati dengan obat-obat antitiroid saja dan pengobatan dan dilakukan di bawah
pengawasan dokter spesialis. Obat-obat tiroid akan melewati plasenta, tetapi
hormon tiroidnya tidak, terapi sulih hormon yang menyekat tiroid akan
membuat janin menjadi hipotiroid.
Obat-obat antitiroid dapat mensupresi produksi hormon tiroid janin dan
menstimulasi produksi TSH yang menyebabkan gondok (goitre) pada janin
serta hipotiroidisme. Keadaan ini lebih cenderung terjadi pada pemberian obat
antitiroid dosis-tinggi.
Adapun obat-obat yang temasuk obat antitiroid adalah Propiltiourasil,
Methimazole, Karbimazol.

4
a. Propiltiourasil (PTU)

Nama generik : Propiltiourasil


Nama dagang di Indonesia : Propiltiouracil (generik)
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : hipersensisitif terhadap Propiltiourasil, blocking
replacement regimen tidak boleh diberikan pada kehamilan dan masa
menyusui.
Bentuk sediaan : Tablet 50 mg dan 100 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak-anak 5-7 mg/kg/hari atau 150-200
mg/ m2/hari, dosis terbagi setiap 8 jam. Dosis dewasa 3000 mg/hari,
dosis terbagi setiap 8 jam. untuk hipertiroidisme berat 450 mg/hari,
untuk hipertiroidisme ocasional memerlukan 600-900 mg/hari; dosis
pelihara 100-150 mg/haridalam dosis terbagi setiap 8-12 jam. Dosis
untuk orangtua 150-300 mg/hari (Lacy, et al, 2006)
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, hepatitis.
Mekanisme Obat: menghambat sintesis hormon tiroid dengan
memhambatoksidasi dari iodin dan menghambat sintesistiroksin dan
triodothyronin (Lacy, et al, 2006)
Resiko khusus : .
Hati-hati penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena PTU bisa
menyebabkan hipoprotrombinnemia dan pendarahan, kehamilan dan
menyusui, penyakit hati (Lee, 2006).

b. Methimazole

Nama generik : methimazole


Nama dagang : Tapazole
Indikasi : agent antitiroid
Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap methimazole dan wanita hamil.

5
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg, 20 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk anak 0,4 mg/kg/hari (3 x sehari); dosis
pelihara 0,2 mg/kg/hari (3 x sehari). maksimum 30 mg dalam sehari.
Untuk dewasa: hipertiroidisme ringan 15 mg/hari; sedang 30-40
mg/hari; hipertiroid berat 60 mg/ hari; dosis pelihara 5-15 mg/hari.
Efek samping : sakit kepala, vertigo, mual muntah, konstipasi, nyeri
lambung, edema.
Resiko khusus : pada pasien diatas 40 tahun hati-hati bisa meningkatkan
myelosupression, kehamilan (Lacy, et al, 2006)

c. Karbimazole

Nama generik : Karbimazole


Nama dagang di Indonesia : Neo mecarzole (nicholas).
Indikasi : hipertiroidisme
Kontraindikasi : blocking replacement regimen tidak boleh diberikan
pada kehamilan dan masa menyusui.
Bentuk sediaan : tablet 5 mg
Dosis dan aturan pakai : 30-60 mg/hari sampai dicapai eutiroid, lalu
dosis diturunkan menjadi 5-20 mg/hari; biasanya terapi berlangsung 18
bulan.
Sebagai blocking replacement regimen, karbamizole 20 – 60 mg
dikombinasikan dengan tiroksin 50 -150 mg.
Untuk dosis anak mulai dengan 15 mg/hari kemudian disesuaikan
dengan respon.
Efek samping : ruam kulit, nyeri sendi, demam, nyeri tenggorokan, sakit
kepala, ada kecendrungan pendarahan, mual muntah, leukopenia.
Resiko khusus : penggunaan pada pasien lebih dari 40 tahun karena
PTU bisa menyebabkan hipoprotrombinemia dan pendarahan,
kehamilan dan menyusui (Lacy, et al, 2006).

6
d. Tiamazole

Nama generik : Tiamazole


Nama dagang di Indonesia : Thyrozol (Merck).
Indikasi : hipertiroidisme terutama untuk pasien muda, persiapan
operasi.
Kontraindikasi : hipersensitivitas
Bentuk sediaan : tablet 5 mg, 10 mg
Dosis dan aturan pakai : untuk pemblokiran total produksi hormon tiroid
25-40 mg/hari; kasus ringan 10 mg (2 x sehari); kasus berat 20 mg (2 x
sehari); setelah fungsi tiroid normal (3-8 minggu) dosis perlahan-lahan
diturunkanhingga dosis pemelihara 5 – 10 mg/hari.
Efek samping : alergi kulit, perubahan pada sel darah, pembengkakan
pada kelenjar ludah.
Resiko khusus : jangan diberikan pada saat kehamilan dan menyusui,
hepatitis.
Hipotiroidisme
Hipotirodisme diobati dengan terapi sulih hormon tiroksin. Jika pasien
mendapatkan preparat tiroksin dengan dosis yang berlebihan, tanda dan
gejala hipertiroidisme akan muncul. Tiroksin tidak melewati plasenta. 
Dianjurkan untuk melakukan minimal satu kali TFT yang penuh dalam
setiap trimester.

2. Obat Yang Meningkatkan Kontraksi Uterus/Oksitosik

Kontraktilitas uterus dipengaruhi pleh sejumlah faktor fisiologis dan


farmakologis. Sementara banyak obat bekerja dengan mempengaruhi otot
polos uterus, obat-obat golongan oksitosik tertentu digunakan untuk
penatalaksanaan medis persalinan khususnya untuk meningkatkan
kontraktilitas uterus.
Obat Oksitosik

7
Obat-obat oksitosik banyak digunakan untuk induksi serta penguatan
persalinan, pencegahan serta penanganan perdarahan postpartum,
pengendalian perdarahn akibat abortus inkomplitus, dan penanganan aktif
pada kala tiga persalinan. Obat-obat oksitosik yang digunakan di Inggris
adalah prostaglandin E serta F, oksitosin dan ergometrin. Ergometrin bekerja
pada regio internal miometrium, sedangkan oksitosin dan prostaglandin pada
regio eksternal miometrium.
Prostaglandin
Prostaglandin merupakan kelompok senyawa yang seacra kimiawi saling
berhubungan dan dibuat secara in vivo dari fosfolipid pada membran sel
dalam pelbagai jaringan tubuh. Prostaglandin merupakan subtansi yang
penting “hormon lokal”.
Prostaglandin sintetik yang diresepkan pada saat melahirkan ;

a. Dinoproston (PGE2) untuk pematangan serviks dan induksi persalinan


biasanya diberikan per vaginam. Tinjauan tentang sejumlah hasil
penelitian menunjukan bahwa periode waktu di antara induksi dan
kelahiran dapat diperpendek dengan penggunaan prostaglandin
(Dawood, 1995). Dinoproston dapat diberikan intravena pada kasus
missed abortion atau mola hidatidosa.
b. Carboprost(15 metil PGF2a, suatu derivat sintetik) untuk perdarahan
postpartum diberikan lewat suntikan yang dalam. Biasanya preparat ini
diberikan setelah preparat lain gagal menghentikan perdarahn, kendati
carbopost dapat dijadikan obat pilihan jika pasien menderita hipertensi
(Gulmezoglu,2000)
c. Gemeprost (analog PGE1) untuk membantu evakuasi uterus diberikan
pervaginam.
d. Misoprostol (analog PGE1) telah digunakan untuk induksi serta
penguatan persalinan dan untuk penatalaksanaan kala III persalinan.

8
Namun demikian, tidak ada satupun di antara misoprostol oral atau
intravaginal yang kini sudah mendapatkan lisensi untuk pemakaian
dalam obstetrik, ketidakpastian masih terdapat sehubungan dengan
takaran optimumnya, jalur pemberian, dan keamanannya.

Obat-obat golongan prostaglandin ini memfasilitasi kerja oksitosin dalam


induksi persalinan dan dengan demikian akan mengurangi takaran oksitosin
yang diperlukan.
Penyimpanan
Preparat prgesteron parenteral harus selalu disimpan di dalam lemari es. Ada
banyak dari produk ini yang memiliki waktu paruh yang singkat. Persyaratan
yang sebenarnya antara pelbagi produk berbeda-beda dan bodan harus
memelajari dahulu lembaran data dari pabrik pembuatannya yang tercantum
untuk setiap preparat. Tabel misoprostol dapat disimpan di luar lemari es dan
memiliki waktu penyimpanan yang lama
Interaksi
Oksitosin :
Jika dua jenis preparat stimulun uterus diberikan sekaligus, apat terjadi
hiperstimulaso. Karena itu, oksitosin biasanya diberikan 6-12 jam setelah
pemberian prostaglandin yang terakhir.
Aspirin dan obat-obat ani-inflamasi nonsteroid lainnya merupakan antagonis
prostaglandin sehingga oemberiannya akan memperlambat atau
memperpanjang proses persalinan. Parasetamol tidak berinteraksi denagn
prostaglandin. Alkohol merupakan zat antagonis yang melawan kerja
dinoproston.

3. Obat Hormonal Oksitosin

Oksitosin sintetik
Oksitosin (syntocinon) dibuat untuk reproduksi bangunan dan kerja hormon
yang alami.

9
Sekresi oksitosin endogenus tidak disupresi oleh mekanisme umpan-balik
yang negatif. Ini berarti bahwa syntocinon antifisial tidak akan mensupresi
pelepasan oksitosin endogenus.
Penyimpanan Oksitosin
Harus di tempat yang tidak terkena cahaya dengan suhu diantara 4-22 0c,
misalnya di dalam lemari es.
Interaksi Obat-oksitosin
Obat-obat vasopresor (simpatomimetik)
Jika oksitosin diberikan bersama preparat vasokontrikonstrokyor lainnya,
maka akan terdapat bahaya peningkatan TD yang dapat menyebabkan
serangan stroke. Keadaan ini dapat terjadi bila adrenain (efinefrin)
ditambahkan pada obat anestesi lokal, misalnya pada anatesi blok kaudal atau
jika efedrin diberikan untuk memperbaiki hipotensi yang ditimbulkan oleh
anestesi epidural.. Ergometrin dan oksitosin bekerja secara sinergis dan
kerapkali direspkan bersama dalam penatalaksanaan kala tiga persalinan.
Obat-pbat anastesi inhalasi dapat menurunkan tekanan darahh atau
menimbulkan disritmia jantung. Progesteron, estrigen jika diberikan lebih dari
satu preparat yang meningkatkan kontraktilitas uters, stimulasi berlkebih
uterus lebih cenderung terjadi.
Obat golongan opioid dan fenotiazin air dan hiponatrtemia merupakan
masalah yang pemakaian kombinasi oksitosin, opioid, dan fenotiazin
(mis.proklorperazin) dengan memperbesar bahaya akibat pemberan kombinasi
obat-obat tersebut. Darah, plsama atau metabisulfit akan menghilangkan
aktivitas oksitosin jika diberikan lewat set infus yang sama.

4. Obat Hormonal Estrogen & Hormon Progesteron

Preparat estrogen
Contoh : - dietilstilbestrol
a) Estradiol

10
b) Etinil estradiol
Preparat progesteron
Contoh: - didrogesteron
a) Mestranol
b) Noretindron
c) Etinodiol
Contoh Kontrasepsi oral:
a) Microgynon
b) Neugynon
c) Nordette
d) Exluton (ibu menyusui)
Contoh Kontrasepsi injeksi/suntik:
a) Depo Provera _ 3 bulan sekali
b) Noristerat _ 2 bulan sekali
Penggunaan Terapi Estrogen

a) Untuk kontrasepsi
b) Terapi hormon pasca menopouse.
c) Osteoporosis : Estrogen menurunkan resorpsi tulang tetapi tidak
mempunyai efek pada pembentukan tulang.

Farmakokinetik estrogen alamiah adalah mudah diabsorbsi melalui saluran


pencernaan, kulit dan membran mukosa. cepat diabsorbsi juga bila intra
muscular. Sebaliknya estrogen sintetik Misalnya etinil estradiol, mestranol
mudah diabsorbsi setelah peroral, kulit, membran mukosa. Metabolisme lebih
lambat dibanding estrogen alami. Disimpan dalam adiposa dan di lepaskan
secara lambat.
Efek lebih lama dan potensi lebih tinggi dibanding estrogen alami.
Kontrasepsi (KB) dengan hormon estrogen

11
Estrogen sintetik yang dibuat untuk obat kontrasepsi (KB) merupakan agonis
estrogen alamiah, dengan mekanisme kerja meningkatkan umpan balik negatif
pada hipofisis sehingga produksi LH/FSH berkurang. Menurunnya produksi
LH/FSH akan menghambat (ovarium tidak dapat dibuahi).
Golongan utama kontrasepsi (KB) oral
Pil Kombinasi :
Kombinasi estrogen (etinilestradiol dan mestranol) dan progestin. Dimana
estrogen menekan ovulasi dan progestin menyebabkan mukus serviks tidak
dapat dipenetrasi oleh sperma. 21 hari dosis rendah estrogen dan progestin
dosis terus meningkat dan periode 7 hari periode putus obat untuk
menginduksi haid.
Pil Progestin :
Noretindron dan norgestrel, melepaskan pil dosis rendah secara kontinyu.
efek samping : haid ireguler dan kemungkinan hamil.
Implant Progestin :
Levonorgestrel kapsul subdermal sebesar korek api di subkutan lengan atas,
lebih efektif
efek samping : haid ireguler dan nyeri kepala.
Kontrasepsi Pasca Senggama :
Estrogen dosis tinggi (etinilestradiol dan dietilstilbestrol) diberikan dalam
waktu 72 jam pasca senggama dan dilanjutkan 2x1 selama 5 hari. 2 dosis
etinil estradiol ditambah norgestrel diberikan dalam waktu 72 jam pasca
senggama, lanjut 2 dosis lain 12 jam kemudian. Dosis tunggal Mifepriston.
Golongan Progestin
Terdapat beberapa senyawa sintetik yang berefek progestogenik dan
beberapa diantaranya juga berefek androgenik atau estrogenik yang disebut
golongan progestin.

Secara kimia, progesteron dibagi menjadi 2 kelompok:

12
1. Derivat progesteron: hidroksiprogesteron, medroksiprogesteron,
megestrol, dan didrogesteron.
2. Derivat testosteron: noretisteron, tibolon, norgestrel, linestrenol,
desogestrel, gestoden dan alilestrenol.

Semua zat ini memiliki efek androgen kecuali Alilestrenol. Linestrenol,


Noretisteron dan Tibolon berefek estrogen. Norgestrel, Desogestrel dan
Gestoden memiliki efek antiestrogen yang kuat, begitu juga dengan
Noretisteron, Linestrenol, Megestrol dan Medroksiprogesteron tetapi lebih
lemah.

Progesteron memiliki khasiat sebagai berikut:

1. Kontrasepsi. Beberapa derivat progestin sering dikombinasikan dengan


derivat estrogen untuk kontrasepsi oral.
2. Disfungsi perdarahan rahim. Perdarahan rahim akibat gangguan
keseimbangan estrogen dan progesteron tanpa ada kelainan organik antara
lain perdarahan rahim fungsional. Untuk menghentikan perdarahan yang
berlebihan dan pengaturan siklus hadi dapat diberikan progestin oral dosis
besar.
3. Nyeri haid. Pemberian kombinasi estrogen dengan progestin
diindikasikan untuk nyeri haid yang tidak dapat diatasi dengan estrogen
saja.
4. Endometriosis. Penyebab nyeri hebat pada endometriosis belum jelas
diketahui tapi dapat diberikan noretindron.

Jenis-Jenis Penghambat Gonad


Penghambat gonad merupakan suatu senyawa atau jenis obat yang
digunakan untuk menghambat hormon kelamin.meliputi:

a. Anti Estrogen

13
Antiestrogen adalah senyawa yang mampu meniadakan sebagian atau
seluruh kerja dari estrogen. Adapun jenis antiestrogen meliputi:

1) KLONIFEN

Klonifen suatu antiestrogen bersifat antagonis murni pada semua


jaringan. Pada jaringan klonifen terikat pada ligand/ dinding tockhet
akan menghambat aktifitas glikoprotein dari beberapa penelitian telah
terbukti bahwa klonifen dapat meningkatkan amplitido sekresi LH
dan FSH tanpa mempengaruhi sekresinya yang umumnya bersifat
pulsatif. Ini menandakan bahwa klonifen bekerja pada hipofisis
anterior untuk menghambat umpan balik terhadap sekresi
gonadotropin. Karena preparat ini di indikasikan untuk infertilitas
wanita. Pada pria pernah di gunakan juga tetapi, penggunaan klinik
untuk infertilitas pria masih membutuhkan banyak uji klinik.
Pemberian klonifen sitrat oral akan segera di absorbsi pada saluran
cerna, metabolismenya di hepar masa paruhnya panjang serkitar 5-7
hari.
Dosis: untuk infertilitas wanita adalah 1-2 kali 50 mg di mulai pada
hari ke 5 perdarahan haid selama 7 hari.
Efek samping : yang sering timbul pada pemakaian jangka panjang
kista ovarium, rasa kembung, mual, muntah, gangguan penglihatan,
dan sakit kepala.
Efek samping akan menghilang bila pemakaian di hentikan. Efek
samping yang timbul pada pria yaitu mual, sakit kepala, gangguan
penglihatan, dan gangguan tubulus seminiferus.
Mekanisme kerja Klomifen : yaitu menyebabkan bertambahnya
pembebasan hormon GnRH dengan mempengaruhi umpan balik
estrogen pada hipotalamus dan hipofisis akibat blokade reseptor

14
sehingga LH/FSH yang dibutuhkan untuk menstimulasi pematangan
ovarium tinggi terus. Nama dagang: Profertil, Provula, Ofertil,dll.

2) TAMOKSIFEN

Preparat ini merupakan golongan trifeniletilen yang berasal dari inti


stilden seperti dietil stilbestrol. Tamoksifen berefek anti – estogenik
di kelenjar mamae dan agonis estrogen ditulan dan endometrium.
Tamoksifen mengantagonis estrogen di reseptor jaringan. Pada
wanita premenopause yang sehat dapat menurunkan kadar prolaktin
mungkin karena meniadakan efek hambatan estrogen terhadap
prolaktin di hipofisis.
Di klinik di gunakan sebagai terapi ajupan kanker mamae stadiuym
awal atau lanjut.
Efek samping: antara lain mual, trombosis, dan dapat meningkatkan
resiko kanker endometrium. Tamoksifen berpengaruh pada
Pertumbuhan payudara normal dirangsang oleh estrogen,sehingga
pada kanker payudara. Peningkatan/penurunan estrogen dapat
memicu terjadinya kanker payudara.
Mekanisme kerja Tamoksifen: (Obat Antiestrogen) adalah bersaing
untuk mengikat reseptor estrogen  dan digunakan untuk pengobatan
kanker payudara yang telah lanjut pada wanita pasca menopause.
Indikasi : pengobatan kanker payudara.

3) RALOKSIFEN

Raloksifen merupakan hormon nonsteroid yang bekerja sebagai


agonis dan antagonis. Variasi efek ini di duga karena adanya variasi
reseptor estrogen dan jumlahnya di jaringan yang berbeda bersifat
antagonis estrogen di jaringan uterus dan kelenjar mamae karena
adanya rantai samping.

15
Efek samping penggunaan obat ini, gangguan saluran cerna,
hipersensifitas, dan gangguan reaksi kulit.

b. Antiprogestin

Fungsi progestin adalah dalam perkembangan sekresi endometrium,


sehingga dapat menampung implantasi embrio yang baru terbentuk. Dan
fungsi untuk mengurangi kontraksi. Macam-macam antiprogestin;

MIFERISTON

Miferiston adalah salah satu obat antiprogesti (antagonis progestin)


dengan aktivitas agonis parsial. Kegunaan miferiston untuk kontrasepsi
sebulan sekali selama fase pertengahan luteal siklus haid jika
progesteron normal tinggi. Dan digunakan pada abortus tidak lengkap
sehingga jika diberikan pada awal kehamilan menyebabkan abortus.
Efek samping miferiston: adalah perdarahan uterus dan abortus tak
lengkap sehingga diberikan misoprostol oral setelah pemberian dosis
tunggal oral mifepriston, efektif mengakhiri kehamilan.
Mekanisme kerja Miferiston: adalah memblokir reseptor progestin
sehingga progestin tidak dapat melaksanakan fungsinya dalam
perkembangan endometrium dan mengurangi kontraksi uterus. Jadi
Miferiston dapat menghambat perkambangan endometrium dan
meningkatkan kontraksi uterus.

c. Antiandrogen

Antiandrogen menghambat kerja hormonal laki-Laki dengan


mempengaruhi sintesa androgen atau menghambat
reseptornya.misalnya, pada dosis tinggi, antifungal, ketokonazol
menghambat beberapa enzim sitokrom P-450 yang terlibat dalam sintesa
steroid. Finasterid sepeti steroid yang baru2 ini disetujui untuk
pengobatan hipertrofi prostat jinak (BPH) menghambat 5-α-reduktase

16
mengakibatkan pegurangan ukuran prostat. Selain itu siproteron untuk
pengobatan hirsutisme pada perempuan dan flutamid untuk karsinoma
prostat pada pria.

5. Obat Diabetes Melitus

Insulin ( eksogen )
Insulin hanya di produksi oleh sel-sel beta pada pulau-pulau Langerhans
pankreas . Hormon ini di sekresikan ke dalam vena porta hepatik dan dengan
demikian bekerja langsung pada hati. Efek ini tidak tercapai ketika insulin
disuntikkan di bagian perifer tubuh. Pada orang sehat sekitar 50% insulin
tubuh di sekresikan pada basal metabolik rate, sementara sisanya di keluarkan
sebagai respon terhadap makanan.
Berbagai jenis preparat insulin kini ada di pasaran dan sudah di gunakan.
Takarannya di titrasi menurut kebutuhan masing-masing pasien untuk
mencapai konsentrasi glukosa darah yang normal (normoglikemia).
Takarnnya berkisar dari 0,2 unit/kg BB/hari bagi pasien diabetes yang sangat
sehat hingga 2,0 unit/kg BB/hari pada pasien yang obese(Davis & Granner,
1996). Preparat insulin memiliki kisaran terapeutik yang sempit, pasien
diabetes harus mengendalikan pemakaian insulinnya antara takaran yang
dapat menimbulkan hipoglikemia dan takaran yang menyebabkan
hiperglikemia sehingga terdapar risiko komplikasi jangka panjang. 
Preparat Insulin
Sebagian besar pasian diabetes yang hamil mendapatkan suntikan preparat
human insulin. Pada tiga tipe preparat lama insulin yaitu : tipe kerja-singkat
(short acting), -sedang (intermediate acting), dan – lama (long acting).
Preparat insulin yang baru diperkenalkan, insulin lispro dan insulin aspart,
bekrja lebih cepat dan lebih cepat(transien) dibandingkan dengan preparat
insulin kerja –singkat (short –acting). Preparata ini memungkinkan pasien
untuk menyuntik dirinya sendiri sesaat sebelum makan, dan bukannya 30

17
menit sebelum makan(Rang et al, 1999). Sebagian besar pasien diabetes
mendapatkan kombinasi preparat insulin dalam upaya untuk meniru pola
fisiologis sekresi insulin. Suntikan dengan pen injectior memungkinkan
preparat insulin yang berdaya larut disuntikan 30 menit sebelum makan
(makan pagi, siang dan malam) plus suntikan terpisah preparat insulin
intermediat sebelum tidur malam. Jika di kombinasikan dengan tindakan
pemantauan yang frekuen. Cara pemberian insulin seperti ini sangat cocok
bagi kehamilan (Nachum et al, 1999). Pada kehamilan, kebutuhan preparat
insulin short-acting biasanya meningkat. Keseimbangan antara preparat short-
dan intermediat –acting mungkin harus diatur kembali sehingga preparat
campuran(premixed) tidak cocok bagi kehamilan.
Efek samping insulin
Hipoglikemia
Efek samping insulin yang paling penting adalah hipoglikemia. Serangan
hipoglikemia merupakan keadaan yang berbahaya dan jika berulang-ulang,
dapat menimbulkan kerusakan otak pada ibu dan neonatus. Hipoglikemia
menyebabkan kehilangan kesadaran yang dapat terjadi secara tiba-tiba.
Antibodi terhadap insulin
Produksi antibodi insulin akan dikurangi (tidak dihilangkan) oleh pemberian
preparat human insulin. Antibodi akan menunda dan mengurangi kerja insulin
sehingga diperlukan pemberian insulin dengan dosis yang lebih tinggi.
Pembentukan antibodi dapat terjadi pada pemberian preparat insulin dari babi
(porcine insulin), tetapi penggantian preparat ini dengan human insulin dapat
menimbulkan masalah yang berkaitan dengan kesadaran hipoglikemia.
Antibodi insulin dapat melintasi plasenta dan merusak pankreas janin. Karena
itu pada kehamilan preparat biasanya direkomendasikan preparat human
insulin.
Reaksi setempat

18
Iritasi di tempat suntikan dapat diatasi dengan krim antihistamin. Baik
lipoatropy maupun lipohipertrophy menyebabkan absorpsi insulin yang tidak
teratur. Hipotensi postural yang dapat terjadi karena neuropati otonom
diabetic akan mengalami eksaserbasi pada pemberian insulin.
Interaksi obat dengan insulin

a. Interaksi obat dapat menaikkan atau menurunkan konsentrasi glukosa


darah.
b. Diabetes mempersulit penanganan partus prematurus. Pemberian preparat
agonis beta 2 seperti ritodrin merupakan tindakan yang berbahaya. Paru-
paru janin kemungkunan masih belum mengalami maturasi kendati
pemberian steroid secara dramatis akan meningkatkan kebutuhan ibu
terhadap insulin
c. Nikotin mengurangi absorpsi insulin dengan menyebabkan vasokontriksi
d. Kesadaran hipoglikemia akan hilang pada penberian preparat penyekat beta

Bagimana tubuh menangani insulin


Insulin memiliki waktu paruh yang singkat, yaitu hanya 5 menit. Hormon ini
tidak melintasi plasenta. Sebagian besar pasien diabetes menyuntikan sendiri
preparat insulinnya dengan suntikan subcutan. Jumlah insulin yang diserap
bergantung pada tempat dan metode pemberian. Karena itu, pola rotasi tempat
suntikan yang konsisten harus dipertahankan.

6. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

Obat penurun kadar glukosa pada darah, bukan hormon insulin yang


diberikan secara oral. Jenis OHO, terbagi dalam 3 kelompok:

a. Obat yang meningkatkan produksi insulin.


Sulfonilurea, Repaglinid, Nateglinid
Bekerja pada sel beta pancreas
b. Obat yang memperbaiki kerja insulin

19
Biguanid (metformin) , Cocok pada penderita gemuk : menurunkan nafsu
makan dan menyebabkan penurunan berat badan.
Tiazolinedion (glitazone), memperbaiki kadar glukosa darah, juga
menurunkan  kadar trigliserida dan asam lemak bebas.
c. Penghambat enzim alfa glukosidase
Contoh : akarbose, hambat penyerapan karbohidrat dengan menghambat
enzim disakarida di usus, menurunkan kadar glukosa darah setelah
makan.
ESO : kembung, buang angin dan diare. Efektif dikonsumsi bersama
dengan makanan

Terapi
minum larutan gula
Jika penderita diabetes mellitus mengalami glikemia, maka harus segera
mendapatkan penanganan yang memadai. Sebagai langkah awal, apabila
penderita masih sadar (kesadaran pasien cukup baik), dapat diberikan
makanan/minuman yang mengandung karbohidrat/manis (misalnya larutan
gula atau kue). Bila pasien tidak sadar, diberikan infuse dekstrosa 50%.
Yang penting inti penangan hipoglikemia adalah cepat dan tepat. Supaya
kadar glukosa darah segera naik.
7. Obat Hormon Kortikosteroid
Obat-obat golongan kortikosteroid banyak digunakan dalam
penatalaksanaan persalinan yang prematur. Untuk bayi-bayi prematur yang
lahir dalam waktu tujuh hari sesudah pemberian obat tokolitik, preparat
kortikosteroid dapat mengurangi insidens sindrom gawat napas neonatus,
perdarahan intraventikuler dan kematian neonatus. Baik deksametason
maupun betametason direspekan untuk keperluan tersebut. Betametason
merupakan preparat steroid yang lebih poten dan penggunaannya akan

20
disertai dengan lebih banyak efek sampingnya pada ibu kendati bagi bayinya
yang lebih aman.
Pemberian Kortikosteroid
Penyuntikan IM dapat disertai dengan insidens perdarahan intraventrikuler
dan sepsis yang lebih rendah bila dibandimgkan dengan pemberian peroral.
Dekametason dan betametason dapat melintasi plasenta dengan mudah.
Pengangkutan kedua obat tersebut ke dalam tubuh janin berlamgsung cepat,
dan beberapa keuntungan dapat dihasilkan sekalipun kelahirean bayi terjadi
dalam waktu 12jam susudah penyuntikannya.
Salah satu program terapi yang paling sering dilakukan adalah pemberian
deksametason sebanyak 4 kali 6 minggu melalui penyuntikan IM setiap 12
jam sekali yang harus dimulai sedapat mungkin 24 jam sebelum melahirkan.
Cara terapi ini akan tetap memberikan hasil efektif selama 7-10 hari. 
Interaksi dengan kortikosteroid
Retensi cairan akan bertambah nayata jika terapi steroid dilakukan bersama
denagn asupan natrium yang tinggi yang bisa diberikan peroral atau lewat 
caran infus.
Edema paru pernah terjadi setelah pemberian deksametason bersama
ritodrin (McKenry & Salerno, 1998 )
Hipokalemia merupakan bahaya yang khusus, jika kortikosteroid diberikan
bersama dengan preparat agonis adrenoresptor beta2 (ritodrin), teofilin,
aminofilin, digitalis atau dengan preparat duretik, kombinasi obat-obat ini
dapat diresepkan oleh dokter dalam pelaksanaan terapi tokolisis atau
penanganan serangan asma yang akut.

21
2.3 MEKANISME KERJA OBAT HORMON

Obat anti tiroid

Obat antitiroid bekerja dengan cara menghambat pengikatan (inkorporasi)


yodium pada TBG (thyroxine binding globulin) sehingga akan menghambat
sekresi TSH (Thyreoid Stimulating Hormone) sehingga mengakibatkan
berkurang produksi atau sekresi hormon tiroid. Antitiroid digunakan untuk :
a. Mempertahankan remisi pada strauma dengan tirotoksikkosis
b. Mengendalikan kadar hormon pada pasien yang mendapat yodium radioaktif
c. Menjelang pengangkatan tiroid (Anonim, 2000).
prostaglandin
Prostaglandin bekerja pada seluruh reseptor prostaglandin yang berlainan.
Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan pelbagai efek
samping ;

a. Kontraksi otot-otot polos, uterus,  pembuluh darah, bronkiolus


b. Vasodilatasi dan hipotensi
c. Pireksia
d. Inflamasi
e. Sensitisasi terhadap rasa nyeri
f. Diuresis + kehilangan elektrolit
g. Efek pada sistem saraf pusat(tremor merupakan efek samping yang jarang
terjadi )
h. Pelepasan hormon hipofise, renin, dan steroid adrenal
i. Inhibisi respon sistem saraf otonom
j. Peningkatan tekanan intraokuler

Mekanisme kerja Estrogen

22
Hormon steroid berdifusi melalui membran sel dan terikat dengan afinitas
tinggi pada reseptor protein sitoplasmik spesifik. Afinitas terhadap reseptor
bervariasi dengan estrogen spesifik aktivasi kompleks steroid-reseptor memasuki
nukleus dan berinteraksi dengan kromatin inti untuk memulai sintesa RNA
hormon spesifik yang memerantarai sejumlah fungsi fisiologis.

Kontrasepsi (KB) oral dan implant

Mekanisme kontrasepsi adalah mencegah ovulasi, mengganggu gametogenesis


(pematangan gamet). Selain itu juga estrogen memberikan umpan balik pada
pelepasan LH dan FSH jadi menghambat ovulasi dan progestin merangsang
perdarahan normal pada akhir siklus haid.
Kerja Insulin
Insulin bekerja pada hidrat arang, lemak serta protein, dan kerja insulin ini pada
dasarnya bertujuan untuk mengubah arah lintasan metabolic sehingga gula,
lemak dan asam-asam amino dapat disimpan serta tidak terbakar habis. Jika tidak
ada insulin, lemak, gula dan asam-asam amino tidak dapat masuk kedalam sel
sehimgga insur-unsur gizi tersebut tetap berada di dalam plasma. Sebagai
akibatnya, sel-sel tubuh mengalami starvasi dan terjadi peningkatan kadar
glukosa, kolesterol serta lemak. Sebagian nutrient pada akhirnya akan hilang
pada urin.

2.4 INDIKASI OBAT HORMON

Oksitosin

a. Pemberian oksitosin merupakan kontraindikasi jiak uterus sudah


berkontraksi dengan kuat atau bila terdapat obstruksi mekanis yang
menghalangi kelahiran anak seperti plasenta previa atau disproporsi sefalo
pelvik. Jika keadaan serviks masih belum siap, pematangan serviks harus
dilakukan sebelum pemberian oksitosin.

23
b. Meskipun sudah lazim digunakan di banyak klinik bersalin atau bagian
obstetri rumah sakit, namun potensi oksitosin dalam mengganggu
keseimbangan cairan dan tekanan darah membuat obat ini tidak tepat untuk
digunakan  pada ibu hamil dengan pre-eklampsia atau penyakit
kardiovaskuler atau pada ibu hamil yang berusia di atas 35 tahun.
c. Pemberian infus oksitosin meruapakn kontraindikasi pada ibu hamil yang
menghaapi resio karean melahirkan per vaginam, misalnya kasus dengan
malpresentasi atau solusio plasenta atau denag resiko ruptur uteri yang
tinggi. Pemebrian infus oksitosin yang terus-menerus pada kasus dengan
resistensi dan inersia uterus merupakan kontraindikasi.
d. Uterus yang starvasi. Kontraksi otot uterus memerlukan glukosa maupun
oksigen. Jika pasokan keduanya tidak terdapat pada otot yang berkontraksi
tersebut dan keadaan ini mungkin terjadi karena stravasi atau pasoka darah
yang tidak memadai, maka respon yang timbul terhadap pemberian
oksitosin tidak akan adekuat sehingga pemberan oksitosin secara sedikit
demi sedikit tidak akan efektif. Situasi ini lebih cenderung dijumpai pada
persalinan yang lama

Prostaglandin

Induksi persalinan dengan prostaglandin merupakan kontraindikasi jika


sudah terdapat  ruptura membran amnion. Pemberian prostaglandin harus
dilakukan dengan hati-hati pada setiap keadaan berikut ini yang cenderung
menghalngi proses pelahiran per vaginam atau meruapakn prediposisi untuk
terjadinya ruptura uteri.

a. Adanya riwayat sikatriks pada uterus-sikatriks yang vertikal merupakan


kontraindikasi
b. Disproporsi sefalopelvic yang berat
c. Plasenta previa
d. Malpresentasi-khususnya letak lintang

24
e. Grand multipara (melahirkan anak 4x/lebih)
f. Kehamilan kembar
g. Riwayat melahirkan yang sulit atau traumatik, atau riwayat kontraksi
uterus yang hipertonik
h. Polihidramnions atau oligohidramnion

Jika janin sudah tergangu, pemberian prostaglandin cenderung memperberat


gangguan tersebut. Banyak penyakit maternal yang sedang dialami ibu akan
mengalamai eksarbasi akut dengan pemberian prostglandin. Penyakit maternal
ini meliputi ; penyakit jantung, kelainan paru-paru, penyakit asma, hipo- atau
hipertensi, epilepsi, glaukoma atau kenaikan tekanan intraokuler, enyakit
inflamasi pelvik yang akut dan herpes genetalis yang aktif. Disamping itu, ibu
hamil dengan insufiensi hati atau ginajl tidak akan mampu untuk
mengeliminasi prostglandin dengan kecepatan yang normal.. Pemberian
prostaglandin harus dijaga oleh beberapa pembatasan, sebagai contoh, pabrik
pembuatannya menyarankan pemberian hanya 2x saja dinoproston dalam
bentuk tablet vaginal prostin E2R.
Indikasi Estrogen
a) Kontrasepsi bersama progesterone
b) Antralgia
c) Mati haid (menopause)
d) Dismenore
e) Akne
f) Perdarahan rahim fungsional
g) Osteoporosis
Indikasi progesteron
a) Kontrasepsi bersama estrogen
b) Nyeri haid
c) Abortus yang mengancam

25
d) Perdarahan rahim fungsional
Endometriosis

2.5 EFEK SAMPING OBAT HORMON

Efek Samping Oksitosin


Bila oksitosin sintetik ini diberikan, kerja fisiologis hormin ini akan bertambah
sehingga dapat timbul efek samping yang potensila berbahaya. Efek samping
tersebut dapat dikelompokkan menjadi :

a. Stimulasi berlebihan pada uterus


b. Kontraksi pembuluh darah tali pusat
c. Kerja antidiuretik
d. Kerja pembuluh darah (kontraksi dan dilatasi)
e. Mual
f. Reaksi hipersensitivitas

prostaglandin
Prostaglandin bekerja pada seluruh reseptor prostaglandin yang berlainan.
Substansi ini mempengaruhi banyak sistem dan menyebabkan pelbagai efek
samping ;

a. Kontraksi otot-otot polos, uterus,  pembuluh darah, bronkiolus


b. Vasodilatasi dan hipotensi
c. Pireksia
d. Inflamasi
e. Sensitisasi terhadap rasa nyeri
f. Diuresis + kehilangan elektrolit
g. Efek pada sistem saraf pusat(tremor merupakan efek samping yang jarang
terjadi )
h. Pelepasan hormon hipofise, renin, dan steroid adrenal

26
i. Inhibisi respon sistem saraf otonom
j. Peningkatan tekanan intraokuler

Kortikosteroid
Deksametason dan betametason nekerja sebagai preparat steroid endogen.
Keadaan ini akan menggambarkan kerja kedua obat tersebut dan efek
sampingnya.
Efek samping cenderung timbul dengan cepat :
a) Masalah kardiovaskuler
b) Gangguan metabolik-hiperglikemia
c) Masalah sistem saraf pusat
Efek samping yang cenderung timbul dalam jangka waktu yang lebih lama:
a) Kerja anti-inflamasi-infeksi
b) Gangguan metabolic
c) Supresi adrenal

2.6 CARA MENGATASI OBAT ANTI HORMON

Prostaglandin

Penggunaan preparat jeli atau pesarium prostaglandin per vaginam atau servikal
akan mengurangi absorpsi sistemik dan efek sampingnya tetapi tidak
menghilangkan sama sekali kedua hal tersebut.

Dinoproston bekerja dalam waktu sekitar 10menit sesudah praparat ini


dimasukkan kedalam vagina. Kecepatan absorpsi lewat dinding vagina berbeda
antara bentuk tablet dan jeli; bentuk jeli akan diserap lebih cepat daripada bentuk
tablet. Dalam salah satu penelitian yang kecil, insersi prostaglandin dengan
bentuk jeli perlu dilakukan beberapa kali bila dibandingkan bentuk pesariumnya.
Pemberian intraservikal lebih besar kemungkinannya untuk bekefrja efektif
dibandingkan pemberian intravaginal jika serviks berada dalam kondisi yang

27
tidak menguntungkan dengan skor bishop kurang dari tiga. Pemberian jeli
dinoproston intraservikal harus dilakukan dengan hati-hati karena insersi jeli ini
kedalam ruang ekstra-amnion dapat menyebabkan hiperstimulasi uterus.

Normalnya, inaktivasi prostaglandin terjadi pada tempat kerjanya. Jika


prostaglandin memasuki sirkulasi darah yang biasanya hanya terjadi pada
preparat prostaglandin sintetik, subtansi ini akan dibersihkan oleh paru-paru,hati
dan ginjal.

Mistropol dapat dberikan per oral. Kontrasepsi puncak dalam plsama akan
terlihat dalam waktu satu jam, tetapi onset aktivitas puncak uterus terjadi lima
hingga enam jam kemudian.

Oksitosin sintetik
Oksitosin dapat diberiakn sacara IM, IV, IC atau intranasal. Pemakaian pompa
infus dianjurkan untuk pemberian oksitosin lewat infus IV. Oksitosin bekerja
dalam waktu satu menit setelah pemberian IV, peningkatan konytraksi uterus
dimulai hampir seketika, kemudian menjadi stabil selama 15-60 menit pemberian
infus oksitosin dan setelah penghentian infus tersebut, kontraksi uterus masih
berlangsung selama 20menit. Waktu paruh oksitosin berkisar 1-20 menit, kendati
data-data farmaklologis yang lebih muktahir menunjukan angka 15menit.
Oksitosin akan dieliminasi dalam waktu 30-40menit sesudah pemberiannya.
Pemberian oksitosin sublingual dapat membantu memulai dan mempertahankan
peranan klinisnya. Abrorpsi lewat jalur intranasal mungkin menyimpang
sehingga preparat intranasal dianggap tidak efektif.

Untuk menghindari efek samping yang tidak diinginkan tsb, diajukan minimal 6
prinsip terapi yang perlu diperhatikan sebelum obat digunakan:

28
a. Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan
trial and error, dan harus dievaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan
perubahan penyakit,
b. Suatu dosis tunggal kortiksteroid umumnya tidak berbahaya,
c. Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi
spesifik, tidak membahayakan kecuali dosis sangat besar,
d. Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu/lebih hingga dosis melebihi
dosis substitusi, insidens efek samping dan efek lethal potensial akan
bertambah. Awasi dan sadari risio pengaruhnya terhadap metabolisme
terutama bila gejala terkait muncul misalnya diabetes resistensi insulin,
osteoporosis, lambatnya penyembuhan luka,
e. Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan terapi
kausal melainkan hanya paliatif saja,
f. Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis
besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan mengancam
jiwa.

29
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hormone ialah zat aktif yang dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang masuk
ke dalam peredaran darah untuk mempengaruhi jaringan target secara spesifik.
Jenis-jenis obat hormonal diantaranya: obat-obat anti tiroid, obat yang
meningkatkan kontraksi uterus/oksitosik, obat hormonal oksitosin, obat
hormonal estrogen dan progesterone, obat diabetes mellitus dan obat hormone
kortikosteroid.

3.2 Saran
Demikianlah makalah yang penulis buat, semoga dapat bermanfaat bagi
pembaca. Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan
sampaikan kepada penulis.
Apabila terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya,
karena penulis adalah hamba Alloh yang tak luput dari salah dan khilaf.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh.

30
DAFTAR PUSTAKA

https://kesehatanmuslim.com/mengenal-obat-obat-hormon-peningkat-kesuburan/

http://emayamidwifery.blogspot.co.id/2012/03/obat-hormonal.html

http://pharmaciststreet.blogspot.co.id/2013/01/obat-hormone.html

http://ikaputrijuika.blogspot.co.id/2013/05/obat-hormonal.html

31

Anda mungkin juga menyukai